PENDAHULUAN
1
2
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Praktis
1. Bagi Pasien
Adanya laporan studi kasus ini, diharapkan dapat memberi gambaran
kualitas hidup penderita Gagal Ginjal Kronik ( GGK ) dan memberi
motivasi penderitalainnya dalam menjalani hemodialisa.
2. Bagi Penulis
Memperoleh pengetahuan dan pengalaman khusus dalam bidang
keperawatan.
1.4.2 Manfaat Teoritis
1. Bagi Peningkatan Kualitas Asuhan Keperawatan
5
Laporan studi kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu
acuan dalam meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan
dengan masalah Gagal Ginjal Kronik on Hemodialisa.
2. Bagi Pendidikan
Menyediakan informasi nyata dan aktual tentang kualitas hidup pasien
dengan Gagal Ginjal Kronik yang dapat digunakan oleh mahasiswa
sebagai salah satu literatur bagi pendidikan dan menunjang peningkatan
pengetahuan khususnya tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
Gagal Ginjal Kronik.
1.5 Keaslian Penelitian
No Tahun Nama Penulis/ Metode dan Hasil Perbedaan dengan
Judul Variabel penelitian ini
1. 2018 Dewi Sari Mulya/ Deskriptif dengan menunjukan pasien Lokasi penelitian
pendekatan single hemodialisis mengalami berada di
Kualitas hidup cross sectional kualitas hidup pada domain Palangkaraya.
pasien Gagal Ginjal fisik dan psikologi termasuk
Kronik ( GGK ) Variabel : dalam kategori sedang, Metode penelitian
yang menjalani Kualitas hidup, sedangkan opada domain
hemodialysis di Gagal ginjal kronik lingkungan social termasuk
RSUD dr Doris ,hemodialisis dalam kategori baik
Sylvanus
Palangkaraya.
2. 2011 Suhashini Chelliah/ Metode penelitian menunjukkan bahwa 58, 8% Lokasi penelitian di
dengan deksriptif responden memiliki kualitas Medan dan variable
Gambaran tingkat menggunakan hidup yang buruk. penelitian.
depressi dan desain cross Penelitian lain dilakukan
kualitas hidup sectional oleh Aroem ( 2011)
pasien penyakit menunjukkan bahwa
gagal ginjal kronik Variabel : sebagian besar responden
yang menjalani Kualitas memiliki kualitas hidup
hemodialysis di hidup,depresi, baik yaitu 56,7% dan
RSUP H. Adam Gagal ginjal kronik sisanya memiliki kualitas
Malik Medan ,hemodialisis buruk yaitu 43,3 %.
Tahun 2011
6
3. 2018 Handi Rustandi/ Deskriptif dengan Dari penelitian ini dapat Lokasi penelitian
accidental sampling digambarkan bahwa berada di Kota
Faktor-Faktor yang dengan sampel 67 hampir sebagian dari Malang, tahun
mempengaruhi rang responden responden engalami penelitian, metode
kualitas hidup depresi berat , sebagian penelitian, sampel
pasien Cronic Variabel : besar memiliki kualitas penelitian.
Kidney Disease ( Kualitas hidup baik dalam
CKD ) yang hidup,insiden, dukungan keluarga .
menjalani CKD ,hemodialisis
hemodialisa
4 2015 Sufiana puspita Metode deskripsi Dari penelitian ini Lokasi penelitian
dewi kuantitatif dengan diketahui bahwa kategori
berada di Kota
Hubungan lamanya pendekata cross hemodialisa lama (>24
hemodialisa dengan sectional . bulan ) dan 75% responden Malang, tahun
kualitas hidup pengambilan berada pada kategori
penelitian, metode
pasien gagal ginjal sampel dengan kualitas hidup sedang.
di RS PKU accidental Hasil analisa data terdapat penelitian, sampel
Muhammadiyah sampling. Dengan hubungan yang lemah
penelitian.
Yogyakarta. sampel 60 antara lamanya
orangdengan hemodialisa dengan
kuisioner kualitas hidup.
Variable : lamanya
hemodialisa,
kualitas hidup,
CKD
5 2017 Siti Aminah Metode deskripsi Dari penelitian ini Lokasi penelitian
kuantitatif dengan diketahui bahwa sebagian
berada di Kota
Tingkat depresi dan pendekatan kolerasi responden yang berusia
kualitas hidup deskriptif. Dengan dewasatidak mengalami Malang, tahun
pasien gagal ginjal sampel 42 orang depresi (57.89%)
penelitian, metode
kronik ( GGK ) orangdengan sedangkan pada responden
Berdasarkan kuisioner dewasa muda mengalami penelitian, sampel
tingkatan usia di Variable : depresi, depresi (52.17%) .
penelitian serta
RSUD Dr H kualitas hidup, responden usia dewasa
Soewondo Kendal. CKD muda memiliki kualitas variabel penelitia,
hidup di bawah rata rata (
21.05%) bila dibandingkan
responden dewasa (
13.63%) serta ada
hubungan negative antara
tingkat depresi dengan
kualitas hidup responden
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Gagal Ginjal Kronik ( GGK )
2.1.1 Definisi
Chronic kidney disease atau penyakit ginjal kronik didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan
Glomerulus Filtration Rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). Sedangkan menurut
Terry & Aurora, 2013 CKD merupakan suatu perubahan fungsi ginjal yang
progresif dan ireversibel. Pada gagal ginja kronik, ginjal tidak mampu
mempertahankan keseimbangan cairan sisa metabolisme sehingga
menyebabkan penyakit gagal ginjal stadium akhir.CKD atau gagal ginjal
kronik didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan
fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana
kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan
keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer,
2009).
2.1.2 Klasifikasi
Menurut Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO) 2012
yang mengacu pada National Kidney Foundation-KDQOL (NKF-KDQOL)
tahun 2002,PGK diklasifikasikan menjadi lima stadium atau kategori
berdasarkan penurunan
GFR, yaitu :
Dikutip dari: KDOQI 2012 clinical practice guideline for the evaluation and
management of chronic kidney disease.
8
2.1.3 Etiologi
Menurut Price ( 2011 ) antara lain:
1) Infeksi misalnya pielonefritis kronik (Infeksi saluran kemih),
glomerulonefritis (penyakit peradangan).
Pielonefritis adalah proses infeksi peradangan yang biasanya mulai di
renal pelvis, saluran ginjal yang menghubungkan ke saluran kencing
(ureter) dan parencyma ginjal atau jaringan ginjal. Glomerulonefritis
disebabkan oleh salah satu dari banyak penyakit yang merusak baik
glomerulus maupun tubulus. Pada tahap penyakit berikutnya keseluruhan
kemampuan penyaringan ginjal sangat berkurang.
2) Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
Disebabkan karena terjadinya kerusakan vaskulararisasi di ginjal oleh
adanya peningkatan tekanan darah akut dan kronik.
3) Gangguan jaringan ikat misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa, sklerosis sistemik progresif
Disebabkan oleh kompleks imun dalam sirkulasi yang ada dalam
membran basalis glomerulus dan menimbulkan kerusakan .
4) Penyakit peradangan kronik dimana sistem imun dalam tubuh menyerang
jaringan sehat, sehingga menimbulkan gejala diberbagai organ.
5) Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,
asidosis tubulus ginjal.
6) Penyakit ginjal polikistik ditandai dengan kista multiple, bilateral, dan
berekspansi yang lambat laun akan mengganggu dalam menghancurkan
9
Sistem hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin,
sehingga rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang,
hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia
toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni
2.1.5 Patofisiologi
Patofisiologi menurut Nahas dan Levin ( 2010 ) sebagai berikut :
Penyebab yang mendasari CKD bermacam-macam seperti penyakit
glomerulus baik primer maupun sekunder, penyakit vaskular, infeksi,
nefritis interstisial, obstruksi saluran kemih. Patofisiologi penyakit ginjal
kronik melibatkan 2 mekanisme kerusakan : (1) mekanisme pencetus
spesifik yang mendasari kerusakan selanjutnya seperti kompleks imun dan
mediator inflamasi pada glomerulo nefritis, atau pajanan zat toksin pada
penyakit tubulus ginjal dan interstitium; (2) mekanisme kerusakan
progresif yang ditandai dengan adanya hiperfiltrasi dan hipertrofi nefron
yang tersisa.
Ginjal kita memiliki 1 juta nefron, dan masing – masing memiliki
kontribusi terhadap total GFR. Pada saat terjadi renal injury karena
etiologi seperti yang telah dijelaskan di atas, pada awalnya ginjal masih
memiliki kemampuan untuk mempertahankan GFR. Namun pada akhirnya
nefron sehat yang tersisa ini akan mengalami kegagalan dalam mengatur
autoregulasi tekanan glomerular, dan akan menyebabkan hipertensi
sistemik dalam glomerulus. Peningkatan tekanan glomerulus ini akan
menyebabkan hipertrofi nefron yang sehat sebagai mekanisme
kompensasi. Pada tahap ini akan terjadi poliuria, yang bisa menyebabkan
dehidrasi dan hiponatremia akibat ekskresi Na melalui urin meningkat.
Peningkatan tekanan glomerulus ini akan menyebabkan proteinuria.
Derajat proteinuria sebanding dengan tingkat progresi dari gagal ginjal.
Reabsorpsi protein pada sel tubuloepitelial dapat menyebabkan kerusakan
langsung terhadap jalur lisosomal intraselular, meningkatkan stres
oksidatif, meningkatkan ekspresi lokal growth faktor, dan melepaskan
12
2) Terapi simtomatik
a. Asidosis metabolik
Asidosis metabolik harus dikoreksi karena meningkatkan serum
kalium (hiperkalemia). Untuk mencegah dan mengobati asidosis
metabolik dapat diberikan suplemen alkali. Terapi alkali (sodium
bicarbonat) harus segera diberikan intravena bila pH ≤ 7,35 atau
serum bikarbonat ≤ 20 mEq/L.
b. Anemia
Transfusi darah misalnya Paked Red Cell (PRC) merupakan salah
satu pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian
transfusi darah harus hati-hati karena dapat menyebabkan
kematian mendadak.
c. Keluhan gastrointestinal
Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan yang
sering dijumpai pada GGK. Keluhan gastrointestinal ini
merupakan keluhan utama (chief complaint) dari GGK. Keluhan
gastrointestinal yang lain adalah ulserasi mukosa mulai dari mulut
sampai anus. Tindakan yang harus dilakukan yaitu program terapi
dialisis adekuat dan obat-obatan simtomatik.
d. Kelainan kulit
Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan
kulit.
e. Kelainan neuromuskular
Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu terapi
hemodialisis reguler yang adekuat, medikamentosa atau operasi
subtotal paratiroidektomi.
f. Hipertensi
Pemberian obat-obatan anti hipertensi.
g. Kelainan sistem kardiovaskular
Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan kardiovaskular
yang diderita.
18
melakukan sendiri (mandiri), dan di daerah yang jauh dari pusat ginjal
(Sukandar, 2006).
c) Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti
ginjal (anatomi dan faal). Pertimbangan program
transplantasi ginjal, yaitu:
1) Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil
alih seluruh (100%) faal ginjal, sedangkan
hemodialisis hanya mengambil alih 70-80% faal
ginjal alamiah.
2) Kualitas hidup normal kembali
3) Masa hidup (survival rate) lebih lama
4) Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama
berhubungan dengan obat imunosupresif untuk
mencegah reaksi penolakan
2.2.2 Tujuan
1) membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan
asam urat.
20
a. Difusi
Toksik dan limbah di dalam darah dialihkan melalui proses difusi. Melalui
cara bergeraknya darah yang berkosentrasi tinggi ke cairan dialisat yang
berkonsentrasi lebih rendah. Cairan dialisat tersusun dari elektrolit yang
penting dengan konsentrasi ekstrasel yang ideal. Kadar elektrolit darah
dapat dikendalikan dengan mengatur rendaman dialisat secara tepat.
b. Osmosis
Air yang berlebih dikeluarkan melalui proses osmosis. Keluarnya air dapat
diatur dengan menciptakan gradien tekanan. Air bergerak dari tekanan
yang lebih tinggi (tubuh) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat).
c. Ultrafiltrasi
Peningkatan gradien tekanan dengan penambahan tekanan negatif yang
biasa disebut ultrafiltrasi pada mesin dialysis. Tekanan negatif diterapkan
pada alat ini. Untuk meningkatkan kekuatan penghisap pada membrane
dan memfasilitasi pengeluaran air. Kekuatan ini diperlukan hingga
mencapai isovolemia (keseimbangan cairan).
2.2.4 Indikasi dan kontraindikasi
a. Indikasi
1. Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA
untuk sementara sampai fungsi ginjal kembali pulih.
2. Pasien dengan penurunan LFG yang diikuti gejala uremik, asidosis dll
3. BUN > 100 mg/dl
4. Kreatinin > 10 mg/dl
5. Hiperkalemia
21
2) Usia
Moons, Marquet, Budst, dan de Geest (2004) dan Dalkey (2009) mengatakan
bahwa usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian
yang dilakukan oleh Wagner, Abbot, & Lett (2008) menemukan adanya
perbedaan yang terkait dengan usia dalam aspek-aspek kehidupan yang penting
bagi individu.
3) Pendidikan
Moons, Marquet, Budst, dan de Geest (2004) mengatakan bahwa tingkat
pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup
subjektif. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, Asgharpour, Safa, dan
Kermani (2010) menemukan adanya pengaruh positif dari pendidikan terhadap
kualitas hidup subjektif namun tidak banyak.
4) Pekerjaan
Moons, Marquet, Budst, dan de Geest (2004) mengatakan bahwa terdapat
perbedaan kualitas hidup antara penduduk yang berstatus sebagai pelajar,
penduduk yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja (atau sedang mencari
pekerjaan), dan penduduk yang tidak mampu bekerja (atau memiliki disablity
tertentu). Wahl, Rustoen, Hanestad, Lerdal & Moum (2004) menemukan bahwa
status pekerjaan berhubungan dengan kualitas hidup baik pada pria maupun
wanita.
5) Status Pernikahan
Moons, Marquet, Budst, dan de Geest (2004) mengatakan bahwa terdapat
perbedaan kualitas hidup antara individu yang tidak menikah, individu bercerai
ataupun janda, dan individu yang menikah atau kohabitasi.
6) Penghasilan
Testa dan Simonson (2008) menjelaskan bahwa Bidang penelitian yang sedang
berkembang dan hasil penilaian teknologi kesehatan mengevaluasi manfaat,
efektivitas biaya, dan keuntungan bersih dari terapi. hal ini dilihat dari penilaian
perubahan kualitas hidup secara fisik, fungsional, mental, dan kesehatan sosial
dalam rangka untuk mengevaluasi biaya dan manfaat dari program baru dan
intervensi.
26
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan studi
kasus tentang Gambaran Kualitas Hidup Tn B Penderita Gagal Ginjal Kronik
( GGK ) Stadium 5 Dalam Menjalani Hemodialisa di Ruang Hemodialisa
Rumah Sakit Malang yang meliputi pengkajian, wawancara, edukasi, dan
evaluasi.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Waktu Penelitian
Peneliti melakukan pengambilan data pada tanggal 3 Januari 2019
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan rumah Tn B selaku responden tepatnya di
Bugis, kecamatan pakis Malang.
3.3 Setting Penelitian
Penelitian ini terletak Desa Bugis Kecamatan Pakis Kabupaten
Malang tepatnya di kediaman Tn. B selaku responden dalam penelitian ini.
sarana dan prasarana yang ada di kediaman Tn. B meliputi sebuah rumah
permanen dengan ukuran 5x6 m. memiliki 3 ruang kamar tidur, dapur, ruang
tamu menjadi satu dengan ruang tv, dan memiliki Kamar mandi yang berada
didalam rumah. Partisipan tinggal dengan istri dan kedua anaknya. Sarana
kesehatan terdekat adalah sebuah praktek dokter yang menjadi tujuan dari
masyarakat sekitar karena lebih dekat. Di kediaman partisipan sendiri
sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian seperti yang peneliti lakukan.
3.4 Subjek Penelitian
Jumlah subyek penelitian adalah satu orang (usia 45 tahun) yang
berjenis kelamin laki-laki, beragama islam dan berpendidikan SMP.
3.5 Pengumpulan Data
Dalam penelitian studi kasus ini metode pengumpulan data yang
digunakan adalah :
28
1. Peneliti Sendiri
Peneliti sebagai instrumen utama dengan menggunakan panca indera
untuk menyaksikan dan mengamati subjek atau fenomena dalam
penelitian ini.
2. Pedoman Wawancara
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara mendalam. Peneliti melakukan wawancara pada Tn B
selaku responden dan keluarga /pendamping Tn B.
Wawancara mendalam (In-depth interview) adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya
jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden
atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara dimana pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan sosial yang relative lama. Keunggulannya
ialah memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah data yang banyak
(Hariwijaya 2007).
3. Catatan Lapangan ( Field Note )
Catatan ini merupakan hasil dari penelitian yang didengar, dilihat,
dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dalam penelitian kualitatif
(Sugiyono, 2014 )
3.6 Uji Keabsahan Data (uji triangulasi sumber)
Untuk mencapai kesimpulan yang valid, maka dilakukan uji
keabsahan data terhadap semua data yang terkumpul. Uji keabsahan data ini
dilakukan dengan menggunakan teknik trianggulasi yang dapat digunakan
untuk melakukan uji keabsahan data, yaitu:(1) teknik metode, (2) teknik
sumber,(3) teknik penelitian dan (4) teknik teori.
Pada penelitian ini untuk menguji keabsahan data yang telah diperoleh
peneliti menggunakan teknik triangulasi sebagai berikut:
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dapat dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber (Sugiyono, 2014). Dalam penelitian ini wawancara yang
29
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini hasil penelitian yang telah dianalisis oleh peneliti dapat
disimpulkan dengan 3 tema yaitu:
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Umum
Gambaran secara umum partisipan yang memenuhi kriteria dalam
penelitiian, dapat digambarkan sebagai berikut :
Partisipan adalah seorang penderita gagal ginjal kronik yang divonis
sejak tahun 2012. Partisipan berusia 48tahun,berjenis kelamin laki-laki dan
berpendidikan SMP. Partisipan merupakan seorang kepala rumah tangga
yang memiliki istri dan 3 orang anak. Selain itu partisipan juga menjadi
tulang punggung keluarga. Semenjak divonis gagal ginjal pada tahun 2012,
partisipan menjalani pengobatan alternative dan menolak cuci darah karena
tidak ada dukungan dari keluarganya. Keluarga partisipan beranggapan jika
cuci darah hanya menyambung umur sementara saja. Setelah 2 tahun
menjalani pengobatan alternatif kondisi partisipan menjadi semakin
memburuk dan menyebabkan partisipan sempat depresi karena penyakitnya.
selanjutnya partisipan dan keluarga menyetujui cuci darah. Setelah divonis
gagal ginjal partisipan kesulitan dalam beraktivitas karena sering mengalami
kelelahan dan sesak nafas, sehingga perannya menjadi seorang tulang
punggung menjadi terganggu.
Partisipan juga sempat mengalami depresi,selain akibat dari
penyakitnya juga karena pada saat partisipan menjalani terapi cuci darah
anak ketiganya mengalami peradangan otak sehingga harus menjalani
beberapa operasi. Selama masa-masa depresi partisipan mendapatkan
dukungan penuh dari istrinya. Dukungan istri partisipan berupa perhatian
dan semangat. Kemudian partisipan mencoba bangkit dengan semangat
hidup kembali. semangat partisipan timbul saat melihat anak ketiganya
sedang sakit. Partisipan mulai memikirkan tanggungjawabnya sebagai
suami dan ayah sehingga harus segera bangkit, semenjak inilah partisipan
32
“biasanya awal awal itu, masih belum bisa nerima, mikir a. maleh
gak bisa tidur tapi skrg wes gak tak pikir pkoke lek k rumah sakit tak
anggep rekreasi bawa makanan minuman”
“cara ngilangi yaiku, tak pikir-pikir lagi lek ginikan terus mikir ya
percuma terus bangkit yawes gak tak pikir gak tak reken terus depresine
ilang ilang dewe , tidur enak “
“nggeh nganggu itungane, tapi lek jual pangsit ini maleme bisa tidur
enak soale kecapek an”
35
“saya mendingan cepet cepet ke hd, gak enak badan cepet hd dan
pulang pulang enak. Kadang kurang 1 hari kok suwe temen. Kayak orang
kecanduan”
36
Istirahat Tidur
Kapasitas Kerja
Kesehatan fisik
Ketergantungan obat - obatan
Mobilitas
Aktivitas Sehari-hari
“ya pernah aja, yaitu smbarang dari orangnya kalau gak dipikir
nemen ya gak tinggi tapi lek sakit dipikir ya tambah tingi. Sing penting
enjoy,enjoy saya itu. ke rumah sakit ae wes enjoy, didalam hati ya guyon-
guyon”
Dari segi spiritual partisipan juga masih beribadah dengan baik, hal
ini ditunjukkan dengan pernyataan partisipan sebagai berikut :
“ya biasanya kan ekonomi gak gini ya mikir yaiku tak buat sholat
mintak petunjuk pada tuhan tp Alhamdulillah masih dikasih rejeki dadi
punya keyakinan itu”
“ya alhamdulillah, resikone nnt kalau sesek besok kan mau cuci
mbak. Siasatku besok mau cuci kopi sak gelas teh, teh sak gelas masuk
semua.”
“pokok wayahe cuci darah kadang di panggil wong gak gelem , lek
duplikat yo gelem, lek awak e gak penak yo digarap ae, lek awak e penak
gelem masio dipanggil”
Spiritual
Peran diri
Penyesuaian diri
Hiburan/ rekreasi
Kepedulian dengan
lingkungan sekitar
lingkungan
Status ekonomi
“iyo mbak tak runding anak e saiki bapakmu gak kuat kerjo, terus
awakmu kerjo ndk blimbing, akhire bukak mriki, kulo buka pangsit…”
Dukungan keluarga
4.2 Pembahasan
Dalam penelitian ini, Gambaran kualitas hidup Tn B penderita gagal
ginjal kronik stadium V dalam menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa
45
rumah sakit Kota Malang terjawab dalam 4 tema, yaitu : Kesehatan fisik,
psikologi, lingkungan dan social.
Tema-tema ini dapat disimpulkan dan dibahas sesuai dengan tinjauan
literatur dan hasil penelitian terdahulu yaitu :
4.2.1 Tema 1 : Kesehatan fisik.
Dalam segi kesehatan fisik, partisipan sering mengalami gangguan
fisik misalnya pusing dan kelelahan. Pada awal-awal partisipandi vonis
gagal ginjal sempat mengalami kesulitan menerima kenyataan yang
menyebabkan partisipan sempat stress dan depresi sehingga stirahat dan
tidurnya terganggu.Selain itu seringnya mengalami pusing dan kelelahan
menyebabkan kapasitas kerjanya menurun. Hal ini menyebabkan partisipan
harus ketergantungan dengan terapi cuci darah dan obat-obatan,
ketergantungan obat misalnya obat hipertensi dimana partisipan menyatakan
jika tidak pernah lupa untuk minum obat. akan tetapi hal tersebut tidak
menjadikan partisipan berhalangan dalam beraktifitas dan mobilisasi,
partisipan masih bekerja sebagai tukang kunci dan kerap menerima
panggilan kunci ke tenpat pelanggannya.Partisipan mengerti kapasitas dan
kondisi dirinya sendiri sehingga partisipan dapat mensiasati gangguan
kesehatan fisik yang timbul supaya dapat beraktifitas dengan baik.
gatal, dan lain-lain. Dalam kondisi tersebut, penderita gagal ginjal akan
mengalami kesulitan dalam beraktifitas fisik karena akan mempengaruhi
kapasitas kerja dan menurunnya energy yang dipergunakan dalam
beraktivitas. Selain menurunkan kapasitas kerja dan energy, banyaknya
gangguan yang sering muncul pada penderita gagal ginjal juga
menyebabkan gangguan istirahat dan tidur, ganguan ini selain akibat dari
gangguan fisik juga dapat terjadi akibat gangguan secara psikologis. Seperti
yang diceritakan oleh partisipan,pada awal-awal divonis mengalami gagal
ginjal sempat stress dan depresi karena tidak dapat menerima kenyataan
sehingga menyebabkan partisipan tidak dapat tidur dan istirahat karena terus
memikirkan kondisinya. Dalam kondisi seperti ini penderita gagal ginjal
akan mengalami kondisi kesehatan fisik yang menurun.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh dewi (2018),Hasil penelitian
menunjukkan bahwa domain fisik dan psikologis pasien termasuk dalam
kategori kualitas hidup sedang, sedangkan untuk domain sosial dan
lingkungan termasuk dalam kategori kualitas hidup baik.
Berdasarkan teori kulitas hidup pasien dapat dilihat dari aspek fisik,
psikologis, sosial, dan spiritual. Kulitas hidup pasien yang baik dari segi
fisik dapat dilihat dari sedikitnya keluhan fisik yang dialami seperti lelah,
sesak, kesulitan beraktivitas, pusing, mual, odema, dan lain-lain. Menurut
partisipan, dirinya jarang mengalami keluhan fisik yang berarti. Dilihat dari
segi fisik partisipan juga tidak mengalami oedem, kulit tidak mengalami
kering dan gatal-gatal, terlihat segar dan terlihat beraktivitas layaknya orang
yang sehat, bahkan pada saat wawancara partisipan juga sempat mendapat
panggilan kunci ke tempat pelanggan dengan membawa motornya
sendiri.partisipan memiliki cara untuk mesiasati apabila dirinya mengalami
gangguan kesehatan fisik yaitu partisipan dapat memperkiraan kondisi
fisiknya misalnya dalam pola minum, partisipan menyatakan jika minum
secara bebas tetapi jika sudah merasa mulai sesak maka akan berhenti
minum. Partisipan juga menyatakan jika sebelum cuci darah partisipan
minum dan makan secara bebas tanpa takut bengkak maupun sesak nafas.
47
Selain pola makan dan minum, partisipan juga membatasi aktivitasnya ika
menurutnya kondisi fisiknya mulai lelah.
Pendapat tersebut berbanding terbalik dengan penelitian yang
dilakukan oleh Apriandini (2017) yang menyebutkan bahwa Menurut
peneliti, aspek fisik merupakan aspek yang paling terkena dampak dari
prognosis penyakit pasien. Berdasarkan literature review yang peneliti
lakukan, hasilnya menunjukkan bahwa kebanyakan aspek fisik kualitas
hidup pasien cenderung berada pada kualitas rendah atau kurang baik
dibandingkan dengan aspek psikologis, hubungan sosial dan lingkungan.
Selain karena prognosis penyakit langsung berdampak pada kondisi pasien,
penurunan kemampuan fisik yang dirasakan pasien seperti nyeri, kelemahan
otot, pucat, pusing, edema, serta pruritus turut mempengaruhi ketiga aspek
lain sehingga kualitas hidup secara keseluruhan ikut terpengaruh.
untuk masalah sosial dapat dilihat dari dukungan keluarga yang baik,
dukungan dari lingkungan, tenaga kesehatan, dan dukungan dari pasangan.
Jika keluhan-keluhan fisik, psikologis, dan spiritual ini tidak dialami pasien
dan pasien merasa nyaman dengan keadaan maka dapat dikatakan kualitas
hidup pasien baik. Sehingga dapat mengurangi tingkat depresi pada pasien,
dikarenakan stresor yang diperoleh oleh pasien merupakan stresor yang
positif.( Supriyadi,2011)
4.2.3 Tema 3 : Lingkungan
Dalam segi lingkungan dari keadaan status ekonomi partisipan masih
stabil,hal ini karena partispan masih bekerja secara aktif sebagai tukang
kunci dan menerima panggilan kunci ke tempat pelanggan,selain itu
partisipan juga didukung oleh anak-anaknya yang sudah bekerja dengan
cara mereka memberi sebagian penghasilannya untuk membayar tagihan
jaminan kesehatan.Keadaan status ekonomi partisipan juga dapat diketahui
bahwa partisipan masih dapat membuatkan rumah anak sulungnya yang
sudah berkeluarga dan masih sering memberi hadiah untuk cucu seperti
perhiasan dan pakaian.Partisipan juga menilai kondisi tempat tinggalnya
cukup nyaman dan puas, menurut partisipan yang diprioritaskan saat ini
adalah masa depan anak-anaknya.
Sistem hiburan partisipan adalah bekerja membuat partisipan masih
tetap semangat dalam memenuhi tanggung jawabnya sebagai tulang
punggung keluarga, menurut partisipan waktu adalah uang,hal ini mulai
tumbuh sejak partisipan masih muda dan tidak berubah pada saat partisipan
divonis gagal ginjal. Sistem hiburan partisipan selain bekerja juga pada saat
cuci darah, menurutnya pada saat cuci darah partisipan dapat berkumpul
dengan teman-temannya.
Dari penjelasan diatas diketahui bahwa partisipan masih dapat
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dengan semangat bekerja sebagai
media hiburan, hal ini didukung oleh Soemarwoto (2011), kebutuhan hidup
yang esensial, disebut sebagai kebutuhan hidup dasar. Persepsi orang
tentang kebutuhan dasar berbeda beda, karena dipangaruhi pula oleh faktor
sosial, budaya, ekonomi, dan waktu, serta pertimbangan kebutuhan jangka
50
pendek dan jangka panjang. Kualitas hidup pada dasarnya tergantung pada
pemenuhan kebutuhan dasar masing masing individu. Semakin baik
kebutuhan dasarnya dipenuhi maka semakin baik pula mutu hidupnya.Mutu
hidupnya itu sering dapat diperbaiki lagi apabila kebutuhan hidup yang
tidak esensial dapat pula dipenuhi. Akan tetapi apabila kebutuhan dasar
tidak dapat dipenuhi, pemenuhan kebutuhan yang tidak esensial tidaklah
banyak artinya.
Hal ini juga didukung oleh Apriandini (2017), Menurut peneliti,
aspek lingkungan turut mempengaruhi kualitas hidup pasien hemodialisis.
Kondisi tempat tinggal yang aman serta lingkungan tetangga yang baik akan
membuat perasaan lebih tenang dan nyaman. Berkumpul dan menghabiskan
waktu berlibur bersama keluarga mampu menjadi distraksi yang baik bagi
pasien untuk beralih fokus dari kondisi sakit yang dialami. Ketersediaan
fasilitas kesehatan yang mudah diakses dan juga biaya pengobatan turut
mempengaruhi. Kualitas hidup pasien hemodialisis regular antara pasien
yang dekat dan jauh dengan fasilitas kesehatan tentu akan berbeda jika
dibandingkan. Pasien yang tinggal jauh dari fasilitas kesehatan akan
memiliki beban yang lebih, belum lagi jika harus menggunakan transpotasi
umum. Biaya pengobatan yang tidak murah untuk setiap kali prosedur juga
menjadi beban bagi pasien jika tidak dibantu dengan adanya asuransi
kesehatan.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
bidang keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Apriandini, Rizki. 2017. Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Stadium Akhir Yang
Menjalani Hemodialisis.Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Bhosley MJ. 2006. Quality Of Life in Patiente With Psoriasis. Health an Quality of
Life Outcomes.
Dewi, Sari Mulya.2018. Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani
Hemodialisa di RSUD Dr Doris Sylvanus Palangkaraya.Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya.
Galieni, M., Butti, A. Guassi, M., Gallassi. Impaired Brachial Aetery Endothelial
Flow Medical Dilation And Orthostatic Stress in Hemidialysis Patient.
International Journal Of Artil Cial Organs.
Hariwijaya, M. 2007. Metodologi dan Teknik Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi,
Elmatera Publishing. Yogyakarta.
Indonesian Renal Registry. (2012). 7th Report of Indonesian Renal Registry. Jakarta:
PERNEFRI.
Melo OS, Ribeiro LRR, Costa ALRC et Al 2015. Community Impact of Integritas
Therapy For Renal Patients People During Session Haemodialysis. ISSN 2175-
5361.
Moons, P., Marquet K., Budts W., Gesst, Sabina.2004.. Validity, Realibility and
Responsiveness of the schedule for the Evaluation of Individual Quality of Life-
Direct Weighting ( SEIQOL-DW) in 176 Congenital Heart Disease. USA:
Biomed Ltd.
Nahas, Mequid El & Adeera Levin.2010. Chronic Kidney Disease : A pratical Guide
to Understanding and Management. USA: Oxford University Press.
Salsabila, Mustamira Sofa.2012. Kualitas Hidup Pasien Epilepsi ( Studi Kasus Pasien
Epilepsi Dewasa Awal di Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2009). Keperawatan Medikal Bedah : Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta: EGC
Sukandar, E. 2006. Gagal Ginjal dan Panduan Terapi Dialisis. Bandung: Pusat
Informasi Ilmiah ( PII ) Bagian FIK UNPAD/ Rs Hasan Sadikin.
Supriyadi., Wagiyo., & Widowati, S. R. (2011). Tingkat Kualitas Hidup Pasien Gagal
Ginjal Kronik Terapi Hemodialisis di RSUD Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 6(2): 107-112
Suwitra, Ketut.2010. Penyakit Ginjal Kronik.In: Aru W Sudoyo, editor. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid2. Edisi 5. Jakarta:Interna Publishing.