Anda di halaman 1dari 10

Setiap Karya Itu Indah

Rame ing gawe sepi ing pamrih,


memayu hayuning bawana
Sabtu, 07 Juli 2012

KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN SENI RUPA DI


SEKOLAH DASAR
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DAN FUNGSI KURIKULUM
Istilah “Kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar
dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dengan dewasa ini. Tafsiran-
tafsiran tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan
pandangan dari pakar yang bersangkutan. Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni
“Curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu ini,
pengertian kurikulum adalah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang
bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan kata lain kurikulum dianggap sebagai jembatan
yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan yang ditandai oleh
perolehan suatu ijazah tertentu.
Beberapa tafsiran lainnya dikemukakan berikut ini, diantaranya:
Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum adalah sejumlah mata ajaran
yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.
Kurikulum sebagai rencana pembelajaran kurikulum adalah suatu program pendidikan
yang disediakan untuk mempelajarkan siawa. Dengan program itu para siswa melakukan
berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa,
sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran (Hamalik, 1994: 16-17).
Jadi dapat disimpulkan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Apabila kita meneliti pengertian kurikulum akan diperoleh bahwa fungsi kurikulum
sebagai berikut :
1. Bagi sekolah yang bersangkutan
a. Alat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan
Sebagai alat mencapai tujuan pendidikan, kurikulum berisi uraian, (1) jenis program apa
yang diselenggarakan, (2) bagaimana menyelenggarakan setiap jenis program, (3) siapa yang
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan, (4) perlengkapan apa yang perlu diadakan.
b. Pedoman mengatur kegiatan sehari-hari
2. Bagi sekolah pada tingkat di atas
a. Keseimbangan
Bila sekolah pada tingkat di atasnya mengetahui kurikulum sekolah pada tingkat
bawahannya, maka sekolah pada tingkat di atasnya dapat megadakan penyesuaian di dalam
kurikulumnya. Dengan kata lain sekolah pada tingkatan di atasnya dapat mempertimbangkan
(1) apakah sesuatu mata pelajaran tersebut yang telah diajarkan masihpula diajarkan atau
tidak, (2) apakah kecakapan tertentu yang belum diajarkan perlu dimasukkan dalam
kurikulum.
b. Penyiapan tenaga
Seandainya sekolah tertentu ditugaskan menyiapkan tenaga guru bagi sekolah yang
berada di bawahnya, maka sekolah yang menyiapkan itu perlu mempelajari kurikulum
sekolah yang “disiapkan” itu, baik mengenai isi, organisasi, maupun cara pengajaran. Dengan
mengetahui hal tersebut, sekolah yang menyiapkan mengadakan penyesuaian seperlunya.
Dewasa ini diperkenalkan matematik di SD, sehingga SPG mengadakan penyesuaian di
kurikulum tentang cara mengajar matematik.
c. Masyarakat
Apabila masyarakat membutuhkan keterampilan tertentu, maka masyarakat dapat
mengetahuinya melalui kurikulum sekolah yang bersangkutan. Sehubungan dengan hal ini
masyarakat dapat melakukan (a) memberi bantuan, dan (b) memberi saran. Dengan demikian
tercipta keserasian penghasilan dan pemakai.

B. PENGERTIAN SENI RUPA


Seni adalah hasil atau proses kerja atau gagasan manusia yang melibatkan
kemampuan kreatif, intuitif, kepekaan indera, kepekaan hati dan piker dalam mencipta
sesuatu yang indah dan selaras (Kamaril, 2007: 1.5).
Sewaktu anda melintas tengah kota, anda akan melihat sebuah papan iklan mobil yang
sangat besar maka tanpa disadari anda sedang mengamati karya grafis yang merupakan
bagian dari seni rupa.
Bila suatu hari anda pergi ke took bahan pakaian. Di sana anda menemukan beragam
bahan pakaian yang berwarna-warni dan beraneka corak. Hal tersebut adalah bagian dari
karya seni rupa terapan yaitu tekstil.
Baik grafis maupun tekstil merupakan salah satu karya seni rupa yang dicipta untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia. Seni yang pada aktivitas penciptannya memerlukan
koordinasi dari mata dan tangan ini disebut seni rupa (Brookes 1984).
Seni rupa menurut fungsinya dapat dibedakan menjadi seni murni dan seni terapan.
Karya Grafis dan Tekstil tersebut yang penciptaannya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia digolongkan sebagai seni rupa terapan. Karya Grafis dan Tekstil dapat juga
tergolong Seni Murni bila dalam penciptaannya lebih mengutamakan emosi atau gagasan
perupanya walau nantinya karya tersebut dapat pula dimanfaatkan bagi kehidupan sehari-hari
sebagai pelengkap elemen estetis misalnya hiasan dinding.
Dalam bidang seni rupa terapan, terdapat bidang kerajinan tangan atau sering
disebut Craft. Jadi pada dasarnya kerajinan tangan adalah hasil karya seni rupa yang
penciptaannya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Seni rupa anak berbeda dengan orang dewasa. Dalam seni rupa anak, matra apresiasi
dan kreativitas berperan lebih besar daripada pengetahuan dan keterampilan. Namun sejalan
dengan bertambahnya usia anak keseluruhan matra dapat berkembang secara terpadu.
Penjelasan tentang hal ini dapat anda pelajari pada modul 2 dan seterusnya dari Pendidikan
Seni Rupa/Kerajinan Tangan (Kamaril, 2007: 1.13).

C. PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM


Prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum menurut Prof. Dr. Nana Syaodih
Sukmadinata terdiri dari dua hal yaitu prinsip-prinsip umum dan prinsip-prinsip khusus.
Prinsip-prinsip umum meliputi :
1. Relevansi
Dalam hal ini dapat dibedakan relevansi keluar yang berarti bahwa tujuan, isi, dan proses
belajar harus relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan
relevansi ke dalam berarti bahwa terdapat kesesuaian atau konsistensi antara komponen-
komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian yang
menunjukkan keterpaduan kurikulum.
2. Fleksibilitas
Kurikulum harus dapat mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang
akan datang, di sini dan di tempat lain, bagi anak yang memiliki latar belakang dan
kemampuan yang berbeda. Hal ini berarti bahwa kurikulum harus berisi hal-hal yang solid,
tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian
berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar belakang anak.
3. Kontinuitas
Terkait dengan perkembangan dan proses belajar anak yang berlangsung secara
berkesinambungan, maka pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya
berkesinambungan antara satu tingkat kelas dengan kelas lainnya, antara satu jenjang
pendidikan dengan jenjang lainnya, serta antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan.
4. Praktis/efisiensi
Kurikulum harus praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan
biayanya murah. Dalam hal ini, kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam
keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia.

5. Efektifitas
Efektifitas berkenaan dengan keberhasilan pelaksanaan kurikulum baik secara
kuantitas maupun kualitasnya. Kurikulum merupakan penjabaran dari perencanaan
pendidikan dari kebijakan-kebijakan pemerintah. Dalam pengembangannya, harus
diperhatikan kaitan antara aspek utama kurikulum yaitu tujuan, isi, pengalaman belajar, serta
penilaian dengan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.
Adapun Prinsip-prinsip khusus dalam pengembangan kurikulum meliputi:
1. Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan pusat dan arah semua kegiatan pendidikan sehingga
perumusan komponen pendidikan harus selalu mengacu pada tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Tujuan ini bersifat umum atau jangka panjang, jangka menengah dan jangka
pendek. Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada ketentuan dan kebijakan pemerintah,
survey mengenai persepsi orangtua / masyarakat tentang kebutuhan mereka, survey tentang
pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu, survey tentang manpower, pengalaman-
pengalaman negara lain dalam masalah yang sama, dan penelitian.
2. Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
Dalam perencanaan kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu perlunya
penjabaran tujuan pendidikan ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan
sederhana, isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan, dan
unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.
3. Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar-mengajar
Pemilihan proses belajar mengajar hendaknya mempertimbangkan beberapa hal, yaitu
apakah metode yang digunakan cocok, apakah dengan metode tersebut mampu memberikan
kegiatan yang bervariasi untuk melayani perbedaan individual siswa, apakah metode tersebut
juga memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat, apakah penggunaan metode
tersebut dapat mencapai tujuan kognitif, afektif dan psikomotor, apakah metode tersebut
lebih menaktifkan siswa, apakah metode tersebut mendorong berkembangnya kemampuan
baru, apakah metode tersebut dapat menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan
rumah sekaligus mendorong penggunaan sumber belajar di rumah dan di masyarakat, serta
perlunya kegiatan belajar yang menekankan learning by doing, bukan hanya learning by
seeing and knowing.
4. Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran
Proses belajar mengajar perlu didukung oleh penggunaan media dan alat-alat bantu
pengajaran yang tepat. Untuk itu perlu diperhatikan beberapa hal berikut, yaitu alat/media apa
yang dibutuhkan, bila belum ada apa penggantinya, bagaimana pembuatannya, siapa yang
membuat, bagaimana pembiayaannya, dan kapan dibuatnya, bagaimana pengorganisasiannya
dalam keseluruhan kegiatan belajar, serta adanya pemahaman bahwa hasil terbaik akan
diperoleh dengan menggunakan multi media
5. Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan kegiatan penilaian meliputi
kegiatan penyusunan alat penilaian harus mengikuti beberapa prosedur mulai dari perumusan
tujuan umum, menguraikan dalam bentuk tingkah laku siswa yang dapat diamati,
menghubungkan dengan bahan pelajaran dan menuliskan butir-butir tes. Selain itu, terdapat
bebarapa hal yang perlu juga dicermati dalam perencanaan penilaian yang meliputi
bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan siswa yang akan dites, berapa lama waktu
pelaksanaan tes, apakah tes berbentuk uraian atau objective, berapa banyak butir tes yang
perlu disusun, dan apakah tes diadministrasikan guru atau murid. Dalam kegiatan pengolahan
haisl penilaian juga perlu mempertimbangkan beberapa hal yaitu norma apa yang digunakan
dalam pengolahan hasil tes, apakah digunakan formula guessing bagaimana pengubahan skor
menjadi skor masak, skor standar apa yang digunakan, serta untuk apa hasil tes digunakan
D. PENDIDIKAN SENI RUPA DALAM KTSP
Dalam KTSP, pendidikan seni rupa menjadi bagian dari mata pelajaran Seni Budaya
untuk SMP/MTs dan SMA/MA, dan mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk
SD/MI. Baik di SD/MI, SMP/MTs, maupun di SMA/MA mata pelajaran seni budaya diberi
alokasi waktu dua jam pelajaran. Mata pelajaran Seni Budaya mencakup seni rupa, seni
musik, seni tari, dan seni teater.
Dalam Standar Isi disebutkan bahwa pendidikan seni budaya diberikan di sekolah
karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatannya bagi perkembangan peserta didik.
Pendidikan seni didasarkan pada pendekatan “belajar dengan seni,” “belajar melalui seni”
dan “belajar tentang seni.” Belajar dengan seni berarti bahwa dengan mempelajari seni,
peserta didik dapat mengembangkan pengetahuannya di luar bidang seni. Dalam belajar
melalui seni, peserta didik dapat mengembangkan pengetahuannya melalui berkreasi seni.
Belajar tentang seni berarti bahwa peserta didik diharapkan dapat mengembangkan
pengetahuannya tentang seni itu sendiri. Dengan demikian pembelajaran seni di sini
dipandang sebagai metode belajar.
Selain pendekatan tersebut, pendidikan seni budaya dipandang secara multilingual,
multidimensional, dan multikultural. Multilingual berarti pengembangan kemampuan
mengekspresikan diri melalui berbagai media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan
berbagai perpaduannya. Multidimensional berarti pengembangan berbagai kompetensi
meliputi konsepsi (aspek kognitif), apresiasi (aspek afektif), dan kreasi (aspek psikomotor)
dengan memadukan unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika. Multikultural berarti bahwa
pendidikan seni menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap
beragam budaya Nusantara dan mancanegara, yang merupakan wujud sikap demokratis agar
seseorang hidup secara beradab serta toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk.
Pendidikan seni budaya juga dipandang memiliki peranan dalam pembentukan pribadi
peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam
mencapai multikecerdasan yang mencakup kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual
spasial, musikal, linguistik, logik matematik, naturalis serta kecerdasan adversitas,
kecerdasan kreativitas, kecerdasan spiritual dan moral, dan kecerdasan emosional.
Bidang seni rupa, musik, tari, dan teater memiliki kekhasan sesuai dengan kaidah
keilmuan masing-masing. Dalam pendidikan seni budaya, aktivitas berkesenian harus
menampung kekhasan tersebut yang diberikan dalam pengalaman mengembangkan konsepsi,
apresiasi, dan kreasi. Hal ini dilakukan dengan eksplorasi elemen, prinsip, proses, dan teknik
berkarya dalam konteks budaya masyarakat yang beragam.
Mata pelajaran Seni Budaya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut: (1) memahami konsep dan pentingnya seni budaya, (2) menampilkan sikap
apresiasi terhadap seni budaya, (3) menampilkan kreativitas melalui seni budaya, dan (4)
menampilkan peran serta dalam seni budaya dalam tingkat lokal, regional, maupun global.
Selanjutnya mata pelajaran Seni Budaya mencakup aspek-aspek sebagai berikut:
 Seni rupa, mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam menghasilkan karya seni
berupa lukisan, patung, ukiran, cetak-mencetak, dan sebagainya
 Seni musik, mencakup kemampuan untuk menguasai olah vokal, memainkan alat musik,
apresiasi karya musik
 Seni tari, mencakup keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh dengan dan tanpa
rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari
 Seni teater, mencakup keterampilan olah tubuh, olah pikir, dan olah suara yang
pementasannya memadukan unsur seni musik, seni tari dan seni peran.
Di antara keempat bidang seni yang ditawarkan, minimal diajarkan satu bidang seni
sesuai dengan kemampuan sumberdaya manusia serta fasilitas yang tersedia di sekolah.
Untuk sekolah yang mampu menyelenggarakan pembelajaran lebih dari satu bidang seni,
peserta didik diberi kesempatan untuk memilih bidang seni yang akan diikutinya.
Berdasarkan pendekatan, pandangan, dan tujuan tersebut, pendidikan seni
dilaksanakan dalam bentuk kegiatan berekspresi (berkreasi) dan berapresiasi seni. Untuk itu,
di dalam kurikulum tersebut ditetapkan dua standar kompetensi (SK) untuk bidang seni rupa,
yaitu mengapresiasi karya seni rupa dan mengekspresikan diri melalui karya seni rupa.
Standar kompetensi mengapresiasi seni rupa mencakup kemampuan mengidentifikasi dan
menampilkan sikap apresiasi terhadap karya seni rupa. Standar kompetensi mengekspresikan
diri melalui karya seni rupa mencakup kemampuan menciptakan karya seni rupa serta
melaksanakan pameran seni rupa. Kemampuan-kemampuan tersebut dirumuskan menjadi
sejumlah kompetensi dasar (KD) yang meliputi berbagai cabang seni rupa (seni murni dan
terapan) dan cakupan wilayah (lokal/daerah setempat, Nusantara, dan mancanegara).

E. KERANGKA KERJA KURIKULUM PENDIDIKAN SENI


Fungsi pendidikan seni dalam pendidikan umum dan tujuan yang ingin dicapai
melalui pendidikan seni dapat juga dijadikan kerangka kerja untuk mengembangkan
kurikulum pendidikan seni. Secara umum kerangka kerja kurikulum dalam pendidikan seni
tersebut dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut:
KERANGKA KERJA KURIKULUM PENDIDIKAN SENI

Fungsi dalam Pendidikan Umum Tujuan dalam Pendidikan Seni


Memfasilitasi pemenuhan diri siswa Tanggapan dan ekspresi personal
(personal fullfillment) dalam seni
Mentransmisikan warisan budaya Kesadaran terhadap warisan artistik
Mengembangkan kesadaran sosial Pemahaman terhadap peran seni di
masyarakat

1. Fungsi Dalam Pendidikan Umum


Kerangka kerja kurikulum pendidikan seni disusun diantaranya dengan
memperhatikan fungsi seni dalam pendidikan umum sebagai berikut:
a. Memfasilitasi pemenuhan diri siswa (personalfullfillment)
Untuk menemukan pemenuhan diri melalui seni anak perlu belajar bagaimana
kehidupan mereka dapat diperkaya dengan usaha mereka untuk mengkreasi karya seni dan
menanggapi berbagai bentuk-bentuk visual.
b. Mentransmisikan warisan budaya
Bagi Indonesia yang memiliki berbagai bentuk karya seni dari berbagai suku bangsa
yang ada di tanah air, poin ini sangat diperlukan. Anak akan belajar menghargai berbagai
bentuk karya seni yang pernah ada di masyarakat maupun yang masih hidup dan berkembang
saaat ini. Pembelajaran ini diarahkan kepada kepedulian mereka terhadap warisan budaya
lebih dari sekedar menghafalkan nama seniman, judul karya dan waktu serta tempat
pembuatannya.
c. Mengembangkan kesadaran sosial
Mengembangkan kesadaran sosial adalah bentuk kepedulian yang terbangun dari
kesadaran dan penghargaan anak terhadap berbagai bentuk artistik yang ada dan dihasilkan
oleh masyarakat. Hal ini akan mengajarkan mereka untuk menghargai juga persepsi,
penilaian, pemikiran dan pendapat orang lain dari budaya yang berbeda-beda.
2. Tujuan Dalam Pendidikan Seni
Selain memberikan kerangka fungsi seni dalam pendidikan umum, kerangka
kurikulum ini juga memberikan pegangan terhadap tujuan penyelenggaraan pendidikan seni
berkaitan dengan pengembangan disiplin ilmu seni rupa itu sendiri. Kerangka kerja tersebut
diuraikan sebagai berikut
a. Tanggapan dan ekspresi personal
Siswa dapat belajar dengan cara yang berbeda-beda untuk:
 Membangkitkan gagasan-gagasan anak untuk ekspresi personal melalui seni,
 Memperbaiki dan memodifikasi gagasan anak untuk ekspresi visual,
 Menggunakan media untuk menyampaikan maksud ekspresi anak sendiri.
b. Kepedulian terhadap warisan artistik
Anak-anak dapat mempelajarai bagaimana anggota-anggota dalam komunitas artistik
(seniman, desainer, pengrajin dsb.):
 Membangkitkan gagasan untuk karya mereka,
 Menggunakan kualitas-kualitas visual untuk ekspresi,
 Menggunakan alat-alat dan media,
 Mempersepsikan dan mendeskripsikan seni,
 Menguji dan menilai karya-karya seni.
3. Kesadaran tentang seni di masyarakat
Anak-anak belajar bagaimana orang dalam budayanya dan dalam budaya lainnya
memproduksi karya seni rupa. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai dari poin ini adalah
agar anak:
 Mengenali dan memahami bentuk-bentuk seni yang asli,
 Mengetahui dan memahami bagaimana suatu kelompok masyarakat menggunakan kualitas
visual untuk mengekspresikan kepercayannya,
 Mengetahui dan memahami bagaimana suatu kelompok masyarakat Menggunakan media
untuk mengekspresikan nilai-nilai sosial,
 Merasakan bentuk-bentuk visual yang ada di lingkungannya,
 Menginterpretasikan bentuk-bentuk visual sebagai ekspresi sosial,
 Menilai bentuk-bentuk visual di masyarakat.
Bagi para pengajar seni dan pengembang kurikulum, sebelum menggunakan kerangka
kerja ini sebagai pedoman pengembangan kurikulum, perlu mengetahui bahwa model ini
walaupun tampak universal tetapi dibuat dan dibangun dalam konsep dan paradigma
pendidikan di Barat. Aspek universal melalui bingkai kurikulum ini adalan tujuan dari
pendidikan seni yang relevan dengan tujuan pendidikan secara umum yang demokrasi.
Dengan demikian para guru seni rupa di Indonesia dapat mencoba model bingkai kurikulum
pendidikan seni ini dengan mengembangkan variasinya sesuai pengalaman dan lingkungan
setempat.

F. KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN SENI DI SD


Kurikulum dapat diartikan sebagai urutan dari berbagai kegiatan belajar yang
secara sengaja dikembangkan untuk memberikan pengalaman belajar bagi siswa (Eisner,
1983). Bagi pelaksana, kurikulum berfungsi sebagai panduan untuk digunakan dalam
pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di sekolah guna mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Oleh sebab itu sebelum anda merancang, melaksanakan dan mengevaluasi
suatu kegiatan pembelajaran terpadu anda perlu menelaah kurikulum yang berlaku (dalam hal
ini kurikulum 1996) dan menyusun peta konsep tentang mata kajian yang akan dipadukan.
Dalam kegiatan belajar telah dijelaskan pula bahwa sifat dan ciri khas dari mata
pelajaran kesenian adalah: (a) Bertitik tolak dari segi praktika sedang teori atau pengetahuan
lebur di dalamnya, serta (b) Bahan kajian mata pelajaran ini yang meliputi seni rupa,
kerajinan tangan, musik, dan tari dilaksanakan secara terpadu (Kamaril, 2007: 6.5).
Pendidikan seni di negara kita telah mengalami berbagai pembaharuan dari waktu ke
waktu. Pembaharuan dilakukan guna meningkatkan kualitas pendidikan seni. Salah satu
usaha pemerintah yang secara sentral memperbaharui sistem pelaksanaan pendidikan seni
adalah penyempurnaan kurikulum.
Kurikulum yang sedang dilaksanakan senantiasa dievaluasi dan disempurnakan setiap
periode tertentu untuk menghadapi perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan, teknologi,
dan dinamika kebudayaan secara keseluruhan. Kurikulum Pendidikan Seni telah beberapa
kali mengalami perubahan dan penyempurnaan. Pada tahun 1975 terjadi perubahan yang
menyeluruh pada mata pelajaran ekspresi, yang sebelum itu dalam kurikulum sekolah umum
dikenal dengan nama mata pelajaran menggambar dan seni suara. Pembaharuan dapat dilihat
dengan penggantian nama mata pelajaran itu menjadi 'Pendidikan Kesenian'.
Istilah mata pelajaran juga diganti menjadi 'bidang studi', sehingga pembaharuan itu
selengkapnya menjadi 'bidang studi pendidikan kesenian'. Isi bidang studi pendidikan
kesenian itu merupakan penggabungan pelajaran menggambar dan seni suara ditambah sub
bidang studi lain yaitu seni tari dan teater, yang pada kurikulum sebelumnya tidak ada.
Pelajaran menggambar dan seni suara diubah namanya menjadi seni rupa dan seni musik.
Selengkapnya bidang studi pendidikan kesenian berisi sub-sub bidang studi seni rupa, seni
musik, seni tari, dan seni teater (drama).
Kurikulum 1975 disempurnakan lagi pada tahun 1984 dengan sebutan kurikulum
1984. Penyempurnaan ini ditandai oleh penggantian istilah pendidikan kesenian menjadi
pendidikan seni.
Kurikulum 1994 Sekolah Dasar yang berlaku sekarang sangat jauh berbeda dengan
kurikulum sebelumnya. Perbedaan itu meliputi sistem pembelajarannya yang menggunakan
'integrated learning' atau pembelajaran terpadu antara beberapa cabang seni. Nama
pendidikan seni berubah pula menjadi 'Kerajinan Tangan dan Kesenian'. Ruang lingkup
materi kerajinan tangan meliputi berbagai kegiatan sederhana kerumahtanggaan yang mudah
dilakukan oleh anak-anak untuk keperluan hidupnya sehari-hari, dan termasuk di dalamnya
pekerjaan kesenirupaan. Sedangkan yang dimaksud kesenian meliputi seni tari (seni gerak),
seni musik (seni suara). Antara pengajaran kerajinan tangan dan kesenian dianjurkan menjadi
suatu larutan yang benar- benar terpadu dan terintegrasi dalam satu topik (bahasan)
pengajarannya. Pengajaran terpadu dalam Kerajinan Tangan dan Kesenian (disingkat: KTK)
ini bermuatan wawasan kedaerahan (muatan lokal), sebab di dalamnya diharapkan para guru
dan siswa mampu menggali seni kriya (kerajinan) yang tumbuh di daerah sekitarnya.
Seni kerajinan sebagai cabang seni rupa merupakan seni yang tertua dan bahkan
mengakar di setiap pelosok daerah Nusantara ini. Perkembangan seni kerajinan tradisional ini
diangkat menjadi prioritas karena ternyata dunia pariwisata serta konsumsi kesenian dunia
lebih tertarik terhadap seni kerajinan tradisional yang berkembang di daerah. Selain seni
kerajinan tersebut unik, juga mencerminkan citra estetik khas daerah tertentu, dan menjadi
salah satu identitas budaya bangsa kita.
Jika diteliti perubahan nama sub-sub bidang studi pada setiap kurikulum yang
disempurnakan, ternyata perubahan itu tidak hanya sekedar penggantian nama, akan tetapi
mengubah pula ruang lingkup pengajarannya. Perubahan itu dilandasi oleh konsep dasar
pendidikan yang berbeda pada setiap kurikulum. Konsep pendidikan seni yang sekarang kita
kenal jauh berbeda dengan konsep pendidikan (mata pelajaran) menggambar dan seni suara.
Perubahan konsep tentu membawa konsekuensi didaktis dan metodis yang menuntut berbagai
persyaratan yang harus dipenuhi jika kita ingin melaksanakan pendidikan seni dengan
memadai

G. CONTOH KURIKULUM SENI RUPA DI SD


Seni Budaya dan Ketrampilan
Mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan bertujuan agar peserta didik
memilikikemampuan sebagai berikut.Memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan
keterampilanMenampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan
keterampilanMenampilkan kreativitas melalui seni budaya dan keterampilanMenampilkan
peran serta dalam seni budaya dan keterampilan dalam tingkat lokal,regional, maupun global.

Adapun contoh dari kurikulum seni rupa di SD, yaitu sebagai berikut:
Kelas II, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Seni Rupa
1. Mengekspresikan karya seni 1.1 Menjelaskan makna seni rupa terapan
1.2 Mengidentifikasi jenis karya seni rupa
terapan yang ada di daerah setempat
1.3 Menunjukkan sikap apresiatif terhadap
kesuaian fungsi karya seni rupa terapan
1.4 Menunjukkan sikap apresiatif terhadap
keartistikan karya seni rupa terapan
2. Mengekspresikan diri melalui 2.1 Mengekspresikan diri melalui gambar
karya seni rupa ilustrasi dengan tema benda alam: buah-
buahan, tangkai, terang, dsb
2.2 Memamerkan hasil gambar ilustrasi
dengan tema benda alam: buah-buahan,
tangkai, kerang, dsb di depan kelas
Seni Musik
3. Mengekspresikan karya seni 3.1 Mengidentifikasi berbagai ragam lagu
rupa dan alat musik ritmis
3.2 Menunjukkan sikap apresiatif terhadap
berbagai ragam lagu dan alat musik ritmis
4. Mengekspresikan diri melalui 4.1 Menyiapkan perrmainan alat musik ritmis
karya seni musik 4.2 Memainkan alat musik ritmis di depan
penonton
Seni Tari
5. Mengapresiasi karya seni tari 5.1 Mengidentifikasi gerak, busana, dan
perlengkapan tari Nusantara daerah
setempat
5.2 Menunjukkan sikap apresiatif terhadap
keunikan gerak, busana, dan
perlengkapan seni Nusantara daerah
setempat
6. Mengekspresikan diri melalui 6.1 Menyiapkan peragaan tari Nusantara
karya seni tari daerah setempat
6.2 Memeragakan tari Nusantara daerah
setempat sesuai dengan iringan di depan
penonton
Keterampilan
7. Mengapresiasi karya kerajinan 7.1 Mengidentifikasi jenis karya kerajinan
Nusantara
7.2 Menampilkan prilaku apresiatif terhadap
karya kerajinan Nusantara
8. Membuat karya kerajinan dan 8.1 Merancang karya kerajinan dengan
benda kontruksi memanfaatkan teknik atau motif hias
Nusantara
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
8.2 Membuat karya kerajinan berdasarkan
rancangan yang telah dibuat
8.3 Merancang benda dengan teknik
konstruksi
8.4 Membuat benda dengan teknik konstruksi

Anda mungkin juga menyukai