Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat
berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan dalam
aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya.
Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat secara oral atau melalui mulut (Ansel,
1989).
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga banyak
mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan sediaan tablet
adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan
penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan yang lain (Lachman dkk., 1994).
Tablet adalah sedian padat, dibuat secara kempa-cetak, berbentuk rata atau
cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau
tanpa zat tambahan. (Anief. M 1996)
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempacetak, dalam bentuk
tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu
jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang di gunakan
dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat
pembasah, atau zat lain yang cocok. (FI III 1997)
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. (FI IV 1995)
2. bentuk dan ukuran tablet
Tablet terdapat dalam berbagai bentuk, ukuran, bobot, kekerasan, ketebalan, sifat
solusi dan disintegrasi dan dalam aspek lain, tergantung pada penggunaan yang di
maksud dan metode pembuatannya. Tablet biasanya berbentuk bundar dengan
permukaan datar, atau konveks. Bentuk khusus, sepert kaplet, segitiga, lonjong, empat
persegi, dan enam persegi ( heksagonal ) telah di kembangkan oleh beberapa pabrik untuk
membedakan produknya untuk membedakan produknya terhadap produk pabrik lainnya.
Tablet dapat dihasilkan dalam berbagai bentuk, dengan membuat pons dan lubang kempa
(lesung tablet) cetakkan yang didesain khusus.
Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan tambahan
yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum digunakan adalah bahan
pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan pelicin atau zat lain yang cocok.
Bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan tablet harus inert, tidak toksik dan
mampu melepaskan obat dalam keadaan relatif konstan pada jangka waktu tertentu
(Soekemi, dkk, 1987).
Bahan pelicin adalah bahan untuk meningkatkan daya alir granul pada corong
pengisi, mencegah melekatnya massa pada punch dan die, mengurangi gesekan antara
butir-butir granul dan mempermudah pengeluaran tablet dari die (Voigt, 1995).
Bahan pelicin ditambahkan pada pembuatan tablet yang berfungsi untuk
mengurangi gesekan yang terjadi antara dinding ruang kempa dengan tepi tablet selama
pentabletan (lubrikan), memperbaiki sifat alir granul (glidant), atau mencegah bahan yang
dikempa agar tidak melekat pada dinding ruang kempa dan permukaan punch (anti
adherent). Konsentrasi amilum sebagai glidant 1-10% dan sebagai anti adherent 3-10%
(Siregar, 2010; Rowe, dkk., 2006).
3. Pembuatan Tablet
Untuk pembuatan tablet diperlukan zat tambahan berupa:
1. Zat pengisi dimasukkan untuk memperbesar volume tablet. Biasanya digunakan
Saccarum Lactis, Amylum Manihot, Calcii Phosphas, Calcii Carbonas dan zat lain yang
cocok.
2. Zat pengikat dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat. Biasanya
yang digunakan adalah mucilago Gummi Arabici 10-20% (panas), Solutio
Methylcellulosum 5%.
3. Zat penghancur dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut. Biasanya yang
digunakan adalah Amylum Manihot kering, Gelatinum, Agar-agar, Natrium Alginat.
4. Zat pelicin dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan. Biasanya digunakan
Talcum 5%, Magnesii Stearas, Acidum Stearinicum.
Dalam pembuatan tablet, zat bekhasiat, zat-zat lain kecuali pelicin dibuat granul (butiran
kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan tablet dengan baik maka dibuat
granul agar mudah mengalir mengisi cetakan serta menjaga agar tablet tidak retak (Anief,
2000).
4. Jenis dan Penggolongan Tablet
1. Tablet oral untuk dimakan Hampir 90% tablet yang dibuat saat ini penggunaannya
melalui mulut. Tablet yang digunakan melalui mulut di rancang untuk dapat langsung
ditelan, kecuali tablet kunyah.
a. Tablet kempa atau tablet kempa standar Tablet pada kategori ini biasanya dikehendaki
untuk memberi disintegrasi dan pelepasan obat yang cepat. Kebanyakan tablet jenis ini
mengandung obat yang diharapkan berefek lokal dalam saluran cerna.
b. Tablet kempa ganda Ada dua kelompok tablet yang dikempa beberapa kali yaitu: tablet
berlapis dan tablet yang disalut dengan pengempaan. Kedua jenis tablet ini merupakan
sistem dua komponen atau tiga komponen; tablet dengan dua atau tiga lapisan adalah
suatu tablet di dalam tablet. Kedua jenis tablet ini biasanya mengalami pengempaan ringan
sambil setiap komponen diletakkan, dengan pencetakan utama pada akhirnya menjadi
satu. Tablet dalam kategori ini biasanya dibuat untuk salah satu dari kedua alasan yaitu:
untuk memisahkan secra fisika atau kimia bahanbahan yang tidak dapat bercampur, atau
untuk menghasilkan produk dengan kerja ulang atau produk dengan kerja yang
diperpanjang.
c. Tablet dengan kerja berulang Tablet yang dicetak beberapa kali menghasilkan produk
dengan kerja berulang, dimana satu lapis tablet berlapis atau bagian luar tablet yang
disalut dengan pencetakan memberikan dosis permulaan, disintegrasi yang cepat di dalam
lambung. Lapisan yang lain atau tablet yang di bagian dalam diformulasi dengan
komponen-komponen yang tidak larut di dalam cairan lambung tetapi dilepaskan di dalam
lingkungan usus. Kelemahan bentuk obat dalam kategori ini yaitu untuk produk dengan
kerja yang diulang sangat tergantung pada pengosongan lambung
d. Tablet aksi diperlama dan tablet salut enterik Bentuk tablet aksi diperlama dimaksudkan
untuk melepaskan obat sesuah penundaan beberapa lama, atau setelah tablet memalui
satu bagian saluran cerna ke bagian lainnya. Tablet salut enterik merupakan contoh
produk tablet aksi diperlama yang paling umum. Semua tablet salut enterik (yang tetap
utuh di lambung, tapi dengan cepat melepas di usus bagian atas) merupakan tipe tablet
aksi diperlama.
f. Tablet salut lapisan tipis Tablet yang disalut dengan lapisan tipis atau tablet salut film
sudah dikembangkan sebagai suatu alternatif prosedur untuk pembuatan tablet salut yang
obatnya tidak diperlukan dalam penyalutan.
g. Tablet kunyah Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah di mulut sebelum ditelan
dan bukan untuk ditelan utuh. Tujuan dari tablet kunyah adalah untuk memberikan suatu
bentuk pengobatan yang dapat diberikan dengan mudah kepada anak-anak atau orang
tua, yang mungkin sukar menelan obat utuh.
2. Tablet yang digunakan dalam rongga mulut
a. Tablet buccal dan sublingual Kedua jenis tablet ini dimaksudkan untuk diletakkan di
dalam mulut, agar dapat melepaskan obatnya sehhingga diserap langsung oleh selaput
lendir mulut. Kedua jenis tablet ini biasanya kecil dan rata, diletakkan diantara pipi dalam
dengan gigi (tablet buccal), atau dibawah lidah (tablet sublingual). Obat-obatan yang
diberikan dengan cara ini dimaksudkan agar memberikan efek sistemik, dan karena itu
harus dapat diserap dengan baik oleh selaput lendir mulut.
b. Troches dan lozenges (tablet isap) Kedua jenis tablet ini adalah bentuk lain dari tablet
untuk pemakaian dalam rongga mulut. Penggunaan kedua jenis tablet ini dimaksudkan
untuk memberi efek lokal pada mulut atau kerongkongan.

5. Kelebihan sediaan tablet


 Mudah digunakan, tidak memerlukan keahlian khusus.
 Dosis mudah diatur karena merupakan sistem satuan dosis (unit dose system)
 Efek yang ingin dihasilkan dapat diatur : lepas lambat, extended release, enteric
tablet,orros, dsb.
 Bentuk sediaan tablet lebih cocok dan ekonomis untuk produksi skala besar.
 Dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak (dengan penambahan salut
selaput/salut gula).
 Bentuk sediaan tablet memiliki sifat stabilitas gabungan kimia, mekanik, dan
mikrobiologi yang cenderung lebih baik dibanding bentuk sediaan lain.
6. kelemahan peberian obat dalam bentuk sediaan tablet, antara lain:
 Dapat menimbulkan kesulitan dalam terapi individual : pahit, terlalu besar → sulit
ditelan, sakit tenggorokan, dsb.
 Waktu hancur lebih lama dibanding bentuk sediaan lain, seperti larutan, injeksi,
dsb.
 Tidak dapat digunakan pada pasien yang tidak sadar / pingsan.
 Sasaran kadar obat dalam plasma lebih sulit tercapai
7. BAHAN TAMBAHAN DALAM FORMULASI TABLET:
 Zat pengisi, digunakan untuk memperbesar volume tablet. Zat-zat yang digunakan
seperti: Amilum Manihot, Kalsium Fosfat, Kalsium Karbonat, dan zat lain yang cocok.
 Zat pengikat, digunakan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat. Zat-zat
yang digunakan seperti: Musilago 10-20% b /v, larutan Metilcellulosum 5% b /v.
 Zat penghancur, digunakan agar tablet dapat hancur dalam saluran pencernaan.
Zatzat yang digunakan seperti: Amilum Manihot kering, Gelatin, Natrium Alginat.
 Zat pelicin, digunakan untuk mencegah agar tablet tidak melekat pada cetakan. Zat-
zat yang digunakan seperti: Talkum 5% b /b, Magnesium stearat, Natrium Benzoat
Dalam suatu sediaan farmasi, selain bahan aktif juga dibutuhkan eksipien/bahan
tambahan. Eksipien merupakan bahan bukan bahan aktif yang ditambahkan dalam
formulasi suatu sediaan untuk berbagai tujuan atau fungsi. Walaupun eksipien bukan
merupakan bahan aktif, eksipien sangat penting untuk keberhasilan produksi sediaan
yang dapat diterima. Saat ini penggunaan tanaman secang di masyarakat masih
terbatas dalam bentuk minuman seduhan. Penyajian dalam bentuk seduhan
dirasakan kurang praktis, baik sisi pembuatan maupun sisi penggunaan. Dengan
ODT, sediaan yang mengandung secang ini bisa digunakan lebih mudah dan
praktis digunakan dimana saja dan kapan saja. Oleh karena itu,pada penelitian
ini akan dilakukan formulasi Orally Disintegrating Tablets(ODT) ekstrakkayu
secang (Caesalpinia sappan L.)
Tanaman secang (Caesalpinia sappanL.) mengandung zat berkhasiat sebagai
antioksidan kuat dapat meredam bahaya radikal bebas yang menjadi penyebab
timbulnya penyakit kronis seperti kanker, jantung koroner, hipertensi, diabetes. Tubuh
memerlukan antioksidan eksogen yang dapat membantu melindungi tubuh dari
serangan radikal bebas yang berlebih dengan meredam dampak negatif senyawa
ini. Dalam pengobatan tradisional kayu secang biasa digunakan dengan cara diseduh
untuk mengurangi penyakit antara lain batuk berdarah (TBC), diare, disentri, penyakit
mata, sebagai antialergi, antikoagulan, dan antitrombus. Kandungan tanaman
secang antara lain senyawa terpenoid, fenilpropan, alkaloid steroid, sapanin dan
flavonoid. Batang dan daun mengandung alkaloid, tanin, fitosterol, zat warna
brazilin, dan minyak atsiri (Depkes RI, 1979; Sudarsono, et al., 2002; Kosasih, et al.,
2006; (Sunarni, et al., 2007).

Berdasarkan penelitian Safitri, 2002, ekstrak kayu secang (Caesalpinia


sappanL.) hasil penapisan mengandung lima senyawa aktif yang terkait
dengan flavonoid baik sebagai antioksidan primer maupun antioksidan sekunder.

Anda mungkin juga menyukai