PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendeskripsikan pengertian sanitasi.
2. Untuk mendeskripsikan pengertian bakteri indikator sanitasi.
3. Untuk mengetahui cara uji sanitasi peralatan.
4. Untuk mengetahui penerapan sanitasi peralatan dalam industri.
PEMBAHASAN
Bakteri indikator polusi atau indikator sanitasi adalah bakteri yang dapat
digunakan sebagai petunjuk adanya polusi feses atau kotoran manusia atau
hewan, karena organisme tersebut merupakan organisme komersal yang terdapat
di dalam saluran pencernaan manusia maupun hewan. Air yang tercemar oleh
kotoran manusia maupun hewan tidak dapat digunakan untuk keperluan minum,
mencuci makanan atau memasak karena dianggap mengandung mikroorganisme
patogen yang berbahaya bagi kesehatan, terutama patogen penyebab infeksi
saluran pencernaan (Fardiaz, 1992).
a. Pengertian Peralatan
Peralatan dalam industri pangan merupakan alat yang bersentuhan
langsung dengaan bahan, untuk menghindari terjadinya kontaminasi maka
peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan harus
sesuai dengan peruntukkan dan persyaratan hygiene sanitasi. Peralatan harus
segera dibersihkan dan disanitasikan/didesifeksi untuk mencegah kontaminasi
silang pada makanan. Baik pada tahap persiapan, pengolahan, penyimpanan
sementara Peralatan pengolahan seperti alat pemotong, papan pemotong
(talenan), bak-bak pencucian/penampungan, alat pengaduk, alat penyaring,
alat memasak merupakan sumber kontaminan potensial bagi pangan
(Depdiknas, 2004).
Peralatan pengolahan yang tidak dicuci bersih seperti pisau (slicer),
talenan, dan peralatan lain yang berhubungan langsung dengan bahan pangan;
juga peralatan saji seperti piring, gelas, sendok, botol dan lain-lain. dapat
menjadi sumber kontaminan (Rachmawan, 2001).
Rumus perhitungan:
Jumlah mikroorganisme (cfu/cm2)= hasil perhitungan jumlah m.o x Jumlah larutan pengencer awal
Luas Usapan
Rumus perhitungan:
2. Metode Bilas
Dilakukan dengan cara membilas peralatan atau wadah yang digunakan
untuk mengolah atau mengepak makanan; misalnya gelas, botol kecap,
botol selai (botol jam) dan alat gelas lainnya. Berikut adalah skema
pengujian dengan metode bilas :
Siapkan 2 cawan petri steril yang diberi tanda botol dan jumlah contoh.
Masukkan 20 ml larutan pengencer kedalam botol selai dan 100 ml
kedalam botol kecap
Bilas seluruh permukaan bagian dalam botol dengan cara
memutarmutar botol secara horizontal sebanyak 10 kali.
Inkubasikan 2 cawan petri masing-masing dengan 1 ml suspensi
tersebut, kemudian tuangkan diatasnya PCA cair sebanyak ± 20 ml
dan biarkan membeku
a. Iodophor
Zat ini selalu dicampur dengan detergen dalam suasana asam,
oleh karena itu, cocok digunakan bila diperlukan pembersihan yang
bersifat asam. Daya kerjanya cepat dan mempunyai aktivitas yang luas
terhadap mikroorganisma. Biasanya diperlukan larutan yang kadarnya
25-50 mg iodium/l pada pH 4 untuk disinfeksi permukaan yang bersih.
Aktivitasnya akan hilang apabila ada zat organik (Pramono, 2010).
Tidak bersifat korosif terhadap logam, tergantung dari
formulasinya dan sifat permukaan yang disinfeksi, tidak toksik dan
sedikit berbau oleh karena itu, harus dibilas dengan air setelah
penggunaan. Iodophor dibuat kompleks dengan surfaktan dan asam
sehingga memberikan sifat-sifat deterjen-sanitaiser. Senyawa-
senyawa ini bakterisidal dan bila dibandingkan dengan suspensi air
dan alkoholik dari yodium, mempunyai kelarutan yang tinggi dalam air,
dan tidak iritatif terhadap kulit.
Sanitaizer iodophor dapat menguap, hal ini cepat terjadi
terutama bila suhu larutan melebihi 50oC karena yodium cenderung
untuk menyublim. Yodium dapat diserap oleh benda-benda plastik dan
karet dari heat exchanger yang menyebabkan timbulnya warna. Warna
merah yang dihasilkan merupakan bukti visual adanya sanitasi.
c. Chlorine
Sanitaizer ini bekerja cepat terhadap sejumlah mikroorganisme
dan harganya relatif murah. Digunakan pada konsentrasi 100-250 mg
klorin/liter. Sanitaizer ini bersifat korosif terhadap bahan logam dan juga
bersifat sebagai pemutih. Oleh karena itu, pembilasan perlu segera
dilakukan setelah cukup waktu kontak. Senyawa-senyawa chlorine
dikelompokkan yaitu menjadi chlorine cair, hipokhlorit, khloramin
anorganik, khloramin organik dan chlorine dioksida.
Chlorine merupakan sanitaizer yang paling kuat dengan
aktivitas spektrum luas bakteri gram positif dan gram negatif. Senyawa
penghasil chlorine mudah digunakan dan tidak dipengaruhi oleh air
sadah. Tetapi, korosif bila penggunaan dalam konsentrasi tinggi yang
menandakan hilangnya sebagian aktivitas bakterisidal, iritasi pada kulit,
dan berbau (Rachmawan, 2001).
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :
- Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik
beratkan kegiatannya kepada usaha-usaha kesehatan lingkungan
hidup manusia.
- Bakteri indikator polusi atau indikator sanitasi adalah bakteri yang
dapat digunakan sebagai petunjuk adanya polusi feses atau kotoran
manusia atau hewan, karena organisme tersebut merupakan
organisme komersal yang terdapat di dalam saluran pencernaan
anusia maupun hewan
- Pengujian sanitasi peralatan menggunakan uji bilas, uji RODAC (untuk
peralatan pengolahan dengan permukaan datar) dan uji swab (untuk
alat pengolahan). Pengujian ini sangat diperlukan guna mengetahui
tingkat sanitasi selama proses produksi hingga produk akhir.
3.2 Saran
Depdiknas. 2001. Sumber Kontaminasi dan Teknik Sanitasi. Modul Dasar Bidang
Keahlian. SMKP1E03-04DBK. Jakarta.
Depkes RI. 2004. Hygiene sanitasi makanan dan minuman Jakarta. DITJENPPM
dan PL.
Pagari, Posan.2010. Uji sanitasi wadah dan alat pengolahan. Jurnal penelitian,
Fakultas Peternakan, Universitas Lampung.
Siswati, Retina. 2004. Penerapan Prinsip Sanitasi Dan Hygiene Dalam Industri
Perikanan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Widianti, P.M dan Ristiati, N.P. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform pada Depo
Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali. IKIP Negeri Singaraja. Bali
Volk, Wesley, A., Margaret F. Whleer, 1998, Mikrobiologi Dasar, Erlangga, Jakarta.