Anda di halaman 1dari 3

PERANCANGAN HUNIAN ADAPTIF BANJIR DENGAN PENDEKATAN URBAN

CLIMATE RESILIENCE (Studi Kasus: Kampung Cieunteung RW 20,


Baleendah, Kabupaten Bandung, Indonesia)
URBAN CLIMATE RESILIENCE AS AN APPROACH TO DESIGN FLOOD ADAPTIVE HOUSE (Case
Study: Kampung Cieunteung RW 20, Baleendah, Kabupaten Bandung, Indonesia)

Master Theses from JBPTITBPP / 2017-09-27 15:24:12


Oleh : PATRIOT NEGRI (NIM: 25213035), S2 - Architecture
Dibuat : 2016, dengan 8 file

Keyword : Adaptif, Amphibious House, Diversity, Flexibility, Kampung Cieunteung, Modularity, Safe
Failure, Urban Climate Resilience.

Banjir merupakan bencana alam yang sering terjadi di Indonesia ketika musim hujan. Menurut data dari
Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia (BNPB) sejak tahun 1815 – 2015 bencana banjir
merupakan bencana yang paling sering terjadi di Indonesia, yaitu sekitar 31,7% dari total seluruh
kejadian bencana alam yang terdapat di Indonesia. Dari data BNPB terlihat bahwa isu banjir ini sangat
rentan terjadi di Indonesia terutama daerah permukiman pinggir sungai dan dominan menimpa
penduduk masyarakat menengah ke bawah. Masalah banjir diperlukan penanganan secara
berkelanjutan untuk membuat tempat yang terkena bencana tersebut dapat beradaptasi terhadap
banjir. Kampung Cieunteung merupakan salah satu kampung yang mengalami bencana banjir setiap
tahunnya dan terletak di Sungai Citarum Hulu. Wilayah ini digunakan sebagai tempat untuk studi kasus
tesis.

Salah satu solusi banjir adalah dengan pendekatan resilience atau ketahanan, yaitu dengan beradaptasi
terhadap bencana jika terjadi pada suatu lokasi. Tesis ini berfokus untuk memenuhi keinginan
masyarakat yang tidak ingin direlokasi sekaligus memberikan alternatif lain kepada pihak pemerintah
agar permukiman masyarakat di Kampung Cieunteung dapat didesain secara adaptif terhadap bencana
banjir dan secara permukimannya juga dapat merespon banjir secara adaptif. Oleh karena alasan
tersebut, lahan ini dipilih sebagai lahan studi tesis Perancangan Hunian Adaptif Banjir dengan
Pendekatan Urban Climate Resilience. Teori Urban Climate Resilience ini difokuskan pada kategori sistem
yang dibagi menjadi safe failure, flexibility, modularity, diversity, dan redundancy.

Kampung Cieunteung secara administratif merupakan salah satu Rukun Warga di Kelurahan Baleendah,
yaitu RW 20 dan terbagi ke dalam 4 RT (RT 01, 02, 03, dan 04). Luas lahan perancangan Kampung
Cieunteung RW 20 ini yaitu 106.501,5 m2 atau 10,65 hektar. Tahapan dan metologi penetilitan yang
dilakukan yaitu bersumber dari studi literatur dan studi lapangan. Studi literatur bersumber dari data
sekunder berupa studi teori Urban Climate Resilience, studi hunian adaptif banjir, studi preseden dan
studi Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mengetahui pendapat dari pihak pemerintah serta
masyarakat terhadap isu utama yang perlu dipecahkan di lokasi studi. Studi lapangan bersumber dari
pengolahan data primer berupa survei, observasi dan wawancara melalui kuesioner pada masyarakat di
lokasi perancangan dan dengan pihak pemerintah.

Konsep ide besar dari perancnagan hunian adaptif ini adalah Adaptif Cieunteung – Living with “Cai”
dengan membuat permukiman agar dapat beradaptasi atau mudah menyesuaikan dengan keadaan
dimana mereka akan tetap beradaptasi apabila terdapat banjir di Kampung Cieunteung. Ide besar ini
dibagi menjadi empat kriteria perancangan, yaitu konsep safe failure, konsep modular, konsep
fleksibilitas, dan konsep diversity.

Konsep safe failure bertujuan untuk menanggulangi bencana banjir di Kampung Cieunteung dengan
pembuatan hunian adaptif banjir yaitu rumah amfibi yang dapat hidup di dua kondisi yaitu darat ketika
tidak banjir dan air ketika banjir. Konsep perancangan tapak safe failure dengan menggunakan ARCGIS
untuk mendapatkan peta flow direction yang nantinya akan membuat danau tempat menampung air
ketika banjir. Konsep modularity dibuat berukuran satu sistem rumah amfibi yaitu 207,36 m2 dengan
panjang dan lebar masing-masing adalah 14, 40 m. Dalam satu sistem rumah amfibi ini terdiri dari 4
rumah modular yang masing-masing rumah berukuran 51,84 m2. Area taman tematik memiliki ukuran
yaitu 103,68 m2 dengan ukuran panjang dan lebar adalah 7,20 meter dan 14,40 meter. Konsep
Fleksibilitas dibuat dengan memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk memilih material yang
digunakan dan fungsi ruang yang terdapat pada rumah amfibi. Kehidupan masyarakat Kampung
Cieunteung akan lebih fleksibel karena dapat hidup dalam dua kondisi. Kondisi ketika banjir, warga akan
menggunakan perahu sebagai komoditas utama transportasi. Konsep diversity dibuat dengan adanya
pemisahan dalam unit-unit kecil sehingga kerusakan yang terjadi pada salah satu sistem modular tidak
mengganggu keberjalanan sistem secara keseluruhan. Konsep ini dengan dibuatnya sistem bangunan
yang terpisah serta perencanaan penataan kawasan secara rukun tetangga sebagai konsep gotong
royong di wilayah Kampung Cienteung.

Pendekatan Urban Climate Resilience berupa safe failure yang digunakan pada perancangan ini
merupakan upaya untuk memberikan solusi terhadap permasalahan perancangan yang dihadapi yaitu
permasalahan banjir. Pendekatan yang digunakan lebih dititikberatkan pada penciptaan kawasan hunian
yang adaptif dengan konsep amphibious house dan perancangan yang modular. Penerapan pendekatan
Urban Climate Resilience dalam perancangan juga sebagai upaya untuk menghasilkan rancangan
bangunan hunian yang fleksibel dan dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat
yang beragam.

Deskripsi Alternatif :

Floods have become routine events that happened in Indonesia every rainy season. Data from the BNPB
of the year 1815 - 2015, catastrophic floods are the most common disaster in Indonesia, which is about
31.7% of the total incidence of natural disasters in Indonesia. From these data, indicate that flood
disaster is a priority to face with sustainable planning of flood resilience that makes the area affected by
the flood to adapt. Flooding, generally occurs in the lowlands in the downstream river basin, which is
generally become settlements with a high population density. Kampung Cieunteung RW 20 is an
example of flooding in river basin that occurs in the downstream Citarum Hulu. This location used as a
case study for this paper.

Flooding is no longer seen in the perspective to resist, but as windows of opportunity to make that area
become flood resilience. The solution is to approach flood resilience by adapting to the disaster if it
occurs to site. This thesis focuses to meet the wishes of the people that donÂ’t want to be relocated as
well as providing an alternative to the government so that the people in Kampung Cieunteung
settlement can be designed to adaptively against floods and flood settlements also can respond
adaptively. Urban Climate Resilience as an approach to design flood adaptive house had been choosen
by that reason. Urban Climate Resilience theory is focused on system categories that divided into safe
failure, flexibility, modularity, diversity, and redundancy.

Kampung Cieunteung administratively consists in Kelurahan Baleendah and divided into 4 RT (RT 01, 02,
03, and 04) and RW 20. The land area of Kampung Cieunteung RW 20 is 106,501.5 m2 or 10.65
hectares. Stages and research methodology made with sources of literature and field study. The study of
literature sourced from secondary data from theoretical studies in Urban Climate Resilience, adaptive
occupancy studies of flooding, precedent studies and studies Analytical Hierarchy Process (AHP) to know
the opinion of the state and society to the main issues that need to be solved in the study area. Field
studies derived from primary data processing in the form of surveys, observation, interviews with the
government, and interviews with the questionnaires to the communities in Kampung Cieunteung.

The concept of designing flood adaptive house is "Adaptive Cieunteung - Living with "Cai"" to make
settlements easier to adapt or adjust to the situation in which they would remain adaptable if there has
floods in Kampung Cieunteung.

The concept of safe failure aims to adapt the floods in Kampung Cieunteung by making flood adaptive
house that can live in two conditions, when it is not flooded on the land and when it is flooded on the
water. Safe failure design concept by using ARCGIS to map the flow direction of water which will make
the lake to be a place to hold water when there is flood. The concept of modularity is created with
207.36 m2 amphibious house system. In a system of amphibious house consists of 4 modular house
that each houseÂ’s area 51.84 m2. Theme parks have 103.68 m2 area with the length and the width is
7.20 meters and 14.40 meters respectively. Flexibility concept is created by giving freedom to the
people to choose the material and space function consist in amphibious homes. Kampung Cieunteung
community life will be more flexible because it can live in two conditions. When the flood is occured,
residents will use the boat as a major commodity transportation. The concept of diversity is created by
the separation into smaller units so that the damage occurs in one modular system does not interfere of
overall system. This concept is made by separating building systems and regional land-use planning in
the neighborhood as gotong royong in Kampung Cienteung.

Urban Climate Resilience approach like safe failure that is used in this design is an attempt to provide
solutions for designing flood adaptive community. The approach is more focused on the creation of a
residential area that is adaptive to the concept of amphibious house and modular design. Urban Climate
Resilience approach to produce the design of residential buildings that are flexible and adapt to the
needs and desires for Kampung Cieunteung society.

Beri Komentar ?#(0) | Bookmark

Properti Nilai Properti

ID Publisher JBPTITBPP

Organisasi S2 - Architecture

Nama Kontak UPT Perpustakaan ITB

Alamat Jl. Ganesha 10

Kota Bandung

Daerah Jawa Barat

Negara Indonesia

Telepon 62-22-2509118, 2500089

Fax 62-22-2500089

E-mail Administrator digilib@lib.itb.ac.id

E-mail CKO info@lib.itb.ac.id

Anda mungkin juga menyukai