Oleh :
MOCHAMAD HADI FADLANA
F34102130
2006
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PENGARUH SUHU PENYIMPANAN DAN CARA EKSTRAKSI
VIRGIN COCONUT OIL (VCO) TERHADAP MUTU MINYAK
YANG DIHASILKAN SELAMA PENYIMPANAN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
MOCHAMAD HADI FADLANA
F34102130
2006
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
MOCHAMAD HADI FADLANA
F34102130
Dilahirkan pada tanggal 3 September 1984
di Jakarta
Menyetujui,
Bogor, Juni 2006
RINGKASAN
SUMMARY
Halaman
KATA PENGANTAR……………………………………………………….…vii
DAFTAR TABEL……………………………………………........………....….x
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….....xi-xiii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………..........xiv
I. PENDAHULUAN………………………………………………….………..1
A. LATAR BELAKANG………………………………………….………..1
B. TUJUAN………………………………………………………………...4
A. KELAPA……………………………………………….………………..5
B. EMULSI SANTAN……………………………………………………...8
D. MINYAK KELAPA.................................................................................10
B. METODE PENELITIAN.....……………………………………………25
C. RANCANGAN PERCOBAAN.....................................………………..27
A. PENELITIAN PENDAHULUAN………………..……....……………..29
B. PENELITIAN UTAMA............................................………………....…31
A. KESIMPULAN………………………………………………………...59
B. SARAN………………………………………………………………...60
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….….61
LAMPIRAN……………………………………………………………………63
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
Gambar 10. Pengaruh suhu terhadap kadar air VCO hasil ekstraksi
dengan pengepresan.....................................................................34
Gambar 11. Pengaruh suhu terhadap kadar air VCO hasil ekstraksi
dengan peragian...........................................................................34
Gambar 12. Pengaruh suhu terhadap kadar air VCO hasil ekstraksi
dengan pemancingan..…………………………………………..35
Gambar 26. Pengaruh suhu terhadap bilangan asam VCO hasil ekstraksi
dengan pengepresan.....................................................................49
Gambar 27. Pengaruh suhu terhadap bilangan asam VCO hasil ekstraksi
dengan peragian...........................................................................49
Gambar 28. Pengaruh suhu terhadap bilangan asam VCO hasil ekstraksi
dengan pemancingan..………………………………………….50
Gambar 36. Pengaruh cara ekstraksi terhadap asam lemak bebas VCO
pada suhu 25 °C...........................................................................57
Gambar 37. Pengaruh cara ekstraksi terhadap asam lemak bebas VCO
pada suhu 30 °C...........................................................................57
Gambar 38. Pengaruh cara ekstraksi terhadap asam lemak bebas VCO
pada suhu 45 °C...........................................................................57
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. LATAR BELAKANG
Tabel 1. Nilai ekspor industri pengolahan kelapa Indonesia tahun 2000-2004 (Badan Pusat
Statistik, 2005)
A. KELAPA
Tempurung
Sabut
Gambar 2. Penampang melintang buah kelapa (Aten et, al., 1958 di dalam Djatmiko, Bambang,
Goutara dan Irawadi. 1985)
Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa dengan makin tua umur
buah maka kandungan lemaknya makin tinggi (Djatmiko, Bambang, Goutara
dan Irawadi. 1985)
B. EMULSI SANTAN
O
||
H2C―O―C―R
O
||
H2C―O―C―R
Gambar 3. Rumus kimia trigliserida
Trigliserida dapat berwujud padat atau cair, hal ini tergantung dari
komposisi asam lemak yang menjadi penyusunnya. Sebagian besar minyak
nabati berbentuk cair karena mengandung sejumlah asam lemak tidak jenuh,
yaitu asam oleat, linoleat atau linolenat dengan titik cair yang rendah (Ketaren,
1986).
Trigliserida terdiri dari 96 % asam lemak dan berdasarkan
komposisi tersebut maka sifat fisiko kimia minyak sangat ditentukan oleh sifat
fisiko kimia asam lemaknya. Asam lmak yang terutama menentukan sifat
minyak adalah asam lemak yang terbanyak dalam minyak tersebut (Djatmiko,
Bambang, Goutara dan Irawadi. 1985).
D. MINYAK KELAPA
Virgin Oil adalah minyak dan lemak makan yang dihasilkan tanpa
mengubah sifat fisiko kimia minyak, minyak diperoleh dengan hanya
perlakuan mekanis dan pemakaian panas minimal serta tidak menggunakan
bahan kimia kecuali yang tidak mengalami reaksi dengan minyak Minyak ini
dimurnikan dengan cara pencucian menggunakan air, pengendapan,
penyaringan dan sentrifugasi saja. (Codex Alimentarius, 1999). Standar mutu
dari VCO dapat dilihat pada Tabel 5 (Codex Stan 19-1981 (rev.2-1999)).
Tabel 5. Standar mutu VCO
Karakteristik Kandungan
Kadar air (%) 0.1-0.5
Bilangan Peroksida (mg oksigen/100 g contoh) Maks 3.0
Bilangan Penyabunan (mg KOH/g contoh) 250-260
Bilangan Asam (mg KOH/g contoh) Maks. 13
Kadar Asam Lemak Bebas (% asam laurat) Maks. 0.5
Warna Jernih kristal
Komponen minyak kelapa terdiri dari asam lemak jenuh (90 %) dan
minyak tak jenuh (10 %). Tingginya kandungan asam lemak jenuh
menjadikan minyak kelapa sebagai sumber saturated fat. Dalam VCO
terdapat Medium Chain Fatty Acid (MCFA). MCFA merupakan komponen
asam lemak berantai sedang yang memiliki banyak fungsi, antara lain mampu
merangsang produksi inulin sehingga proses metabolisme glukosa dapat
berjalan normal. MCFA juga bermanfaat dalam mengubah protein menjadi
sumber energi (Fife, 2003 ; Fife, 2004; Rindengan dan Novarianto, 2005;
Sutarmi dan Rozaline, 2005). Komposisi asam lemak VCO dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Komposisi asam lemak VCO
Asam lemak jenuh
Asam lemak Jumlah (%)
VCO
Asam kaproat 0.5
Asam kaprilat 8.0
Asam kaprat 7.0
Asam laurat 48.0
Asam miristat 17.0
Asam palmitat 9.0
Asam stearat 2.0
Asam arakhidat 0.1
Asam dodekanoat 0
Total asam lemak jenuh 91.1
Asam lemak tak jenuh
Asam lemak Jumlah (%)
VCO
Asam palmitoleat 0.1
Asam oleat 6.0
Asam linoleat 0.1
Asam a-linoleat 0
Total asam lemak tak jenuh 6.2
Sumber : Riset Muhammad Ahkam Subroto (Duryatmo di dalam Trubus, Oktober 2005)
Pemarutan
Kelapa parut
Pengeringan
Suhu optimal = 50-60 °C Lama
pengeringan = 70-85 menit
Kelapa parut
kering
Pengepresan
dengan screw Ampas kelapa
press
Minyak kelapa
Penyaringan dengan
kertas saring
Virgin
Coconut Oil
Gambar 4. Diagram alir proses pengolahan VCO dengan cara pengepresan (proses mekanis)
(Alam Syah, 2005)
2. Pengolahan VCO dengan penambahan ragi
Menurut Alam Syah (2005) serta Setiaji dan Prayugo (2006), proses
pengolahan VCO dengan cara penambahan ragi diawali dengan pembuatan
santan dengan mencampurkan air dengan daging kelapa yang sudah diparut
dengan perbandingan 1 kg kelapa parut dengan 2 liter air. Santan dibiarkan
beberapa saat hingga terbentuk gumpalan krim. Krim dipisahkan lalu
ditambahkan ragi. Campuran diaduk secara merata dan difermentasi selama
10-14 jam. Proses fermentasi dinyatakan berjalan baik jika dari campuran
tersebut terbentuk tiga lapisan, yakni lapisan atas berupa minyak, lapisan
tengah berupa skim (kaya protein) dan lapisan terbawah berupa air dan
endapan. Lapisan minyak kemudian dipisahkan secara hati-hati. Minyak
yang telah dipisahkan kemudian disaring dengan kertas saring untuk
menjernihkan warnanya dan menyaring kotoran yang tercampur ke dalam
minyak. Diagram alir proses pengolahan VCO dengan penambahan ragi dapat
dilihat pada Gambar 5.
Daging kelapa
segar tanpa testa
Pemarutan
Pendiaman Skim
Krim
Penambahan ragi
Minyak kelapa
Penyaringan
Virgin
Coconut Oil
Gambar 5. Diagram alir proses pengolahan VCO dengan cara penambahan ragi (Alam Syah, 2005
; Setiaji dan Prayugo, 2006)
3. Pengolahan VCO dengan penambahan minyak pancing
Pemarutan
Pendiaman Skim
Krim
Penambahan
minyak pancing
Pengadukan dan
pendiaman (6-7 jam)
Minyak kelapa
Penyaringan Virgin
Coconut Oil
Gambar 6. Diagram alir proses pengolahan VCO dengan cara penambahan minyak pemancing
(Alam Syah, 2005)
G. MANFAAT VIRGIN COCONUT OIL (VCO)
H H H H H H H H H H H H
O
H__ C__ C__ C__ C__ C__ C__ C__ C__ C__ C__ C__ C__ C
(ω1) OH
H H H H H H H H H H H H
H3 C OH
Bahan utama yang menjadi obyek penelitian adalah VCO yang sudah
jadi yang dihasilkan dengan tiga cara ekstraksi yang berbeda, yaitu dengan
pengepresan, penambahan ragi (Saccharomyces cerevisiae) serta penambahan
minyak pancing. VCO yang dihasilkan dengan cara pengepresan didapatkan
dari industri VCO yang terletak di wilayah Sawah Baru dan VCO yang
dihasilkan dengan penambahan ragi dan pemancingan didapatkan dari Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat-Obatan (Balitro). Bahan kimia untuk
analisis meliputi aquades, alkohol-KOH 0.5 N (KOH + air + alkohol 95 %),
HCl 0.5 N, asam asetat glasial, alkohol 95 %, kloroform, larutan KI jenuh,
natrium tiosulfat 0.01 N, KOH 0.1 N, indikator phenolptalein dan indikator
larutan kanji.
Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah hot plate, pengaduk
pendek, pipet tetes, pipet volumetrik, erlenmeyer 250 ml, erlenmeyer 300 ml,
erlenmeyer 500 ml, gelas piala 100 ml, gelas piala 300 ml, pendingin tegak
(kondensor), penangas air, mikroburet, buret, neraca analitik, desikator,
corong, botol kemasan, termometer, oven dan inkubator.
B. METODE PENELITIAN
1. Penelitian Pendahuluan
2. Penelitian Utama
Penyimpanan
Pengambilan
kesimpulan
Selesai
C. RANCANGAN PERCOBAAN
A. PENELITIAN PENDAHULUAN
B. PENELITIAN UTAMA
0.9
0.8 Pengepresan - 25 °C
Pengepresan - 30 °C
0.7
Pengepresan - 45 °C
0.6
Kadar Air (%)
Peragian - 25 °C
0.5
Peragian - 30 °C
0.4
Peragian - 45 °C
0.3
Pemancingan - 25 °C
0.2
Pemancingan - 30 °C
0.1 Pemancingan - 45 °C
0
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
0.7
0.6
0.5
KadarAir (%)
25 °C
0.4
30 °C
0.3
45 °C
0.2
0.1
0
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Gambar 10. Pengaruh suhu terhadap kadar air VCO hasil ekstraksi dengan pengepresan
0.8
0.7
0.6
K adar A ir (% )
0.5 25 °C
0.4 30 °C
0.3 45 °C
0.2
0.1
0
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Gambar 11. Pengaruh suhu terhadap kadar air VCO hasil ekstraksi dengan peragian
0.9
0.8
0.7
Kadar Air (% )
0.6
25 °C
0.5
30 °C
0.4
45 °C
0.3
0.2
0.1
0
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Gambar 12. Pengaruh suhu terhadap kadar air VCO hasil ekstraksi dengan pemancingan
0.9
0.8
0.7
Kadar Air (% )
0.6
Pengepresan
0.5
Peragian
0.4
Pemancingan
0.3
0.2
0.1
0
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Gambar 13. Pengaruh cara ekstraksi terhadap kadar air VCO pada suhu 25 °C
0.7
0.6
0.5
0.1
0
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Gambar 14. Pengaruh cara ekstraksi terhadap kadar air VCO pada suhu 30 °C
0.8
0.7
0.6
Kadar Air (% )
0.5 Pengepresan
0.4 Peragian
0.3 Pemancingan
0.2
0.1
0
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Gambar 15. Pengaruh cara ekstraksi terhadap kadar air VCO pada suhu 45 °C
2. Bilangan Peroksida
PV*
Aldehid
1.5 Peragian - 25 °C
Peragian - 30 °C
1 Peragian - 45 °C
0.5 Pemancingan - 25 °C
Pemancingan - 30 °C
0
Pemancingan - 45 °C
0 20 40 60 80
-0.5
Lama Penyimpanan (Hari)
Gambar 17. Pengaruh perlakuan terhadap bilangan peroksida VCO selama penyimpanan
3
2.5
Bilangan Peroksida
2
25 °C
1.5
30 °C
1
45 °C
0.5
0
-0.5 0 20 40 60 80
Gambar 18. Pengaruh suhu terhadap bilangan peroksida VCO hasil ekstraksi dengan pengepresan
2.5
Bilangan Perksida
1.5 25 °C
30 °C
1 45 °C
0.5
0
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Gambar 19. Pengaruh suhu terhadap bilangan peroksida VCO hasil ekstraksi dengan peragian
2.5
2
Bilangan Peroksida
1.5 25 °C
30 °C
1 45 °C
0.5
0
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Gambar 20. Pengaruh suhu terhadap bilangan peroksida VCO hasil ekstraksi dengan pemancingan
2.5
2
Bilangan Peroksida
1.5 Pengepresan
Peragian
1 Pemancingan
0.5
0
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Gambar 21. Pengaruh cara ekstraksi terhadap bilangan peroksida VCO pada suhu 25 °C
1.6
1.4
Bilangan Peroksida
1.2
1 Pengepresan
0.8 Peragian
0.6 Pemancingan
0.4
0.2
0
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Gambar 22. Pengaruh cara ekstraksi terhadap bilangan peroksida VCO pada suhu 30 °C
2.5
Bilangan Peroksida
1.5 Pengepresan
Peragian
1 Pemancingan
0.5
0
0 20 40 60 80
-0.5
Lama Penyimpanan (Hari)
Gambar 23. Pengaruh cara ekstraksi terhadap bilangan peroksida VCO pada suhu 45 °C
3. Bilangan Penyabunan
190
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Gambar 24. Pengaruh perlakuan terhadap nilai bilangan penyabunan VCO pada awal dan akhir
penyimpanan
3.5 Pengepresan - 25 °C
Gambar 25. Pengaruh perlakuan terhadap bilangan asam VCO selama penyimpanan
3,5
3
Bilangan Asam
2,5
25 °C
2
30 °C
1,5
45 °C
1
0,5
0
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Gambar 26. Pengaruh suhu terhadap bilangan asam VCO hasil ekstraksi dengan pengepresan
4
3,5
3 25 °C
Bilangan Asam
2,5
30 °C
2
1,5 45 °C
1
0,5
0
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Gambar 27. Pengaruh suhu terhadap bilangan asam VCO hasil ekstraksi dengan peragian
3
2,5
Bilangan Asam
2
25 °C
1,5 30 °C
45 °C
1
0,5
0
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Gambar 28. Pengaruh suhu terhadap bilangan asam VCO hasil ekstraksi dengan pemancingan
2,5
Bilangan Asam
2
Pengepresan
1,5
Peragian
1 Pemancingan
0,5
0
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Gambar 29. Pengaruh cara ekstraksi terhadap bilangan asam VCO pada suhu 25 °C
4
3,5
3
Bilangan Asam
2,5 Pengepresan
2 Peragian
1,5 Pemancingan
1
0,5
0
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Gambar 30. Pengaruh cara ekstraksi terhadap bilangan asam VCO pada suhu 30 °C
2,5
Bilangan Asam
2
Pengepresan
1,5 Peragian
Pemancingan
1
0,5
0
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Gambar 31. Pengaruh cara ekstraksi terhadap bilangan asam VCO pada suhu 45 °C
Gambar 29, 30 dan 31 juga menunjukkan pengaruh cara ekstraksi
VCO terhadap bilangan asam VCO selama penyimpanan. Gambar tersebut
menunjukkan bahwa pada suhu 25 °C, 30 °C dan 45 °C VCO yang
dihasilkan dengan pemancingan memiliki nilai rata-rata bilangan asam
yang paling rendah dibandingkan dengan bilangan asam VCO yang
dihasilkan dengan peragian dan pengepresan. Bilangan asam VCO yang
dihasilkan dengan pengepresan memiliki nilai rata-rata bilangan asam yang
paling tinggi.
Kenaikan suhu dapat meningkatkan nilai bilangan asam tetapi pada
VCO yang disimpan pada suhu 30 °C, nilai bilangan asamnya lebih tinggi
daripada yang disimpan pada suhu 25 °C dan 45 °C. Tingginya nilai
bilangan asam pada suhu 30 °C disebabkan kontaminasi yang terjadi
selama penyimpanan. Kontaminasi terjadi karena ada penyimpanan
mikroorganisme dengan contoh minyak dalam satu inkubator.
Mikroorganisme tersebut dapat menghasilkan asam yang dapat
meningkatkan nilai bilangan asam.
1.4
A s am Lem ak B ebas (% )
Pengepresan - 25 °C
1.2
Pengepresan - 30 °C
1
Pengepresan - 45 °C
0.8
Peragian - 25 °C
0.6
Peragian - 30 °C
0.4
Peragian - 45 °C
0.2
0 Pemancingan - 25 °C
0 20 40 60 80 Pemancingan - 30 °C
Gambar 32. Pengaruh perlakuan terhadap kadar asam lemak bebas VCO selama penyimpanan
1,2
Asam Lemak Bebas (%)
0,8 25 °C
30 °C
0,6
45 °C
0,4
0,2
0
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Gambar 33. Pengaruh suhu terhadap asam lemak bebas VCO hasil ekstraksi dengan pengepresan
1,4
Gambar 34. Pengaruh suhu terhadap asam lemak bebas VCO hasil ekstraksi dengan peragian
1,2
Asam Lemak Bebas (%)
0,8 25 °C
30 °C
0,6
45 °C
0,4
0,2
0
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Gambar 35. Pengaruh suhu terhadap asam lemak bebas VCO hasil ekstraksi dengan pemancingan
1
Asam Lemak Bebas (%)
0,8
Pengepresan
0,6 Peragian
0,4 Pemancingan
0,2
0
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Gambar 36. Pengaruh cara ekstraksi terhadap asam lemak bebas VCO pada suhu 25 °C
1,4
Asam Lemak Bebas (%)
1,2
1 Pengepresan
0,8 Peragian
0,6 Pemancingan
0,4
0,2
0
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Gambar 37. Pengaruh cara ekstraksi terhadap asam lemak bebas VCO pada suhu 30 °C
1,2
0,2
0
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Gambar 38. Pengaruh cara ekstraksi terhadap asam lemak bebas VCO pada suhu 45 °C
Gambar 36, 37 dan 38 juga menunjukkan pengaruh cara ekstraksi
VCO terhadap asam lemak bebas VCO selama penyimpanan. Gambar
tersebut menunjukkan bahwa pada suhu 25 °C, 30 °C dan 45 °C, VCO yang
dihasilkan dengan pemancingan memiliki nilai rata-rata asam lemak bebas
yang paling rendah dibandingkan dengan asam lemak bebas VCO yang
dihasilkan dengan peragian dan pengepresan. Asam lemak bebas VCO
yang dihasilkan dengan pengepresan memiliki nilai rata-rata asam lemak
bebas yang paling tinggi.
Kenaikan suhu dapat meningkatkan nilai asam lemak bebas tetapi
pada VCO yang disimpan pada suhu 30 °C, nilai asam lemak bebasnya
lebih tinggi daripada yang disimpan pada suhu 25 °C dan 45 °C. Tingginya
nilai asam lemak bebas pada suhu 30 °C disebabkan kontaminasi yang
terjadi selama penyimpanan. Kontaminasi terjadi karena ada penyimpanan
mikroorganisme dengan contoh minyak dalam satu inkubator.
Mikroorganisme tersebut dapat menghasilkan asam yang dapat
meningkatkan nilai asam lemak bebas.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Alam Syah, Andi Nur. 2005. Virgin Coconut Oil Minyak Penakluk Aneka
Penyakit. PT. AgroMedia Pustaka, Depok.
Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia. Jakarta
Badan Standardisasi Nasional. 1992. Mutu dan Cara Uji Minyak Kelapa (SNI 01-
2902-1992). Jakarta.
Codex, Codex Standard for Edible Fats and Oils not Covered by Individual
Standards : Codex Stan 19-1981 (Rev.2-1999).
http://www.codexalimentarius.com
Duryatmo, Sardi. 2005. Kombinasi VCO dan Buah Merah. Trubus No.431, Edisi
Oktober 2005, Tahun XXXVI, Hal. 11-15, Jakarta.
Fife, Bruce. 2003. The Healing Miracles of Coconut Oil, 3rd Edition. Piccadilly
Books Ltd. http://www.coconut-oil.com
Fife, Bruce. 2004. Coconut Oil Miracle. PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
Setiaji dan Prayugo, 2006. Membuat VCO Berkualitas Tinggi. Penebar Swadaya,
Depok
Sibuea, Posman. 2004. ”Virgin Coconut Oil", Penyembuh Ajaib dari Buah
Kelapa. Kompas, 22 Desember 2004, Jakarta.
Sudjana. 1994. Desain dan Analisis Eksperimen. Edisi III. Tarsito, Bandung.
Suryani, Ani, Ilah Sailah dan Erliza Hambali. 2000. Teknologi Emulsi.
Departemen Teknologi Industi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sutarmi dan Hartin Rozaline. 2005. Taklukkan Penyakit dengan VCO. Penebar
Swadaya, Depok.
Swern, D. 1979. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products Vol. 1. A Wiley-
Interscience Publ., New York.
http://www.bi.go.id
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data hasil pengukuran kadar air VCO selama penyimpanan
Lama
Pengepresan Peragian Pemancingan
Penyimpanan
Suhu Suhu Suhu Suhu Suhu Suhu Suhu Suhu Suhu
(P)
25 °C 30 °C 45 °C 25 °C 30 °C 45 °C 25 °C 30 °C 45 °C
P-0 0.568 0.568 0.568 0.14 0.14 0.14 0.142 0.142 0.142
0.426 0.426 0.426 0.142 0.142 0.142 0.142 0.142 0.142
Rata-rata 0.497 0.497 0.497 0.141 0.141 0.141 0.142 0.142 0.142
P-10 2.378 0.16 0.832 0.761 0.015 0.203 0.264 0.02 0.234
0.154 1.28 0.861 0.802 0.125 0.203 0.271 0.056 0.234
Rata-rata 1.266 0.72 0.847 0.782 0.07 0.203 0.268 0.038 0.234
P-20 0.464 0.488 0.417 0.091 0.474 0.465 0.328 0.408 0.313
0.2 0.388 0.442 0.439 0.148 0.491 0.578 0.342 0.466
Rata-rata 0.332 0.438 0.43 0.265 0.311 0.478 0.453 0.375 0.39
P-30 0.16 0.142 0.332 0.665 0.12 0.544 1.959 1.361 1.515
0.263 0.039 0.276 0.665 0.12 0.544 2.642 1.497 0.407
Rata-rata 0.212 0.091 0.304 0.665 0.12 0.544 2.301 1.429 0.961
P-40 1.718 0.867 0.16 2.454 1.405 0.822 1.168 0.511 0.388
1.808 0.907 5.007 2.302 0.645 1.287 0.461 0.579 0.388
Rata-rata 1.763 0.887 2.584 2.378 1.025 1.055 0.815 0.545 0.388
P-50 0.488 0.212 0.126 0.514 0.105 0.328 0.097 0.059 0.394
0.561 0.102 0.2 0.667 0.276 0.336 0.282 0.059 0.498
Rata-rata 0.525 0.157 0.163 0.591 0.191 0.332 0.19 0.059 0.446
P-60 0.294 0.145 0.054 0.036 0.325 0.665 0.232 0.359 0.607
0.453 0.117 0.139 0.251 0.396 0.73 0.219 0.148 0.61
Rata-rata 0.374 0.131 0.097 0.144 0.361 0.698 0.226 0.254 0.609
P-70 0.629 0.296 0.448 0.352 0.368 0.547 0.773 0.269 0.951
0.788 0.193 0.257 0.048 0.368 0.547 0.914 0.379 0.951
Rata-rata 0.709 0.245 0.353 0.2 0.368 0.547 0.844 0.324 0.951
Lampiran 5. Analisis ragam terhadap bilangan peroksida VCO
H
H
OH__C__ (CH2)16CH3 H__C __ O __ C __ (CH2)16CH3
H__C__OH
H__C__OH
OH__C__ (CH2)7CH=CH(CH2)7CH3 H__C __ O __ C __ (CH2)7CH=CH(CH2)7CH3
H
H
Gliserol Asam Lemak Trigliserida
Lampiran 17. Prosedur Uji Mutu VCO
1. Kadar Air dan Zat yang Menguap Cara Hot Plate (Ketaren, 1986)
Kadar air dan zat yang menguap (%) = Kehilangan bobot (g) x 100 %
gram contoh (g)
Keterangan :
a = Jumlah larutan natrium tiosulfat untuh titrasi sampel (ml)
b = Jumlah larutan natrium tiosulfat untuh titrasi blanko (ml)
N = normalitas larutan natrium tiosulfat
8 = setengah dari berat atom oksigen
Keterangan :
a = Jumlah larutan natrium tiosulfat untuh titrasi sampel (ml)
b = Jumlah larutan natrium tiosulfat untuh titrasi blanko (ml)
N = normalitas larutan KOH
4. Bilangan Asam dan Kadar Asam Lemak Bebas (sebagai asam laurat) (AOAC,
1984)
Keterangan :
A = Jumlah KOH untuk titrasi (ml)
N = Normalitas larutan KOH
56.1 = Bobot molekul KOH
B = Bobot molekul asam lemak dominan, yaitu 205 untuk minyak kelapa
(asam laurat)