Anda di halaman 1dari 3

Resiko Intoleransi Tujuan : Setelah a. Bantuan a.

membantu
akktivitas dilakukan tindakan perawatan diri mempermudah
berhubungan keperawatan selam b. Jaga perawatan diri
dengan kreletihan 3x24 jam lingkungan pasien
diharapkan tidak pasien aman, b. mempermudah
terjadi intoleransi bersih dan ADL pasien
aktivitas tidak tenang c. melatih pasien
tergannggu, c. Ajarkan meningkatkan
melakukan peningkatan aktivitas
aktivitas sesuai latihan sehari-hari
dengan kebutuhan d. Monitor KU d. mengetahui
secara mandiri dan TTV perkembangan
Kriteria Hasil : e. Beri waktu kondisi klinis
a. Mampu istirahat yang pasien
menyatakan tingkat cukup e. meningkatkan
kelelahan daya tahan
berkurang klien,
b. Tanda-tanda mencegah
vital dalam rentang kelelahan
normal setelah
melakukan aktifitas
ringan
c. Mampu
melakukan
perawatan diri
aktivitas sehari-hari
(ADL) dengan
mandiri

PEMBAHASAN
Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapat terjadi tanpa penyebab
yang jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat terpuntirnya apendiks
atau pembuluh darahya (Corwin, 2009). Appendiks adalah tonjolan kecil mirip jari di
dasar sekum atau berbentuk kantung buntu di bawah tautan antara usus halus dan usus
besar di katup ileosekum. (Sandi, 2013)
Berdasarkan teori diatas maka An. F usia 10 tahun 8 bulan dapat dikatakan
menderita appendicitis yang ditandai dengan adanya nyeri perut, demam naik turun.
Pemberian terapi serta tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam yang jelas
diharapkan bisa dimengerti oleh keluarga pasien dan bisa melaksanakan semua yang
telah dianjurkan sehingga masalah dapat teratasi.
Pada An. F telah dilakukan analisa data dengan hasil tidak ada kesenjangan
antara teori dengan hasil pengkajian. Diagnosa yang muncul pada asuhan
keperawatan : 1) nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (prosedur
appendictomy), 2) Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan adanya mual dan 3) resiko intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan
Pada diagnosa pertama telah dilakukan pengkajian nyeri, pengukuran TTV,
mengajarkan distraksi dan relaksasi nafas dalam, pemberian terapi, sedangkan
diagnosa kedua dilakukan pemantauan BB, anjurkan makan sedikit tapi sering, pantau
adanya mual, muntah, pengkajian nutrisi. Pada diagnosa ketiga resiko intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan dilakukan tindakan bantuan perawatan diri,
jaga lingkungan pasien aman, bersih dan tenang, ajarkan peningkatan latihan, monitor
KU dan TTV, beri waktu istirahat yang cukup
Dari ketiga diagnosa yang ada dan telah dilakukan implementasi selama 3x24
jam, diagnosa kedua dan ketiga teratasi sedangkan diagnosa pertama belum teratasi
dan planning selanjutnya adalah lanjutkan intervensi monitor TTV, mengkaji nyeri,
pemberian terapi medis, ajarkan teknik distraksi dan relaksasi nafas dalam saatnyeri
bertambah

KESIMPULAN
Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapat terjadi tanpa penyebab
yang jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat terpuntirnya apendiks
atau pembuluh darahya (Corwin, 2009). Appendiks adalah tonjolan kecil mirip jari di
dasar sekum atau berbentuk kantung buntu di bawah tautan antara usus halus dan usus
besar di katup ileosekum. (Sandi, 2013)
Pada kasus asuhan keperawatan pada pada An. F usia 10 tahun 8 bulan di ruang
Melati RSUD Tugurejo Semarang berdasarkan tanda gejala, hasil Appendictogram
pasien dinyatakan mengalami appendicitis dan telah dilakukan prosedur
appendictomy. Terdapat 3 diagnosa yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
fisik (prosedur appendictomy), Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya mual dan resiko intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan. Telah diberikan tindakan keperawatan dan terapi
medis.

Anda mungkin juga menyukai