Anda di halaman 1dari 6

92

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan peneliti mengenai

“Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Pengguna Air Minum Pada

Depot Isi Ulang di Wilayah Turi Kabupaten Sleman Yogyakarta”, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perlindungan hukum terhadap konsumen pengguna air minum

DAMIU (DAMIU) belum sepenuhnya terlaksana dan sesuai

dengan ketentuan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen (UUPK). Hal ini dibuktikan

masih banyak konsumen yang mengeluh tentang kualitas air

minum yang dihasilkan oleh DAMIU. Namun konsumen

sendiri tidak sadar akan hak-haknya yang telah tertuang dalam

UUPK, sehingga perlindungan terhadapnya masih belum

maksimal. Sesuai dengan Pasal 19 UUPK pelaku usaha

memiliki tanggung jawab mutlak (strict liability) yaitu

kewajiban untuk bertanggung jawab memberikan ganti rugi

kepada konsumen akibat mengkonsumsi air minum isi ulang

yang memiliki kualitas air yang buruk. Namun pada

pelaksanaannya, konsumen tidak mendapatkan ganti rugi.


93

Adapun alasannya dari pihak pelaku usaha karena terhadap

kualitas air minum yang buruk itu merupakan kelalaian

konsumen yang tidak membersihkan dispenser miliknya

sehingga mengakibatkan kualitas air menurun setiap harinya.

2. Faktor yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan

perlindungan konsumen DAMIU di wilayah Turi, Kabupaten

Sleman Yogyakarta terkait beberapa faktor diantaranya yaitu:

a. Rendahnya pengetahuan konsumen terhadap hak-hak

konsumen yang ada dalam UUPK

Cara mengatasi faktor ini adalah diperlukan pendidikan

bagi konsumen agar memiliki kesadaran yang tinggi. Hal

ini bisa dilakukan melalui sektor formal atau informal

misalnya di sektor formal pada tingkat pendidikan tertentu

diadakan seminar-seminar, sedangkan dalam sektor

informal bisa diadakan sosialisasi berupa penyuluhan

kepada konsumen. Hal ini dirasa dapat memberikan

kesadaran yang berarti bagi konsumen.

b. Kelalaian dari pihak konsumen

Konsumen dituntut lebih teliti lagi baik dalam membeli

maupun menggunakan barang dan/atau jasa dari pelaku

usaha. Konsumen harus aktif dalam mencari tahu tentang

kualitas air minum, alat yang digunakan, serta penggunaan

barang dan/atau jasa tersebut agar konsumen tidak


94

disalahkan oleh pelaku usaha jika nantinya konsumen

mengalami kerugian.

c. Pelaku usaha yang profit oriented

Langkah-langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan

menambah pengetahuan dari pihak konsumen serta

memberikan teguran kepada pelaku usaha baik dari Dinas

Kesehatan maupun Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

Selain itu dilakukan pengawasan post-market yaitu

pengawasan yang dilakukan ketika barang telah beredar di

masyarakat.

d. Pengawasan yang luas namun Sumber Daya Manusia

(SDM) yang terbatas

Masalah ini disiasati dengan edukasi masyarakat sehingga

tugas pengawasan tidak menjadi beban dari pemerintah

sendiri. Dengan adanya edukasi, masyarakat mengerti

produk mana yang berkualitas bagus dan mana yang tidak.

e. Kompetensi petugas Puskesmas di Turi

Hal ini disiasati oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman

dengan memberi pelatihan, serta sosialisasi untuk

pemberdayaan petugas.

Jika semua faktor penghambat ini dapat diatasi dan terdapat

korelasi yang baik antara konsumen dan pelaku usaha maka


95

dapat terjamin perlindungan hukum bagi konsumen pengguna

air minum isi ulang di DAMIU dapat terwujud dengan baik.

3. Bagi konsumen yang merasa dirugikan oleh pelaku usaha

dalam hal ini adalah DAMIU, maka melakukan penyelesaian

sengketa melalui:

a. Klaim langsung kepada pelaku usaha yaitu DAMIU; dan

b. Mediasi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari perumusan masalah yang telah

diteliti oleh peneliti, maka memiliki saran sebagai berikut:

1. Bagi konsumen, seharusnya mengubah anggapan (apa yang

dituntut di pengadilan tidak sebanding dengan tenaga dan biaya

yang dikeluarkan) merupakan kesalahan. Karena dengan

menuntut di pengadilan konsumen akan sadar akan hak-haknya

sebagai konsumen dan tidak lagi dipandang oleh pelaku usaha

sebagai pihak yang lemah. Pengetahuan akan hak-hak

konsumen juga harus ditambah dengan memulai memilih

DAMIU yang berkualitas yang disertai surat rekomendasi dari

Dinas Kesehatan. Pandangan konsumen tentang lembaga

peradilan sering dianggap tidak adil dalam memeriksa sengketa

karena hanya memberi pelayanan dan kesempatan serta

keleluasaan kepada pihak-pihak yang memiliki kekuatan dan


96

kekuasaan, sebenarnya ini hanyalah persepsi masyarakat

sebagai konsumen yang kurang akan pengetahuan tentang

hukum khususnya hukum perlindungan konsumen, sehingga

konsumen harus menambah pengetahuannya akan hak-hak

konsumen.

2. Bagi pelaku usaha DAMIU, seharusnya tidak mengejar

keuntungan semata, harus tetap memperhatikan kepentingan

konsumen. Terutama dalam kualitas air minum yang dihasilkan

harus baik, sehingga tidak berdampak buruk pada kesehatan

konsumen. Selain itu pemeriksaan terhadap alat pada proses

pembuatan air minum isi ulang harus dilakukan pemeriksaan

setiap 3 (tiga) bulan sekali agar tidak ada kotoran yang

berdampak pada kualitas air minum yang dihasilkan. Hal ini

sudah menjadi tanggung jawab pelaku usaha untuk

memberikan kenyamanan serta kenikmatan bagi konsumen.

Jika terdapat konsumen yang dirugikan oleh pelaku usaha dan

sudah ada bukti yang jelas sebaiknya pelaku usaha tidak

mengelak dengan mencari kesalahan konsumen, pelaku usaha

harus memberikan ganti kerugian. Sesuai dengan Pasal 23

UUPK, pelaku usaha yang menolak dan/atau tidak memberi

tanggapan dan/atau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan

konsumen dapat digugat melalui badan penyelesaian sengketa

konsumen atau mengajukan ke badan peradilan di tempat


97

kedudukan konsumen. Hal ini sebagai hukum pemaksa bagi

pelaku usaha untuk memberikan ganti kerugian kepada

konsumen jika memang terbukti pelaku usaha yang lalai.

3. Bagi pemerintah yang memberikan pengawasan terhadap

DAMIU, dalam hal ini adalah pihak Dinas Kesehatan dan

pihak Puskesmas, sebaiknya pengawasan terhadap DAMIU

harus dilakukan setiap bulan, karena pihak DAMIU bersifat

sangat pasif, sehingga pihak Dinas Kesehatan atau pihak

Puskesmaslah yang harus bersikap aktif dalam melakukan

pengawasan serta pengontrolan terhadap DAMIU terkait

kualitas air minum yang dihasilkan serta terhadap kebersihan

alat yang digunakan. Selain itu harus dilakukan pembinaan

kepada pelaku usaha Depot Air Minum agar pelaku usaha

memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang cara

menjalankan usahanya agar tidak ada kepentingan konsumen

yang dirugikan.

Anda mungkin juga menyukai