Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Dengue Fever (DF) adalah demam tinggi lebih dari 38°c, nyeri kepala, bola mata,
otot, sendi, perut, punggung, mual, muntah, mukosa bibir kering.

Dengue Hemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina.
Penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan demam berdarah (DBD) (Hidayat, 2008)
Dengue Shock Syndrome (SSD)/ Dengue Syok Sindrom (DSS) adalah kasus deman
berdarah dengue disertai dengan manifestasi kegagalan sirkulasi/ syok/ renjatan. Dengue
Shok Syndrome (DSS) adalah sindroma syok yang terjadi pada penderita Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) menyebar dengan luas
dan tiba-tiba, tetapi juga merupakan permasalahan klinis. Karena 30 – 50% penderita
demam berdarah dengue akan mengalami renjatan dan berakhir dengan suatu kematian
terutama bila tidak ditangani secara dini dan adekuat.

Dengue shock syndrome (DSS) adalah sindrom syok yang terjadi pada penderita
Dengue Hemorhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue. Menurut kriteria
WHO tahun 1997 dinyatakan sebagai DHF derajat III-IV.

Sindrom Syok Dengue (SSD) adalah keadaan klinis yang memenuhi kriteria DBD
disertai dengan gejala dan tanda kegagalan sirkulasi atau syok. SSD adalah kelanjutan
dari DBD dan merupakan stadium akhir perjalanan penyakit infeksi virus dengue, derajat
paling berat, yang berakibat fatal.Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan
sirkulasi darah dan pasien jatuhdalam syok hipovolemik akibat kebocoran plasma.
Keadaan ini disebutdengue shock syndrome (DSS).

Dengue haemoragic fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan
adanya manifestasi klinis perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang
dapat menyebabkan kematian. (Mansjoer, 2000)

1
Dengue syok syndrome (DSS) adalah kasus demam berdarah dengue disertai
dengan manifestasi kegagalan sirkulasi/ syok/ renjatan. Dengue syk syndrome (DSS)
adalah sindroma syok yang terjadi pada penderita dengue hemoragic fever (DHF) atau
demam berdarah dengue

B. Klasifikasi
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menjadi 4 golongan, yaitu :
1. Derajat I
Demam di sertai gejala klinis lain, tanpa pendarahan spontan. Panas 2-7 hari, uji
tourniquet positif, trombositopenia, dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditandar dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti
petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi
3. Derajat III
Di tandai gejala kegagalan peredareaan darah seperti nadi lemah dan cepat
(>120x/menit ) tekanan nadi sempit, tekanan darah menurun (120/100,
90/70,80/70)
4. Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur (denyut jantung 140x/menit)
anggota gerak terba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
Derajat WHO 1997
1. Derajat I
Demam dengan test rumple leed positif.
2. Derajat II
Sama dengan derjat I tetapi di sertai dengan perdarahan spontan di kulit atau
pedarahan lain.
3. Derajat III
Di temukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun/hipotensi di sertai dengan kulit dingin lebab dan pasien menjadi gelisah.
4. Derajat IV
Syok berat dengan nadi yang tidak terba dan tekanan darah tidak dapat di ukur.

2
C. Etiologi
1. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam arbovirus
(arthropodbron virus) grup B menjadi 4 tipe virus dengue. Ke 4 tipe virus dengue
tersebut terdapat di Indonesia.
2. Vector
Nyamuk aedes aegypti merupakan vector penularan virus dengue dari penderita
kepada orang lain melalui gigitanya.

D. Manifestasi klinis
1. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2-7 hari kemudian turun
menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam,
gejala-gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung, nyeri
tulang dan persendian, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyertainya. (Soedarto,
1990).
2. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi
pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi perdarahan
pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. (Soedarto, 1990).
Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas
hingga menyebabkan haematemesis. (Nelson, 1993).
Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat.
(Ngastiyah, 1995).
3. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang
kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati
teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan terjadi renjatan pada
penderita. (Soedarti, 1995).
4. Renjatan (Syok)

3
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai
dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung
hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada
masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk. (Soedarto, 1995).
Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya,
tanda dan gejala lain adalah:
a. Hati membesar, nyeri spontan yang di perkuat dengan reaksi perabaan
b. Asites
c. Cairan dalam rongga pleura (kanan)
d. Ensephalopati : Kejang, gelisah, sopor koma.

Gejala klinik lain yaitu nyeri epigasstrium, muntah-muntah, diare maupun obstipasi
dan kejang-kejang. (Soedarto, 1995).

E. Patofisiologi
Patofisiologi yang utama pada dengue shock syndrome ialah reaksi antigen-
antibodi dalam sirkulasi yang mengakibatkan aktifnya system komplemen C3 dan C5
yang melepaskan C3a dan C5a dimana 2 peptida tersebut sebagai histamine tubuh yang
merupakan mediator kuat terjadinya peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah
yang mendadak sebagai akiba terjadinya perembesan plasma dan elektrolit melalui
endotel dinding pembuluh darah dan masuk ke dalam ruang interstitial sehingga
menyebabkan hipotensi, peningkatan hemokonsentrasi,hipoproteinemia dan efusi
cairan pada rongga serosa.
Pada penderita dengan renjatan/shock berat maka volume plasma dapat berkurang
sampai kurang lebih 30% dan berlangsung selama 24 – 48 jam. Renjatan hipovolemia
ini bila tidak ditangani segera akan berakibat anoksia jaringan,asidosis metabolic
sehingga terjadi pergeseran ion kalsium dari intraseluler ke extraseluler. Mekanisme ini
diikuti oleh penurunan kontraksi otot jantung dan venous pooling sehingga lebih
memperberat kondisi renjatan/shock. Selain itu kematian penderita DSS ialah
perdarahan hebat saluran pencernaan yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung
lama dan tidak diatasi secara adekuat. Terjadinya perdarahan ini disebabkan oleh:

4
 Trombositopenia hebat,dimana trombosit mulai menurun pada masa demam dna
mencapai nilai terendah pada masa renjatan.
 Gangguan fungsi trombosit
 Kelainan system koagulasi,masa tromboplastin partial,masa protrombin memanjang
sedangkan sebagian besar penderita didapatkan masa thrombin normal,beberapa
factor pembekuan menurun termasuk factor ,V,VII,IX,X,dan fibrinogen.
 DIC /Desiminata Intravakuler Coagulasi
Pada masa dini DBD peranan DIC tidak terlalu menonjol dibandingkan dengan
perembesan plasma,namun apabila penyakit memburuk sehingga terjadi renjatan dan
asidosis metabolic maka renjatan akan mempercepat kejadian DIC sehingga peranannya
akan menonjol. Renjatan dan DIC salig mempengaruhi sehingga kejadian renjatan yang
irreversible yang disertai perdarahan hebat disemua organ vital dan berakhir dengan
kematian.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Hasil Laboratorium
a.) Pemerisaan darah perifer . Yaitu hemoglobin, leokosit , hitung jenis, dan
trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang selalu dijumpai pada DBD
merupakan indikator terjadiinya perembesan plasma . selain hemokonsentrasi juga
didapatkan trombositopenia dan leucopenia.
b.) Antigen Ns1 dapat dideteksi pada hari ke-1 setelah demam dan akan menurun
sehingga tidak terditeksi setelah hari sakit ke-5 sampai ke-6. Deteksi antigen virus
ini dapat digunakan untuk diaknosis awal menentukan adanya infeksi dengue,
namun tidak dapat membedakan penyakit DD/DBD.
c.) Uji serologi IgM dan IgG anti dengue:
- Antibodi IgM anti dengue dapat dideteksi pada hari sakit ke-5, mencapai
puncaknya pada hari sakit ke-10 sampai ke-14 dan akan
menurun/menghilang pada akhir minggu ke-4 sakit.
- Antibodi IgG anti dengue pada infeksi primer dapat terditeksi pada hari
sakit ke-14, dan menghilang setelah 6 bulan sampai 4 tahun. Sedangkan
pada infeksi sekunder IgG anti dengue akan terditeksi pada hari sakit ke-2.

5
- Rasio IGM/IgG digunakan untuk membedakan infeksi primer dari infeksi
sekunder. Apabila rasio IGM:IgG >1,2 menunjukkan infeksi primer namun
apabila IgM :IgG rasio <1,2 menunjukkan infeksi sekunder.
d.) Uji hemaglutinasi inhibasi
Diantara uji serologi, uji HI adalah uji serologi yang paling sering dipake dan
digunakan sebagai baku emas pada pemeriksaan serologis. Terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam uji HI ini :
- Uji ini sensitive tetapi tidak spesifik artinya dengan uji ini tidak dapat
menunjukkan tipe virus.
- Untuk diaknosis pasien, kenaikan titer konfaselen dianggap sebagai
presumetive positif dan diduga keras positif infeksi dengue yang baru
terjadi.
G. Penatalaksanaan
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok
Anak dirawat di rumah sakit
1. Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu,
untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare.
2. Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena
obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
3. Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
 Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
 Kebutuhan cairan parenteral
 Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
 Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
 Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
 Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
 Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya
hanya memerlukan waktu 24–48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler
spontan setelah pemberian cairan.

6
4. Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok
terkompensasi (compensated shock).
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok
1. Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal.
2. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
3. Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-
20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
4. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi
darah/komponen.
5. Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4
jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan
laboratorium.
6. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah
banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada
pemberian yang terlalu sedikit.

H. WOC

Arbovirus
(Melalui nyamuk Aedes
Aegypti)

Beredar dalam aliran


darah
7
Infeksi virus dengue
(viremia)

Mengaktivasi sistem
komplemen

Membentuk &
melepaskan zat C3a, C5a

PGE2 Hipotalamus

Hipertermi

Peningkatan
reabsorbsi Na+ &
H2O

Resiko Renjatan
Permeabilitas Membran Hipovolemik
Syok & Hipotensi

Kebocoran
Plasma
Agresi
Kerusakan Endotel
Trombosit pembuluh darah
Perdarahan DIC
Risiko
Kekurangan
Trombositopeni Ke Extravaskuler
Merangsang & Volume
Gangguan perfusi Mengaktivasi
Cairan
jaringan faktor pembekuan

Perdarah
Hipoksia
an Paru-paru Abdomen
jaringan
8 DIC
Gangg
uan
Asidosis
Efusi Mual dan
metabolik
Pleura Muntah

Resiko Syok
Pola Nafas Defisit
Hipovolemik
Tidak Efektif Nutrisi

I. Asuhan Keperawatan Teori


INTERVENSI
Intervensi keperawatan merupakan suatu perawatan yang dilakukan perawat berdasarkan
penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk meningkatkan outcome pasien atau
klien. Intervensi keperawatan mencakup baik perawatan langsung dan tidak langsung

9
yang ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat serta orang-orang yang dirujuk
oleh perawat, dirujuk oleh dokter maupun memberi pelayanan kesehatan lainnya
(Bulecheck, et al 2005).
1. Hipertermi b.d proses inveksi virus dengue
Tujuan : Suhu tubuh dalam batas normal Intervensi :
a. Observasi TTV pasien
b. Anjurkan pasien untuk banyak minum
c. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
d. Anjurkan pasien untuk memakai pakaian tipis
e. Beri kompres hangat dibeberapa bagian tubuh
f. Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi
2. Nyeri b.d proses patologis penyakit
Tujuan : Nyeri pasien berkurang
Intervensi :
a. Lakukan pengkajia nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.
b. Observasi reaksi non verbal dari ketidak nyamanan
c. Gunakan tekhnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
klien sebelumnya.
d. Ajarkan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi dll) untuk mengatasi
e. Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri.
3. Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi
yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan menurun
Tujuan: Kebutuhan njutrisi klien terpenuhi
Intervensi:
a. Timbang berat badan secara teratur
b. Kaji pola nutrisi dan perubahan yang terjadi
c. Kaji faktor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi
d. Beri diit dalam porsi hangat, porsi kecil tapi sering
e. Kolaborasi dengan ahli gizi

4. Resiko kekurangan volume cairan b.d kekurangan asupan cairan


Tujuan: pasien menunjukkan keseimbangan elektrolit dan asam basa
Intervensi:
a. Kaji keadaan umum klien dan tanda-tanda vital
b. Kaji input dan output cairan
c. Monitor level kebingungan dan orientasi

10
d. Monitor tonus otor pergerakan
e. Monitor tekanan interkranial dan respon nerologis
f. Monitor status cairan
5. Pola nafas tidak efektif b.d efusi pleura
Tujuan: pasien menunjukkan bernafas dengan efektif
Intervensi:
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Berikan oksigen sebagai alat bantu pernafasan
c. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
d. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
e. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
f. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl lembab
g. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
h. Monitor respirasi dan status O2

IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan merupakan contoh catatan tentang tindakan yang
diberikan pada klien. Pencatatan mencakup tindakan keperawatan yang diberikan pada
klien. Pencatatan mencakup tindakan keperawatan yang diberikan baik secara mandiri
maupun kolaboratif, serta pemenuhan kriteria hasil terhadap tindakan yang di berikan
kepada klien (Hutahean, 2010)
EVALUASI
Keefektifan tindakan keperawatan dan pencapaian hasil yang teridentifikasi terus
dievaluasi sebagai penilaian status klien. Evaluasi harus terjadi setiap langkah proses
keperawatan (Herdman & shlgemi kamitsuru, 2015)
Penulis dalam melakukan evaluasi sudah sesuai teori yang ada,yaitu sesuai SOAP
(Subjektif, Objektif, Analisi, Planning) terdiri dari pemeriksaan dan observasi, analisi yaitu
kesimpulan dari tindakan planing yaitu rencana tindakan.

11
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA KEDIRI

PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

Pengkajian tanggal : 16 Januari 2019 Jam : 08.00


Tanggal MRS : 15 Januari 2019 No. RM : 668992
Ruang/Kelas : 7c/III Dx. Masuk : DF

I. IDENTITAS
Identitas anak
Nama : An. A
Tanggal lahir : 11 Januari 2003
Jenis kelamin :L
Diagnosa medis : DSS
Sumber informasi :
Alamat : Kebonduren RT 03/RW 01

Identitas Orang Tua


Nama ayah / ibu : Ny. S
Pekerjaan ayah / ibu : Wiraswasta
Pendidikan ayah / ibu : SMA
Agama : Islam
Suku / bangsa : Indonesia
Alamat : Kebonduren RT 03/RW 01

12
II. RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN
Keluhan utama : Panas
Riwayat penyakit saat ini :
Orang tua pasien mengatakan anaknya sudah demam selama 4 hari. Sebelumnya pasien di bawa
ke bidan terdekat dari rumahnya, namun karena tidak ada perubahan ahirnya orang tua pasien
memutuskan untuk membawa anaknya ke rumah sakit Mardi Wluyo pada tanggal 15 Januari 2019
pukul 08.00 dengan hasil pemeriksaan TTV : S = 36,8 RR = 22x/menit N = 92x/menit BB = 55kg
dan hasil pemeriksaan lab : trombosit 71.400mg/dl
Riwayat kesehatan sebelumnya :
Keluarga pasien mengatakan anaknya pernah MRS
Penyakit yang pernah diderita :
Demam Kejang Batuk pilek
Mimisan Lain-lain : …………………………
Operasi : Ya Tidak Tahun : …………..
Alergi :
Makanan Obat Udara
Debu Lainnya, sebutkan : ………….

Imunisasi :
BCG (umur ……) Polio …..x (umur …..) DPT ….x (umur …..)
Campak (umur ….) Hepatitis ….x (umur …..)

Riwayat kesehatan keluarga :


Penyakit yang pernah diderita keluarga : -
Lingkungan rumah dan komunitas :
Pasien tinggal di pondok pesantren
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan :
Kurangnya menjaga kebersihan lingkungan diarea pondok
Persepsi keluarga terhadap penyakit anak :
Menurut keluarga pasien, penyakit yang di derita pasien berasal dari lingkungan di pondok
yang kurang bersih dan karena anaknya yang kurang menjaga kebersihan

13
Riwayat nutrisi :
Sebelum MRS Selama MRS
Nafsu  Baik makan habis 1 porsi Baik
makan Tidak  Tidak makan hanya habis
setengah porsi
Pola 3x/hari makanan habis 1 porsi 2x/hari makanan sisa setengah
makan porsi
Minum Jenis : susu + air putih Jenis : susu + air putih
Jumlah : 600cc/hari Jumlah : 300 /hari
Menu Nasi, lauk (tempe/tahu/krupuk) Nasi, lauk (ayam, telur, tahu)
makanan sayur lodeh sayur sop
Pantangan makanan : -
Riwayat pertumbuhan :
BB saat ini : 55 Kg
TB : 154 cm LK : …..cm LLA : ……cm
BB lahir : 2,9 gram
BB sebelum sakit : 56Kg
Panjang lahir : …….cm

III. PENGKAJIAN NEONATUS


Riwayat kesehatan / kehamilan :
-
Nilai APGAR skor :
-
Tindakan pertolongan bayi baru lahir :
Normal di tangani oleh bidan
Penampilan umum :
Fontanela : normal Anterior : normal Posterior : normal
Palatum : normal Bibir : normal
Warna kulit : coklat
Ekstremitas : normal

14
Genitalia : normal
Kelainan yang lain : -
Masalah keperawatan : -

IV. REVIEW OF SYSTEM


Keadaan umum :
Baik
 Sedang
Lemah
Kesadaran :
Compos mentis
 Apatis
Somnolen
Sopor
Koma
Tanda vital : TD : 110/80 mmHg N : 60 x/mnt S : 35,7oC RR : 22 x/mnt

IV. B1 (BREATH)
Bentuk dada :
 Normal Tidak normal, jenis : ………
Pola nafas :
 Teratur Tidak teratur
Jenis : Dispnoe Kusmaul Ceyne Stokes
Lain-lain : ........................................................................
Suara nafas : Vesikuler Wheezing Stridor Ronchi
Lain-lain : ........................................................................
Sesak :
 Tidak ya
Batuk :
 Tidak ya
Produktif :

15
 Tidak ya
Bentuk dada :
Silinder Funnel chest Pigeon chest
Retraksi otot bantu nafas :
 Tidak ada ada
Alat bantu pernafasan :
 Tidak ada ada
Nasal Masker Respirator
Flow : …………… Lpm
Lain-lain : .........................................................................

V. B2 (BLOOD)
Irama jantung :
 Reguler Ireguler
Bunyi jantung :
 Normal Gallop Murmur Lain-lain :
CRT :
 < 3 dtk > 3 dtk
Akral :
 Dingin Kering Basah Merah Pucat
Hangat
Lain-lain : .............................................................................................................................
Masalah keperawatan : Resiko Syok

VI. B3 (BRAIN)
GCS : Eye : 4 Verbal : 5 Motorik : 6 Total : 15
Refleks fisiologis : Menghisap Menoleh Menggenggam Moro Patella
Triseps Biseps Lain-lain :
Refleks patologis : Kaku kuduk Babinsky Budzinsky Kernig Lain-
lain :
Istirahat / tidur : 7 jam/hari Gangguan tidur :

16
Kebiasaan sebelum tidur :
 Minum susu Cerita/dongeng Mainan
Penglihatan (mata):
Pupil :
 Isokor Anisokor Lain-lain :
Strabismus
Pendengaran (telinga):
Gangguan pendengaran :
 Tidak ya
Jelaskan :
..................................................................................................................................................
.....
Penciuman (hidung):
Bentuk :
 Normal Tidak
Jelaskan :
..................................................................................................................................................
.....
Gangguan penciuman :
 Tidak ya
Jelaskan :
Lain-lain:
..................................................................................................................................................
.....

VII. B4 (BLADDER)
Kebersihan :
 Bersih Kotor
Urin : Jumlah : 1000 cc/hari Warna : kuning Bau : khas
Alat bantu (kateter, dll) :
Kandung kemih :

17
Membesar :
 Tidak ya
Nyeri tekan :
 Tidak ya
Bentuk alat kelamin :
 Normal Tidak normal, jelaskan :
Uretra :
 Normal Hipospadia/Epispadia
Lain-lain : .............................................................................................................................

VIII. B5 (BOWEL)
Nafsu makan :
Baik
 Menurun Frekuensi : 2x/hari
 Mual
 Muntah
(Warna : Konsistensi : kental Jumlah : 3x/ hari
)
Porsi makan :
Habis
 Tidak habis Keterangan : pasien hanya mau makan setengah porsi saja
Minum : Jumlah : ……………cc/hr Jenis :
Mulut dan tenggorokan :
Mulut :
 Bersih Kotor Berbau
Mukosa :
Lembab
 Kering
Stomatitis
Peristaltik usus: ...........x/menit
Pembesaran hepar :

18
 Tidak ya
Pembesaran lien :
 Tidak ya
Buang air besar :
Teratur :
 Ya Tidak
Frekuensi : 1 x/hr
Konsistensi : lunak Bau : khas Warna : kuning
Lain-lain : .............................................................................................................................
Masalah keperawatan : Resiko kekurangan volume cairan

IX. B6 (BONE)
Kemampuan pergerakan sendi :
 Bebas ` Terbatas
Kekuatan otot :

Warna kulit :
Ikterus Sianosis Kemerahan
 Pucat Hiperpigmentasi
Turgor :
Baik
 Sedang
Jelek
Odema :
Ada
 Tidak ada Lokasi :
Lain-lain : .............................................................................................................................
Masalah keperawatan : ..........................................................................................................

X. ENDOKRIN

19
Tyroid : Membesar :
 Tidak Ya
Hiperglikemi :
 Tidak Ya
Hipoglikemi :
 Tidak Ya
Luka Gangren :
 Tidak Ya
Lain-lain : .............................................................................................................................
Masalah keperawatan : .........................................................................................................

XI. PERSONAL HYGIENE


Mandi : 2 x/hr Sikat gigi : 2 x/hr
Keramas : 3 x/hr Memotong kuku : 1x / minggu
Ganti pakaian : 2 x/hr
Masalah keperawatan : .........................................................................................................

XII. PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
Ekspresi afek dan emosi :
Senang
Sedih
Menangis
 Cemas
Marah
 Diam
Takut Lain-lain :
Hubungan dengan keluarga :
 Akrab Kurang akrab
Dampak hospitalisasi bagi anak : anak cemas akan penyakitnya
Dampak hospitalisasi bagi orang tua : orang tua cemas dan merasa sedih melihat kondisi
anaknya

20
Masalah keperawatan : ansietas

XIII. DATA PENUNJANG (LAB., FOTO, USG, DLL)


...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................

XIV. TERAPI / TINDAKAN LAIN


1. Gerojok assering 1000cc
2. Injek ondan 1 amp
3. Injek ampi 1gr
1. DAFTAR PRIORITAS MASALAH
1. Resiko Kekurangan volume cairan b.d kekurangan asupan cairan
2. Resiko syok b.d permeabilitas membran meningkat
3. Ketidakseimangan Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual muntah

……….. , ………….…

( )
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

21
1 DS : Arbovirus resiko kekurangan
 Px mengatakan badannya (melalui nyamuk aedes volume cairan
lemas aegypti)
 Px mengatakan pusing 
DO : Beredar dalam aliran darah
- Px tampak berbaring di 
atas bed Infeksi virus dengue
- Px tampak matanya 
cowong Mengaktivasi sistem
- Turgor kulit menurun komplemen
Output : 
BAK : 1000 cc Membentuk & melepaskan
Bau : Khas zat C3a , C5a
Warna : Kuning 
BAB : PGE2 hipotalamus
Frekuensi : 1x / hari 
Konsekuensi : lunak Hipertermi
Bau : khas 
Warna : kuning Peningkatan reabrbsi Na+ &
Input : minum : 300 cc H2O
Infus : Assering 
1000cc Permeibilitas membran

Resiko syok

Renjatan hipovolemik &
hipotensi

Kebocoran plasma
2 DS : Arbovirus Resiko syok
- Keluarga px mengatakan (melalui nyamuk aedes
kondisi anaknya lemas aegypti)
- Keluarga px mengatakan 
badan anaknya dingin Beredar dalam aliran darah
- Keluarga px mengatakan 
gusi anaknya berdarah Infeksi virus dengue
DO ; (viremiq)
- Px tampak tremor 
- Px tampak lemas Komplemen antigen &
TTV : antibodi
TD : 100/80 mmhg 
S : 35,7 C Pembebasan Histamin
N : 60x/menit 
R : 20x/menit Peningkatan permeibilitas
dinding pembuluh

22

Kebocoran plasma

Perdarahan ekstraseluler
3. DS : Renjatan hipovolemik Ketidakseimangan
- Ibu pasien & hipotensi Nutrisi kurang dari
mengatakan anaknya  kebutuhan
mual Kebocorn plasma
- Ibu psien mengatakan 
tidak nafsu makan Risiko kekurangan
- Pasien mengatakan volume cairan
tidak nafsu makan 
- Pasien mengatakan Ke ektravaskuler
lidah terasa pahit 
DO : Abdomen
- Pasien tampak lemas 
- Makan ½ prsi Mual dan muntah
- Bb sebelum sakit 56
kg
- Bb sesudah sakit 55
kg
- Tb sekarang 154
- Membran mukosa
pucat
- Imt

RENCANA KEPERAWATAN

23
Nama pasien : An.A No.Rm : 688992
Umur : 15 th Alamat : Kebon duren rt/rw 03/01
Hari rawat ke :3 Dx.medis : DF

NO Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Resiko Kekurangan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji k/u dan TTV
volume cairan b.d selama 2x24 jam 2. Kaji input dan output cairan
kekurangan asupan diharapkan pasien 3. Monitor kebingungan dan
cairan menunjukkan tanda-tanda orientasi
keseimbangan cairan dan 4. Monitor tanus otot dan
elektrolit dengan kriteria pergerakan
hasil: 5. Monitor respon neuorologi
1. Terjadi peningkatan 6. Monitor status cairan
asupan cairan pada
saat stres/cuaca yang
panas
2. Tidak menunjukkan
tanda-tanda infeksi

2. Resiko syok b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor k/u pasien


permeabilitas selama 2x24 jam 2. Observasi vital sign setiap
membran meningkat diharapkan pasien syok 3jam
prevention,syok 3. Kolaborasi pemberian
management dengan cairan intravena
kriteria hasil : 4. Kolaborasi pemberian Hb
1. Nadi dalam batas ,PCV,Tromobo
yang diharapkan 5. Jelaskan pada pasien dan
keluarga tanda-tanda
perdarahan dan segera

24
2. Irama jantung dalam laporkan jika terjadi
batas yang di perdarahan
harapkan
3. Frekuensi nafas
dalam batas yang
diharapkan

3. Ketidakseimangan Setelah di lakukan 1. Memonitor keadaan


Nutrisi kurang dari
tindakan keperawatan umum pasien
kebutuhan b.d mual
muntah 2x24 jam di harapkan 2. Kaji penurunan nafsu
nutrisi pasien tercukupi makan pasien
dengan kriteria hasil : 3. Kaji mual muntah yang di
1. Mampu mengidentifikasi rasakan pasien
kebutuhan tubuh 4. Jelaskan pentingnya
2. Adanya peningkatan BB nutrisi bagi tubuh
Tidak ada penurunan BB 5. Kolaborasi pemilihan
makanan yang dapat
memenuhu kebutuhan gizi
sela sakit.

25
IMPLEMENTASI
No Hari/ Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Dx Tanggal
1. Rabu, 17.05 1. Monitor TTV S:
16-1-2019 17.06 2. Kaji input dan intake - Pasien
cairan mengatakan
18.03 3. Memonitir level badanya masih
kebingungan dan lemas
orientasi O:
18.04 4. Memonitor turgor otot - Pasien tampak
pergerskan bedrest
18.05 5. Memonitir sespon - Mata tampak
neurologi cowong
18.07 6. Memonior status - Turgpr kulit
cairan menurun
- Output :
BAK : 1000cc
Bau : khas
Warna : kuning
BAB : 1x/hari
Konsistensi:
lunak
Bau : khas
Warna : kuning
- Intake :
Minum : 300cc
Infus :
Assering : 1000cc
A: masalah belum teratasi

26
P:lanjutkan intervensi 1,
2,3,4,5 dan 6

2. Rabu, 19.35 1. Memonotor k/u pasien S :


16-1-2019 2. Mengobservasi vital - Ibu pasien
19.36 sign setiap 3 jam mengatakan
3. Mengkolaborasikan anaknya masih
19.37 pemberian cairan lemah
intravena - Ibu keluarga
4. Mengkolaborasikan pasien
19.38 pemberian Hb, PCV, mengatakan
trombo badan anaknya
5. Menjelaskan pada dingin
19.39 pasien dan keluarga O :
tanta-tanda - Pasien tampak
perdarahan dan segera tremor
laporkan jika terjadi - Pasien terlihat
perdarahan masih lemah
- TTV
TD :
100/80mmHg
S : 35,7 C
N : 60x/menit
RR : 20x/menit
A : masalah belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
1,2,3,4 dan 5

3. Nutrisi 19.35 1. Memonitor keadaan S :


kurang
umum pasien

27
dari 19.36 2. Mengkaji penurunan - Pasien
kebutuhan
nafsu makan pasien mengatakan
19.37 3. Mengkaji mual masih mual tetapi
muntah yang di tidak muntah
rasakan pasien - Pasien
19.38 4. Menjelaskan mengatakan
pentingnya nutrisi badanya masih
bagi tubuh lemah
19.39 5. Mengkolaborasi O:
pemilihan makanan - Pasien tampak
yang dapat lemas
memenuhu - Makan setengah
kebutuhan gizi sela porsi
sakit. A : Masalah belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,
2, 3, 4, dan 5

28

Anda mungkin juga menyukai