HIDUNG TERSUMBAT
Seorang pasien perempuan berusia 20 tahun datang ke dokter dengan keluhan hidung
tersumbat sejak 2 minggu yang lalu saat menempati rumah baru. Keluhan disertai keluarnya ingus
encer yang saat ini menjadi kental kekuningan, dan bersin berkali kali. Gangguan penghidu, nyeri
wajah, batuk, dan demam disangkal.
Sebelumnya pasien memiliki riwayat sejak usia sekolah dasar mengalami pilek kambuhan
disertai bersin berkali – kali terutama saat pagi hari dan membaik di siang hari. Saat itu pasien
sering meminum obat rutin dan menggunakan nasal dekongestan dalam jangka waktu lama. Ayah
pasien juga memiliki keluhan serupa yang kambuh setiap terpapar debu. Ibu pasien juga memiliki
riwayat hidung sering tersumbat bergantian terutama saat terpapar bau yang menyengat.
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak konka inferior hipertrofi, mukosa konka
berwarna dasar livid dan kemerahan, tampak sekret mukoid sedikit kekuningan. Tidak terdapat
nyeri tekan pada sinus frontalis, etmoidalis maupun maksilaris. Dokter kemudian meresepkan obat
dan memberikan edukasi terkait pasien.
PERTANYAAN
1. Mengapa pasien mengalami hidung tersumbat sejak 2 minggu yang lalu saat menempati
rumah baru?
2. Mengapa ingus yang awalnya encer menjadi kental kekuningan dan bersin berkali kali?
3. Mengapa riwayat gangguan penghidu, nyeri wajah, dan demam ditanyakan dan apa
hubungannya dengan keluhan pasien?
4. Apakah hubungan riwayat pasien saat SD yang mengalami pilek kambuhan disertai bersin
saat pagi hari dengan keluhan yang dialami saat ini?
5. Apakah pemakaian obat rutin dan nasal dekongestan dapat mempengaruhi keluhan pasien
saat ini?
6. Apakah hubungan riwayat keluarga ayah yang memiliki keluhan serupa saat terkena debu
dan ibu yang memiliki riwayat hidung tersumbat saat terpapar bau menyengat dengan
keluhan pasien? Bagaimana mekanisme nya?
7. Apakah diagnosis dan DD nya?
8. Apa faktor resiko terjadinya keluhan pasien ini?
9. Bagaimana interpretasi px rinoskopi anterior?
10. Apakah tata laksana farmakologis dan non farmakologis, serta edukasi yang tepat diberikan
pada pasien?
BUKU
1. Riordan-Eva, P. and Whitcher, J. P. (2007) ‘Vaughan & Asbury Oftamologi Umum
Edisi 17’, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. (Riordan-Eva and Whitcher, 2007)
2. Foster, P. J., Buhrmann, R., Quigley, H. A. and Johnson, G. J. (2002) ‘The definition
and classification of glaucoma in prevalence surveys’, British Journal of
Ophthalmology. doi: 10.1136/bjo.86.2.238. (Foster et al., 2002)
3. Ilyas, S. and Yulianti, S. R. (2014) Ilmu Penyakit Mata, Edisi Kelima. doi:
10.1002/ab.20258. (Ilyas and Yulianti, 2014)
7. Hartono, Y.R.H, Utomo PT, Hernowo AS. 2007. Refraksi dalam: Ilmu Penyakit Mata.
Suhardjo, Hartono (eds). Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit Mata FK UGM:185-7.
DEFINISI
o Penyakit radang hidung yang dibagi menjadi
Non purulen
Purulen:
a. Rinitis akut (Infeksi virus, selesina)
b. Rinosinusitis
c. Purulen kronis
d. Polip hidung yang terinfeksi
e. Rinitis alergi musibah
f. Rinitis alergi perenial
g. Rinitis vasomotor
JENIS
A. Rinitis Alergi
Definisi
Penyakit inflamasi hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien
atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen yang sama
Serta dilepaskannya mediator kimiawi (IgE) ketika terjadi paparan ulangan
terhadap alergen tersebut menimbulkan gejala: rinore, bersin, gatal &
tersumbat
Patofisiologi
a) Tahap Sensitasi (Kontak pertama dengan alergen)
Ada alergen pertama kali datang makrofag/ monosit (APC)
menangkap alergen di mukosa hidung
↓
Antigen membentuk fragmen pendek peptida & bergabung dengan
molekul HLA class II menjadi komplek peptida NHC class II
↓
Dipresentasikan pada sel T helper (Th0) Antigen melepas sitokin (IL-
1) mengaktifkan ThO untuk berproliferasi menjadi Th1 & Th2
↓
Th2 menghasilkan IL-3, IL-4, IL-5, IL-13
↓
IL-4 & IL-13 dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel limfosit B
↓
Sel limfosit B menjadi aktif & memproduksi IgE
↓
IgE disirkulasi darah masuk ke jaringan & diikat oleh reseptor IgE di
permukaan sel mastosit / basofil (sel mediator) sel mastosit/ basofil
menjadi aktif masuk ke fase RAFC