Anda di halaman 1dari 3

Nama : Romi Andrian

NIM : 1609065029

Tugas Perancangan proses tentang Kasus Kepailitan PT SARIWANGI AEA

PT. Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA) dan PT. Maskapai Perkebunan Indorub
Sumber Wadung (MPISW) yang dinyatakan pailit dan bangkrut. Perusahaan yang pada awalnya
berkecimpung di bidang perdagangan teh dan berkembang menjadi produsen teh ini didirikan oleh
Johan Alexander Supit pada 1962. Perseroan juga sukses memperkenalkan format teh celup dengan
merek "SariWangi" pada 1973. PT Sariwangi adalah perusahan yang mempelopori teh celup
Sariwangi hingga sukses dan akhrinya dibeli oleh Unilever. Unilever tetap akan memproduksi teh
celup SariWangi, Sebagaimana dijelaskan oleh Unilever Indonesia "Berkaitan dengan berita yang
beredar mengenai salah satu brand kami yaitu SariWangi, Unilever sebagai pemilik brand ingin
menyampaikan: Unilever tetap memproduksi SariWangi, sehingga masyarakat Indonesia tetap bisa
menikmati teh SariWangi." Unilever Indonesia melanjutkan, "Sementara mengenai PT. Sariwangi
Agricultural Estate Agency (SAEA) dan PT. Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung
(MPISW), keduanya bukan merupakan bagian ataupun anak dari PT. Unilever Indonesia Tbk."
Dua perusahaan yang mempelopori terciptanya produk teh celup Sariwangi tersebut bukanlah
bagian dari PT. Unilever Indonesia Tbk. Sehingga meskipun dua perusahaan itu pailit, produk teh
celup SariWangi tetap ada di pasaran. Unilever Indonesia menambahkan, "SAEA pernah menjadi
rekanan usaha Unilever untuk memproduksi merek teh SariWangi."
Unilever telah mengakui sisi produk dan brand Teh Celup SariWangi pada 1989. Lantas
apa penyebab sebenarnya PT Sariwangi tersebut bisa pailit? Setelah produk Teh Celup Sariwangi
diakui sisi, PT Sariwangi tetap melanjutkan bisnisnya sebagai perusahaan yang bergerak di bidang
trading, produksi, dan pengemasan teh. Sariwangi masih menjual produk teh dengan merek Sari
Wangi Teh Asli, Sari Wangi Teh Wangi Melati, Sari Wangi Teh Hijau Asli, SariWangi Gold
Selection, Sari Murni Teh Kantong Bundar. Hingga beberapa tahun lalu, penjualan perusahaan ini
pernah menyentuh 46.000 ton teh per tahun. Tapi tahun 2015, PT Sariwangi Agricultural Estate
Agency bersama perusahaan afiliasinya PT Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung didera
kesulitan, Dua perusahaan ini terjerat utang hingga Rp 1,5 triliun ke sejumlah kreditur. Salah satu
penyebab dua perusahaan ini mengalami kesulitan keuangan adalah gagalnya investasi untuk
meningkatkan produksi perkebunan. Perusahaan ini mengembangkan sistem drainase atau
teknologi penyiraman air dan telah mengeluarkan uang secara besar-besaran. Namun, hasil yang
didapat tidak seperti yang diharapkan. Pembayaran cicilan utang tersendat, membuat sejumlah
kreditur mengajukan tagihan. Ada lima bank yang saat itu mengajukan tagihan yakni PT HSBC
Indonesia, PT Bank ICBC Indonesia, PT Bank Rabobank International Indonesia, PT Bank Panin
Indonesia Tbk, dan PT Bank Commonwealth. Pada tahun itu juga, Sariwangi dan Maskapai
Perkebunan Indorub memohon perdamaian. Dua perusahaan itu mengajukan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) kepada para kreditur. Namun, hingga 2018, Sariwangi dan
Maskapai Perkebunan Indorub tetap tak bisa menjalankan janjinya.
Proses Panjang Sebelum Pailit
Sebelum permohonan pailit dilayangkan ICBC, Sariwangi dan Indorub pernah menerima
permohonan yang sama dari PT Bank Pan Indonesia Tbk atau Bank Panin pada November 2016.
Kala itu, Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat menyatakan tidak dapat menerima gugatan
lantaran permohonan pembatalan perdamaian tersebut kekurangan pihak. Sariwangi pun lolos dari
ancaman kepailitan. Kuasa hukum Sariwangi ketika proses PKPU yaitu Aji Wijaya dari Kantor
Hukum Aji Wijaya & Co, menyatakan belum menerima kuasa atau belum ditunjuk untuk
menangani perkara gugatan pembatalan perdamaian alias homologasi ini. "Saya belum menerima
kuasa untuk gugatan pembatalan perjanjian ini.
Nama Sariwangi memang terkenal sebagai produsen teh celup di Indonesia dan merupakan pemain
besar. Perusahaan yang pada awalnya berkecimpung di bidang perdagangan teh dan berkembang
menjadi produsen teh ini didirikan oleh Johan Alexander Supit pada 1962. Perseroan juga sukses
memperkenalkan format teh celup dengan merek "SariWangi" pada 1973.
Medio 1989, Unilever Indonesia kemudian mengakuisisi merek dagang teh Sari Wangi.
Pasca-akuisisi merek oleh Unilever, pihak PT Sariwangi AEA meminta izin untuk tetap
menggunakan nama Sariwangi sebagai nama perusahaan kepada pihak Unilever. Namun, entitas
merek dagang teh Sari Wangi dengan PT Sariwangi sebagai perusahaan perkebunan teh sudah
terpisah sama sekali.
Tanggapan

Hati-hati meminjam dana untuk investasi bisnis, bank memiliki pinjaman modal usaha yang
bernama kredit investasi. Pinjaman bisnis tersebut berbunga kecil, dan plafonnya cukup besar.
Namun, ketika seorang pebisnis gagal menganalisa risiko usaha mereka, maka itu akan berdampak
fatal. Contohnya, PT Sariwangi yang pailit. Mereka meminjam dana untuk mengembangkan
teknologi penyiraman air (drainase) guna meningkatkan produksi. Dan, ternyata investasi usaha itu
gagal total hingga membuat Sariwangi harus menanggung beban utang dan kerugiannya.

Menggunakan uang pribadi untuk mengembangkan usaha mungkin jadi solusi teraman, dan
kerugiannya masih bisa diminimalisir. Namun, tantangannya, mungkin pengembangan yang kita
lakukan gak akan sebesar yang diharapkan sebelumnya. Tetapi hall seperti itu tidak berdampak
buruk dalam waktu Panjang sehingga bisnis kita akan berjalan hingga sukses kelak.

Anda mungkin juga menyukai