5. Efektifitas
Efektifitas berkenaan dengan keberhasilan pelaksanaan kurikulum baik secara
kuantitas maupun kualitasnya. Kurikulum merupakan penjabaran dari perencanaan
pendidikan dari kebijakan-kebijakan pemerintah. Dalam pengembangannya, harus
diperhatikan kaitan antara aspek utama kurikulum yaitu tujuan, isi, pengalaman belajar, serta
penilaian dengan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.
Adapun Prinsip-prinsip khusus dalam pengembangan kurikulum meliputi:
1. Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan pusat dan arah semua kegiatan pendidikan sehingga
perumusan komponen pendidikan harus selalu mengacu pada tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Tujuan ini bersifat umum atau jangka panjang, jangka menengah dan jangka
pendek. Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada ketentuan dan kebijakan pemerintah,
survey mengenai persepsi orangtua / masyarakat tentang kebutuhan mereka, survey tentang
pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu, survey tentang manpower, pengalaman-
pengalaman negara lain dalam masalah yang sama, dan penelitian.
2. Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
Dalam perencanaan kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu perlunya
penjabaran tujuan pendidikan ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan
sederhana, isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan, dan
unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.
3. Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar-mengajar
Pemilihan proses belajar mengajar hendaknya mempertimbangkan beberapa hal, yaitu
apakah metode yang digunakan cocok, apakah dengan metode tersebut mampu memberikan
kegiatan yang bervariasi untuk melayani perbedaan individual siswa, apakah metode tersebut
juga memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat, apakah penggunaan metode
tersebut dapat mencapai tujuan kognitif, afektif dan psikomotor, apakah metode tersebut
lebih menaktifkan siswa, apakah metode tersebut mendorong berkembangnya kemampuan
baru, apakah metode tersebut dapat menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan
rumah sekaligus mendorong penggunaan sumber belajar di rumah dan di masyarakat, serta
perlunya kegiatan belajar yang menekankan learning by doing, bukan hanya learning by
seeing and knowing.
4. Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran
Proses belajar mengajar perlu didukung oleh penggunaan media dan alat-alat bantu
pengajaran yang tepat. Untuk itu perlu diperhatikan beberapa hal berikut, yaitu alat/media apa
yang dibutuhkan, bila belum ada apa penggantinya, bagaimana pembuatannya, siapa yang
membuat, bagaimana pembiayaannya, dan kapan dibuatnya, bagaimana pengorganisasiannya
dalam keseluruhan kegiatan belajar, serta adanya pemahaman bahwa hasil terbaik akan
diperoleh dengan menggunakan multi media
5. Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan kegiatan penilaian meliputi
kegiatan penyusunan alat penilaian harus mengikuti beberapa prosedur mulai dari perumusan
tujuan umum, menguraikan dalam bentuk tingkah laku siswa yang dapat diamati,
menghubungkan dengan bahan pelajaran dan menuliskan butir-butir tes. Selain itu, terdapat
bebarapa hal yang perlu juga dicermati dalam perencanaan penilaian yang meliputi
bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan siswa yang akan dites, berapa lama waktu
pelaksanaan tes, apakah tes berbentuk uraian atau objective, berapa banyak butir tes yang
perlu disusun, dan apakah tes diadministrasikan guru atau murid. Dalam kegiatan pengolahan
haisl penilaian juga perlu mempertimbangkan beberapa hal yaitu norma apa yang digunakan
dalam pengolahan hasil tes, apakah digunakan formula guessing bagaimana pengubahan skor
menjadi skor masak, skor standar apa yang digunakan, serta untuk apa hasil tes digunakan
D. PENDIDIKAN SENI RUPA DALAM KTSP
Dalam KTSP, pendidikan seni rupa menjadi bagian dari mata pelajaran Seni Budaya
untuk SMP/MTs dan SMA/MA, dan mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk
SD/MI. Baik di SD/MI, SMP/MTs, maupun di SMA/MA mata pelajaran seni budaya diberi
alokasi waktu dua jam pelajaran. Mata pelajaran Seni Budaya mencakup seni rupa, seni
musik, seni tari, dan seni teater.
Dalam Standar Isi disebutkan bahwa pendidikan seni budaya diberikan di sekolah
karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatannya bagi perkembangan peserta didik.
Pendidikan seni didasarkan pada pendekatan “belajar dengan seni,” “belajar melalui seni”
dan “belajar tentang seni.” Belajar dengan seni berarti bahwa dengan mempelajari seni,
peserta didik dapat mengembangkan pengetahuannya di luar bidang seni. Dalam belajar
melalui seni, peserta didik dapat mengembangkan pengetahuannya melalui berkreasi seni.
Belajar tentang seni berarti bahwa peserta didik diharapkan dapat mengembangkan
pengetahuannya tentang seni itu sendiri. Dengan demikian pembelajaran seni di sini
dipandang sebagai metode belajar.
Selain pendekatan tersebut, pendidikan seni budaya dipandang secara multilingual,
multidimensional, dan multikultural. Multilingual berarti pengembangan kemampuan
mengekspresikan diri melalui berbagai media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan
berbagai perpaduannya. Multidimensional berarti pengembangan berbagai kompetensi
meliputi konsepsi (aspek kognitif), apresiasi (aspek afektif), dan kreasi (aspek psikomotor)
dengan memadukan unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika. Multikultural berarti bahwa
pendidikan seni menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap
beragam budaya Nusantara dan mancanegara, yang merupakan wujud sikap demokratis agar
seseorang hidup secara beradab serta toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk.
Pendidikan seni budaya juga dipandang memiliki peranan dalam pembentukan pribadi
peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam
mencapai multikecerdasan yang mencakup kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual
spasial, musikal, linguistik, logik matematik, naturalis serta kecerdasan adversitas,
kecerdasan kreativitas, kecerdasan spiritual dan moral, dan kecerdasan emosional.
Bidang seni rupa, musik, tari, dan teater memiliki kekhasan sesuai dengan kaidah
keilmuan masing-masing. Dalam pendidikan seni budaya, aktivitas berkesenian harus
menampung kekhasan tersebut yang diberikan dalam pengalaman mengembangkan konsepsi,
apresiasi, dan kreasi. Hal ini dilakukan dengan eksplorasi elemen, prinsip, proses, dan teknik
berkarya dalam konteks budaya masyarakat yang beragam.
Mata pelajaran Seni Budaya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut: (1) memahami konsep dan pentingnya seni budaya, (2) menampilkan sikap
apresiasi terhadap seni budaya, (3) menampilkan kreativitas melalui seni budaya, dan (4)
menampilkan peran serta dalam seni budaya dalam tingkat lokal, regional, maupun global.
Selanjutnya mata pelajaran Seni Budaya mencakup aspek-aspek sebagai berikut:
Seni rupa, mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam menghasilkan karya seni
berupa lukisan, patung, ukiran, cetak-mencetak, dan sebagainya
Seni musik, mencakup kemampuan untuk menguasai olah vokal, memainkan alat musik,
apresiasi karya musik
Seni tari, mencakup keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh dengan dan tanpa
rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari
Seni teater, mencakup keterampilan olah tubuh, olah pikir, dan olah suara yang
pementasannya memadukan unsur seni musik, seni tari dan seni peran.
Di antara keempat bidang seni yang ditawarkan, minimal diajarkan satu bidang seni
sesuai dengan kemampuan sumberdaya manusia serta fasilitas yang tersedia di sekolah.
Untuk sekolah yang mampu menyelenggarakan pembelajaran lebih dari satu bidang seni,
peserta didik diberi kesempatan untuk memilih bidang seni yang akan diikutinya.
Berdasarkan pendekatan, pandangan, dan tujuan tersebut, pendidikan seni
dilaksanakan dalam bentuk kegiatan berekspresi (berkreasi) dan berapresiasi seni. Untuk itu,
di dalam kurikulum tersebut ditetapkan dua standar kompetensi (SK) untuk bidang seni rupa,
yaitu mengapresiasi karya seni rupa dan mengekspresikan diri melalui karya seni rupa.
Standar kompetensi mengapresiasi seni rupa mencakup kemampuan mengidentifikasi dan
menampilkan sikap apresiasi terhadap karya seni rupa. Standar kompetensi mengekspresikan
diri melalui karya seni rupa mencakup kemampuan menciptakan karya seni rupa serta
melaksanakan pameran seni rupa. Kemampuan-kemampuan tersebut dirumuskan menjadi
sejumlah kompetensi dasar (KD) yang meliputi berbagai cabang seni rupa (seni murni dan
terapan) dan cakupan wilayah (lokal/daerah setempat, Nusantara, dan mancanegara).
Adapun contoh dari kurikulum seni rupa di SD, yaitu sebagai berikut:
Kelas II, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Seni Rupa
1. Mengekspresikan karya seni 1.1 Menjelaskan makna seni rupa terapan
1.2 Mengidentifikasi jenis karya seni rupa
terapan yang ada di daerah setempat
1.3 Menunjukkan sikap apresiatif terhadap
kesuaian fungsi karya seni rupa terapan
1.4 Menunjukkan sikap apresiatif terhadap
keartistikan karya seni rupa terapan
2. Mengekspresikan diri melalui 2.1 Mengekspresikan diri melalui gambar
karya seni rupa ilustrasi dengan tema benda alam: buah-
buahan, tangkai, terang, dsb
2.2 Memamerkan hasil gambar ilustrasi
dengan tema benda alam: buah-buahan,
tangkai, kerang, dsb di depan kelas
Seni Musik
3. Mengekspresikan karya seni 3.1 Mengidentifikasi berbagai ragam lagu
rupa dan alat musik ritmis
3.2 Menunjukkan sikap apresiatif terhadap
berbagai ragam lagu dan alat musik ritmis
4. Mengekspresikan diri melalui 4.1 Menyiapkan perrmainan alat musik ritmis
karya seni musik 4.2 Memainkan alat musik ritmis di depan
penonton
Seni Tari
5. Mengapresiasi karya seni tari 5.1 Mengidentifikasi gerak, busana, dan
perlengkapan tari Nusantara daerah
setempat
5.2 Menunjukkan sikap apresiatif terhadap
keunikan gerak, busana, dan
perlengkapan seni Nusantara daerah
setempat
6. Mengekspresikan diri melalui 6.1 Menyiapkan peragaan tari Nusantara
karya seni tari daerah setempat
6.2 Memeragakan tari Nusantara daerah
setempat sesuai dengan iringan di depan
penonton
Keterampilan
7. Mengapresiasi karya kerajinan 7.1 Mengidentifikasi jenis karya kerajinan
Nusantara
7.2 Menampilkan prilaku apresiatif terhadap
karya kerajinan Nusantara
8. Membuat karya kerajinan dan 8.1 Merancang karya kerajinan dengan
benda kontruksi memanfaatkan teknik atau motif hias
Nusantara
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
8.2 Membuat karya kerajinan berdasarkan
rancangan yang telah dibuat
8.3 Merancang benda dengan teknik
konstruksi
8.4 Membuat benda dengan teknik konstruksi