Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Leher (tulang cervikal) melakukan fungsi paling penting dalam

menyangga kepala dan memungkinkan gerakan leher sepenuhnya sekaligus

melindungi sumsum tulang belakang yang halus. Tulang leher terdiri dari tujuh

tulang (vertebra) dengan bantalan lunak (cakram) antara masing-masing tulang.

Setiap kali mengangguk atau menggelengkan kepala, vertebra dan cakram bekerja

sama sehingga leher dapat bergerak. Otot pada bagian punggung dan bahu atas

melekat pada tulang leher ini (IOG, 2011).

Nyeri leher merupakan salah satu keluhan yang menyebabkan seseorang

datang ke fasilitas kesehatan, di Indonesia sekitar 34% pernah mengalami nyeri

leher dan hampi 14%mengalami nyeri tersebut lebih dari 6 bulan (Turana, 2005).

Nyeri leher dari sebagian masalah gaya hidup masyarakat sebanyak 67%

mengalami nyeri leher dalam rrenta usia 20-69 tahun, ini merupakan 1% dari total

expenditures health di Netherland (Rathore, 2003).

Menurut Fatmawati, 2013. Tiga pertimbangan utama terjadinya gangguan

leher pada waktu kerja, yaitu beban pada struktur leher dalam waktu yang lama

berkaitan dengan tuntutan yang tinggi dari pekerjaan dan kebutuhan stabilisasi

daerah leher dan bahu dalam bekerja, secara psikologis pekerjaan dengan

konsentrasi tinggi sehingga tuntutan kwalitas dan kwantitas secara umum

mempengaruhi otot leher, discus dan sendi pada leher sering mengalami
perubahan degeneratif yang prevalensinya meningkat sesuai umur. Gangguan

pada leher umumnya memiliki banyak macam dan kerumitan masing-masing,

dalam suatu proporsi dapat langsung dilakukan perawatan kesehatan yang

berhubungan dengan nyeri dan gangguan kemampuan fungsional (Gross. at. al,

2004).

Secara umum tatalaksana pengobatan terdiri dari dua maca yaitu

farmakologik dan non farmakologik, tatalaksana farmakologik yaitu berdasarkan

dari resep yang di berikan oleh dokter sedangkan tatalaksana non farmakologik

antara lain heating, tens, traksi, ortosis, manipulasi/massage dan stabilisasi (Tular,

2008). Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada

individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, memulihkan gerak

dan fungi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan

secara manual, peralatan fisik (elektroterapi dan mekanis), pelatihan fungsi dan

komunikasi (Menkes RI, 2001). Sehingga interverensi fisioterapi yang di berikan

sangat bervariasi, akan tetapi banyak yang memberikan perlakuan terhadap pasien

nyeri leher dengan interverensi elektroterapi dan modulasi nyeri yang di tujukan

untuk menurunkan nyeri.

Dalam Lutan dkk (2002, 84) peregangan statis umumnya dipandang paling

sesuai untuk diterapkan dalam situasi pendidikan jasmani. Keuntungannya

meliputi keuntungan yang di peroleh untuk meningkatkan RGM (Ruang Gerak

Maksimal) dan mudah untuk dilaksanakan dan tidak banyak memakan waktu.

Menurut Suharjana (2004 : 71) Latihan peregangan statis adalah bentuk latihan

yang diakukan sendiri, dimana pelaku mengambil sikap sedemikian rupa sehingga
meregangkan suatu kelompok otot tertentu. Keuntungan latihan peregangan statis

yaitu : 1) Memerlukan energi yang lebih sedikit, 2) Memberikan waktu yang

cukup untuk mengulang kembali kepekaan stretch reflek, 3) Dapat menyebabkan

relaksasi pada otot apabila peregangan tersebut dilakukan cukup lama.

Dari hasil peneliltian yang dilakukan oleh Ana Claudia Violin Cunha,

Thomaz Nogueria Burken, Febrio Jorge Renovato Franca dan Amelia Pasqual

Marques, (2008), yang berjudul Effect of Global Posture Reeducation and of

Static Streatching on Pain, Range of motion, Quality of Life in Women with

Chronic Neck Pain: A Randomized Clinical Trial dapat disimpulkan bahwa static

stretching dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan rom pada pasien perempuan

dengan chronic neck pain, dan static stretching merupakan metode yang mudah

dilakukan. Penelitian lain yang tercantum dalam jurnal clinical rehabilitation

dengan judul the effectiveness of a neck and shoulder stretching exercise program

among office workers with neck pain: a randomized controlled trial yang

dilakukan oleh Tunwattanapong et al., (2015) menyatakan bahwa latihan

stretching dapat menurunkan nyeri serta dapat meningkatkan functional leher dan

bahu pada para pekerja dengan nyeri leher atau bahu sedang sampai berat.

Melihat dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya bahwa static active

stretching efektif untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsional pada

leher maka penulis mengajukan judul “Pengaruh Latihan Peregangan Statik Aktif

terhadap Peningkatan Kemampuan Fungisonal Leher pada Nyeri Leher”

.
B. Rumusan Masalah

Rumusan dalam penelitian ini apakah ada pengaruh pemberian peregangan

statik aktif terhadap peningkatan kemampuan fungsional leher pada nyeri leher ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian

peregangan statik aktif terhadap fungsional leher pada nyeri leher.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah (1) manfaat bagi penulis diharapkan dapat

meningkatkan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam memberikan solusi

pemecahan masalah yaitu teknik yang efektif dalam meningkatkan fungsional

leher pada nyeri leher, (2) manfaat bagi fisioterapi yakni diharapkan tepat dalam

melakukan interverensi dalam upaya meningkatkan kemampuan fungsional leher

pada nyeri leher, (3) manfaat bagi pengembangan ilmu penelitian ini diharapkan

dapat mendasari penelitian – penelitian selanjutnya dan untuk menambah ilmu

pengetahuan bagi fisioterapis pada khususnya.

Anda mungkin juga menyukai