PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui sistem keselamatan pasien di Rumah Sakit
1.3.2 Mengetahui manajemen pengendalian infeksi di Rumah Sakit
1.3.3 Mengetahui langkah menuju keselamatan di Rumah Sakit
1.3.4 Mengetahui standar keselamatan pasien
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Mempromosikan intervensi yang ada dalam keselamatan pasien dan
mengkoordinasikan upaya internasional untuk mengembangkan solusi.
5. Pelaporan dan Pembelajaran
Menghasilkan pedoman praktik terbaik untuk system pelaporan yang ada
dan yang baru.
4
merefleksikan sifat-sifat dan kebutuhan dari aktifitas yang harus dievaluasi dan
dapat dengan segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan (Huber, 2010).
Pengendalian infeksi adalah mengendalikan penyebaran agen penyebab
penyakit dengan melakukan prosedur tertentu. Pengendalian infeksi adalah
seperangkat kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk meminimalkan resiko
penyebaran infeksi, terutama di luar kesehatan, melainkan juga harus menjadi
bagian penting dari kehidupan pribadi kita, terutama di rumah kita (Miller dan
Palenik, 2003).
Depkes RI (2007) menyatakan pencegahan dan pengendalian infeksi
nosokomial adalah program yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan serta pembinaan dalam upaya menurunkan angka kejadian infeksi
nosokomial di rumah sakit dan yang bertanggungjawab terhadap tugas tersebut
adalah komite/panitia pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit yang
dibentuk oleh kepala rumah sakit.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) adalah
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta
pembinaan dalam upaya menurunkan angka kejadian Infeksi Rumah Sakit (IRS)
pada pasien atau petugas rumah sakit dan mengamankan lingkungan rumah sakit
dari resiko transmisi infeksi yang dilaksanakan melalui manajemen resiko, tata
laksana klinik yang baik dan pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja RS
(Kebijakan RSUD Kota Yogyakarta, 2015).
Hal ini didukung dengan adanya Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
270/Menkes/III/2007 tentang pedoman manajerial pengendalian infeksi di rumah
sakit dan fasilitas kesehatan serta Keputusan Menkes Nomor 381/Menkes/III/2007
mengenai pedoman pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas kesehatan.
Dan kebijakan direktur utama RSUP H. Adam Malik Medan nomor : LB.02.01/ I /
2136 / 2009 tentang Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (Pedoman PPIRS RSUP
HAM, 2012).
5
dan fasilitas kesehatan lainnya dan yang paling penting adalah menurunkan angka
kejadian infeksi nosokomial (Scheckler et al. 1998).
6
mengacu pada visi, misi dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien, petugas
pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat dan faktor-
faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien (Permenkes 1691/ Menkes/ Per/
VIII/ 2011).
Dalam rangka menerapkan Standar Keselamatan Pasien, rumah sakit
melaksanakan 7 (tujuh) langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit yang
terdiri dari (Permenkes 1691/ Menkes/ Per/ VIII/ 2011) :
1. Membangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien
Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan:
a. Bagi Rumah Sakit :
a) Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang
harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-
langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang
harus diberikan kepada staf, pasien dan keluarga.
b) Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran dan
akuntabilitas individual bilamana ada insiden.
c) Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di
rumah sakit.
d) Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan
pasien.
b. Bagi Unit/Tim :
a) Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara mengenai
kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden
b) Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai di rumah
sakit anda untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan
terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan atau solusi yang
tepat
2. Memimpin dan Mendukung Staf
Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang
keselamatan pasien di rumah sakit.
Langkah penerapan:
a. Untuk Rumah Sakit :
7
a) Pastikan ada anggota direksi atau pimpinan yang bertanggung jawab atas
keselamatan pasien
b) Identifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang dapat
diandalkan untuk menjadi “penggerak” dalam gerakan keselamatan
pasien
c) Prioritaskan keselamatan pasien dalam agenda rapat direksi atau
pimpinan maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit
8
b) Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses asesmen
risiko rumah sakit
c) Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan
akseptabilitas setiap risiko, dan ambillah langkah-langkah yang tepat
untuk memperkecil risiko tersebut
d) Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke proses
asesmen dan pencatatan risiko rumah sakit.
4. Mengembangkan Sistem Pelaporan
Memastikan seluruh staf agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian
atau insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS).
Langkah penerapan:
a. Untuk Rumah Sakit:
a) Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke dalam
maupun ke luar, yang harus dilaporkan ke KPPRS - PERSI.
b. Untuk Unit/Tim :
a) Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif
melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah
tetapi tetap terjadi juga, karena mengandung bahan pelajaran yang
penting.
5. Melibatkan dan Berkomunikasi dengan Pasien
Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
Langkah penerapan:
a. Untuk Rumah Sakit:
a) Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas menjabarkan
cara-cara komunikasi terbuka tentang insiden dengan para pasien dan
keluarganya.
b) Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang benar dan
jelas bilamana terjadi insiden.
c) Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar
selalu terbuka kepada pasien dan keluarganya.
b. Untuk Unit/Tim :
9
a) Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan
keluarganya bila telah terjadi insiden.
b) Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana terjadi
insiden, dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas dan
benar secara tepat.
c) Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada pasien
dan keluarganya.
6. Belajar dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan Pasien
Mendorong seluruh staf untuk melakukan analisis akar masalah kemudian
belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
Langkah penerapan:
a. Untuk Rumah Sakit:
a) Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden
secara tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab
b) Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas kriteria
pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA) atau
Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) atau metoda analisis lain,
yang harus mencakup semua insiden yang telah terjadi dan minimum
satu kali per tahun untuk proses risiko tinggi.
b. Untuk Unit/Tim :
a) Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis insiden.
b) Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa
depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.
7. Mencegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Langkah penerapan:
a. Untuk Rumah Sakit:
a) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis, untuk
menentukan solusi setempat
10
b) Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (struktur dan
proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk
penggunaan instrumen yang menjamin keselamatan pasien.
c) Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan.
d) Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS – PERSI
e) Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas
insiden yang dilaporkan
b. Untuk Unit/Tim :
a) Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat
asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
b) Telah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim anda dan pastikan
pelaksanaannya.
c) Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang
insiden yang dilaporkan.
2.4 Standar Keselamatan Pasien
Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu
ditangani segera di rumah sakit di Indonesia maka diperlukan standar keselamatan
pasien rumah sakit yang merupakan acuan bagi rumah sakit di Indonesia untuk
melaksanakan kegiatannya. Standar keselamatan pasien rumah sakit yang disusun
ini mengacu pada ”Hospital Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh
Joint Commision on Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA, tahun
2002, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi perumahsakitan di Indonesia.
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :
1. Hak pasien
Standarnya adalah pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk
mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk
kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). Kriterianya adalah
sebagai berikut:
11
pelayanan, pengobatan tau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya KTD.
2. Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya adalah Rumah Sakit harus mendidik pasien dan keluarganya
tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan keperawatan.
Kriterianya adalah keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan
dengan keterlibatan pasien adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu,
di Rumah Sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan
keperawatan. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga
dapat:
a. Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab.
c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS.
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan dengan kriteria sebagai
berikut:
a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien
masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan
pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah sakit.
b. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien
dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada
seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan
lancar.
c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi
untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan
sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut
lainnya.
12
d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga
dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien. Standarnya adalah Rumah Sakit
harus mendisain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor
dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara
intensif KTD (Kecelakaan Tidak Diharapkan), dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien dengan kriteria sebagai berikut:
a) Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik,
sesuai dengan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
b) Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja.
c) Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif.
d) Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien standarnya
adalah:
a) Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program melalui
penerapan “7 Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
b) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program mengurangi KTD.
c) Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar
unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien.
d) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta tingkatkan
keselamatan pasien.
e) Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien, dengan kriteria
sebagai berikut:
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan
pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis Kejadian
yang memerlukan perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera”
13
(Near miss) sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan” ( Adverse
event).
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen
dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program
keselamatan pasien.
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan
analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang
Analisis Akar Masalah (RCA) “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss)
dan “Kejadian Sentinel’ pada saat program keselamatan pasien mulai
dilaksanakan.
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden. misalnya
menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif
untuk memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf
dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit
dan antar pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan
antar disiplin.
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan kegiatan
perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien,
termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja
rumah sakit dan keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan
implementasinya.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien. Standarnya adalah:
a. RS memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap
jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara
jelas.
b. RS menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung
14
pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien, dengan kriteria sebagai
berikut:
1) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat
topik keselamatan pasien.
2) Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap
kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang
pelaporan insiden.
3) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork)
guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka
melayani pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien. Standarnya adalah:
a. RS merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat, dengan kriteria
sebagai berikut:
1) Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal
terkait dengan keselamatan pasien.
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi
untuk merevisi manajemen informasi yang ada.
15
Pada pasien koma, menurunnya respon terhadap rangsang, paralisis,
disorientasi, dan kurang tidur.
3. Emosi
Emosi seperti kecemasan, depresi, dan marah akan mudah sekali terjadi dan
berpengaruh terhadap masalah keselamatan dan keamanan.
4. Status mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun
memudahkan terjadinya resiko injuri atau gangguan integritas kulit.
5. Gangguan persepsi sensori
Kerusakan sensori akan memengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang
berbahaya seperti gangguan penciuman dan penglihatan.
6. Informasi / komunikasi
Gangguan komunikasi seperti afasia atau tidak dapat membaca
menimbulkan kecelakaan.
7. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan syok anafilaktik.
8. Keadaan imunitas
Gangguan immunitas akan menimbulkan daya tahan tubuh yang kurang
sehingga mudah terserang penyakit.
9. Ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih
Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap suatu penyakit.
10. Status nutrisi
Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan mudah
terserang penyakit, demikian sebaliknya, kelebihan nutrisi beresiko terhadap
penyakit tertentu.
11. Tingkat pengetahuan sebelumnya.
Kesadaran akan terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan dapat
diprediksi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keselamatan Pasien Rumah Sakit- KPRS (patient safety) adalah suatu
sistem dimana RS membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem ini mencegah
16
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Tujuan sistem keselamatan pasien RS :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS.
2. Meningkatkanya akuntabiltas RS terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya KTD di RS.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan KTD.
Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno yang artinya seni dalam
melaksanakan dan mengatur. Proses manajemen adalah rangkaian kegiatan input,
proses, dan output yang dibagi dalam empat tahap yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan yang merupakan siklus yang
berkaitan satu sama lain.
Dalam rangka menerapkan Standar Keselamatan Pasien, rumah sakit
melaksanakan 7 (tujuh) langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit yang
terdiri dari (Permenkes 1691/ Menkes/ Per/ VIII/ 2011).
Standar keselamatan pasien rumah sakit yang disusun ini mengacu pada
”Hospital Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on
Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA, tahun 2002
DAFTAR PUSTAKA
17
Muninjaya,Gde., 1999. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC.
Mubarak Wahit Iqbal, SKM dan Ns. Nurul Chayatin, S.Kep. 2008. Buku Ajar
Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC
Pabuti, Aumas. (2011) Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien (KP) Rumah
Sakit. Proceedings of expert lecture of medical student of Block 21st of Andalas
University, Indonesia
Regina pung pung, A., 2014. Patient Safety Administrasi Dan Manajemen
Kesehatan, (online), (www.academia.edu/9191556/patient_safety.htm.,
diakses tanggal 12 September 2016)
Tim keselamatan Pasien RS RSUD Panembahan Senopati. Patient Safety.
18