2. Uretra
Uretra terdiri dari 3 bagian yaitu uretra prostatika, uretra membranosa, dan
uretra spongiosa.
3. Skrotum
Skrotum adalah kantung kulit yang menggantung di luar rongga perut, antara
kaki dan dorsal penis. Terdiri dari 2 kantung yang masing-masing diisi oleh testis,
epididimis, dan bagian caudal funiculus spermaticus. Dalam kondisi normal, suhu
skrotum 3°C lebih rendah dari suhu tubuh agar dapat memproduksi sperma yang
sehat.
Pada hyperplasia prostat derajat III, tindakan TURP dapat dikerjakan oleh ahli
bedah yang cukup berpengalaman. Namun, apabila diperkirakan prostat sudah cukup
besar sehingga reseksi tidak akan selesai dalam satu jam, sebaiknya dilakukan operasi
terbuka, kemudian prostat dienukleasi dari dalam simpainya.
Pada hyperplasia prostat derajat IV, tindakan pertama yang harus segera
dikerjakan ialah membebaskan penderita dari retensi urin total dengan memasang kateter
atau sistosomi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi
diagnosis, kemudian dilakukan terapi definitive dengan TURP atau pembedahan terbuka.
a. Riwayat penyakit
Riwayat perjalanan penyakit biasanya merupakan dasar untuk mendiagnosis
penyakit hyperplasia prostat, seperti mulai dan lamanya gejala timbul, riwayat
seksual, kebugaran karena intervesi pembedahan, beratnya gejala atau bagaimana
mereka mempertahankan kualitas hidupnya, pengobatan, dan usaha pengobatan
sebelumnya. Gejala penyakit lain yang memberikan gambaran mirip hyperplasia
prostat juga penting untuk diketahui, untuk menyingkirkan penyebab lain dari gejala
traktus urinarius bagian bawah. Bila sudah terjadi pembesaran prostat tentu akan
menyebabkan gejala klinis yang nyata antara lain: peningkatan frekuensi berkemih.
Urinary urgency, hesitancy, incomplete bladder emptying, straining, decreased force
steam dan dribbling. Riwayat
b. Colok dubur (Digital Rectal Examination)
Prosedur pemeriksaan colok dubur biasanya dilakukan dokter dengan
memasukkan jari yang terbungkus sarung tangan dan dioles gel ke dalam rectum
untuk meraba permukaan kelenjar prostat melalui dinding rectum, menentukan
ukuran, bentuk, dan konsistensi kelenjar. Prostat normal akan teraba lunak, sedangkan
pada keganasan akan teraba keras, kadang seperti batu dan sering tak teratur. Bila
prostat teraba membesar dan terasa tak normal, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan
yang lain.
d. Pemeriksaan Prostat Spesific Antigen (PSA) dan Prostatic Acid Phosphatase (PAP)
Tes ini dilakukan dengan menentukan kadar PSA dalam darah, dan PAP pada
penderita BPH.
PSA adalah antigen spesifik yang dihasilkan oleh sel kapsul prostat
(membrane yang meliputi prostat) dan kelenjar periuretral. Peningkatan kadar PSA
menunjukkan pembesaran kelenjar prostat atau prostatitis, dan juga dapat menentukan
perkiraan ukuran dan besar prostat. Kadar PSA normal adalah kurang dari 4 ng/ml.
Kadar PSA 4-10 ng/ml menunjukkan pembesaran ringan, kadar 10-20 ng/ml
menunjukkan pembesaran sedang dan 20-35 ng/ml menunjukkan pembesaran berat.
Seseorang yang mempunyai kadar PSA ringan biasanya masih normal atau bukan
keganasan. Bila kadarnya sedang dan berat biasanya keganasan prostat.
Hasil pemeriksaan PSA dapat menghasilkan positif palsu bila kadar PSA naik
tapi tak ada gejala keganasan, sedangkan hasil negatif palsu terjadi bila kadar PSA
normal tetapi terdapat keganasan prostat. Pada keadaan tersebut di atas, maka harus
dilakukan biopsi. Dalam darah, terdapat 2 macam PSA, yaitu yang bebas dan yang
terikat dengan protein. Beberapa studi menunjukkan bahwa beberapa sel ganas
banyak menghasilkan PSA terikat protein, karenanya bila dalam darah PSA bebas
lebih sedikit berarti ada keganasan sedangkan bila kadar PSA bebas yang tinggi
menunjukkan BPH atau prostatitis. Berdasarkan called age-spesific PSA. PSA sampai
dengan 2,5 ng/nl pada laki-laki umur 40-49, 3,5 ng/ml pada laki-laki umur 50-59, 4,5
ng/ml untuk umur 60-69 dan 6,5 ng/ml untuk umur 70 tahun atau lebih masih
dianggap kelenjar prostat normal.
e. Pemeriksaan Urodinamik
Pemeriksaan urodinamik digunakan untuk mengukur volume dan tekanan urin
di dalam kandung kemih dan untuk mengevaluasi aliran urin. Pemeriksaan ini
digunakan untuk mendiagnosis gangguan sfingter intrinsic dan menentukan tipe
inkontinensia seperti overflow, urgency, atau inkontinensia total.
f. Uroflowmetry
Uroflowmetry adalah pemeriksaan sederhana untuk mencatat aliran urin,
menentukan kecepatan dan kesempurnaan kandung kemih dalam mengosongkan urin
dan untuk mengevaluasi obstruksi. Penurunan kecepatan aliran menunjukkan adanya
hyperplasia prostat.
g. Ultrasonografi Rectal
Pemeriksaan USG rektal sering dilakukan untuk menentukan keganasan maupun
kelainan lainnya dari kelenjar prostat. Caranya dengan memasukkan langsung probe
USG ke dalam rectum dan melihat gambaran prostat di layar monitor.
Daftar Pustaka