Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan limpahan
rahmatnyalah maka kami bisa menyelesaikan sebuah makalah. Shalawat beserta salam semoga
tercurah limpahkan kepada junjungan alam nabi besar muhamad SAW. Berikut ini penulis
mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Islam Sebagai Agama", yang menurut kami
dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajarinya.
Makalah ini disusun untuk memyelesaikan tugas pada mata kuliah Pendidikan Agama
Islam di Politeknik Negeri Malang. Maka harapan penulis kiranya makalah ini, sesuai dengan
harapan Bapak/Ibu Dosen pada mata kuliah yang dimaksud.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang
tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Penulis menyadari bahwa sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan sehingga hanya yang demikian saja yang dapat penulis berikan. Penulis juga sangat
mengaharapkan kritikan dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun, sehingga
penulis dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penyusunan makalah selanjutnya.

Malang, 11 September 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG................................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................ 1
C. TUJUAN PENULIS .................................................................................................... 1
D. MANFAAT PENULIS ................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2
A. KONSEP AGAMA DAN ISLAM .............................................................................. 2
1. Konsep Pengertian Agama ...................................................................................... 2
2. Konsep pengetian Islam........................................................................................... 3
3. Pengertian Agama Islam .......................................................................................... 3
B. DIMENSI AJARAN ISLAM ...................................................................................... 3
1. Aqidah ............................................................................................................................ 4
2. Syari’at ........................................................................................................................... 4
3. Akhlaq ............................................................................................................................ 5
E. SUMBER AJARAN ISLAM ...................................................................................... 6
1. Al-Qur’an ....................................................................................................................... 6
2. Hadits (Sunnah) ............................................................................................................. 6
3. Ijtihad ............................................................................................................................. 8
F. METODE MEMAHAMI AJARAN ISLAM.................................................................. 9
G. TUJUAN AGAMA ISLAM ...................................................................................... 12
H. ISLAM DAN PLURALISME MASYARAKAT DI INDONESIA ......................... 13
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 16
A. KESIMPULAN ......................................................................................................... 16
B. SARAN ..................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 17

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Makalah ini saya susun dalam rangka mencoba menyelesaikan tugas Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam yang berjudul “ISLAM SEBAGAI AGAMA”. Agar
mengetahui kekurangan maupun kelebihan mahasiswa dalam menjabarkan isi makalah
sesuai dengan pengetahuan saya serta bagaimana cara pembuatan makalah tentunya. Dan
juga sebagai penunjang untuk penilaian dari Bapak/Ibu Dosen yang mengajarkan Mata
Kuliah Pendidikan Agama Islam.
Dalam upaya memahami ajaran Islam, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam
itu perlu dikaji secara seksama, sehingga dapat menghasilkan pemahaman Islam yang
komprehensif. Hal ini penting dilakukan, karena kualitas pemahaman keislaman
seseorang akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tindakan keislaman yang
bersangkutan. Kita barangkali terikat terhadap kualitas keislaman seseorang yang benar-
benar komprehensif dan berkualitas. Untuk itu uraian di bawah ini diarahkan untuk
mendapatkan pemahaman tentang Islam.
Selain itu dalam makalah kali ini yang berjudul “ISLAM SEBAGAI AGAMA” dan
yang akan di paparkan di dalamnya adalah pengertian agama islam itu sendiri dan juga
sumber-sumber hukum islam.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun masalah yang diambil penulis :
1. Bagaimana konsep Islam sebagai Agama ?
2. Apa saja dimensi ajaran Islam ?
3. Apa saja sumber Ajaran Islam ?
4. Bagaimana metode memahami Islam ?
5. Apa tujuan agama islam bagi manusia ?
6. Bagaimana masyarakat dan pluralitas dalam islam ?

C. TUJUAN PENULIS
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian “Agama
Islam dan Sumber-sumber Ajaran Islam” sebagai bekal pengetahuan bagi seorang
mahasiswa.

D. MANFAAT PENULIS
Sesuatu usaha yang telah dilakukan harus dapat memberikan manfaat baik
untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Demikian halnya pada penulisan makalah
ini sangat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

1
BAB II PEMBAHASAN

A. KONSEP AGAMA DAN ISLAM

1. Konsep Pengertian Agama

a) Konsep Agama Secara Etimologis

a. Sanskerta : A = tidak GAMA = kacau, kocar kacir, berantakan AGAMA = tidak kacau,
tidak kocarkacir, tidak berantakan, atau adanya keteraturan dan peraturan untuk
mencapai arah atau tujuan tertentu
b. Latin: Religio, Religere = mengembalikan ikatan, memperhatikan dengan saksama,
AGAMA adalah tindakan manusia untuk mengembalikan ikatan atau memulihkan
hubungannya dengan Ilahi.
c. Arab: Din berasal dari kata dana yadinu dinan berarti tatanan, sistem atau tatacara
hidup. Jadi Din berarti tatacara hidup

b) Konsep Agama Secara Terminologis

a. AGAMA : aturan atau tata cara hidup manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan
sesamanya (Ensiklopedi Nasional Indonesia)
b. AGAMA : ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan)
danperibadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya(Kamus Besar Bahasa
Indonesia)

c) Unsur Agama

1. Keyakinan (credial, akidah), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan supranatural
yang diyakini pengatur dan pencipta alam.

2. Peribadatan (ritual, ibadah), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan
kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan dan ketundukannya.

3. Sistem nilai (Value, sumber hukum, syari’at) yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia lainnya atau alam semesta yang dikaitkan dengan keyakinan tersebut.

2
2. Konsep pengetian Islam

a) SECARA ETIMOLOGIS Islam = selamat, kedamaian, sentausa Dalam istilah Syar’i,


Islam = berserah diri, tunduk patuh dengan kesadaran yang tinggi tanpa paksaan ISLAM
adalah menerima segala perintah dan larangan Allah swt, yang diturunkan melalui wahyu
yang disampaikan oleh para Nabi.
b) SECARA TERMINOLOGIS ISLAM adalah jalan hidup (way of life) satu-satunya yang
paling selamat mengantarkan manusia sampai tujuan akhirnya, yaitu kehidupan akhirat.
Islam sebagai agama akhir yang telah mendapat jaminan dari sisi Allah akan
kebenarannya. Agama yang selalu mendorong manusia untuk mempergunakan akalnya
untuk memahami ayat-ayat kauniyah (Sunnatullah) yang terbentang di alam semesta, dan
memahami ayatayat qur’aniyah yang terdapat di dalam al-qur’an.

3. Pengertian Agama Islam

Din al-Islam sebagai tatanan hidup meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan, dari
mulai masalah ritual sampai kepada masalah mu‘ámalah termasuk masalah sosial budaya,
sosial ekonomi, sosial politik, bahkan sampai kepada masalah kenegaraan. Seseorang yang
mengaku muslim atau menganut din al-Islám harus mengikuti tatanan hidup Islam secara
káffah ; integratif dan komprehensif apapun resikonya. Apabila ia menolaknya, maka ia
pasti akan terpental di akhirat sebagaimana diterangkan di dalam QS. AL-IMRAN :
19dan85 Sesungguhnya din atau tatanan hidup (yang diridloi) di sisi Allah hanyalah Islam
(QS. AL-IMRAN : 19 ) Barangsiapa mencari tatanan hidup selain Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (din itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi.(QS. AL-IMRAN : 85).

B. DIMENSI AJARAN ISLAM

Allah menurunkan ajaran Islam kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam nilai dengan
kesempurnaan tertinggi. Bisa kita lihat pada sebuah keterangan:

“Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari Islam”
Dimensi-dimensi Islam, secara garis besar terhimpun dalam tiga hal yaitu : Aqidah,
Syari’at dan Akhlaq yang masing masing adalah susistem ajaran Islam. Aqidah dan syariat
3
tanpa akhlaq adalah omong kosong, begitu pula syari’at tanpa akhlaq adalah kemunafikan,
dan aqidah tanpa akhlaq adalah kesesatan.

1. Aqidah

Aqidah Islam merupakan penutup agama-agama yang diturunkan allah sebelumnya,


dengan di utusnya Nabi Muhamad sebagai Rasul terakhir.
Secara Harfiyah aqidah adalah mengikat atau terikat. Adapun secara istilah adalah
sistem kepercayaan dalam Islam. Kenapa di sebut aqidah? Karena kepercayaan itu mengikat
pada diri sesseorang dalam bertingkah laku. Orang yang kuat aqidahnya, keyakinan itu
mengikatnya pada suatu nilai (misalnya dalam berkorban dalam kebaikan) dan seterusnya
mengikay pada prilakunya (misalnya tidak mau kompromi dalam kedzaliman). Sebaliknya
orang yang lemah aqidahnya akan mudah terpengaruh oleh hal hal yang tidak baik dan
tentunya mudah putus asa dalam hal kebaikan selain itu akan selalu memandang rendah nilai
kebaikan.
Sistem kepercayaan ini berkembang dengan nama lain yaitu Ilmu Tauhid yang
membahas tentang Rukun Iman yang enam. Kajian Filosofis tentang Ilmu Tauhid adalah
Ilmu Kalam disebut juga dengan Teologi (ilmu yang mempelajari tentang ketuhanan).
Secara garis besar Teologi islam dapat di bagi menjadi dua tipe yaitu Jabariyah dan
Qodariyah. Jabariyah adalah golongan yang percaya pada kekuasaan allah dan kemahaesaan
allah yang menganggap bahwa manusia itu seperti wayang yang semua tingkah lakunya
diatur oleh sang dalang. Dan manusia tidak berhak juga tidak bisa mengatur perbuatanya,
oleh karena itu manusia masuk surga dan neraka itu tidak bergantung pada amalnya
melainkan itu adalah kemurahan sang Kholiq. Sedangkan paham Qodariyah adalah paham
yang menganggap bahwa manusia memiliki kekuasaan penuh dalam menentukan
perbuatanya karena melihat pada kekuasaan allah dan dengan kekuasaan-Nya allah
memberikan balasan kepada setiap perbuatan manusia baik itu balasan yang baik untuk
manusia yang berbuat baik dan adzab bagi manusia yang berbuat salah.

2. Syari’at

Kata syari’at secara harfiyah artinya adalah jalan raya atau jalan menuju sumber mata
air, atau bermakna jalanya suatu hukum atau perundang-undangan. Kemudian di imbuhi
kata islam yang kemudian menjadi syariat islam yang dapat di artikan suatu jalan yang
mengatur umat islam dan yang harus di patuhi yang berisi perintah, anjuran dan larangan

4
yang akan menentukan kehidupan manusia dan sebagai muslim hal itu harus di patuhi.
Sebagai istilah keislaman, syariat adalah dimensi hukum atau peraturan dari ajaran islam.
Disebut syari’at karena di maksudkan untuk memberikan jalan atau mengatur lalu lintas
perjalanan hidup manusia. Perjalanan hidup manusia itu ada yang bersifat vertikal dan
horizontal, aturan hidup manusi dengan sang kholiq dan aturan hidup manusia ddengan
sesama manusia. Aturan manusia dengan sang kholiq di wujudkan dalam ritual ibadah, dan
prinsif ibadah itu ialah tunduk merendah kepada sang kholiq tanpa banyak menanyakan
mengapa dan kenapa begini dan begitu, pokonya siap untuk mengerjakan perinta sang
kholiq dan menjauhi larangan-Nya. Dan hubungan yang bersifat horizontal disebut dengan
muamalah. Prinsif dalam bermuamalah adalah saling memberi manfa’at dan saling
mengingatkan juga berlomba dalam kebaikan tanpa rasa ingin menjatuhkan satu sama lain.
Dari sudut keilmuan, ilmu yang membahas tentang syari’at adalah Ilmu Fiqih dan
ahlinya-ahlinya disebut Faqih atau juga Fuqaha dan ilmu ini adalah ilmu yang di hasilkan
melalui teori ijtihad.

3. Akhlaq

Ada dua pendekatan untuk mengetahui pengertian akhlaq yaitu secara etimologis dan
terminologis, secara etimologis akhlaq adalah perangai, tabi’at, (kelakuan atau watak dasar),
kebiasaan atau kelaziman, dan peradaban yang baik dan akhlaq menurut istilah terminologis
ialah seperti yang di lontarkan Al-Gozali akhlaq ialah sifat yang tertanam dalam jiwa dan
yang dapat menimbulkan macam-macam perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan
pertimbangan dan pemikiran.
Meruju pada ilmu tasawuf akhlaq ialah berasal dari bahasa arab, jamak
dari yang menurut bahasa adalah budi pekerti. Kata kata tersebut mengandung
persesuaian dengan kata kholqun yang berarti kejadian dan juga erat dengan kholiq berarti
pencipta dan juga memilki kaitan erat dengan makhluqu yang berarti yang diciptakan.
Perumusan akhlaq timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik
antara kholiq dan makhluq.
Selain definisi akhlaq yang dikemukakan oleh Al-Gozali terdapat juga beberapa
pendapat mengenai definisi akhlaq yaitu menurut Ibnu Maskawaih memberikan penjelasan
tentang akhlaq yaitu :
“ Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan
tanpa melalui pertimbangan fikiran.”

5
Selain itu menurut Prof.Dr. Ahmad Amin memberikan penjelasan tentang akhlaq yaitu:
“ Akhlaq adalah sesuatu yang di biasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila
membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu di sebut akhlaq”.
Dari beberapa definisi diatas yang sekalipun beragam dalam memberi pengertian tentang
akhlaq namun maksud dan maknanya sama, maka ada beberapa ahli yang menyimpulkan
definisi akhlaq yaitu kesimpulan menurut Prof. K.H Farid Ma’ruf bahwa akhlaq ialah:
“ Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan,
tanpa memerlukan pertimbangan fikiran terlebih dahulu”.
Dan tidak terlalu jauh maknanya dengan kesimpulan Prof. K.H Farid, dengan bahasa
yang berbeda Dr. M Abdullah Dirroz menyatakan kesimpulan dari definisi akhlaq ialah:
“ Akhlaq adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak
mana berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam
hal yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal yang jahat)”.
Akhlaq merupakan dimensi nilai dari syari’at Islam. Kualitas keberagaman justru
ditentukan oleh nilai akhlaq. Jika syari’at berbicara tentang syarat rukun, sah dan bathal,
akhlaq menekankan pada kualitas perbuatan. Contohnya adalah setiap perbbuatan dilihat
dari niat orang yang mengamalkan perbuatan tersebut.
Akhlaq juga mempunyai dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horizontal sama dengan
dimensi syariat.
E. SUMBER AJARAN ISLAM

1. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kalamullah yang berisikan firman-firman Allah, diwahyukan kepada Nabi
Muhamad SAW sebagai salah satu mukjizatnya melalui perantara malaikat Jibril. Al-
Qur’an yang merupakan kitab suci umat Islam yang berisikan tentang aqidah, ibadah,
hukum, peringatan, kisah-kisah dan isyarat pengembangan iptek yang dijadikan sebagai
acuan dan pedoman hidup bagi umat Nabi Muhamad SAW.

“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar


kamu memahaminya“. (QS. Yusuf: 2)

2. Hadits (Sunnah)

6
Merupakan sumber ajaran Islam yang kedua. Sunnah merupakan kebiasaan yang dilakukan
oleh Rasulullah baik dari segi perkataan, perbuatan maupun ketetapan atau persetujuan
Rasulullah terhadap apa yang dilakukan oleh para sahabatnya.

Menurut ulama Salaf, As-Sunnah ialah petunjuk yang dilakukan oleh Rasulullah dan para
sahabatnya, baik tentang ilmu, i’tiqad (keyakinan), perkataan maupun perbuatannya.

As-Sunnah berfungsi untuk memperjelas, menafsirkan isi atau kandungan dari ayat-ayat Al-
Qur’an dan memperkuat pernyataan ayat-ayat Al-Qur’an serta mengembangkan segala
sesuatu yang samar-samar atau bahkan tidak ada ketentuannya di dalam Al-Qur’an.

2.1 Macam-macam Hadits atau Sunnah

Hadits atau sunnah dilihat dari segi bentuknya, diantaranya:

 Qauliyah yakni semua perkataan Rasulullah


 Fi’liyah yakni semua perbuatan Rasulullah
 Taqririyah yakni penetapan, persetujuan dan pengakuan Rasulullah
 Hammiyah yakni sesuatu yang telah direncanakan oleh Rasulullah dan telah
disampaikan kepada para sahabatnya untuk dikerjakan namun belum sempat
dikerjakan dikarenakan telah datang ajalnya.

Hadits atau sunnah dilihat dari segi jumlah orang yang menyampaikannya, diantaranya:

 Mutawatir yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak


 Masyhur yaitu diriwayatkan oleh banyak orang, namun tidak sampai (jumlahnya)
kepada derajat mutawatir
 Ahad yaitu diriwayatkan hanya oleh satu orang saja.

Hadits atau sunnah dilihat dari segi kualitasnya, diantaranya :

 Shahih yakni hadits yang benar dan sehat tanpa ada keraguan atau kecacatan.
 Hasan yakni hadits yang baik, memenuhi syarat seperti hadits shahih, letak
perbedaannya hanya dari segi kedhobitannya (kuat hafalan). Hadits shahih
kedhobitannya lebih sempurna daripada hadits hasan.
 Dhaif yakni hadits yang lemah.

7
 Maudhu yakni hadits yang palsu atau dibuat-buat.

3. Ijtihad

Ijtihad yaitu mengerahkan segala kemampuan berpikir secara maksimal untuk


mengeluarkan hukum syar’i dari dalil-dalil syara’ yaitu Qur’an dan hadits. Ijtihad dapat
dilakukan jika ada suatu masalah yang hukumnya tidak terdapat di dalam Al-Qur’an
maupun hadits, maka dapat dilakukan ijtihad dengan menggunakan akal pikiran dengan
tetap mengacu dan berdasarkan pada Al-Qur’an dan hadits.

3.1 Macam-macam Ijtihad

 Ijma’
Yaitu kesepakatan para ulama (mujathid) dalam menetapkan suatu hukum-hukum
berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi. Keputusan
bersama yang dilakukan oleh para ulama dengan cara ijtihad untuk kemudian
dirundingkan dan disepakati. Adapun hasil dari ijma’ adalah fatwa, yakni keputusan
bersama para mujtahid yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.
 Qiyas
Yaitu menggabungkan atau menyamakan. Artinya menetapkan suatu hukum atau suatu
perkara yang baru muncul, yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki
kesamaan dalam sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu
sehingga dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya darurat, bila memang
terdapat hal-hal yang ternyata belum ditetapkan pada masa-masa sebelumnya.
 Istihsan
Yaitu tindakan meninggalkan satu hukum kepada hukum lainnya disebabkan karena
adanya suatu dalil syara’ yang mengharuskan untuk meninggalkannya. Berbeda dengan
Al-Quran, Hadits, Ijma’ dan Qiyas yang kedudukannya sudah disepakati oleh para
jumhur ulama sebagai sumber hukum Islam. Istihsan ini adalah salah satu cara yang
digunakan hanya oleh sebagian ulama saja.
 Maslahah Mursalah
Yakni kemaslahatan yang tidak disyari’atkan oleh syar’i dalam wujud hukum, dalam
rangka menciptakan kemaslahatan, disamping tidak terdapat dalil yang membenarkan
atau menyalahkan.

8
 SududzDzariah
Yakni tindakan dalam memutuskan sesuatu yang mubah menjadi makruh atau haram
demi kepentingan dan kemaslahatan umat.
 Istishab
Yakni menetapkan ssuatu keadaan yang berlaku sebelumnya hingga adanya dalil yang
menunjukkan adanya perubahan keadaan itu. Atau menetapkan berdasarkan hukum
yang ditetapkan pada masa lalu secara abadi berdasarkan keadaan, hingga terdapat dalil
yang menunjukkan adanya perubahan.
 Urf
Yaitu segala sesuatu yang sudah dikenal oleh manusia karena telah menjadi kebiasaan,
adat atau tradisi baik bersifat perkataan, perbuatan atau dalam kaitannya dengan
meninggalkan perbuatan tertentu.

F. METODE MEMAHAMI AJARAN ISLAM

Adapun metode metode dalam memahami ajaran islam secara lebih rinci dapat
dijabarkan sebagai berikut :

1. Metode Diakronis

Adalah metode mempelajari Islam yang menonjolkan aspek sejarah. Metode ini
memberi kemungkinan adanya studi komparasi tentang berbagai penemuan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dalam Islam.

Metode ini juga menghendaki adanya pengetahuan ,pemahaman dan penguraian ajaran-
ajaran Islam dari sumber dasarnya, yakni Al-qur`an dan As-Sunnah serta latar belakang
masyarakat, sejarah, budaya disamping sirah Nabi SAW dengan segala akal dan
pikirannya.

2. Metode Sinkronik-Analitis

Adalah metode mempelajari Islam yang memberikan kemampuan analisis teoritis


yang sangat berguna bagi perkembangan keimanan dan mental intelek umat Islam. Metode
ini lebih mengutamakan segi aplkatif dan praktis, tetapi juga mengutamakan
teoritik.Metode diakronis dan metode sinkronik-analitik menggunakan asumsi dasar
sebagai berikut :

9
a. Islam adalah agama wahyu Ilahi yang berlainan dengan kebudayaan sebagai hasil daya
cipta dan rasa manusia (Q.S. Al-Najm : 3-4).

b. Islam adalah agama yang sempurna dan di atas segala – galanya (Q.S. Al-Maidah :3).
c. Islam merupakan supra sistem yang mempunyai beberapa sistem dan sub sistem serta
komponen dengan bagian – bagiannya dan secara keseluruhan merupakan struktur yang
unik (Q.S. Fushilat :37).
d. Wajib bagi umat Islam untuk mengajak pada yang ma`ruf dan nahi munkar (Q.S. Ali
Imran :104).
e. Wajib bagi umat Islam untuk mengajak orang lain kejalan Allah SWT (Q.S. An- Nahl
: 125)
f. Wajib bagi umat Islam untuk menyampaikan risalah Islam menurut kemampuannya .
g. Wajib bagi sebagian umat Islam untuk memperdalam ajaran agama Islam (Q.S. Al-
Taubah : 122).

3. Metode Problem solving (hallu al-musykilat)


Adalah Suatu Metode yang mempelajari Islam dan mengajak pemeluknya untuk
berlatih menghadapi berbagai masalah dari suatu cabang ilmu pengetahuan dengan
menggunakan solusi atau cara penyelesaian masalah secara bersama sama.

4. Metode Emperis (Tajribiyah)


Suatu metode mempelajari Islam yang memungkinkan Umat Islam mempelajari
ajarannya melalui proses aktualisasi dan internalisasi norma-norma dan kaidah Islam
dengan suatu proses aplikasi yang menimbulkan suatu interaksi sosial, kemudian secara
deskriptif proses interaksi dapat dirumuskan dalam suatu sistem norma baru.
Metode problem solving dan metode empiris menggunakan asumsi dasar sebagai berikut :

a. Norma (ketentuan ) kebajikan dan kemungkaran selalu ada dan diterangkan dalam
Islam (Q.S. Ali Imran : 104)
b. Ajaran Islam merupakan jalan untuk menuju ridla Allah SWT (Q.S. Al-Fath : 29).
c. Ajaran Islam merupakan risalah atau pedoman hidup di dunia dan akhirat (Q.S. Al-
Syura : 13).
d. Ajaran Islam sebagai sumber ilmu pengetahuan (Q.S. Al-Baqarah :120 dan Al-Taubah
:122).

5. Metode Deduktif ( Al-Manhaj Al Istinbathiyah )

10
Suatu metode mamahami Islam dengan cara menyusun kaidah-kaidah secara logis dan
filosofis dan selanjutnya kaidah tersebut diaplikasikan untuk menentukan masalah -
masalah yang dihadapi.Metode ini dipakai untuk sarana meng-istimbatkan hukum syara`
dan kaidah itu bener-bener bersifat penentu dalam masalah furu’ tanpa menghiraukan
sesuai tidaknya dengan madzhabnya. Metode ini dikenal dengan metode mutakallimin atau
metode syafi`iyah.

6. Metode Induktif (al - Manhaj al-Istiqraiyah)

Suatu metode memahami Islam dengan cara menyusun kaidah-kaidah hukum untuk
diterapkan kepada masalah-masalah furu` yang disesuaikan dengan madzhabnya terlebih
dahulu.
Metode pengkajiannya dimulai dari masalah-masalah khusus , lalu dianalisis, kemudian
disusun kaidah hukum dengan catatan setelah terlebih dahulu disesuaikan dengan
madzhabny.
Selanjutnya, terdapat pula metode memahami Islam yang dikemukakan oleh Nasruddin
Razzak. Ia mengajarkan metode pemahaman Islam secara menyeluruh. Cara tersebut
digunakan untuk memahami Islam paling besar agar menjadi pemeluk agama yang mantap
dan untuk menumbuhkan sikap toleransi terhadap pemeluk agama lain. Metode tersebut
juga di tempuh dalam rangka menghindari kesalahfahaman yang menimbulkan sikap serta
pola hidup beragama yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku.
Untuk memahami Islam secara benar, terdapat empat cara yang tepat menurut
Nasruddin Razzak, yaitu sebagai berikut:
1. Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli, yaitu Alqur’an dan sunnah Rasul.
2. Islam harus dipelajari secara integral atau secara keseluruhan.
3. Islam perlu dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh para ulama besar, kaum
zu’ama, dan sarjana Islam.
4. Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif teologis dalam Alqur’an
kemudian dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris dan sosologis.

Secara garis besar dalam mempelajari islam ada 2 yaitu :

1. Metode komparasi, yaitu Suatu metode untuk memahami ajaran Islam dengan
membandingkan seluruh aspek Islam dengan agama lainnya agar tercapai
pemahaman Islam yang objektif dan utuh. Dalam komparasi tersebut terlihat jelas

11
bahwa islam sangat berbeda dengan agama-agama lain. Intinya Islam mengajarkan
kesederhanaan dalam kehidupan dan dalam berbagai bidang.

2. Metode sintesis, yaitu metode memahami Islam dengan memadukan metode ilmiah
dengan metode logis normatif.

G. TUJUAN AGAMA ISLAM

Adapun tujuan dari Agama itu sendiri adalah sebagai tatanan Tuhan yang dapat
membimbing Manusia yang berakal untuk berusaha mencari kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat “kehidupan selanjutnya”.

Selain itu Agama juga mengajarkan para penganutnya untuk mengatur hidupnya agar
mendapatkan kebahagiaan untuk dirinya maupun masyarakan sekitarnya, selain itu sebagai
pembuka jalan kepada Sang Pencipta manusia. Tuhan yang Maha Esa ketika telah mati.

Ajaran agama yang universal mengandung kebenaran yang tidak dapat diubah meskipun
masyarakat telah menerima itu berubah dalam struktur dan cara berfikirnya.

Salah satu syarat kehidupan manusia yang teramat penting adalah keyakinan, yang oleh
sebagaian orang dianggap menjelma sebagai agama. Agama ini bertujuan untuk mencapai
kedamaian rohani dan kesejahteraan jasmani. Dan untuk mencapai kedua ini harus diikuti
dengan syarat yaitu percaya dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa.

Karena tanpa adanya Tuhan, kehidupan ini, beserta segala isi dunia ini tidak akan ada. Dengan
percaya kepada-Nya, dan selalu mengingat_Nya, maka kita akan bias tenang dan tenteram
dalam menghadapi segala hal.

Adapun tujuan agama Islam terhadap kehidupan manusia adalah :

1. Penyelamat manusia baik di dunia maupun di akhirat Firman Allah dalam al-
Qur’an surat Ibrahim: 1

12
Artinya: Alif, laam raa. (ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya
kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang
dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi
Maha Terpuji.

2. Pengendalian diri
Firman Allah dalam surat ar-Rum: 33

Artinya: “Dan apabila manusia disentuh oleh suatu bahaya, mereka menyeru
Tuhannya dengan kembali bertaubat kepada-Nya, kemudian apabila Tuhan
merasakan kepada mereka barang sedikit rahmat daripada-Nya, tiba-tiba
sebagian dari mereka mempersekutukan Tuhannya,”

3. Menjamin kebahagiaan manusia dunia dan akhirat


Firman Allah SWT dalam surat al-Isra’: 9

Artinya: “Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan)


yang lebih Lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin
yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”

H. ISLAM DAN PLURALISME MASYARAKAT DI INDONESIA

Secara sederhana pluralisme dapat diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya
keragaman pemikiran, peradaban, agama, dan budaya. Bukan hanya menoleransi adanya

13
keragaman pemahaman tersebut, tetapi bahkan mengakui kebenaran masing-masing
pemahaman, setidaknya menurut logika para pengikutnya.

Allah swt melalui wahyunya telah memberikan petunjuk yang jelas tentang bagaimana
seharusnya seorang hamba berinteraksi dengan sesamanya. Begitu juga hal ini telah di
contohkan oleh utusan-Nya Muhamad saw. Dan fatwa MUI di atas dirasa telah cukup untuk
mewakili bagaimana sebenarnya Islam mengajarkan umatnya menyikapi masalah pluralitas.

Dalam hal Aqidah dan Ibadah, umat Islam diperintahkan untuk tidak berkompromi dengan
orang kafir. Umat Islam dilarang meyakini kebenaran agama lain selain Islam. Umat Islam
dilarang juga mencampuradukan konsep peribadahan dengan agama lain diluar Islam
(sinkretisme). Diantara ayat al Qur’an yang membahas masalah ini adalah QS al kaaFirun [109]
: 1-6;

“Katakanlah: Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan
yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”

Dari awal sampai akhir ayat diatas dengan sangat jelas melarang umat Islam melakukan
kompromi Aqidah dan ibadah dengan orang-orang kafir. Umat Islam diperintahkan untuk
mengatakan kepada orang kafir bahwa kita bukanlah penyembah dan tidak akan pernah
menjadi penyembah apa yang mereka sembah. Sebaliknya, orang kafir bukanlah penyembah
dan tidak akan pernah menjadi penyembah apa yang orang Islam sembah.

Dengan demikian, hubungan antara umat Islam dan umat non-muslim lainnya adalah dengan
prinsip-prinsip sebagai berikut:

14
1) Setiap muslim harus tetap berkeyakinan bahwa hanya Islamlah satu-satunya agama yang
benar dan diakui di sisi Allah SWT (Q.S. Ali `Imran/3:19,85). Jadi tidak benar jika ada yang
mengatakan bahwa semua agama itu baik dan benar.

2) Setiap muslim harus dapat mewujudkan kasih sayang kepada seluruh isi alam ini. Berarti
pula bahwa Islam menghendaki adanya pengembangan prinsip “berprikemakhlukan”,
termasuk berbuat baik kepada orang-orang non-Islam (Q.S. al-Anbiya/21: 107).

3) Setiap muslim diwajibkan untuk berbuat baik dan menyerukan kepada orang lain untuk ber-
buat kebaikan melalui pendekatan tukar pikiran yang argumentatif (Q.S. al-Nahl/16: 125; al-
Ankabut/29: 468).

4) Setiap muslim dilarang menghina orang lain (Q.S. al-An’am/6:108).

5) Setiap muslim harus bersikap sabar terhadap perbedaan yang dinilainya jelek. Bahkan se-
orang muslim hendaknya berhijrah dengan cara yang baik (Q.S. al-Muzzammil/73: 10).

6) Setiap muslim dituntut untuk teguh mempertahankan pendiriannya (Q.S. al-An’am/6:104;


al-Kafirun/109:6).

7) Dalam setiap menghadapi masalah kehidupan di masyarakat, maka seorang Muslim


hendaknya senantiasa mencari kata sepakat melalui cara musyawarah untuk memenuhi ke-
pentingan bersama (Q.S. Ali `Imran/3: 65).

8) Setiap Muslim dituntut untuk gemar memaafkan kesalahan orang lain serta mengutamakan
kedamaian (Q.S. Al-Anfal/8:61-62).

9) Dalam keadaan perang, orang muslim adalah menganut prinsip defensive (bertahan), kecuali
jika diserang oleh musuh, maka barulah mereka melakukan perlawanan (Q.S. Al-Anfal/8:56-
58).

10) Ber-mubahalah. Artinya. masing-masing pihak antar orang-orang yang berbeda pendapat
berdo’a kepada Allah SWT dengan sesungguh hati, kiranya Dia menjatuhkan laknat kepada
yang berdusta (Q.S. Ali `Imran/3:61).

15
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah kita menjabarkan mulai dari pengertian dari agama sampai dengan sumber-
sumber hukum agama islam maka dapatlah kita simpulkan bahwa agama islam yang
merupakan nama “islam” itu sendiri ialah Allah lah yang membuat nama agama tersebut sesuai
dengan firmannya yang terdapat dalam Surah Ali Imron : 19 dan Allah hanya meridhoi agama
islam.
Kemudian, mengenai sumber-sumber hukum islam dapat kita simpulkan bahwa segala
sesuatu yang berkenaan dengan ibadah, muamalah, dan lain sebagainya itu berlandaskan Al-
qur’an yang merupakan Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secara
mutawatir dan diturunkan melalui malaikat Jibril dan membacanya dinilai Ibadah, dan Al-
Sunnah sebagai sumber hukum yang kedua yang mempunyai fungsi untuk memperjelas isi
kandungan Al-qur’an dan lain sebagainya.

B. SARAN
Saran dari penulis adalah marilah kita menjadikan Al-qur’an dan Al-hadist sebagai
pedoman dalam kehidupan sehari-hari kita yang merupakan sumber hukum agama islam dan
sekaligus pembawa kita kedalam kehidupan yang bahagia baik itu di dunia dan akhirat kelak
nanti.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bintang ilmu, http://pellmati.blogspot.com/2011/12/konsep-agama.html


Poltek jogja, http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/354/1/KONSEP%20AGAMA.pdf
Al-maarif Syamsul, http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/354/1/KONSEP%20AGAMA.pdf
Susanto Bob, http://www.sepengetahuan.com/2016/10/3-sumber-ajaran-islam-dan-
penjelasannya-lengkap.html
Afifah Nurul, http://nurulafifahwiwi.blogspot.com/2016/11/tujuan-agama-islam-dalam-
kehidupan.html
Luqi, http://labibfaruqi.blogspot.com/2013/02/pluralisme-dalam-pandangan-islam.html

17

Anda mungkin juga menyukai