Portofolio Nstemi
Portofolio Nstemi
Topik : NSTEMI
1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Infark miokard adalah kerusakan jaringan miokard akibat iskemik hebat yang
terjadi secara tiba- tiba. Kejadian ini berhubungan erat dengan adanya trombus
yang terbentuk akibat rupturnya plak ateroma. Selama berlangsungnya proses
agregasi, platelet melepaskan banyak ADP, tromboksan A2 dan serotonin. Ketiga
substansi ini akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah koroner yang
aterosklerotik. Apabila keadaan ini mengakibatkan oklusi serius pada arteri
koroner, maka akan terjadi infark miokard.
1.2 Klasifikasi
Infark miokard merupakan salah satu sindrom koroner akut. Infark miokard
dibagi menjadi 2, yaitu NSTEMI (Non ST-Elevasi Miokard Infark) dan STEMI
(ST-Elevasi Miokard Infark). Pada NSTEMI, tidak terlihat adanya gelombang
ST-segmen elevasi dan gelombang Q patologis seperti pada STEMI. Infark
miokard akut ST-elevasi (STEMI) terjadi oklusi total dari arteri koroner yang
menyebabkan area infark yang lebih luas meliputi seluruh ketebalan miokardium,
yang ditandai dengan adanya elevasi segmen ST pada EKG. Sedangkan Infark
miokard akut non ST-elevasi (NSTEMI) terjadi oklusi sebagian dari arteri koroner
tanpa melibatkan seluruh ketebalan miokardium, sehingga tidak ada elevasi
segmen ST pada EKG.
2
paparan terhadap faktor-faktor aterogenik. Wanita relatif lebih sulit mengidap
penyakit jantung koroner sampai masa menopause, dan kemudian menjadi sama
rentannya seperti pria. Hal ini diduga oleh karena adanya efek perlindungan
estrogen.
Faktor-faktor risiko lain masih dapat diubah, sehingga berpotensi dapat
memperlambat proses aterogenik. Faktor-faktor tersebut adalah peningkatan kadar
lipid serum, hipertensi, merokok, gangguan toleransi glukosa dan diet tinggi lemak
jenuh, kolesterol, dan kalori. Infark miokard umumnya terjadi pada pasien dengan
usia diatas 40 tahun. Walaupun begitu, usia yang lebih muda dari 40 tahun dapat
juga menderita penyakit tersebut. Banyak penelitian yang telah menggunakan
batasan usia 40-45 tahun untuk mendefenisikan “pasien usia muda” dengan
penyakit jantung koroner atau infark miokard akut (IMA).
3
Gambar. 2.1 Lokasi nyeri dan penjalaran khas infark
1.5 Patogenesis
Infark miokardium menunjukan terbentuknya suatu daerah nekrosis
miokardium akibat iskemia total. MI akut yang dikenal sebagai “serangan jantung,
STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injury
vaskular, dimana injury ini di cetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok,
hipertensi dan akumulasi lipid.
Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak arterosklerosis mengalami
fisur, ruptur atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik memicu
trombogenesis, sehingga terjadi trombus mural pada lokasi ruptur yang
mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian histologis menunjukkan plak
koroner cenderung mengalami ruptur jika mempunyai fibrous cap yang tipis dan
inti kaya lipid (lipid rich core). Pada STEMI gambaran patologis klasik terdiri dari
fibrin rich red trombus, yang dipercaya menjadi dasar sehingga STEMI
memberikan respon terhadap terapi trombolitik.
Selanjutnya pada lokasi ruptur plak, berbagai agonis (kolagen, ADP, efinefrin,
serotonin) memicu aktivasi trombosit, yang selanjutnya akan memproduksi dan
melepaskan tromboxan A2 (vasokontriktor lokal yang poten). Selain aktivasi
trombosit memicu perubahan konformasi reseptor glikoprotein IIb/IIIa.
Setelah mengalami konversi fungsinya, reseptor mempunyai afinitas tinggi
terhadap sekuen asam amino pada protein adhesi yang larut (integrin) seperti faktor
von Willebrand (vWF) dan fibrinogen, dimana keduanya adalah molekul
multivalen yang dapat mengikat 2 platelet yang berbeda secara simultan,
menghasilkan ikatan silang platelets dan agregasi
4
Kaskade koagulasi di aktivasi oleh pajanan tissue factor pada sel endotel yang
rusak.Faktor VII dan X di aktivasi, mengakibatkan konversi protrombin menjadi
trombin, yang kemudian mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin. Arteri koroner
yang terlibat kemudian akan mengalami oklusi oleh trombus yang terdiri agregat
trombosit dan fibrin. Pada kondisi yang jarang, STEMI dapat juga disebabkan oleh
emboli koroner, abnormalitas kongenital, spasme koroner dan berbagai penyakit
inflamasi sistemik
5
Gambar 2.2 Gambaran EKG pada infark miokard
6
Stratifikasi risiko TIMI (Thrombolysis In Myocardial Infarction) ditentukan
oleh jumlah skor dari 7 variabel yang masing – masing setara dengan 1 poin.
Jumlah skor 0-2: risiko rendah (risiko kejadian kardiovaskular <8,3%); skor 3-4:
risiko menengah (risiko kejadian kardiovaskular <19,9%); dan skor 5-7: risiko
tinggi (risiko kejadian kardiovaskular hingga 41%) Stratifikasi TIMI telah
divalidasi untuk prediksi kematian 30 hari dan 1 tahun pada berbagai spektrum
SKA termasuk UAP/NSTEMI.
1.8 Penatalaksaan
Prinsip intervensi pada AMI adalah:
mengatasi nyeri dada
Stabilkan hemodinamik (kontrol tekanan darah dan frekuensi nadi)
Reperfusi miokard secepatnya dengan trombolitik, guna mencegah terjadinya
nekrosis jaringan dan membatasi perluasan infark.
Mencegah komplikasi
7
Pemberian trombolitik awal kurang dari 6 jam dapat menghambat perluasan
infark, menurunkan mortalitas, dan memperbaiki fungsi ventrikel kiri. Tidak
dianjurkan pemberian trombolitik diatas 12 jam pasca serangan.
d. Cegah komplikasi
Pemberian statin selain untuk menghambat sintesis kolesterol dan
meningkatkan ekspresi reseptor LDL di hepar, juga memiliki efek efek pleiotropik
yaitu memperbaiki fungsi endotel, anti inflamasi, anti proliferasi otot polos, anti
oksidan, anti thrombosis dan stabilisasi plak sehingga pemberian statin dianjurkan
pada pasien SKA dengan target LDL < 70 mg/dl tanpa melihat usia.
Strategi invasive dini pada IMA adalah angiografi koroner yang dilakukan
dalam waktu 24 jam setelah timbul serangan nyeri dada. tindakan ini dilakukan bila
ada tanda- tanda iskemia berulang.
Pasien yang telah mengalami infark miokard harus dimodifikasi segala faktor
resiko secara optimal, termasuk dislipidemia, hipertensi, diabetes mellitus. obat-
obat anti angina seperti anti platelet, nitrat, β blocker dan CCB diteruskan seumur
hidup sesuai dengan kondisi pasien. Pada pasien dengan resiko gagal jantung yang
tinggi, penambahan ACE inhibitor dapat dilakukan.
8
DAFTAR PUSTAKA
9
Borang Portofolio
□ Deskripsi
Perempuan, 59 tahun, nyeri seperti menyesak di ulu hati
□ Tujuan Menjelaskan diagnosa, tatalaksana, dan edukasi pada penyakit infark miokard
Bahan
□ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Bahasan
Cara
Membahas □ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos
Data Pasien Nama : Ny. Rasida No. Registrasi : 16.57.92
Nama RS : RSUD Teluk Kuantan Telp : Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
Diagnosis / Gambaran Klinis :
10
Riwayat Pengobatan : Pasien belum pernah berobat sebelumnya terkait gejala yang di
keluhkan sekarang
Riwayat Kesehatan / Penyakit : Pasien memiliki riwayat hipertensi, namun tidak melakukan
pengobatan teratur
Riwayat Keluarga : Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita sakit seperti pasien.
Riwayat Pekerjaan : ibu rumah tangga
Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : -
Daftar Pustaka :
1. ACLS. 2013. Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Jantung Lanjut. Jakarta: Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskular (PERKI).
2. Anand,S S; Islam, S, Rosergen, A and et al. 2008. Risk Factor for Myocardial Infarction in
Women and Men: Insights from the Interheart Study. Eur Heart J, 29 (7): 932-40.
3. Alwi, Idrus. 2009. Infark Miokard dengan Elevasi Segmen ST dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta, Interna Publishing.
4. Brown, TC. 2006. Penyakit Aterosklerotik Koroner dalam Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Klinik. Jakarta, EGC Kedokteran.
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia
2008.Available:http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kesehatan%20Indo
nesia%202008.pdf, 2009
6. European Society of Cardiology. 2011. STEACS: Guidelines for the Management of Acute
Coronary Syndromes in Patients Presenting Persistent ST Segment Elevation. s.l. : ESC
Pocket Guideline.
7. Fenton, D E. Miocard Infarction. Emedicine Medscape.Available:
http://emedicine.medscape.com/article/759321-overview.
8. Kabo, P. 2012. Bagaimana Menggunakan Obat- obat Kardiovaskular Secara Rasional.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
9. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015. Pedoman Tatalaksana
Sindrom Koroner Akut. Jakarta, Centra Communications
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis Non ST elevasi infark miokard
2. Tata laksana Non ST elevasi infark miokard
11
3. Prognosis Non ST elevasi infark miokard
1. Subjektif :
Nyeri seperti menyesak di ulu hati sejak 2 jam SMRS
Pasien mengeluh badan lemas dan sakit kepala disertai mual sejak 2 jam yang lalu dan
keluhan tidak berkurang dengan istirahat
2. Objektif :
a. Vital sign
KU : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah :200/80 mmHg
Frekuensi nadi : 104 x/menit
Frekuensi nafas : 25 x /menit
Suhu : 36,5 0C
Status Gizi : Baik
b. Pemeriksaan sistemik
Kepala : Bentuk normal.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
THT : Tidak ada kelainan.
Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah.
Leher : JVP 5-2 cm H2O, tidak ada pembesaran tiroid
KGB : tidak ada pembesaran KGB
Thoraks :
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus teraba di 1 jari medial LMCS RIC IV
Perkusi : Batas jantung sukar dinilai
Auskultasi : Reguler, BJI/II murni, bising (-), gallop (-)
Paru :
12
Inspeksi : Simetris kiri = kanan
Palpasi : Fremitus kiri=kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler, Ronkhi -/- , wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : tidak ditemukan kelainan
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, NT (+),
Perkusi : timpani.
Auskultasi : bising usus (+) Normal.
Ekstremitas : Akral hangat, oedema -/-
Reflek Fisiologis ++/++,
Reflek Patologis -/-
13
Interpretasi EKG :
Irama : sinus, HR 60 x/menit
Axis : normoaxis
Gel P : 0,08 s
PR interval : 0,16 s
Kompleks QRS : 0,08 s
ST elevasi : negatif
ST depresi : I, V4, V5, V6
T inverted : I, aVL, V3, V4, V5, V6
14
Q patologis : negatif
Kesimpulan sinus ritme, HR 60x/menit, normoaxis, iskemik anterolateral
3. Assasment
Didapatkan pasien perempuan berusia 59 tahun dengan keluhan nyeri ulu hati yang
terasa seperti menyesak pada dada. Keluhan ini tidak di pengaruhi dengan gerakan
pernafasan dan perubahan posisi. Pasien juga mengeluhkan badan terasa lemas dan sakit
kepala. Dari hasil pemeriksaan penunjang di dapatkan gambaran EKG berupa iskemik
anterolateral. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
dilakukan terhadap pasien dapat di diagnosis NSTEMI dan hipertensi
NSTEMI (non ST elevasi infark miokard) termasuk ke dalam sindrom koroner akut
yang merupakan sekumpulan keluhan dan tanda klinis yang sesuai dengan iskemik
miokardium akut. SKA adalah suatu spektrum dalam perjalanan penderita penyakit jantung
koroner dan ini merupakan kegawatan kardiovaskular yang merupakan penyebab utama
kematian.
Diagnosis angina pektoris tidak stabil (APTS/UAP) dan infark miokard non ST
elevasi (NSTEMI) ditegakkan atas dasar keluhan angina tipikal yang dapat disertai dengan
perubahan EKG spesifik, dengan atau tanpa peningkatan marka jantung. Jika marka jantung
meningkat, diagnosis mengarah NSTEMI; jika tidak meningkat, diagnosis mengarah UAP.
Sebagian besar pasien NSTEMI akan mengalami evolusi menjadi infark miokard tanpa
gelombang Q. Dibandingkan dengan STEMI, prevalensi NSTEMI dan UAP lebih tinggi,
dimana pasien-pasien biasanya berusia lebih lanjut dan memiliki lebih banyak komorbiditas.
4. Plan :
15
Pengobatan :
1. Infus RL 1 kolf/ 24 jam
2. O2 4liter/menit
3. NTG 10 mikro/kgBB/menit
4. Amlodipin 1x5mg
5. Ramipril 1x2,5 mg
6. Bisoprolol 1x2,5 mg
7. Simvastatin 1x40 mg
16