Anda di halaman 1dari 3

BAB III

PEMBAHASAN

Diagnosa
Diagnosis anemia aplastik ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemerksaan penunjang. Dari hasil anamnesis pada pasien ini didapatkan bahawa
pasien sudah didiagnosis dengan anemia aplastik sejak 2 bulan yang lalu. Pasien juga
sering mengeluhkan badan pasien lemas, pusing dan mengalami perdarahan pada
saluran kemih.
Diagnosis anemia aplastik selain dengan anamnesa juga ditegakkan dengan
pemeriksaan fisik yaitu didapatkan kojungtiva anemis. Namun pada pasien ini tidak
ditemukan adanya pembesaran organ (Organomegaly).
Pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk menegakkan diagnosis pada
pasien ini adalah pemeriksaan darah lengkap dengan hitung jenis leukosit, hitung
retikulosit, dan aspirasi serla biopsi sumsum tulang. Pasien sudah dilakukan
pemeriksaan biopsi sumsum tulang sejak 2 bulan yang lalu. Hasil pemeriksaan darah
lengkap pada pasien ini ditemukan jumlah trombositnya hanya 6000/ml. Karena jumlah
thrombocyte pada pasien ini sanga sedikit, sehingga pasien mengalami perdarahan pada
saluran kemih pasien.

Tata Laksana
Terapi standar untuk anemia aplastik meliputi imunosupresi atau transplantasi
sumsum tulang (TST). Faktor-faktor seperti usia pasien, adanya donor saudara yang
cocok (matched sibling donor), dan faktor-faktor risiko seperti infeksi aktif atau beban
transfusi harus dipertimbangkan untuk menentukan apakah pasien paling baik mendapat
terapi imunusupresi atau TST. Pasien yang lebih muda umumnya mentoleransi TST lebih
baik. Pasien yang lebih tua dan yang mempunyai komorbidi tas biasanya ditawarkan
serangkaian terapi imunusupresif. Pasien berusia lebih dari 20 tahun dengan hitung
neutrofil 200-500/ mm3 tampaknya lebih mendapat manfaat dari imunosupresi
dibandingkan TST. Secara umum, pasien dengan hitung neutrofil yang sangat rendah
cenderung lebih baik dengan TST, karena dibutuhkan waktu yang lebih pendek untuk
resolusi neutropenia (harus diingat bahwa neutropenia pada pasien yang mendapat terapi
imunosupresif mungkin baru membaik setelah 6 bulan). Untuk pasien usia menegah yang
memiliki donor saudara yang cocok, rekomendasi terapi harus dibuat setelah
memperhatikan kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh, derajat keparahan
penyakit, dan keinginan penyakit. Suatu algoritme terapi dapat dipakai untuk panduan
penatalaksanaan anemia aplastik.
Terapi imunosupresif merupakan modalitas terapi terpenting untuk sebagian besar
pasien anemia aplastik. Obat-obatan yang termasuk dalam terapi imunosupresif adalah
antithymocyte globulin (ATG) atau antilymphocyte Blobulin (ALG) dan siklosporin A(CsA).
Mekanisme kerja ATG atau ALG pada kegagalan sumsum tulang tidak diketahui dan
mungkin melalui Koreksi terhadap destruksi T-cell immunomediated pada sel asal atau
Stimulasi langasung atau tidak langsung terhadap hemopoiesis. Regimen imunosupresi
yang paling sering dipakai adalah ATG dari kuda (AIGam dosis 20 mg/kgBB per hari
selama 4 hari) atau ATG kelinci (thymoglobulin dosis 3,5 mg/kg perhari selama 5 hari)
plus CsA (12-15 mg/kg) umumnya selama 6 bulan. Berdasarkan hasil penelitian pada
pasien yang tidak berespons terhadap ATG kuda, ATG kelinci tampaknya sama efektif
dengan ATG kuda. Angka respons terhadap ATG kuda bervariasi dari 70-80% dengan
kelangsungan hidup 5 tahun 80-90%. ATG lebih unggul dibandingkan CsA, dan kombinasi
ATG dan CsA memberikan hasil lebih baik dibandingkan ATG atau CsA saja.
ATG atauALG diindikasikan pada:
1). Anemia aplastik bukan berat,
2). Pasien tidak mempunyai donor sumsum tulang yang cocok,
3). Anemia aplastik berat, yang berumur lebih dari 20 tahun, dan pada saat
pengobatan tidak terdapat infeksi atau perdarahan atau dengan granulosit lebih
dari 200/ mm3.

Pada pasien ini diberikan siklosporin yang bekerja dengan menghambat aktivasi
dan proliferasi prekursor limfosit sitotoksik. Dosisnya adalah 3-10 mglkgBB/hari per oral
dan diberikan selama 4-6 bulan. Siklosporin dapat pula diberikan secara intravena. Angka
keberhasilan setara dengan ATG. Pada 50% pasien yang gagal dengan ATG dapat
berhasil dengan siklosporin. Dosis yang digunakan pada pasien ini adalah 2x75mg. Selain
itu pasien juga diberikan injeksi methylprednison 3x62.5mg untuk melawan efek samping
dari siklosporin.
Prognosis
Riwayat alamiah anemia aplastik dapat berupa:
1). Berakhir dengan remisi sempuma. Hal ini jarang terjadi kecuali bila iatrogenik
akibat kemoterapi atau radiasi. Remisi sempurna biasanya terjadi segera.
2). Meninggal dalam 1 tahun. Hal ini terjadi pada sebagian besar kasus.
3). Bertahan hidup selama 20 tahun atau lebih.
Membaik dan bertahan hidup lama namun kebanyakan kasus mengalami remisi
tidak sempurna. Jadi, pada anemia aplastik telah dibuat cara pengelompokan lain untuk
membedakan antara anemia aplastik berat dengan prognosis buruk dengan anemia
aplastik lebih ringan dengan prognosis yang lebih baik. Dengan kemajuan pengobatan
prognosis menjadi lebih baik. Penggunaan imunosupresif dapat meningkatkan keganasan
sekunder. Pada penelitian di luar negeri dari 103 pasien yang diobati dengan ALG, 20
pasien diikuti jangka panjang berubah menjadi leukemia akut, mielodisplasia, PNH, dan
adanya risiko terjadi hepatoma.
Kejadian ini mungkin merupakan riwayat alamiah penyakit walaupun komplikasi
tersebut lebih jarang ditemukan pada transplantasi sumsum tulang.

Anda mungkin juga menyukai