Anda di halaman 1dari 7

DAFTAR ISI

Hal.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahasa
B. Korelasi Antara Bahasa dan Psikologi
C. Arti Penting Bahasa dalam Psikologi
D. Tahap Perkembangan Bahasa
E. Implikasi Bahasa dalam Pendidikan
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampauan mempelajari bahasa merupakan nikmat yang luar biasa yang diberikan
Allah SWT kepada manusia, sekaligus menjadikan salah satu pembeda dengan ciptaan Allah
SWT lainnya. Bahasa merupakan sarana utama manusia dalam memperoleh ilmu
pengetahuan.
Setiap budaya manusia memiliki bahasa, bahasa manusia berjumlah ribuan, yang
begitu bervariasi diatas permukaan bumi. Keberagaman bahasa menunjukan bahwa bahasa
telah menjadi alat yang penting bagi kehidupan manusia. Bahkan sejak kecil manusia telah
belajar memahami bahasa yang merupakan alat komunikasi dengan orang disekitarnya,
dimulai dengan celoteh atau isyarat hingga manusia dapat berkomunikasi lancar dengan
lawan komunikasi, yang semua itu melalui perkembangan setahap demi setahap berusaha
untuk mendapatkan manfaat-manfaat, baik dalam segi keilmuan maupun yang lainnya
ditinjau dalam ilmu psikologi. Yang pada makalah berikut akan membahas
pandangan bahasa dalam psikologi.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian bahasa menurut psikolog dan ahli linguistik?
b. Apa korelasi antara bahasa dan psikologi?
c. Apa arti penting bahasa dalam psikologi?
d. Apa teori-teori dalam perkembangan bahasa?
e. Apa implikasi bahasa dalam pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui lebih mengetahui tentang pandangan psikologi mengenai bahasa.
b. Untuk menambah wawasan dan pengalaman kami sebagai mahasiswa/i.
c. Memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahasa
Bahasa meliputi suatu sistem simbol yang kita gunakan untuk berkomunikasi satu
sama lain. Pada manusia, bahasa ditandai oleh daya cipta manusia yang tidak pernah habis
dan adanya sebuah sistem aturan, yang dimaksud daya cipta yang tidak pernah habis ialah
suatu kemampuan individu untuk menciptakan sebuah kalimat bermakna yang tidak pernah
berhenti dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan yang terbatas, yang menjadikan
bahasa sebagai upaya yang sangat kreatif. Para ahli linguistik memandang bahasa merupakan
suatu struktur hierarkis yang komponen-komponennya berkisar dari komponen yang
sederhana hinggga yang rumit seperti fonem, morfem, dan sintaksis.[1]
Fonologi ialah studi tentang system bunyi-bunyian bahasa. Ketentuan-ketentuan
fonologi menjamin bahwa urutan bunyi tertentu terjadi (misalnya sp, ba, atau ar) dan yang
lain tidak terjadi (misalnya zx atau qp). Salah satu conto fonem yang abik dalm bahasa
inggris yang baik adalah /k/, yakni bunyi yang dibentuk oleh huruf k dalam kataski dan
huruf c dalam kata cat. Walaupun bunyi /k/ sedikit berbeda dalam kata ini, variasinya tidak
dibedakan, dan bunyi /k/ dan bunyi /k/ digambarkan sebagai bunyi tunggal. Dalam beberapa
bahasa, seperti bahasa Arab, jenis variasi mewakili fonem yang terpisah.
Morfologi ialah rangkaian bunyi-bunyian terkecil yang member makna kepada apa
yang kita ucapkan dan dengar. Setiap kata dalam bahsa inggris memiliki satu atau lebih
morfem. Missal yang memiliki satumorfem adalahhelp kemudian akan memiliki dua morfem
apabila di tambah er menjadi helper , dimana morfem er memiliki arti “orang yang” dalam
hal ini “oarng yang menolong”. Akan tetapi tidak semua morfem dapat diartikan
(misalnya pre, tion, dan ing).
Sintaksis ialah kata-kata yang dikombinasikan untuk membentuk ungkapan dan
kalimat yang dapat diterima. Jumlah kata-kata yang dapat dihasilkan manusia hanya di batasi
oleh waktu dan imajinasi, dan keduanya tersedia secara berlimpah.dalam memahi struktur
bahasa , para ahli linguistic telah memusatkan upaya mereka dala dua aspek: produktifitas
dan regularitas. Produktifitas mengacu pada ketidak batasan suatu kalimat, frase, atau ucapan
yang mungkin muncul dalam suatu bahasa, regularitas mengacu pada pola-pola sistematik
dalam kalimat, frase, atau ucapan(“Anak itu memukul bola” bukannya “bola anak memukul
itu”).[2]

Sedangkan, menurut para psikolog kognitif, bahasa adalah suatu sistem komunikasi
yang didalamnya pikiran-pikiran dikirimkan (transmitted) dengan perantara suara
(sebagaimana dalam percakapan) atau simbol (sebagaimana dalam kata-kata tertulis atau
isyarat-isyarat fisik).
B. Korelasi Antara Bahasa dan Psikologi
Linguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa, dengan topik pembelajaran
mengenai struktur bahasa dan berfokus pada pendeskripsian suara-suara, makna-makna dan
tata bahasa dalam percakapan. Para psikolog umumnya mempelajari cara manusia
menggunakan bahasa. Ilmu yang menggabungkan pendekatan tersebut (yakni psikologi dan
linguistik) disebut psikolinguistik.[3]
Psikolinguistik mempelajari faktor-faktor psikologis dan neurobiologis yang
memungkinkan manusia mendapatkan, menggunakan, dan memahami bahasa. Kajiannya
semua lebih banyak bersifat filosofis, karena masih sedikitnya pemahaman tentang
bagaimana otak manusia berfungsi. Oleh karena itu psikolinguistik sangat erat kaitannya
dengan psikologi kognitif. Penelitian modern yang digunakan sekarang ini menggunakan
pendekatan biologi, neurologi, ilmu kognitif dan teori informasi untuk mempelajari cara otak
memroses bahasa.
Dalam penelitian modern psikologi mempelajarai bahasa menggunakan pendekatan
biologis. Pakar bahasa Noam Chomsky (1957) yakin manusia terikat secara biologis untuk
mempelajari bahasa pada suatu waktu tertentu dan dengan cara tertentu, ia mengatakan
bahwa anak-anak dilahirkan ke dunia dengan alat penguasa bahasa (Language Acquisition
Device, LAD), yaitu keterkaitan biologis pada anak untuk mendeteksi kategori bahasa
tertentu (fonologi, sintaksis, dan semantik).
Psikologi mempelajari bagaimana cara manusia menggunakan bahasa, diantaranya
melalui faktor neurologis, yaitu melakukan observasi terhadap otak manusia melalui
sejumlah cara diantarangya pemeriksaan klinis, stimulasi elektrik terhadap otak, prosedur-
prosedur psycosurgery (pembedahan terkait eksperimen psikologi), pemeriksaan
farmaseutical, dan teknologi pencintraan.[4]
Studi mengenai bahasa adalah studi yang dianggap penting oleh para psikolog
kognitif. Perkembangan bahasa menciptakan sebuah abstraksi yang unik yang menjadi dasar
kognisi manusia. Sekalipun bentuk-bentuk kehidupan yang lain (hewan) memiliki ciri
berkomunikasi yang rumit, tingkat abstraksi yang digunakan oleh manusia tetaplah jauh lebih
besar.

C. Arti Penting Bahasa dalam Psikologi


Untuk mengingat tentang pentingnya mempelajari bahasa, ayat Al Quran yang
pertama kali turun berisi anjuran untuk membaca. Ayat tersebut menyinggung tentang
anugrah Allah SWT kepada manusia karena manusia diberi kemampuan untuk melakukan
segala hal. Melalui hidayah-Nya manusia dapat mengetahui hampir seluruh hal di dunia
ini.(kecuali hal-hal tertentu yang hanya diketahui oleh Allah). Firman Allah, ”Bacalah
dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan dari segumpal
darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang maha pemurah. Yang mengajar manusia dengan
perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya,”(Qs. Al
‘Alaq [96]:1-5). Al Qur’an juga mengingatkan perbedaan manusia dengan makhluk lainnya
dalam hal memahami dan mempelajari bahasa saat membangun pemikiran. Firman Allah,
“Dia menciptakan manusia. Mengajari pandai bicara.”(Qs. Ar-Rahman [55]:3-4).[5]
Kemampuan manusia dalam mempelajari bahasa telah mambantu pembentukan
pemahaman dengan cepat, yang digunakan untuk berpikir serta mempelajari informasi baru.
Dengan menggunakan beberapa pemahan dalam berpikir dan menggunakan kata sebagai
tanda dari pemahaman, maka seseoarang mampu menampung seluruh hal didalam otaknya
memelalui tanda. Disamping itu ia dapat melakukan eksperimen, merangkai membandingkan,
menyingkap hubungan-hubungan yang ada, serta menyimpulkan beberapa prinsip dan
perundang-undangan yang dapat membantu pengembangan kajian ilmiah.[6]
Mantan luar negeri Jerman Henry Kissinger mengilustrasikan teori bahwa ada suatu
periode yang penting untuk mempelajari bahasa. Menurut teori ini orang yang bermigrasi
setelah berusia 12 tahun kemungkinan akan berbicara bahasa negara yang baru dengan aksen
asing pada sisi hidupnya, tetapi kalau anak bermigrasi sebagai anak kecil, aksen hilang ketika
bahasa baru dipelajari (Asher & Garcia, 1969).[7] Menurut pemahaman paragraf diatas,
terdapat suatu periode penting dalam mempelajari bahasa, dan telah jelas bahwa masa remaja
menandai akhir periode yang penting untuk mempelajari ketentuan-ketentuan fonologis. Jika
pengenalan bahasa tidak terjadi sebelum masa remaja maka ketidak mampuan dalam
menggunakan tata bahasa yang bagus akan dialami seumur hidup.[8]
Pembahasan tentang pentingnya bahasa dalam kehidupan tidak lepas dari proses
bahasa itu sendiri yaitu perkembangannya, yang pada sub-bab selanjutnya akan dibahas lebih
mendalam mengenai perkembangan bahasa.

D. Tahap Perkembangan Bahasa


Berdasar pada pentingnya bahasa dalam kehidupan, maka penting untuk mengetahui
tentang tahap-tahap dalam perkembangan bahasa. Laura E. Berk (1989) menyatakan bahwa
perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang paling kompleks dan
mengagumkan. Berdasarkan hasil-hasil penelitian maka para ahli psikologi perkembangan
mendefinisikan perkembangan bahasa sebagai kemampuan individu dalam menguasai
kosakata, ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun waktu tertentu sesuai
dengan perkembangan unsur kronologisnya. Secara umum, perkembangan keterampilan
berbahasa pada individu menurut Berk (1989) dapat dibagi ke dalam 4 komponen, yaitu:
 Fonologi (phonology), berkenaan dengan bagaimana individu memahami dan mengahasilkan
bunyi bahasa.
 Semantik (semantics), merujuk kepada makna kata atau cara yang mendasari konsep-konsep
yang diekspresikan dalam kata-kata atau kombinasi kata.
 Tata bahasa (grammar), merujuk kepada penguasaan kosakata dan memodifikasikan cara-cara
yang bermakna.
 Pragmatik (pragmatics), merujuk kepada sisi komunikatif dari bahasa.
Dalam pembahasan tentang perkembangan bahasa sebagian besar psikolog
menunjukan perhatiannya terhadap tugas yang di hadapi anak-anak. Mereka harus menguasai
peringkat bahasa tidak hanya ucapan yang tepat tetapi juga tidak terbatas cara
menggabungkan kata menjadi kalimat untuk mengungkapkan gagasan. Hal yang
mengagumkan adalah bahwa sebenarnya anak-anak dalam semua budaya dapat
menyelesaikan hal yang begitu banyak hanya dalam waktu empat atau lima tahun.
Dilihat dari perkembangan umur kronologis yang dikaitkan dengan perkembangan
kemampuan berbahasa individu, tahapan perkembangan bahasa dapat dibedakan ke dalam
tahap-tahap sebagai berikut:
1) Tahap pralinguistik atau meraban (0,3-1 tahun). Pada tahap ini, anak mengeluarkan bunyi
ujaran dalam bentuk ocehan yang mempunyai fungsi komunikatif.
2) Tahap holofrastik atau kalimat satu kata (1-1,8 tahun).Pada tahap ini, anak mulai mengucapkan
kata-kata.
3) Tahap pengembangan tata bahasa awal (2-5 tahun). Pada tahap ini, anak mulai
mengembangkan tata bahasa, panjang kalimat mulai bertambah, ucapan-ucapan yang
dihasilkan semakin kompleks, dan mulai menggunakan kata jamak
4) Tahap pengembangan tata bahasa lanjutan (5-10 tahun). Pada tahap ini anak semakin mampu
mengembangkan struktur tata bahasa yang lebih kompleks lagi serta mampu melibatkan
gabungan kalimat-kalimat sederhana.
5) Tahap kompetensi lengkap (11 tahun-dewasa). Pada akhir masa kanak-kanak, perbendaharaan
kata semakin meningkat,gaya bahasa mengalami perubahan dan semakin lancar serta fasih
dalam berkomunikasi.[9]
Selain komponen dan tahap periodesasi dalam perkembangan bahasa hal lain yang
perlu diper hatikan adalah peran lingkungan yang membangkitkan rasa ingin tahu dalam
penguasaan bahasa pada anak kecil diantaranya adalah :
 motherese yaitu cara ibu dan orang dewasa sering berbicara pada bayi dan frekuensi dan
hubungan yang lebih luas dari pada normal, dan dengan kalimat-kalimat yang sederhana.
Sulit berbicara dengan ini apabila tidak ada bayi. Tetapi segera Anda memulai berbicara
apabila dengan seorang bayi. Banyak cara diantara cara berbicara ini bersifat otomatis dan
sesuatu yang kebanyakan orang tua tidak menyadari apa yang sedang mereka lakukan. Cara
ibu berbicara dengan bayi memiliki fungsi menarik perhatian bayi dantterus manjaga
terjadinya komunikasi (Snow, 1989).
 Menyusun ulang (recasting) yaitu pengucapan makna suatu kalimat yang sama atau yang
mirip dengan cara yang berbeda, barang kali ddengan mengubahnya dengan mengubahnya
menjadi suatu pertanyaan. Missal, anak mengatakan “Anjing itu menggonggong” orang
dewasa dapat merespons dengan menanyakan “Kapan anjing itu menggonggong?”
 Menggemakan (echoing) yaitu mengulangi apa yang dikatakan oleh anak, khususnya kalau
perkataan itu adalah suatu ungkapan atau kalimat yang tdak sempurna.
 Memperluas (expanding) yaitu menyatakan ulang apa yang telah anak katakan.
 Memberi nama (labeling) yaitu mengidentifikasi nama-nama benda. Anak-anak kecil diminta
untuk mngidentifikasikan nama-nama benda.[10]
Dengan mengetahui konsep, periodesasi, dan peran lingkungan dalam perkembangan
bahasa, lalu akan diketahui bagaimana proses anak-anak belajar mengucapkan kalimat.
Terdapat tiga proses dalam pembelajaran bahasa yaitu peniruan (imitation), pengkondisian
(conditioning), dan pengujian hipotesis (hypothesis testing).
 Peniruan, menurut akal sehat anak belajar bahasa dengan menirukan atau meniru mimik
orang dewasa. Namun, terdapat banyak bukti bahwa hal itu tidaklah selalu demikian, anak
kecil sering mengucapkan hal-hal yang mereka tidak pernah mereka dengar dari orang
dewasa seperti, “all gone milk” (semua habis susu). Namun, peniruan berperan dalam
pembelajaran kata-kata baru (vocabulary).
 Pengkondisian, orang dewasa dapat memberi ganjaran (menguatkan secara positif) pada
anak bila mereka membuat kalimat yang gramatikal dan dapat menyela atau menegurnya
(menguatkan secara negatif) bila mereka membuat kesalahan.
 Pengujian hipotesis, pada peniruan dan penguatan, masalahnya berkisar pada ucapan tertentu
(seseorang hanya dapat meniru atau menguatkan kata tertentu). Namun sering kali anak
belajar sesuatu secara garis besar seperti suatu aturan, yaitu anak tampaknya membuat suatu
aspek hipotesis tentang beberapa aspek bahasa, mengetesnya dan berpegang teguh pada hal
itu apabila cocok.[11]
Pada dasarnya cara pemerolehan bahasa diatas adalah dengan cara pembelajaran
(nuture). Sedangkan, terdapat teori yang mengemukakan bahwa pemerolehan bahasa yaitu
melalui pembawaan (nature). Teori tersebut menjelaskan bahwa pembelajran atau penguatan
semata tidak dapat menjelaskan bagaimana seorang anak mampu menghasilkan sebuah
kalimat yang memiliki tata bahasa yang sempurna, sedangkan anak itu belum pernah
mendengarkan kalimat tersebut sebelumnya.
Pada teori Chomsky menjelaskan, komponen yang paling penting pada bahasa bersifat
bawaan (nature). Chomsky menawarkan kecendrungan bawaan terhadap bahasa (innate
propensity for language), berdasar struktur yang mendalam, sebagai penjelasan yang masuk
akal. Teori Chomsky tidak menyatakan bahwa suatu sistem tata bahasa yang spesifik bersifat
bawaan, ia menyatakan bahwa kita memiliki sebuah skema bawaan yang berfungsi sebagai
sarana pemrosesan informasi dan pembentukan struktur-struktur abstrak dalam bahasa kita.
Menurut chomsky fenomena tersebut terkait dengan perkembangan biologis.[12]

E. Implikasi Bahasa dalam Pendidikan


Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling mempengaruhi satu sama
lain. Bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan
sebaliknya kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Seseorang
rendah kemampuan berpikirnya, akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang
baik, logis dan sistematis. Hal ini akan berakibat sulitnya berkomunikasi. Dalam pendidikan
hal ini tentu menjadi penghalang seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan, maka perlu
adnya upaya agar pendidikan berjalan lancer.
Namun, kelas atau kelompok belajar terdiri dari siswa yang bervariasi bahasanya,
baik kemampuannya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru harus mengembangkan
strategi belajar mengajar bidang bahasa dengan memfokuskan pada potensi dan kemampuan
anak.
Pertama, anak perlu melakukan pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran yang
telah diberikan dengan kata dan bahasa yang disusun oleh murid-murid sendiri. Dengan cara
ini senantiasa guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa
murid-muridnya.
Kedua, berdasar hasil identifikasi itu guru melakukan pengembangan bahasa murid
dengan menambahkan perbendaharaan bahasa lingkungan yang telah dipilih secara tepat dan
benar oleh guru. Cerita murid tentang isi pelajaran yang telah dipercaya itu diperluas untuk
langkah-langkah selanjutnya, sehingga para murid mampu menyusun cerita lebih
komprehensif tentang isi bacaan yang telah dipelajari dengan menggunakan pola bahasa
mereka sendiri.
Perkembangan bahasa menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik lisan
maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih mengembangkan
kemampuan bahasa anak membentuk pola bahasa masing-masing. Dalam penggunaan model
ini guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau
komunikasi bebas. Dalam pada itu sarana perkembangan bahasa seperti buku-buku, surat
kabar, majalah, dan lain-lainnya hendaknya disediakan di sekolah maupun dirumah.[13]

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
 Bahasa adalah suatu sistem simbol yang kita gunakan untuk berkomunikasi satu sama lain.
 Psikologi mempelajari bagaimana cara manusia menggunakan bahasa.
 Kemampuan manusia dalam mempelajari bahasa telah mambantu pembentukan pemahaman
dengan cepat, yang digunakan untuk berpikir serta mempelajari informasi baru.
 Terdapat tiga teori dalam perolehan bahasa yaitu bahasa bersifat bawaan (nature), bahasa
diperoleh melalui pembelajaran (nuture), dan bahasa di pengaruhi fungsi kemasakan biologis
dan interaksi lingkungan.
 Kamampuan berbahasa mempengaruhi kemampuan berpikir, sedangkan berpikir adalah
aktivitas seorang penuntut ilmu, maka perlu ada upaya untuk meningkatkan kemampuan
berbahasa.

Anda mungkin juga menyukai