Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Inkarussunnah
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul
Hadis
Dosen Pengampu : Bpk. Ahmad Zumaro, M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok 12 Kelas PAI B :


1. Annisa Miftahul Jannah 1701010199
2. Novita Kurniasih 1701010156
3. Winda Puspita 1701010161

Prodi PAI
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Metro
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur seraya penyusun


panjatkan ke hadirat Illahi Robbi yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehinnga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Inkarussunnah” ini tepat waktu.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Ulumul
Hadis. Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini kami menyampaikan terima
kasih kepada Bapak Ahmad Zumaro selaku dosen pengampu mata kuliah Ulumul
Hadis.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan pembaca. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Namun penyusun
tetap mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga bisa
menjadi acuan dalam penyusunan makalah selanjutnya.

Metro, 15 November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1

C. Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

A. Pengertian Inkarussunnah ....................................................................................... 3

B. Sejarah Inkarussunnah ............................................................................................ 5

C. Argumen dan Bantahan Ulama Mengenai Inkarussunnah .................................... 10

D. Inkarussunnah di Indonesia................................................................................... 15

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 19

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah sistem nilai dan ajaran illahiyah yang bersifat
transendental. Sebagai suatu sistem universal, Islam akan selalu hadir
dinamis dan menyegarkan serta akan selalu mampu menjawab berbagai
tantangan zaman. Hal ini didasarkan pada sumber ajaran Islam yang kokoh
yaitu Alquran, Hadits, dan Ijtihad.
Al-Quran adalah firman Allah SWT yang di dalamnya terkandung
ajaran pokok untuk keperluan seluruh aspek kehidupan. Sunnah adalah
segala sesuatu yang diidhafah-kan kepada Muhammad Saw yang berisi
petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup umat manusia.
Karena keberadaannya sebagai sumber ajaran Islam. Alquran dan
Sunnah telah menjadi fokus perhatian umat Islam sejak zaman Nabi sendiri
sampai sekarang. Namunberbeda dengan Alquran, perkembangan Sunnah
tidak semulus Alquran. Berbagai keraguan bahkan penolakan muncul
seiring pertumbuhan studi terhadap Sunnah itu sendiri.
Keraguan tersebut lebih memuncak ketika munculnya golongan
yang mengingkari Sunnah (inkarussunnah). Kelompok ini memiliki
argumentasi sendiri atas sikap mereka itu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka pembahasan makalah ini
akan difokuskan pada masalah-masalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Inkarussunnah?
2. Bagaimana Sejarah Inkarussunnah?
3. Bagaimana Argumen dan Bantahan Ulama
4. Bagaimana Inkarussunnah di Indonesia?

1
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi inkarussunnah
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah inkarussunnah
3. Untuk mengetahui argumen dan bantahan ulama terkait inkarussunnah
4. Untuk mengathui inkarussunnah di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Inkarussunnah
Menurut bahasa Kata “Inkarussunnah” terdiri dari dua kata, yaitu
“ingkar” dan “sunnah.” Kata “ingkar” berasal dari asal kata bahasa arab: ‫انكر‬
‫ ينكر انكارا‬yang mempunyai beberapa arti, diantaranya: “Tidak mengakui
dan tidak menerima baik di lisan dan dihati,bodoh atau tidak mengetahui
sesuatu (antonim kata al-‘irfan, dan menolak apa yang tidak tergambarkan
dalam hati.1 Hal ini misalnya ada pada firman Allah SWT :
  
  
   
Artinya : dan saudara-saudara Yusuf datang (ke Mesir} lalu mereka masuk
ke (tempat) nya. Maka Yusuf Mengenal mereka, sedang mereka tidak kenal
(lagi) kepadanya. (Q.S Yusuf ayat 58)

   


 
 
Artinya : mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka
mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.
(Q.S An-Nahl ayat 83).

Al-Askari membedakan antara makna Al-inkar dan Al-Juhud. Kata


Al-Inkar terhadap sesuatu yang tersembunyi dan tidak disertai pengetahuan,
sedangkan Al-Juhud terhadap sesuatu yang tampak dan disertai dengan
pengetahuan.2

1
Relit Nur Adi, “As-Sunnah (Hadits) (Suatu Kajian Aliran Ingkar Sunnah),” Jurnal ASAS
Vol. 6, no. No. 2 (Juli 2014).
2
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta: Amzah, 2012), 32.

3
Dari beberapa arti kata “ingkar” tersebut dapat disimpulkan bahwa
ingkar secara etimologis diartikan menolak, tidak mengakui, dan tidak
menerima sesuatu, baik lahir maupun batin atau lisan dan hati yang di latar
belakangi oleh faktor ketidaktahuannya atau faktor lain, misalnya karena
gengsi, kesombongan, keyakinan dan lain-lain.3
Menurut istilah ada beberapa definisi inkarussunnah yang sifatnya
masih sangat sederhana pembatasanya,diantaranya sebagai berikut:
1. Paham yang timbul dalam masyarakat Islam yang menolak hadis atau
sunnah sebagai sumber ajaran agama Islam kedua setelah Al-qur’an.
2. Suatu paham yang timbul pada sebagian minoritas umat Islam yang
menolak dasar hukum Islam dari sunnah shahih, baik sunnah praktis
atau yang secara formal dokodifikasikan para ulama,baik secara totalitas
mutawatir maupun ahad atau sebagian saja, tanpa ada alasan yang dapat
diterima.
Pengertian anti-hadis atau inkarussunnah dikemukakan oleh Ramli
Abdul Wahid merupakan sebuah gerakan intelektual untuk tidak
mempercayai autentisitas dan originalitas Sunnah Rasul SAW. secara
keseluruhan atau sebagian saja. Hal itu dilakukan bukan atas dasar
legitimasi ilmu hadis, melainkan karena alasan rasionalitas atau hawa nafsu
semata.4
Al-Shafi’i, seperti dikutip oleh Shuhudi Ismail, dalam kitab al-Umm
membagi kelompok Ingkar Sunnah menjadi tiga golongan, yaitu
pertama:Golongan yang menolak seluruh Sunnah, kedua: Golongan yang
menolak Sunnah kecuali apabila Sunnah itu memiliki kesamaan dengan
petunjuk al-Qur’an, ketiga: Golongan yang menolak Sunnah yang berstatus
ahad. Golongan ini hanya menerima Sunnah yang berstatus mutawatir atau
hadits mutawatir.5
Dari penggolongan Ingkar Sunnah menjadi tiga bagian tersebut,
golongan yang benar-benar masuk dalam pengertian Ingkar Sunnah adalah
golongan pertama (golongan yang menolak Sunnah secara keseluruhan).

3
Relit Nur Adi, “As-Sunnah (Hadits) (Suatu Kajian Aliran Ingkar Sunnah).”
4
Ramli Abdul Wahid, Studi Ilmu Hadis (Cipta Pustaka Media, 2005), 205.
5
Relit Nur Adi, “As-Sunnah (Hadits) (Suatu Kajian Aliran Ingkar Sunnah).”

4
Sedangkan golongan kedua dan ketiga adalah golongan yang masih ragu
terhadap keberadaan Sunnah, antara mengakui dan menolak keberadaan
Sunnah.
Menurut Sulidar, siapapun yang tidak mempercayai hadis Nabi
Muhammad SAW. sebagai sumber hukum Islam, maka tergolonglah ke
dalam golongan yang sesat. Inilah yang dikenal dengan kelompok anti-
hadis.6 Menurut Sulidar, Siapapun yang tidak mempercayai hadis Nabi
Muhammad SAW. sebagai sumber hukum Islam, maka tergolonglah ke
dalam golongan yang sesat. Inilah yang dikenal dengan kelompok anti-
hadis.7
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa inkarussunnah adalah
paham atau pendapat perorangan atau paham kelompok,bukan gerakan dan
aliran,ada kemungkinan paham ini dapat menerima sunnah selain sebagai
sumber hukum Islam, misalnya sebagai fakta sejarah,budaya,tradisi,dll.
Sunnah yang diinkari adalah sunnah yang shahih, baik secara substansial,
yaitu sunnah praktis pengalaman Al-qur’an (sunnah ‘amaliyah) atau sunnah
formal yang dikodifikasikan para ulama meliputi perbuatan, perkataan, dan
persetujuan nabi SAW.

B. Sejarah Inkarussunnah
Sedari masa sahabat telah ada orang-orang yang kurang
memperhatikan sunnah sebagai hukum Islam. Banyak diantaranya yang
mempertanyakanfungsi sunnah itu sendiri. Pada masa sahabat ini, para
pengingkar sunnah masih bersifat perseorangan belum bersifat kelompok-
kelompok besar. Sehingga pada awal masa ini masih bisa tertangani. Salah
satu pembela sunnah adalah Al-Syafi’i, beliau terkenal sebagai pembela
hadis atau pembela sunnah karena kekuatan argumen yang dibangunnya,
jelas-jelas mampu meruntuhkan dan membantah argumen yang dimajukan
oleh golonganingkar as-sunnahdan membuktikan keabsahan sunnah sebagai

6
Sulidar Sulidar, “Liberalisme Golongan Inkarussunnah Di Indonesia Dan Malaysia,”
MIQOT: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman 34, no. 2 (2 Desember 2010),
https://doi.org/10.30821/miqot.v34i2.202.
7
Sulidar, 193.

5
sumber hukum Islam.8 Sesudah abad ke 3 H, kelompok ingkar as-sunnah
ini lenyap dan tidak muncul ke permukaan lagi.
Kelompok ingkar as-sunnah baru muncul lagi pada abad ke 14 H. Ini
dapat terjadi akibat pengaruh penjajah Barat yang mulai menyebar benih-
benih yang berupaya melumpuhkan kekuatan Islam.9 Sejarah perkembangan
ingkar as-sunnah dapat dibagi ke dalam dua masa yakni masa klasik dan
masa kini (modern).
1. Ingkar As-Sunnah Klasik
Pada masa sahabat, ada sahabat yang kurang begitu
memperhatikan kedudukan sunnah sebagai sumber hukum Islam.
Tiba-tiba ada seseorang yang meminta agar ia tidak usah
mengajarkan hadis, cukup al-Qur’an saja. Selanjutnya dijawab
oleh Imran, “Tahukah anda, seandainya anda dan kawan-kawan
anda hanya memakai al-Qur’an, apakah anda dapat menemukan
dalam al-Qur’an bahwa shalat dhuhur itu empat rakaat? Tawaf
dan sa’i antara Shafa dan Marwa itu tujuh kali?” mendengar
jawaban itu, ia langsung mengatakan “Anda telah menyadarkan
saya. Mudah-mudahan Allah selalu menyadarkan anda”.
Akhirnya sebelum wafat orang itu menjadi ahli fiqh.10
Beberapa kelompok inkarussunah dan pembela sunnah
pada zaman klasik adalah sebagai berikut:
a. Khawarij
Khawarij disini adalah golongan tertentu diri dari
kepemimpinan Ali r.a. Lalu, apakah khawarij ini
menolah sunnah? Hadits-hadits yang diriwayatkan
sebelum kejadian fitnah (perang saudara antara Ali r.a
dan Mu’awiyah r.a) diterima oleh kelompok
Khawarij.11 Dengan alasan bahwa sebelum peristiwa
tersebut para sahabat dinilai sebagai orang-orang yang

8
Umi Sumbulah, Kajian Kritis Ilmu Hadis (Malang: UIN MALIKI PRESS, 2010), 146.
9
Sumbulah, 146.
10
M. Alfatih Suryadilaga dan dkk., Ulumul Hadis (Yogyakarta: Teras, 2010), 209.
11
Muh. Zuhri, Hadis Nabi Telaah Historis & Metodologis (Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya, 2011), 16.

6
‘adil. Namun, setelah peristiwa tersebut kelompok
Khawarij menilai mayoritas para sahabat telah keluar
dari Islam. Akibatnya, hadits-hadits yang diriwayatkan
setelah peristiwa tersebut ditolah oleh kelompok
Khawarij.
Dalam kelompok Khawarij, ada satu kelompok
yaitu kelompok Ibadhiyah. Kelompok ini menerima
hadits Nabi yang dibawa oleh para sahabat seperti
Usman, Aisyah, Abu Hurairah dan lain-lain. Dengan
demikian, sebenarnya tidak tepat jika dikatakan semua
golongan Khawarij ingkar sunnah.
b. Syi’ah
Syi’ah adalah golongan yang menganggap Ali bin
Abu Thalib r.a lebih utama dari pada Khalifah
sebelumnya dan berpendapat bahwa Ahl-Bait lebih
berhak dari pada yang lain.12 Ada perbedaan mendasar
antara Syi’ah dengan golongan Ahl As-Sunnahyaitu
dalam penetapan hadits. Syi’ah hanya menerima hadits-
hadits yang diriwayatkan oleh Ahl-Baitsaja.
c. Mu’tazilah
Mu’tazilah adalah golongan yang mengasingkan
diri dari mayoritas umat Islam karena mereka
berpendapat bahwa muslim yang fasiq (berbuat
maksiat) tidak dapat disebut mukmin atau kafir.
Pendapat mu’tazilah ini muncul pada masa Al-Hasan
Al-Bashri dan dipelopori oleh Washil bin ‘Ata (w. 131
H).13
Ada sebagian ulama Mu’tazilah yang tampaknya
menolak sunnah, yaitu Abu Ishaq Ibrahim bin Sajyar
atau biasa disebut Al-Nashsham. Ia mengingkari
kemukjizatan al-Qur’an dari segi susuan bahasanya,
12
Solahudin dan M. Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 212.
13
Solahudin dan M. Agus Suyadi, 212.

7
mukjizat Nabi SAW dan mengingkari hadits-hadits
yang tidak dapat memberikan pengertian yang pasti
untuk dijadikan sebagai sumber syariat Islam.
Pendapat ini tidak bisa menunjukkan bahwa ini
adalah ajaran Mu’tazilah, bahkan mayoritas ulama
Mu’tazilah misalnya Abu Al-Hudzail Al-‘Allaf dan
Muhammad bin ‘Abd Al-Wahhab Al-Jubba’i justru
menilai bahwa Al-Nadhdham telah keluar dari Islam.14
Maka tidak dapat dikatakan bahwa Mu’tazilah golongan
pengingkar sunnah. Tetapi mungkin ada beberapa
hadits yang mereka kritik apa bila berlawanan dengan
pemikiran mereka.
d. Pembela Sunnah
Pada masa klasik, Imam As-Syafi’i telah
memainkan peran sebagai penunduk kelompok
pengingkar sunnah. Beliau ketika berdebat dengan para
pengingkar sunnah selalu dapat menyampaikan
argumen yang kuat, yang jelas-jelas mampu
meruntuhkan dan membantah argumen yang dimajukan
oleh golonganingkar as-sunnah dan membuktikan
keabsahan sunnah sebagai sumber hukum Islam. Oleh
karena itu Imam As-Syafi’i kemudian diberi julukan
sebagai Nashir As-Sunnah (Pembela Sunnah).
Secara garis besar, Muhammad Abu Zahrah
berkesimpulan bahwa ada tiga kelompok pengingkar
sunnah yang berhadapan dengan Asy-Syafi’i, yaitu :
1. Menolak sunnah secara keseluruhan,
golongan ini hanya mengakui alqur’an saja
yang dapat dijadikan sunnah.
2. Tidak menerima sunnah, kecuali semakna
dengan alqur’an.

14
Solahudin dan M. Agus Suyadi, 214.

8
3. Hanya menerima sunnah mutawatir saja dan
menolak selain mutawatir, yaitu sunnah ahad
Begitulah perkembangan ingkar as-sunnah pada masa
klasik. Yang perlu dicatat pada masa kalsik ini adalah bahwa
kaum ingkar as-sunnah kebanyakan masih merupakan pendapat
perseorangan dan hal itu muncul akibat ketidaktahuan mereka
tentang fungsi dan kedudukan sunnah. Karena itu, setelah diberi
tahu tentang urgensi sunnah, mereka akhirnya menerimanya.
Sementara lokasi ingkar as-sunnah klasik umumnya berada di
Irak, khususnya Bashrah.15 Ingkar as-sunnah mulai berkembang
pada abad 2 H dan akhirnya lenyap dari peredaran pada abad 3H.
Dan mulai muncul lagi pada abad ke 14 H.
2. Ingkar As-Sunnah Masa Kini
Sejak abad ke 3 sampai dengan abad ke 14 H, tidak ada
catatan mengenai ingkar as-sunnah, baik secara perseorangan
maupun kelompok. Pada abad ke 14 pemikiran ingkar as-sunnah
mulai muncul kembali. Apabila masa ingkar as-sunnah klasik
muncul di Bashrah, Irak karena ketidaktahuan mereka tentang
fungsi sunnah, maka ingkar as-sunnah masa kini (modern)
muncul di Kairo Mesir, akibat dari pengaruh pemikiran
kolonialisme yang ingin melumpuhkan dunia Islam.
Syeikh Muhammad Abduh adalah orang yang pertama kali
melontarkan gagasan ingkar as-sunnah pada masa modern.16
Namun ada suatu hal tentang Syeikh Muhammad Abduh dalam
kaitannya dengan hadits, yaitu ia menolak hadits ahad untuk
dijadikan dalil dalam masalah akidah (tauhid). Pemikiran ini
diikuti oleh para muridnya diantaranya Taufiq Shidqi dan Sayyid
Rasyid Ridha. Namun sesudah Syeikh Muhammad Abduh wafat,
Sayyid Rasyid Ridha meneruskan estafet pembaharuan, ia banyak
mendalami ilmu-ilmu fiqh, hadis dan lain-lain, sehingga

15
Solahudin dan M. Agus Suyadi, 215.
16
Solahudin dan M. Agus Suyadi, 216.

9
pengetahuan beliau tentang hadits bertambah. Dan hal ini balik
menjadika Sayyid Rasyid Ridha menjadi tokoh pembela hadits.
Pada tahun 1353 H (1933M) Ismail Adham
mempublikasikan bukunya tentang sejarah hadits. Ia
berkesimpulan bahwa hadits-hadits yang terdapat dalam kitab-
kitab shahih tidak dapat dipertanggung jawabkan sumbernya.
Menurutnya hadits-hadits itu secara umum diragukan
otentisitasnya.

C. Argumen dan Bantahan Ulama Mengenai Inkarussunnah


Adapun argumen-argumen dari Ingkar Sunnah yang dikemukakan
cukup banyak jumlahnya, ada yang berupa argumen-argumen naqli (ayat al-
Qur’an dan Hadits) dan ada yang berupa argumen-argumen non-naqli.
Adapun dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Argumen-argumen Naqli
Yang dimaksud dengan argumen-argumen naqli tidak
hanya berupa ayat-ayat al-Qur’an saja, tetapi juga berupa Sunnah
atau hadits Nabi. Ironis, jika yang berpaham Ingkar Sunnah
menggunakan Sunnah sebagai argumen untuk membela paham
mereka. adapun argumen naqli mereka antara lain:
a. Al-Qur’an Surat al-Nahl: 89 berbunyi :
  
  
 
 
 
 
  
 
 
 

10
 
 
Artinya :(dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami
bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka
dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu
(Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia.
dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat
dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.
b. Al-Qur’an Surat al-An‘am: 38 berbunyi :
   
  
 
   
  
  
   
 
Artinya : “dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di
bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua
sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah
Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian
kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.”

Menurut para pengingkar Sunnah, kedua ayat tersebut


menunjukkan bahwa al-Qur’an telah mencakup segala sesuatu
berkenaan dengan ketentuan agama. Dengan demikian tidak
diperlukan keterangan lain, misalnya dari Sunnah. Menurut
mereka, shalat lima waktu sehari semalam yang wajib didirikan
dan yang sehubungan dengannya, dasarnya bukanlah Sunnah atau
hadits, melainkan ayat-ayat al-Qur’an, misalnya QS. Al-Baqarah:

11
238, Hud: 114, al-Isra’ 78 dan 110, Thaha: 130, al-Hajj: 77, al-
Nur: 58 dan al-Rum: 17-18.31
Dalam kaitannya dengan tata cara shalat, Kasim Ahmad
Pengingkar Sunnah dari Malaysia, menyatakan dalam bahasa
Malaysia: Kita telah mebuktikan bahwa perintah sembahyang
telah diberi oleh Tuhan kepada Nabi Ibrahim dan kaumnya, dan
amalan ini telah diperturunkan, generasi demi generasi, hingga
kepada Nabi Muhammad dan Umatnya.
Ada hikmah yang besar mengapa Tuhan tidak memperinci
bentuk dan kaidah salat dalam al-Qur’an. Pertama karena bentuk
dan kaidah ini telah diajar kepada Nabi Ibrahim dan pengikut-
pengikutnya, dan disahkan untuk diikuti oleh umat Muhammad.
Kedua, karena bentuk dan kaidah ini tidak begitu penting, dan
tuhan ingin memberi kelonggaran kepada umat Muhammad
supaya mereka boleh melakukan salat mereka dalam keadaan apa
juga, seperti dalam perjalanan jauh, dalam peperangan, di Kutub
Utara, atau diangkasa lepas mengikuti cara yang sesuai.
Dengan demikian menurut pengingkar Sunnah, tata cara
salat tidaklah penting; jumlah rakaat salat, cara duduk, cara duduk,
ayat dan bacaan yang dibaca diserahkan kepada masing-masing
pelaku salat. Jadi boleh saja dilakukan dengan bahasa daerah.
Dari argumen-argumen tersebut dapat dipahami bahwa
menurut para pengingkar Sunnah bahwa Nabi Muhammad tidak
berhak sama sekali untuk menjelaskan al-Qur’an kepada umatnya
dan hanya bertugas sebagai penerima wahyu saja dan
menyampaikan kepada umatnya. Mengenai ayat al-Qur’an yang
memerintahkan untuk patuh kepada Rasulullah, hal ini menurut
mereka hanya berlaku ketika Nabi Muhammad hidup dan ketika
jabatan ulul-amri berada ditangan beliau. Jika beliau sudah wafat
dan jabatan ulil-amri sudah berpindah tangan maka kewajiban taat
kepada Rasulullah gugur.
c. Sejumlah riwayat hadis, diantaranya sebagai berikut

12
“Apa yang datang kepadamu dari saya, maka
konfirmasikanlah dengan kitabullah; jika sesuai dengan
kitabullah, maka hal itu berarti saya telah mengatakannya;
dan jika ternyata menyalahi kitabullah, maka itu bukanlah
saya yang mengatakannya. Dan sesungguhnya saya
(selalu) sejalan dengan kitabullah dan dengannya Allah
telah memberi petunjuk kepada saya.”
Menurut para pengingkar Sunnah berdasar riwayat
tersebut, maka yang harus dipegangi bukanlah hadith Nabi
melainkan al-Qur’an. Dan menurut hadits tersebut, hadith
atau sunnah tidaklah berstatus sebagai sumber ajaran
Islam.

2. Argumen-Argumen Non Aqli


Cukup banyak juga argumen-argumen yang termasuk non-
naqli yang telah diajukan oleh para pengingkar Sunnah.
Diantaranya yang terpenting adalah sebagai berikut :
a. Al-Qur’an diwahyukan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad (melalui Malaikat Jibril) dalam bahasa Arab.
Orang yang memiliki pengetahuan dalam bahasa Arab
mampu memahami al-Qur’an secara langsung, tanpa harus
memerlukan penjelasan dari Hadits.
b. Dalam sejarah, umat Islam telah mengalami kemunduran.
Kemundurannya karena terpecah-pecah. Dan sebab
perpecahan tersebut karena umat Islam berpegang kepada
Hadits Nabi.
c. Asal mula Hadits Nabi yang dihimpun dalam kitab-kitab
Hadits adalah dongeng-dongeng semata. Karena Hadits
Nabi yang dihimpun dalam kitab-kitab Hadits adalah
dongeng-dongeng semata. Karena Hadits Nabi lahir setelah
lama Nabi wafat. Yakni pada masa tabi’in dan atba’
altabi’in, yakni sekitar 40-50 tahun setelah Nabi wafat.

13
Dan Hadits yang terhimpun dalam Sahih Bukhari dan
Muslim merupakan Hadits palsu. Disamping itu banyak
matan Hadits yang bertentangan dengan al-Qur’an ataupun
logika.40 Dasar dari argumen ini, sebagaimana dinyatakan
oleh Kassim Ahmad, pengingkar Sunnahdari Malaysia,
adalah pernyataan dari G.H.A. juynboll, seorang orientalis.
d. Menurut dokter Taufiq Sidqi, tiada satupun Hadits Nabi
yang dicatat pada zaman Nabi. Pencatatan Hadits terjadi
setelah Nabi wafat. Sehingga dimungkinkan ada perusakan
dan permainan Hadits pada masa pencatatannya.
e. Menurut pengingkar Sunnah, kritik sanad yang terkenal
dalam ilmu Hadits sangat lemah untuk menentukan
kesahihan hadits dengan alasan sebagai berikut:
1. Dasar kritik sanad itu, yang dalam ilmu Hadits dikenal
dengan ‘ilmu al-Jarh wa al-Ta’dil ilmu yang membahas
ketercelaan dan keterpujian par perawi Hadits, baru
muncul satu tengah abad Nabi wafat.
2. Sahabat Nabi sebagai periwayat Hadits pada generasi
pertama dinilai adil oleh para ulama Hadits pada akhir
abad ketiga dan awal abad ke empat Hijriyah. Dengan
konsep Ta’dil al Sahabah, para sahabat Nabi dinilai
terlepas dari kesalahan dalam melaporkan Hadits.17
Baik pada masa klasik maupun modern, kaum ingkar as-sunnah
memiliki argumen-argumen yang dijadikan pegangan oleh mereka.
diantaranya :
a. Agama bersifat kongkret dan pasti
Mereka berpendapat bahwa agama harus dilandaskan pada
suatu hal yang pasti. Al-qur’an yang kita jadikan landasan itu
bersifat pasti. Sementara apabila kita mendasarkan pada hadist, ia
tidak memiliki kepastian dan bersifat dhanni(dugaan kuat) tidak

17
Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis: Pengantar Studi Hadis Praktis (Malang: UIN Mlang
Press, 2008), 147–48.

14
sampai peringkat pasti. Argumen ini dipakai oleh Taufiq Shidqi
(Mesir) dan Jam’iyah Ahl Al-Qur’an (Pakistan).
Bantahan untuk argumen pertama kurang lebihnya sebagai
berikut. Al-qur’an sendiri meskipun kebenarannya sudah diyakini
sebagai kallamullah tidak semua ayat memberikan petunjuk
hukum yang pasti. Contohnya saja dalam hukum shalat, kita
diwajibkan untuk shalat lima waktu dalam sehari, namun tidak
dijelaskan berapa rakaatnya. Nah disinilah dibutuhkan sunnah.
b. Al-Qur’an sudah lengkap
Jika kita berpendapat al-Qur’an masih memerlukan
penjelas, maka berarti kita secara tegas mendustakan al-Qur’an
yang telah membahas segala hal secara tuntas. Argumen ini
dipakai oleh Taufiq Shidqi dan Abu Rayyah.
c. Al-Qur’an tidak memerlukan penjelas
Al-Qur’an tidak memerlukan penjelas, justru sebaliknya
Al-Qur’an merupakan penjelas terhadap segala hal. Para
pengingkar sunnah menganggap al-Qur’an sudah cukup karena
memberikan penjelasan terhadap segala masalah. Argumen ini
dipakai oleh Taufiq Shidqi dan Abu Rayyah.
Bantahan untuk argumen yang kedua dan ketiga adalah
sebagai berikut. Allah telah membebankan Nabi Muhammad SAW
untuk menerangkan isi al-Qur’an. Apakah diperbolehkan seorang
muslim menolak penjelasan tentang al-Qur’an dari Nabi? Dan
memakai al-Qur’an sesuai dengan pemahamannya sendiri?18

D. Inkarussunnah di Indonesia
Paham Ingkar Sunah muncul di Indonesia secara terang-
terangan kira-kira terjadi pada tahun 1980-an. Persisnya menurut Zufran
Rahman (seorang peneliti pemikiran Ingkar Sunah dan Dosen IAIN Jambi)
pada tahun 1982-1983. Tetapi bukti menunjukkan, bahwa pada 1981 paham
ini sudah ada seperti yang terjadi di Bogor pimpinan oleh H. Endi Suradi

18
Solahudin dan M. Agus Suyadi, Ulumul Hadis, 219–25.

15
dan 1982 aliran sesat yang diajarkan H. Sanwani asal kelahiran Pasar
Rumput itu sudah berlangsung sejak November 1982.
Berikut beberapa tokoh inkarussunnah di Indonesia:
1. Ir. M Ircham Sutarto
Ir. M. Ircham Sutarto adalah Ketua Serikat Buruh
Perusahaan Unilever Indonesia di Cibubur Jawa Barat. Menurut
Hartono Ahmad Jaiz (Peneliti Ingkar Sunah) dialah tokoh Ingkar
Sunah dan orang pertama yang menulis diktat dengan tulisan
tangan.
Di antara ajarannya yang dimuat dalam Diktat dan dikutip
oleh Ahmad Husnan adalah sebagai berikut :
a. Taat kepada Allah, Allah itu ghaib. Taat kepada Rasul,
Rasulpun telah wafat. Jadi tidak ada jalan kedua-duanya
untuk melaksanakan taat dengan arti yang sebenarnya
b. Allah telah mengajarkan al-Qur’an kepada Rasul. Rasul
telah mengajarkan al-Qur’an kepada manusia. Al-Qur’an
satu-satunya yang masih ada. Allah dan Rasul-Nya
menunggal dalam ajaran agama
c. Al- Qur’an adalah omongan Allah dan omongan Rasul.
Itulah arti taat kepada Allah dan kepada Rasul
d. Keterangan al-Qur’an itu ada di dalam al-Qur’an itu
sendiri. Jadi tidak perlu dengan keterangan yang
disebut al-sunah atau hadis
e. Semua keterangan yang datang dari luar al-Qur’an adalah
hawa. Jadi hadis Nabipun termasuk hawa. Karena itu tidak
dapat diterima sebagai hujah dalam agama
f. Apa yang disebut Hadis-hadis Nabi itu tidak lain hanya
dongeng-dongeng tentang Nabi yang didapat dari mulut ke
mulut. Timbulnya dari gagasan orang-orang yang hidup
antara tahun 180 sampai dengan 200 setelah wafatnya
Rasul

16
g. Rasul tidak ada hak mengenai urusan perintah agama.
Olehnya dibawakan ayat QS Ali Imran/3 : 128 :
”Tidaklah ada (haq) wewenang bagi kamu tentang urusan
(perintah) sedikitpun”. (terjemahan M Ircham Sutarto)
h. Perbedaan Muhammad sebagai Rasul dan Muhammad
sebagai manusia ; Apabila Muhammad menyampaikan,
membacakan mengajarkan al-Qur’an dan hikmah, di saat
itu Muhammad sebagai Rasul. Sedang apabila tidak
demikian, dalam arti Muhammad sedang melakukan segala
sesuatu dalam kehidupan sehari-hari dengan segala fi’il
dan qaulnya, di saat itu Muhammad sebagai manusia biasa.
i. Semua manusia telah tersesat sebelum mendapat wahyu,
termasuk Muhammad saw. Dalilnya QS. Al-Baqarah/2 :
198
Dan ingatlah kepadanya seperti yang telah kami tunjukkan
kepadamu dan sesungguhnya kamu (Muhammad)
sebelumnya benar-benar orang tersesat.
j. Di dalam agama, perbuatan lahiriah merupakan
pelengkap batiniah atau iman

2. Abdurrahman
Diantara ajarannya:
a. Tidak ada adzan dan iqamat pada saat akan melaknasankan
salat wajib
b. Seluruh salat masing-masing hanya dikerjakan dua rakaat.
c. Puasa Ramadhan hanya dilaksanakan bagi yang melihat
bulan saja berdasarkan QS. Al-Baqarah/2 : 185:
Karena itu barang siapa di antara kamu hadir ( di negeri
tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu”.
Mereka memahami ayat ini bahwa yang wajib berpuasa
adalah yang melihat bulan saja, bagi yang tidak

17
melihatnya tidak diwajibkan berpuasa, akhirnyua mereka
tidak ada yang berpuasa karena mereka tidak melihatnya

3. Dalimi Lubis dan Nazwar Syamsu


Dalimi Lubis salah seorang oknum karyawan Kantor
Departemen Agama Padang Panjang, lulusan IKIP
Muhammadiyah Padang. Menurut M Djamaluddin (tokoh
pemberantasan Ingkar Sunah Indonesia) dialah pimpinan gerakan
Ingkar Sunah Sumatra Barat. Penyebaran paham Ingkar
Sunah dilakukan melalui tulisan-tulisannya baik dalam bentuk
artikel maupun buku dan kaset rekaman ceramahnya yang
direproduksi oleh PT Ghalia Indonesia. Di antara tulisan artikel
Dalimi Lubis tentang penghujatan terhadap perawi Hadis Abu
Hurairah dimuat di Suara Muhammadiyah No. 05/80/1995. Judul
buku-buku karyanya antara lain ; Alam Barzah dan Adapun
Hukum dalam Islam Hanya al-Qur’an Saja.

4. As’ad bin Ali Baisa


Di antara ajarannya ialah sebagai berikut :
a. Shalat Jum’at harus dikerjakan 4 rakaat
b. Bagi yang terpaksa berbuka pada bulan suci Ramadhan
karena sakit atau bepergian tidak perlu menggantinya.
Sedangkan bagi wanita yang haid harus melakukan shalat.
c. Hadis Bukhari Muslim suatu Hadis yang bidayatul
mujtahid (mujtahid pemula).Isinya banyak yang
bertentangan dengan al-Qur’an dan merekalah sebagai
pemecah umat Islam.
d. Orang yang habis mengambil air wudu jika terkencing dan
buang angin tidak perlu repot-repot mengulangi wudunya,
bisa terus shalat saja

18
e. Mi’raj Nabi hanyalah dongeng dan khayalan saja.19

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas, dapat kita simpulkan beberapa hal, yaitu :
1. Inkarussunnah adalah paham atau pendapat perorangan atau paham
kelompok,bukan gerakan dan aliran,ada kemungkinan paham ini dapat
menerima sunnah selain sebagai sumber hukum Islam, misalnya
sebagai fakta sejarah,budaya,tradisi,dll. Sunnah yang diinkari adalah
sunnah yang shahih, baik secara substansial, yaitu sunnah praktis
pengalaman Al-qur’an (sunnah ‘amaliyah) atau sunnah formal yang
dikodifikasikan para ulama meliputi perbuatan, perkataan, dan
persetujuan nabi SAW.
2. Sejarah perkembangan ingkar as-sunnah dapat dibagi ke dalam dua
masa yakni masa klasik dan masa kini (modern).
3. Adapun argumen-argumen dari Ingkar Sunnah yang dikemukakan
cukup banyak jumlahnya, ada yang berupa argumen-argumen naqli
(ayat al-Qur’an dan Hadits) dan ada yang berupa argumen-argumen
non-naqli.
4. Inkarussunnah di Indonesia muncul pada tahun 1980-an tetapi bukti
yang ada pada tahun 1982-1983. Tokoh-tokoh inkarussunnah di
Indonesia adalah: Ir. M Ircham Sutarto, Abdurrahman, Dalimi Lubis
dan Nazwar Syamsu, As’ad bin Ali Baisa

19
Hardianto Angga, “Makalah Hadis Ingkar Sunnah,” diakses 26 November 2018,
http://angga-hardianto1994.blogspot.com//2014/01/makalah-hadits-ingkar-sunnah.html9.

19
DAFTAR PUSTAKA

Angga, Hardianto. “Makalah Hadis Ingkar Sunnah.” Diakses 26 November 2018.


http://angga-hardianto1994.blogspot.com//2014/01/makalah-hadits-ingkar-
sunnah.html9.
Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis. Jakarta: Amzah, 2012.
Relit Nur Adi. “As-Sunnah (Hadits) (Suatu Kajian Aliran Ingkar Sunnah).” Jurnal
ASAS Vol. 6, no. No. 2 (Juli 2014).
Smeer, Zeid B. Ulumul Hadis: Pengantar Studi Hadis Praktis. Malang: UIN
Mlang Press, 2008.
Solahudin, dan M. Agus Suyadi. Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Sulidar, Sulidar. “Liberalisme Golongan Inkarussunnah Di Indonesia Dan
Malaysia.” MIQOT: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman 34, no. 2 (2 Desember
2010). https://doi.org/10.30821/miqot.v34i2.202.
Sumbulah, Umi. Kajian Kritis Ilmu Hadis. Malang: UIN MALIKI PRESS, 2010.
Suryadilaga, M. Alfatih, dan dkk. Ulumul Hadis. Yogyakarta: Teras, 2010.
Wahid, Ramli Abdul. Studi Ilmu Hadis. Cipta Pustaka Media, 2005.
Zuhri, Muh. Hadis Nabi Telaah Historis & Metodologis. Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya, 2011.

20
21

Anda mungkin juga menyukai