Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi

oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika.

Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima,

perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai

sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu

tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai

perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena

perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. [1]

Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur

oleh berbagai kontrol sosial.[1] Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya

dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat

timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam

rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif.

Perilaku manusia dipelajari dalam ilmu psikologi, sosiologi, ekonomi, antropologi dan

kedokteran.

Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku manusia:

1. Genetika

2. Sikap – adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilaku tertentu. 33
3. Norma sosial – adalah pengaruh tekanan sosial.

4. Kontrol perilaku pribadi – adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya

melakukan suatu perilaku. Dll

Arsitektur merupakan disiplin yang sintetis dan senantiasa mencakup tiga hal dalam

setiap rancangannya (teknologi, fungsi dan estetika). Dengan semakin berkembangnya

ilmu pengetahuan yang makin kompleks maka perilaku manusia ( human behaviour )

semakin diperhitungkan dalam proses perancangan yang sering disebut sebagai

pengkajian lingkungan perilaku dalam arsitektur.

Di dalam merancang suatu bangunan, seorang arsitek tentunya tidak mendasar pada

imajinasinya sendiri. Hasil kreasi seorang arsitek membentuk suatu kesatuan yang

harmonis dalam berbagai dimensi, terutama dimensi kenyamanan dan keamanan.

Ketika merancang, seorang arsitek diandaikan membuat asumsi – asumsi tentang

kebutuhan manusia, memperkirakan bagaimana manusia berperilaku, bergerak dalam

lingkungannya, lalu memutuskan bagaimana bangunan tersebut dapat menjadi

lingkungan yang sehat bagi manusia pemakainya.

Berdasarkan hal itulah dapat disimpulkan bahwa antara arsitektur dan perilaku terdapat

hubungan yang erat, hal ini dapat dilihat dari aspek – aspek pembentuk perilaku

manusia akibat lingkungan atau bentuk arsitektur dan sebaliknya. Dengan kata lain

perilaku manusia dapat diarahkan kearah yang lebih baik bila nilai – nilai positif dari

lingkungan atau bentuk arsitektur dapat membentuk kepribadian serta perilaku yang

memiliki nilai positif. Hal ini juga tidak lepas dari hasil kreasi seorang arsitek

membentuk suatu kesatuan yang harmonis dalam berbagai dimensi, terutama dimensi

kenyamanan dan keamanan. Dengan kata lain, ketika merancang, seorang arsitek
33
diandaikan membuat asumsi – asumsi tentang kebutuhan manusia, memperkirakan
bagaimana manusia berperilaku, bergerak dalam lingkungannya, lalu memutuskan

bagaimana bangunan tersebut dapat menjadi lingkungan yang sehat bagi manusia

pemakainya

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perilaku orang-orang yang ada di kawasan jembatan kupu-kupu

Universitas Riau dilakukan dengan place centered mapping?

2. Bagaimana perilaku orang-orang yang ada di kawasan jembatan kupu-kupu

Universitas Riau dilakukan dengan person centered mapping?

C. Tujuan

1. Mempelajari perilaku orang yang ada di sekitar jembatan kupu-kupu Universitas Riau

2. Mempelajari dan memahami masalah yang ada di sekitar jembatan kupu-kupu

Universitas Riau

3. Memberikan solusi desain berdasarkan perilaku orang-orang yang mengunjungi

kawasan jembatan kupu-kupu Universtas Riau

33
BAB II

STUDI LITERATUR

2.1 Arsitektur Berwawasan Lingkungan (Behaviorisme)

Arsitektur merupakan disiplin yang sintetis dan senantiasa mencakup tiga hal dalam

setiap rancangannya (teknologi, fungsi dan estetika). Dengan semakin berkembangnya ilmu

pengetahuan yang makin kompleks maka perilaku manusia ( human behaviour ) semakin

diperhitungkan dalam proses perancangan yang sering disebut sebagai pengkajian lingkungan

perilaku dalam arsitektur.

Di dalam merancang suatu bangunan, seorang arsitek tentunya tidak mendasar pada

imajinasinya sendiri. Hasil kreasi seorang arsitek membentuk suatu kesatuan yang harmonis

dalam berbagai dimensi, terutama dimensi kenyamanan dan keamanan. Ketika merancang,

seorang arsitek diandaikan membuat asumsi – asumsi tentang kebutuhan manusia,

memperkirakan bagaimana manusia berperilaku, bergerak dalam lingkungannya, lalu

memutuskan bagaimana bangunan tersebut dapat menjadi lingkungan yang sehat bagi

manusia pemakainya.

Berdasarkan hal itulah dapat disimpulkan bahwa antara arsitektur dan perilaku

terdapat hubungan yang erat, hal ini dapat dilihat dari aspek – aspek pembentuk perilaku

manusia akibat lingkungan atau bentuk arsitektur dan sebaliknya. Dengan kata lain perilaku

manusia dapat diarahkan kearah yang lebih baik bila nilai – nilai positif dari lingkungan atau
33
bentuk arsitektur dapat membentuk kepribadian serta perilaku yang memiliki nilai positif. Hal
ini juga tidak lepas dari hasil kreasi seorang arsitek membentuk suatu kesatuan yang

harmonis dalam berbagai dimensi, terutama dimensi kenyamanan dan keamanan. Dengan

kata lain, ketika merancang, seorang arsitek diandaikan membuat asumsi – asumsi tentang

kebutuhan manusia, memperkirakan bagaimana manusia berperilaku, bergerak dalam

lingkungannya, lalu memutuskan bagaimana bangunan tersebut dapat menjadi lingkungan

yang sehat bagi manusia pemakainya.

2.2 Deskripsi Umum Behaviorisme

Perilaku manusia berkaitan dengan aktivitas manusia secara fisik, berupa interaksi

manusia dengan sesamanya ataupun dengan lingkungan fisiknya dan diterjemahkan oleh

arsitektur dalam desain dalam bentuk fisik yang bisa dilihat dan bisa dipegang. Hasil desain

arsitektur dapat menjadi salah satu fasilitator terjadinya perilaku, namun juga bisa menjadi

penghalang terjadinya perilaku.

Dalam teori behaviorisme analisis hanya dilakukan pada perilaku yang tampak saja,

yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan

nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Ciri dari teori ini

adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan

peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan

pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan

kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.

Dalam teori ini terdapat juga beberapa prinsip – prinsip yaitu : objek psikologi adalah tingkah

laku, semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada refleks, mementingkan pembentukan

kebiasaan.

Untuk itu pengaplikasian teori behaviorisme sebagai strategi desain arsitektur

diharapkan dapat memberikan wadah pada kebutuhan manusia yang berbeda agar dapat
33

disatukan dalam suatu wadah. Manfaat penerapan behaviorisme Pengkajian topik “arsitektur
berwawasan perilaku” diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam pembentukan

kepribadian atau perilaku manusia terhadap lingkungannya. Dorongan yang timbul akibat

keinginan untuk memecahkan masalah (lingkungan) tersebut kemudian menumbuhkan apa

yang disebut ilmu psikologi lingkungan yang mengkonsepkan lingkungan manusia.

Selain itu untuk referensi pada objek arsitektur diharapkan dapat menghasilkan

rancangan yang dapat diterima oleh penggunannya, oleh karena itu diperlukan perpaduan

antara imajinasi dan pertimbangan akal sehat dari arsitek. Setiap kali merancang, arsitek

membuat asumsi – asumsi tentang kebutuhan manusia, perkiraan aktivitas, dan atau

bagaimana manusia berperilaku, bagaimana manusia bergerak dalam lingkungannya.

Selanjutnya arsitek memutuskan bagaimana lingkungan itu dapat melayani manusia sebagai

pemakai sebaik mungkin. Yang harus dipertimbangkan tidak hanya kebutuhan pemakai

secara fungsional, rasional, ekonomis, dan dapat dipertanggungjawabkan, tetapi lingkungan

juga harus dapat mengakomodasi kebutuhan pengguna akan ekspresi emosionalnya termasuk

bersosialisasi terhadap sesamanya.

2.3 Kajian Bahaviorisme

Secara psikologis, seluruh perilaku manusia, kepribadian, dan tempramen ditentukan

oleh pengalaman inderawi (sensory experience). Pikiran dan perasaan disebabkan oleh

perilaku masa lalu. Kesulitan empirisme dalam menjelaskan gejala psikologi timbul ketika

orang membicarakan apa yang mendorong manusia berperilaku tertentu. Hedonisme,

memandang manusia sebagai makhluk yang bergerak untuk memenuhi kepentingan dirinya,

mencari kesenangan, dan menghindari penderitaan.

Pada dasarnya, manusia dapat dimanipulasi, tingkah lakunya dapat dikontrol dengan

jalan mengontrol stimulus - stimulus yang ada dalam lingkungannya. Berbicara tentang

arsitektur keprilakuan maka kita perlu mengetahui lebih dahulu apa itu “psikologi”, psikologi
33

adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan pengetahuan psikis (jiwa) manusia.
Lingkungan sungguh dapat mempengaruhi manusia secara psikologi, adapun

hubungan antara lingkungan dan perilaku adalah sebagai berikut :

1. Lingkungan dapat mempengaruhi perilaku – lingkungan fisik dapat membatasi apa yang

dilakukan manusia.
2. Lingkungan mengundang atau mendatangkan perilaku – lingkungan fisik dapat

menentukan bagaimana kita harus bertindak.


3. Lingkungan membentuk kepribadian.
4. Lingkungan akan mempengaruhi citra diri.

 Bentuk Perilaku
Dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua

yaitu :
 Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih

terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi

belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.


 Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan

nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam

bentuk tindakan atau praktek.


 Domain Perilaku

Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

 Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau

bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan

sebagainya.
 Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, ekonomi, politik, dan

sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi faktor yang dominan yang

mewarnai perilaku seseorang.

 Proses Tejadinya Perilaku


33
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku

baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni.

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

setimulus (objek) terlebih dahulu


2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
3. Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya).Hal ini

berarti sikap responden sudah lebih baik lagi


4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan

sikapnya terhadap stimulus yang mencakup perilaku yang kasatmata seperti makan,

menangis, memasak, melihat, bekerja, dan perilaku yang tidak kasatmata, seperti

fantasi, motivasi. Sebagai objek studi empiris, perilaku mempunyai ciri – ciri sebagai

berikut :
a. Perilaku itu sendiri kasatmata, tetapi penyebab terjadinya perilaku secara langsung

mungkin tidak dapat diamati.


b. Perilaku mengenal berbagai tingkatan, yaitu perilaku sederhana dan stereotip,

seperti perilaku binatang bersel satu, perilaku kompleks seperti perilaku sosial

manusia, perilaku sederhana, seperti reflex, tetapi ada juga yang melibatkan proses

mental biologis yang lebih tinggi.


c. Perilaku bervariasi dengan klasifikasi: kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang

menunjuk pada sifat rasional, emosional, dan gerakan fisik dalam berperilaku. Hal

– hal yang perlu kita ketahui juga adalah perancangan fisik ruang yang mempunyai

variable – variable yang berpengaruh terhadap perilaku penggunanya, yaitu :


 Ukuran dengan bentuk ruang yang tidak tepat akan mempengaruhi psikologis

dan tingkah laku penggunanya. Penerapan : ukuran ruang disesuaikan dengan

kebutuhan pengguna, dimana ukuran ruangan tersebut disesuaikan dengan

aktivitas dan kebutuhan pengguna dalam suatu ruangan tersebut.


 Perabot dan penataannya. Perabot di buat untuk memenuhi tujuan fungsional

dan penataannya mempengaruhi perilaku penggunanya. Penerapan : penataan


33
perabot dalam ruang disesuaikan dengan kebutuhan serta aktivitas pengguna

ruang.
 Warna, memiliki peranan penting dalam penciptaan suasana ruang dan

mendukung perilaku – perilaku tertentu.


Penerapan : warna yang digunakan dalam ruangan harus memiliki nilai positif

yang dapat merubah atau mempengaruhi perilaku negative.


 Suara, temperature dan pencahayaan. Unsur – unsur ini mempunyai andil

dalam mempengaruhi kondisi ruang dan penggunanya.

 Suara yang keras dapat menggangu ketenangan seseorang.

Penerapan : agar tidak menggangu ketenangan dengan suara keras, maka ruang dibuat

kedap suara agar suara tidak menggangu ketenangan ruangan lain.

 Tempertatur berpengaruh dengan kenyamanan pengguna ruang, dimana suhu ruang sangat

mempengaruhi kenyamanan ruang (thermal confoh untuk orang Indonesia ialah antara

25,4°C – 28,9°C).
 Pencahayaan dapat mempengaruhi kondisi psikologis seseorang. Ruang yang cenderung

minim pencahayaannya membuat orang menjadi malas dan jika terlalu terang dapat

menyebabkan silau dan menyakitkan mata.

2.4 Sejarah perkembangan teori behavioris

 Edward Edward Lee Thorndike (1874- (1874-1949))

Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasiasosiasi anatara

peristiwa yang disebut stimulus dan respon.

Thorndike menemukan hukum-hukum :

1. Hukum kesiapan (Law of Readiness).


2. Hukum latihan.
3. Hukum akibat.
33
 Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) Teori pelaziman klasik adalah memasangkan stimuli

yang netral atau stimuli yang terkondisi dengan stimuli tertentu yang tidak terkondisikan,

yang melahirkan perilaku tertentu. Setelah pemasangan ini terjadi berulang-ulang, stimuli

yang netral melahirkan respons terkondisikan.

 Skinner (1904-1990)

Skinner menganggap reward dan rierforcement merupakan factor penting dalan belajar.

Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal mengontrol tingkah laku. Pda

teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin.

Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. Operans conditioning adalah suatu proses

penguatan perilaku operans yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang

kembali atau menghilang sesuai keinginan.

 Albert Bandura (1925-sekarang)

Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Bandura menambahkan

konsep belajar sosial (social learning). Ia mempermasalahkan peranan ganjaran dan

hukuman dalam proses belajar. Kaum behaviorisme tradisional menjelaskan bahwa kata-

kata yang semula tidak ada maknanya, dipasangkan dengan lambak atau obyek yang

punya makna (pelaziman klasik).

2.5 Behaviorisme dalam Arsitektur

1. Arsitektur membentuk perilaku manusia Manusia membangun bangunan demi

pemenuhan kebutuhan pengguna. Contoh kansas city public library yang didirikan pada

tahun 1873 di Oak Street Nomor 8, persis di apit oleh Wyandotte Street dan Baltimore
33
Avenue, Kota Kansas ini di bagian dinding luarnya dilapisi dengan struktur buku-buku
yang sudah terkenal, seperti Kansas City readers, Catch 22, Huckleberry Finn, The Lord

of the Rings dan Charlotte’s Web.

Untuk membentuk perilaku manusia dapat dipengaruhi oleh beberapa perancangan fisik

ruang, seperti ukuran dengan bentuk ruang, perabot dan penataannya, warna, suara,

temperatur, dan pencahayaan.

Pada skema ini dijelaskan mengenai “arsitektur membentuk perilaku manusia” dimana

hanya terdapat satu arah, dimana desain arsitektur mempengaruhi perilaku manusia

sehingga membentuk perilaku manusia dari desain arsitektur tersebut.

2. Perilaku manusia membentuk arsitektur Manusia membangun bangunan, yang

kemudian membentuk perilaku manusia itu sendiri. Setelah perilaku manusia terbentuk

akibat arsitektur yang telah dibuat, manusia kembali membentuk arsitektur yang telah

dibangun sebelumnya atas dasar perilaku yang telah terbentuk, dan seterusnya.
33
Seperti pada urban housing Pruitt-Igoe (St. Louis, USA) oleh Minoru Yamasaki. Gedung-

gedung dibuat anti rusak dengan pemakaian bahan tertentu sebagai lapisan luar gedung.

Karena dibuat anti rusak, orang-orang sekitar malah tertantang untuk merusak gedung

yang sulit dirusak tersebut. Setiap arsitektur yang dibuat atas dasar kebutuhan manusia

menghasilkan efek perilaku yang berbeda terhadap arsitektur itu sendiri.

Proyek rumah susun ini terpaksa dihancurkan karena ada perasaan takut di kalangan

penghuninya terhadap perilaku kriminalitas di daerah ini, karena tidak tersedianya tempat

tempat yang merupakan tempat berkumpul bersama sebagai sarana di mana orang saling

berjumpa untuk saling mengenal.

Pada skema ini dijelaskan mengenai “perilaku manusia membentuk perilaku” dimana

desain arsitektur yang telah terbentuk mempengaruhi perilaku manusia sebagai pengguna

yang kemudian manusia mengkaji kembali desain arsitektur tersebut sehingga perilaku
33
manusia membentuk kembali desain arsitektur tersebut.
2.6 Paparan preseden arsitektural

Untuk menciptakan lingkungan yang nyaman bagi penghuninya maka kita sebagai

perancang perlu mengetahui keinginan atau citra yang ada dalam suatu wilaya, contohnya

Chandigarh, India.

Kota ini tidak bermakna selain sebagai penanda lokasi, dikarenakan akibat taman kota

yang sepi dan tidak menunjang gaya hidup masyarakat pemakainya. Chandigarh,

dirancang oleh arsitek Le Corbusier sesuai dengan gagasan – gagasan baru dalam

perencanaan kota barat modern, yang memperhatikan kebutuhan manusia akan cahaya,

ruang dan udara segar. Namun, yang tidak dipertimbangkan dalam perencanaan tersebut

adalah pola hidup di kota – kota india lama. Masyarakatnya lebih suka berjubel daripada

berada di ruang lengang dan lebih suka penataan fasilitas ala india dari pada ala eropa.

Untuk menjadikan kota atau lingkungan lebih manusiawi, diperlukan kesadaran bahwa

keberhasilan suatu lingkungan memenuhi kebutuhan manusia terletak pada bagaimana


33
lingkungan tersebut mampu mendukung terjadinya lingkungan sosial yang positif. Ada

hubungan langsung antara kebutuhan fisik dan kebutuhan sosial.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendahuluan

Jembatan Kupu-Kupu Universitas Riau merupakan landmark Universitas Riau yang

terletak dikawasan kampus Unri Binawidya, Panam, Pekanbaru.

33

Area Pengamatan
Jembatan Kupu-Kupu adalah landmark Universitas Riau yang terletak di Kampus Unri

Binawidya, Panam. Jembatan Kupu-Kupu siap digunakan pada November 2009. Jembatan

ini terletak dekat dengan gerbang utama Universitas Riau, dan juga dekat dengan danau

buatan, juga gedung rektorat. Kawasan sekitar Jembatan Kupu-Kupu juga terbuka untuk

umum, masyarakat bisa dengan bebas masuk dan bermain disana mulai pukul 07.00 –

21.00

Pada kawasan Jembatan Kupu-Kupu ini terdapat banyak spot yang bagus yang biasa

dimanfaatkan masyarakat untuk melepas penat atau sekedar untuk bersantai, seperti

halnya Danau yang berada didepan Tugu Universitas Riau dan memiliki jembatan berupa

batu yang disusun menarik untuk menyeberang, hutan pinus didepan gedung rektorat yang

menjulang dan tersusun rapih, serta kontur tanah yang berundak yang menambah keelokan

kawasan ini.

Suasana Sekitar Area Pengamatan

33
3.2 Analisis Behavior Setting dengan Behavioral Mapping

Pengamatan di lapangan dilakukan selama 2 hari pada pagi, siang,dan sore hari, pada hari

Minggu tanggal 7 April 2018 dan siang hari pada Rabu tanggal 18 April 2018. Waktu

pengamatan sebagai berikut:

Jam buka Universitas: Setiap hari 07.00-21.00

a. Minggu

1) 09.00-10.20 WIB

2) 13.00-13.30 WIB

3) 16.30-18.15 WIB

b. Rabu

1) 13.00-13.30 WIB

Untuk mengkaji behavior setting, dilakukan behavioral mapping atau pemetaan perilaku.

Di dalam studi ini metode yang digunakan untuk behavior mapping adalah person

centered map. Person centered map, akan menunjukkan bagaimana perpindahan atau

pergerakan orang (pelaku aktivitas) dan aktivitas yang sedang dikerjakan dalam kurun

waktu tertentu. Dengan demikian teknik ini akan berkaitan tidak hanya satu tempat atau

lokasi akan tetapi dengan beberapa tempat atau lokasi. Teknik ini pun hanya berhadapan

dengan seseorang yang khusus diamati. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan pemetaan

terhadap peng-guna RTH Jembatan Kupu Kupu dan menggambarkan pola perilaku peng-

guna dan aktivitasnya.

3.3 Metode Penelitian

Metodologi yang digunakan pada kawasan RTH Jembatan Kupu-Kupu ini bersifat “tidak
33
mengganggu” (dilakukan "di kejauhan"), jadi persetujuan peserta mungkin tidak
diperlukan. Pemetaan Perilaku bersifat “person -centred”, terdiri dari 4 komponen proses,

yakni :

1.Material

Dimulai dengan rencana lokasi atau gambar peta area RTH Jembatan Kupu Kupu, sketsa

di atas kertas.Satu lembar peta dapat menangkap gerakan dan perilaku, dan dapat

mengumpulkan data secara keseluruhan.

2.Parameter

Mencantumkam perilaku yang akan direkam selama pengamatan pada sketsa yang

menggunakan metode notasi untuk memudahkan perilaku yang tercatat di peta berupa

inisial, dan simbol atau titik warna.

3.Record

Setiap peneliti mencatat perilaku satu peserta secara tunggal, membuat notasi di peta

sampai salah satu syarat untuk menghentikan observasi terpenuhi, dan mengambil gambar

real sebagai data hasil survey

4.Analysis

Melihat hasilnya secara keseluruhan

33
BAB IV

STUDI KASUS JEMBATAN KUPU-KUPU UNIVERSITAS RIAU

3.3 Data Hasil Survey

a. Minggu

No Waktu Subyek Perilaku

1 16.30 - 16.38 Ayah, Ibu, dan 2 Bermain di jembatan kupu-

Anak kupu, berfoto di jembatan

2 16.38 – 16.52 Sekelompok Menyeberangi danau buatan,

remaja berfoto dijembatan danau,

menuju hutan diatas danau

3 16.52 – 16.56 Seorang remaja Duduk di pinggir danau buatan,

main handphone 33
4 16.56 – 17.02 Sekelompok Duduk dan makan snack sambil
remaja diskusi di gazebo belakang

jembatan kupu-kupu

5 17.02 – 17.07 2 orang remaja Duduk mengeluarkan laptop

mengerjakan tugas di taman

6 17.07 – 17.10 Sekelompok Duduk santai diatas tugu

remaja universitas sambil

bercengkrama

7 17.10 – 17.15 3 orang remaja Makan diatas tugu universitas,

berfoto diatas tugu

8 17.15 – 17.18 Sekelompok Duduk diskusi di pinggir

remaja jembatan kupu-kupu

9 17.18 – 17.30 1 orang laki-laki Berjualan di pedestrian samping

dewasa danau buatan

10 17.30 - 17. 34 Ayah, Ibu, 2 orang Bermain di taman dekat danau

anak buatan

11 17.34 – 17. 37 1 orang remaja Duduk santai dipinggir danau

buatan

12 17.37 – 17.42 3 orang dewasa, 2 Bermain dipinggir danau buatan

orang anak, 1

hewan peliharaan

(musang)

13 17.42 – 17.46 1 orang dewasa Parkir pinggir danau, duduk

santai dipinggir danau buatan

14 17. 46 – 17.48 1 orang dewasa Parkir mobil disamping

jembatan kupu-kupu

15 17.48 – 17.53 Sekelompok Parkir dipinggir danau, berjalan

remaja ke atas tugu universitas 33

16 17.53 – 17.58 Sekelompok orang Parkir pinggir danau, makan di


dewasa taman

17 17.58 – 18.05 Sekelompok Lari sore di jembatan kupu-

remaja kupu

18 18.05 – 18.08 Ayah, Ibu, 1 orang Parkir samping jembatan kupu-

anak kupu, berjalan menyeberangi

danau buatan

19 18.08 – 18.12 2 orang remaja Parkir dipinggir danau buatan,

duduk mengerjakan tugas

ditaman

20 18.12 - 18.15 Sekelompok anak Parkir dipinggir jembatan kupu-

kecil kupu, berjalan ke arah taman,

memanjat tugu universitas

21 09.00 – 09. 05 Sekelompok Parkir diatas tugu universitas,

remaja bermain ditaman pinggir danau

buatan

22 09.05 – 09.12 1 orang laki-laki Parkir pinggir danau, berjualan

dewasa

23 09.12 – 09.16 Ayah, Ibu, 2 orang Parkir pinggir jembatan,

anak bermain di jembatan kupu-kupu

24 09.16 – 09.19 Sekelompok orang Parkir pinggi danau, duduk

dewasa santai dijembatan danau buatan

25 09.19 – 09.23 2 orang remaja Parkir dipinggir jembatan,

duduk santai di gazebo

belakang jembatan kupu-kupu

26 09.23 – 09. 25 Sekelompok Parkir dipinggir jembatan,

remaja bermain di jembatan kupu-kupu

27 09.25 – 09.29 Sekelompok Parkir dipinggir danau, bermain 33


remaja di taman

28 09.29 – 09.34 2 orang remaja Parkir pinggir danau, duduk

dipedestrian samping danau

buatan

29 09.34 – 09.37 Sekelompok Parkir dipinngir danau buatan,

remaja selfie dijembatan danau

30 09.37 – 09.43 Ayah, Ibu, 1 orang Parkir dipinggir jembatan,

anak bermain di jembatan kupu-kupu

31 09.43 – 09.48 Sekelompok Parkir dipinggir danau, bermain

remaja ditaman

32 09.48 – 09.54 2 orang remaja Parkir pinggir danau, duduk

dibawah pohon

33 09.54 – 10.03 2 orang remaja Lari pagi dijalan pinggir danau

buatan

34 10.03 – 10.08 Ayah, Ibu, 1 orang Parkir dipinggir danau, bermain

anak di taman

35 10.08 – 10.12 Sekelompok Parkir ditaman atas tugu, duduk

remaja santai ditaman

36 10.12 – 10.15 Sekelompok Parkir disamping jembata,

remaja duduk santai dipedestrian

samping jembatan

37 10.15 - 10.20 2 orang remaja Parkir dipinggir danau, makan

dipinggir danau

38 13.00 – 13.07 Ayah, Ibu, 1 orang Parkir dipinggir danau,

anak menyeberang danau buatan

39 13.07 – 13.13 Sekelompok Selfie di jembatan kupu-kupu

remaja 33

40 13.13 – 13.17 Sekelompok Berdiskusi di gazebo


remaja

41 13.17 – 13.21 Sekelompok Parkir dipinggir danau, duduk

remaja di taman

42 13.21 – 13.25 Sekelompok orang Parkir dipinggir jembatan,

dewasa duduk santai di pedestrian

samping jembatan

43 13.25 – 13.30 Sekelompok Bermain di jembatan kupu-kupu

remaja

b. Rabu

No Waktu Subyek Perilaku

1 13.00 – 13. 06 Ayah, Ibu, 1 orang Parkir dipinggir danau buatan,

anak selfie ditaman

2 13.06 – 13.11 Sekelompok Parkir dipinggir danau,

remaja menyeberangi danau

3 13.11 – 13.15 3 orang remaja Menuju arboretum universitas

4 13.15 – 13.19 Sekelompok Parkir samping jembata, diskusi

remaja di gazebo belakang jembatan

kupu-kupu

5 13.19 – 13.22 Sekelompok orang Parkir dipinggir jembatan,

dewasa duduk santai dipedestrian

6 13.22 -13.30 Sekelompok Selfi di jembatan kupu-kupu

remaja
33
4.2 Penguraian Data

a. Minggu

33
Waktu Peta Foto Survey

16.30-18.15 WIB

33
09.00-11.00 WIB
b

b. Rabu

Waktu Peta Foto Survey

13.00-13.30 WIB

33
3.4 Analisa Permasalahan

Masalah: Duduk di bawah

Solusi: Menyediakan tempat duduk, ayunan, serta


wastafel

33
Masalah: Anak kecil bermain di pinggir danau

Solusi: Menyediakan ayunan dan taman

Masalah: Parkir motor di atas tugu

Solusi: Menyediakan tempat parkir

33
Masalah: Anak kecil menyebrang danau sendirian

Solusi: Menyediakan taman, serta pegangan pada


jalan terapung

Masalah: Hewan peliharaan menyebrang danau

Solusi: Mengadakan pengawasan lebih ketat,


karena membahayakan

33
Masalah: Parkir motor di hutan

Solusi: Menyediakan tempat parkir

Masalah: Membuat tugas di bawah

Solusi: Menyediakan tempat duduk

33
Masalah: Duduk di atas tugu

Solusi: menyediakan tempat duduk

Masalah: Anak kecil bermain di kolam

Solusi: menyediakan taman di pinggir kolam

33
SARAN DAN KESIMPULAN

1. Pengunjung RTH kupu-kupu sebagian besar adalah remaja baik mahasiswa, atau
non mahasiswa

2. Pada siang hari tidak ada anak kecil yang bermain di sekitar RTH kupu-kupu

3. Titik keramaian baik pagi, siang, dan sore hari adalahjembatan kupu-kupu, dan
jembatan pada danau buatan

4. Pada siang hari tidak ada orang yang membuat tugas, kecuali di gazebo

5. Sebagian besar pengunjung parkir di tempat tduh, dan disamping jembatan kupu-
kupu

6. Sore hari adalah puncak kepadata pengunjug

33

Anda mungkin juga menyukai