Anda di halaman 1dari 12

UNTUK 18 PEMAIN

Drama :

Penulis Naskah :

 Sitti Suhartina T. Abdullah

Prolog :

Sitti Suhartina T. Abdullah

Pemain :

Malin Kundang : Ilyas Antu


Mande Rubayah : Siti Rahmatia Kasim
Diana : Siti Mardiana Antuli
Sri Rahayu (Ayu) : Sri Rahayu Molangga
Ayah Ayu : Moh. Taufik Umar
Pak Iqbal : Iqbal Hilala
Pak Hasan : Hasan Adama Mo’ohulalo
Bu Nur : Nurhayati Noiyo
Tian : Sitti Suhartina T.A
Vina : Selvina H. Kudi
Bu Ida : Rasyida Patamani
Ina : Pratiwi Lamato
Bu Fatma : Ririn Ibrahim
Bu Olin : Polin Lateka
Bu Ola : Olvina
Yuli : Yultrinawati Dalita
Atni : Suratni Pakili
Ana : Sri Rahayu Buane
Di sebuah desa di pesisir pantai tinggallah seorang janda bersama anaknya yang bernama Malin
Kundang. Mereka hidup dalam keadaan yang sangat memprihatinkan.

MR : “Nak, maafkan ibu… Hari ini ibu tidak mendapatkan hasil yang cukup untuk makan”

MK : “Maafkan aku juga, bu. Karena aku tak mendapatkan hasil melaut hari ini sebab keadaan
tidak memungkinkan”

MR : “Tak apalah nak…”

Dari balik pintu terdengar suara seorang wanita.

Diana : “Assalamu alaikum…”

MK : “Waalaikum salam…” (*berjalan kearah pintu dan membukanya

Diana : “Eh… Kang Malin…”

MK : “Ada keperluan apa kamu kemari, Diana?”

Diana : “Ini Kang, saya mau mengantarkan makanan untuk Kang Malin dan Ibu. Kebetulan bapak
tadi dapat rezeki lebih”

MK : “Wah… terimakasih ya Diana” (*menerima makanan

Diana : “Sama-sama Kang. Kalau begitu saya pergi dulu yaa… “

MK : “Iya…”

(*Diana pergi

MR : “Siapa itu, Lin?”

MK : “Itu Diana, Bu. Dia mengantarkan makanan untuk kita”

MR : “Wah baik sekali anak itu…”

MK : “Iya”

MR : “Ibu lihat dia nampaknya menyimpan hati padamu, nak”

MK : “Ah… Ibu bisa saja”

Hari terus berjalan. Namun, kehidupan Malin dan ibunya tetap saja seperti itu. Beberapa ibu yang
mulutnya iseng pun selalu saja membicarakan kehidupan melarat keluarga Malin dan ibunya.

Bu Ola : “Aku semakin hari semakin bosan saja melihat kehidupan keluarga Mande Rubayah”

BF : “Ia..!! Aku juga. Cihh~~ Kasihan.. Punya anak lelaki tapi sama sekali tak berguna”

Bu Olin: “Iya! Untung saja kita memiliki suami yang lumayan kaya”

BF : “Iya… Di tambah lagi kita memiliki anak yang rajin-rajin”

Bu Ola : “Betul itu! Tidak seperti anak Mande Rubayah itu!”

(*tanpa mereka sadari Malin Kundang mendengar percakapan mereka. Malin Kundang sangat geram
dengan apa yang dia dengar

MK : “Maksud ibu-ibu apa? Ibu-ibu mengatai saya anak yang hanya bisa merepotkan orang tua?”

BF : “Kalau kamu merasa seperti itu, yah terserah kamu”


Bu Olin: “Lagian yang kita bicarakan sesuai faktakan?”

Bu Ola : “Iya! Betul itu Malin!”

MK : “Terserah kalian! Aku akan buktikan pada kalian bahkan kepada seluruh isi kampong
bahwa aku! MALIN KUNDANG bisa hidup sejahtera bahkan lebih sejahtera daripada
kalian”

BF : “Buktikan Malin! Kami tidak butuh kata-katamu!”

Malin pun beranjak pergi meninggalkan mereka dan mulai saat itu Malin berniat untuk merantau.

MK : “Ibu… Aku ingin mengatakan sesuatu”

MR : “Ada apa, nak? Apa yang ingin kau katakana?”

MK : “Ibu…… Jujur aku capek hidup melarat seperti ini!”

MR : “Terimalah nasib wahai anakku. Kelak kalai tuhan berkehendak hidup kita akan berubah”

MK : “Tapi kapan, Bu? Kapan? Apa kita harus menunggu lebih lama lagi?”

MR : “Sabarlah, nak”

MK : “Ibu… Bagaimana kalau aku pergi merantau saja ke kota. Siapa tau disana aku bisa sukses”

MR : “Merantau?” (*terdiam

MK : “Iya. Ada apa Bu? Apa ibu tak mengizinkanku? Tapi ini demi kehidupan kita. Kalau akau
sudah sukses, aku janji aku akan kembali ke kampong ini dan membahagiakan ibu”

MR : “Bukan ibu tak mengizinkanmu, nak. Tapi…”

MK : “Tapi apa, Bu?”

MR : “Dulu, waktu ayahmu meminta izin kepada ibu untuk merantau, ibu mengizinkannya.
Namun apa yang terjadi? Kapal yang ia tumpangi karam”

MK : “Jadi ibu tak mengizinkanku?”

MR : “Ibu hanya takut, nak. Takut kehilangan kamu”

MK : “Tidak Bu. Ibu tidak akan kehilangan aku. Cukup dengan restu dan doa ibu aku yakin akan
selamat ke tempat tujuan dan sukses mencari kerja”

MR : “Apakah tekatmu sudah bulat, nak?”

MK : “Sudah, Bu”

MR : “Baiklah. Ibu merestuimu selagi kau sungguh-sungguh dengan niatmu itu”

Setelah mendapatkan restu dari sang ibu, Malin pun pergi ke rumah pamannya.

MK : (*mengetuk pintu) “Assalamu alaikum….”

Bu Nur : “Waalaikum salam… (*membuka pintu) ehh Malin…”

MK : “Bibi, paman ada?”

Bu Nur : “Ada… Silahkan masuk dulu Malin”

(*MK masuk
PH : “Ada apa malin?”

MK : “Begini paman, Malin ingin ikut paman ke kota”

PH : “Kau ingin merantau Malin?”

MK : “Iya paman”

BN : “ Apa ibumu menyetujuinya? Dan Apakah kau tega meninggalkan ibumu sendiri? ”

MK : “Dia telah setuju. Dan sebenarnya aku tak tega meninggalakn Ibu sendiri namun aku sudah
tak kuat mendengarkan cerita orang tentangku.”

PH : “Baiklah. Minggu depan paman akan ke kota. Kau harus bersiap-siap dari sekarang.”

BN : “Ingat Malin, kehidupan di kota amatlah berat. Kau harus bisa menahan godaan.”

MK : “Iya.”

Hari keberangkatan Malin merantaupun tinggal 3 hari lagi. Kabar tentang Malin yang ingin merantau
pun sampai ke telinga Diana. Diana teramat sedih mendengar hal itu.

Diana : “ Apa betul kang Malin mau merantau? Sejujurnya aku BFlum siap BFrpisah dengannya.
Terlebih lagi dia BFlum tahu tentang perasaanku yang menyukai dirinya.”

Dari arah belakang Malin mendengar perkataan Diana.

MK : “Apa yang barusan kau katakana? Kau menyukaiku?”

Diana : “A…a…a..anu…aku…”

MK : (*duduk di sebelah Diana dan memegang tangannya ) “ Aku juga menyukaimu Diana ”

Diana : “Benarkah?”

MK : “Benar..”

Diana : “Kalau benar begitu, jangan tinggalkan aku. Hiduplah disini. Tak usah kau pergi merantau”

MK : “Tapi Diana, ini sudah menjadi keputusanku. Ini demi hidup ku dan hidup Ibuku. Dan juga
ini akan menjadi hidupmu. Kelak jika aku sukses di perantauan, aku akan kembali
melamarmu.”

Diana : “Benarkah?”

MK : “Iya sayang ”

Dan akhirnya hari keberangkatan Malin pun tiba. (*Pemain MK, PH, BN, Diana, Ina BFrkumpul ).

MR : “Nak….Berhati-hatilah”

MK : “Ia Bu… aku mohon doa restu “

MR : “Restu Ibu selalu Bersamamu..”

Diana : “Hati-hati kang. Aku di sini akan selalu menunggumu”

MK : “Ia Diana…”

PH : “Malin ayo cepat ! Kapal akan segera BFrangkat !”

MK : “Ia Paman (*pergi )


Akhirnya kapal yang membawa MK pun pergi dan setelah melalui lautan yang panjang sampai juga
ke tempat tujuan. Kehidupan baru Malin pun bermula.

PH : “ Inilah kota Malin. Kau harus gigih hidup disini. Jangan lupakan orang-orang kampong
yang mendukungmu”

MK : “Ia Paman.”

Paman MK pun pergi meninggalkan Malin dan kini Malin hanya seorang diri di tengah hiruk piruk
Kota. Ditengah kesendiriannya, tanpa sengaja Malin menabrak seorang gadis.

SR : “Aw…”

MK : “Maaf-maaf saya tidak sengaja !” (*membantu SR BFrdiri )

SR : “Ia…”

MK : “Mmm..Kamu tidak apa-apa kan?”

SR : “Em…tidak”

MK : “Syukurlah..Ah.. Perkenalkan, nama saya Malin Kundang”

SR : “Saya Sri Rahayu. Panggil saja saya Ayu”

Pertemanan yang singkat antara Malin Kundang dengan Ayu membuahkan rasa cinta di hati Ayu dan
setelah itu mereka sering janjian dan berkat Ayu, Malin mendapatkan pekerjaan disalah satu cabang
perusahaan Ayah Ayu.

MK : “Terima Kasih Ayu. berkat kau kini aku mendapatkan apa yang aku inginkan.”

SR : “Sana-sana. Emm… sebenarnya ada yang ingin aku sampaikan padamu.”

MK : “Apa? Katakanlah.!!”

SR : “SeBFnarnya..mmm…sebenarnya sejak aku pertama kali BFrtemu denganmu, aku sudah


menyimpan hati untukmu Malin, Aku mencintaimu..”

MK : “Benarkah?”

SR : “Ia…tapi tak apa kalau kau taku suka padaku”

MK : “Tidak-tidak. Ku sebenarnya juga suka padamu tapi aku takut untuk mengutaranknya, Aku
takut jika kau tak menyukaiku” (*memegang tangan SR).

Setelah masing-masing memutuskan untuk saling mengetahui perasaan masing-masing, Malin pun
memutuskan untuk melamar Ayu. Mereka pergi menemui Ayah Ayu.

SR : “Ayah…Aku ingin memperkenalkan seseorang”

PR : “Siapa Ayu?”

SR : “Ini Malin Ayah. Dia Pacar Ayu..”

PR : “Pacar?”

MK : “Perkenalkan Pak, Saya Malin.”

PR : “Malin? Kamu Malin yang diangkat anak saya kan?

MK : “Ia pak! Itu saya.”


PR : “Wah..saya sangat-sangat berterima kasih padamu. Berkat kau perusahaan saya itu
sekarang maju.”

MK : “Sama-sama Pak. Saya kesini juga ingin mengutarakan niat untuk melamar anak bapak.”

PR : “Melamar? Saya akan merestui kalian tapi sebelumnya saya ingin mengetahui latar
belakang keluargamu. Saya tidak ingin anak semata wayang saya menikah dengan orang
yang idak jelas latar belakang keluarganya apalagi harus menikah dengan orang miskin !”

SR : “Ayah..!!!

MK : “Saya di dunia ini hanyalah sebatang kara. Orang tua dan keluarga saya telah meninggal
karena bencana.”

PR : “Benarkah demikian?”

MK : “Benar. Mana mungkin saya BFrbohong kepada orang yang akan menjadi Ayah menantu
saya sendiri.

PR : “Baiklah kalau BFgitu aku restui kau menikah dengan anak saya”

Setelah itu beberapa hari kemudian terselenggaralah pesta pernikahan Malin Kundang. Lalu
bagaimana nasib Diana yang pernah di janjikan Malin akan ia lamar.

Kembali ke kampung asal Malin, tampak seorang wanita duduk di sebuah bangku.

Ina : “Diana..ternyata kau ada di sisni. Aku sudah mencarimu kemana-mana.”

Diana : “Ada apa Ina?”

Ina : (*duduk disebelah Diana) “Kau tahu pemuda kampong sebelah BFrnama Iqbal yang
minggu lalu dating kemari?”

Diana : “Ia…ada apa?”

Ina : “Tadi aku bertemu dengannya dan kau tahu apa yang ia katakana ? Dia menyukaimu Diana.
Bagaimana tanggapanmu?”

Diana : “Aku tidak bisa. Aku…”

Ina : “Kau masih menunggu Malin? Ini sudah 5 tahun sejak kepergian Malin. Dia lihat ! Tak ada
satu kabarpun tentang dia. Apa kau masih ingin terus menunggunya?

Diana : “Entahlah…”

Ina : “Bukalah hatimu untuk pria lain Diana”

(*Iqbal masuk pentas membawa bunga)

Iqbal : “Diana (*berlutut dihadapannya) maukah kau menerima cintaku dan sekaligus aku ingin
melamarmu.”

Diana : “Tapi…Bisakah kau memberi aku waktu untuk berpikir?

Ina : “Apa yang kau pikirkan. Sudah lah Diana terimalah cinta iqbal.Dia BFnar-BFnar tulus
mencintaimu”

Diana : “Baiklah....aku mencintaimu” (*mengambil bunga

Akhirnya Diana menerima cinta iqbal dan beberapa bulan kemudian mereka menikah.Dua tahun
setelah pernikahan malin dan Ayu akhirnya mereka dikaruniai seorang anak perempuanyang diberi
nama Tian.Tian tumbuh sebagai gadis yang baik berkat didikan mereka berdua, dan kini usia Tian telah
memasuki remaja.

Tian : “Mama, papa Tian berangkat kesekolah dulu ya...”

SR : “Iya nak. Hati-hati di jalan”

MK : “Dan belajarlah dengan baik!”

Tian : “Ok ma...pa!”(*pergi

SR : “Tak disangka Tian sudah sebesar itu.”

MK : “Iya, padahal dulu dia adalah putri kecil kita.”

SR : “Dia akan tetap menjadi putri kecil kita sayang.oh ya...hari ini aku ada arisan dengan
temanku dirumah bu Nasti.”

MK : “Iya aku akan mengantarkanmu”

SR : “Iya...tunggu sebentar”

MK : “Aku tunggu diluar ya sayang” (*berlalu

SR : “Baiklah.Ana,Atni!!!”

A+A : (*Berlari menghampiri SR) “Ya bu ada apa?”

SR : “Saya mau keluar sebentar,ah tidak!mungkin agak lama.Tolong jaga rumah dan kalau Tian
pulang sekolah penuhi nsemua keinginannya.”

Atni : “Baik nyonya”

SR : “Dan satu lagi!saya tidak mau rumah dalam keadaan kotor.mengerti?”

Ana : “Mengerti nyonya”

(*SR pergi

Ana : “Huh!enak yah jadi orang kaya biasanya hanya tinggal suruh!”

Atni : “Iya”

Ana : “Dan lagi nyonya galak amat.tuan juga.ah tapi tuan itu ganteng!ah...andai tuan adalah
suamiku”

Atni : “Hus!Ngaur aja kamu.jangan berhayal yang tidak-tidakah! Ayo kerja”

Di sisi lain keadaan ibu Malin di kampung makin memprihatinkan.

MR : “Huh...huh...Anakku.Lekaslah kau kembali,ibu sudah sangat kangen padamu”

Dari arah luar terdengar suara ketukan pintu.MR punpergi membukanya.

MR : “Eh Vina,ada apa nak?”

Vina : “Ini Vina mau mengantarkan makanan untuk nenek dari ibu”

MR : “Wah...Diana dari dulu selalu baik pada nenek,silahkan masuk dulu.”

(*Vina dan MR masuk dan duduk

MR : “Ucapkan rasa terima kasih nenek untuk ibumu ya...?”


Vina : “Baik nek”

MR : (*Berdiri

Vina : “Nenek mau kemana?mau membuatkan minum untukku?Tak usah repot-repotlah nek.”

MR : “Wah...kau sangat baik sekali,sama seperti ibumu.Kau juga cantik seperti dia”

Vina : “Ah nenek ada-ada saja!Kalau begitu Vina pulang dulu ya?Ibu sudah menunggu”

MR : “Hati-hati di jalan ya nak.Sampaikan salam nenek untuk kedua orang tuamu”

(*Vina pergi.Bu Ida masuk)

Ida : “Itu anak Diana?”

MR : “Iya”

Ida : “Wah sudah besar rupanya.Andai dengan malin mungkin dia adalah cucumu Rubayah”

MR : “Tapi sayangnya bukan kan?”

Ida : “Iya...lalu bagaimana sekarang?Apa ada kabar dari Malin?”

MR : “Belum.sama sekali belum!”

Ida : “Ini sudah sangat lama.Apa mungkin?”

MR : “Mungkin apa?”

Ida : “Apa mungkin Malin sudah meninggal diperantauan?”

MR : “Meninggal? Tidak mungkin.Aku yakin Malin belum meninggal Ida”

Ida : “Kalau begitu keyakinanmu semoga saja dalam waktu dekat Malin akan memberimu
kabar”

MR : “Semoga saja”

Hari terus berganti namun Mande Rubayah masih belum mendapatkan kabar dari anak tercintanya.

MR : “Oh anakku..Bagaimana keadaanmu sekarang?Apa kau sehat-sehat saja?”

(*3 Sekawan memasuki pentas)

BF : “Malangnya nasibmu Mande Rubayah”

Bu Ola : “Iya.Anak satu-satunya pergi merantau dan tak ada kabar sampai sekarang”

MR : “Mungkin Malin sekarang lagi sibuk”

Bu Olin: “Sibuk? Kesibukan apa yang telah memakan waktu yang begitu lama?”

BF : “Haha...atau mungkin anak kesayanganmu itu sudah mati Mande Rubayah”

MR : “Tidak Malin belum meninggal”

Bu Olin: “Lantas kenapa dia sudah tak memberimu kabar? Ah...atau mungkin ia sudah tak ingat
padamu?”

Bu Ola : “Mungkin saja”


BF : “Iya!atau dia sekarang usdah jadi kriminal yang banyak di buron polisi sehingga enggan
memberimu kabar? haha.. Si malin itu hanya mulutnya saja yang BFsar dan tak ada
buktinya”

Bu Ola : “Betul itu!”

MR : “Terserah apa saja yang kalian ingin katakan tentang anakku.namun apa yang kalian
katakan tidak semuanya benar!”(*pergi

Bu Olin: “Dasar nene pewot! Anak seperti Malin saja dibanggakan!”

Sementara itu dirumah Malin Kundang dia tengah berkumpul dengan keluarga kecilnya.

MK : “Ayu,minggu depan aku ingin bertemu mitra kerjaku diluar kota”

SR : “Lalu kau akan meninggalkanku?’’

MK : “Rencananya aku akan mengajakmu .Tian juga boleh ikut”

Tian : “Benarkah pa? Tian mau.Kebetulan minggu depan sekolah Tian libur’’

MK : “Wah bagus kalau begitu.Kita akan naik kapal laut dan bebas menikmati pemandangan
laut”

SR : “Pasti sangat seru ya... Apalagi pergi bersama suami dan anakku tercinta”

Tian : “Iya! ini pasti akan jadi perjalanan yang mengesankan”

Hari keberangkatanpun tiba,Malin Kundang bersama keluarganya sangat menikmati perjalanan itu
sampai akhirnya sesuatu terjadi.kapal yang mereka tumpangi diserang ombak BFsar dan akhirnya
terdampar disebuah pesisir pantai yang ternyata adalah kampung halaman Malin Kundang.

Tian : “Mama dimana ini?”

SR : “Mama juga tak tau sayang”

MK : “Sepertinya...”

SR : “Sepertinya apa? kau tau tempat ini dimana?”

MK : “Tidak-tidak!akau tak tau”

Dari kejauhan Bu Ida melihat Malin Kundang dan menghampirinya.

Bu Ida : “Malin? Kau benar Malin? Wah...Akhirnya kau kembali juga!Tunggu biar aku kabarkan
pada ibumu” (*pergi

SR : “Ibu? Apa kau mengenal orang itu?”

MK : “Orang tadi? Aku tidak mengenalnya!dan aku juga tidak paham dengan yang ia bicarakan!”

Tak beberapa lama kemudian MR sampai ketempat malin ditemani oleh Bu Ida, Diana & Vina.

MR : “Malin.. malin kundang Anakku”

MK : (*berjalan mundur) “Anak? Siapa kau? Aku tak mengenalmu”

MR : “Malin ini ibu nak!!! “

SR : “Ibu? Betul dia Ibumu malin? Wanita kumuh ini ibumu?”

MK : “Tidak ! Dia bukan ibuku! Ibuku.. ibuku tela meninggal !”


Diana : “Malin! Apa yang kau katakana! Dia ibumu !”

MK : “Wanita kampung! Siapa dirimu yang berani-berani menghardikku?”

Diana : “Tak ku sangka kau telah berubah. Kau bukan Malin yang dulu. bersyukur aku
mendengarkan kata-kata Ina kalau tidak aku hanya menunggu orang keji sepertimu !

SR : “Apa yang kau katakana? Malin aku butuh penjelasan !”

Tian : “Apa Betul dia nenekku?” (*berjalan menuju MR lalu dihentikan MK)

MK : “Dia bukan nenekmu! Dia bukan nenekmu Tian !!”

Tian : “Tapi pa…”

MK : “Tidak ada tapi-tapian. Lihat! Disana ada kapalnya. Kita pulang !!”

SR : “Aku butuh penjelasan !”

MK : “Ak akan menjelaskannya padamu !”

MK pun pergi meninggalkan ibunya dalam keadaan sangat sedih dan terpukul.

Bu Ida : “Sudahlah Rubayah.. jangan sedih terus!”

Vina : “Iya Nek !”

Diana : “Malin sekarang sudah berubah. Bahkan ibu kandugnya sendiri dia tak akui “

MR : “Mungkin dia khilaf. Aku bisa memahaminya. “

Setelah menempuh perjalanan panjang akhirnya MK & keluarganya sampai dirumah.

MK : “Jangan percaya dengan apa yang dikatakan mereka.. Mereka hanyalah orang-orang yang
ingin hidupnya kaya raya sehingga seenaknya saja mengakiku sebagai Anak “

SK : “Kau tidak bohong?”

MK : “Tentu tidak istriku. Kau tau aku ini adalah pengusaha mudayang sukses dan namaku telah
terkenal seantara Negeri. Banyak orang yang ingin memperalatku saying “

SR : “Penjelasanmu ku terima… “

MK : “Terima kasih saying kau memang istri pengertian.” (*memeluk SR

Walaupun telah mendapatkan penjelasan dari Malin, namun dalam hati SR masih menyimpan tanda
tanya Besar. Dari balik pintu rumah terdengar suara ketukan..

SR : “Ana !buka pintunya !”

Ana : “Iya nyonya” (*sambil membuka pintu)

Yuli : “Ibu ayunya ada?”

Ana : “Ada silahkan masuk.”

(*Yuli menghapiri Ayu

Yuli : “Ada apa kau menelponku?(duduk)

SR : “Aku bingung “

Yuli : “Bingung apa? Dengan masalah waktu kau & keluargam liburan itu? “
SR : “Iya. Aku takut nantinya benar Malin adalah anak nenek itu “

Yuli : “Kenapa harus takut? Bukankah kalian telah memberikan penjelasannya. Seharusnya kau
tidak boleh ragu dengan apa yang Malin katakana Ayu “

SR : “Betul itu ! Huh,, baiklah. Aku akan menyingkirkan pikiran-pikiran kotor anehku “

Disisi lain Mande Rubaya ingin sekali pergi ke kota untuk memastikan bahwa anak yang ia lihat
sewaktu itu adalah betul-betul anaknya Malin Kundang. (MR,Diana,Iqbal,Vina)

Diana : “Apakah betul ibu akan ikut bersama kita ke kota? “

MR : “Iya nak, Ib harus bertemu Malin. Ibu sudah terlanjur rindu padanya “

Diana : “Baiklah kalu begitu Bu”

Iqbal : “Ayo kita pergi” (menggenggam tangan Vina)”

Sesampainya di Kota. Diana membantu MR mecari alamat MK & BFBFrapa hari kemudian
akhirnya mereka menemukannya. (*Diana mengetuk pintu rumah Malin, & Atni membuka pintu.

Diana : “Betul disini Rumah Malin Kundang?”

Atni : “Iya tapi MK-nya tidak dirumah

(*SR datang menghampiri

Sr : (*terkejut melihat mereka) “Kalian? Mau apa kalian dating ketempat ini?”

Diana : “Kami ingin mencari Malin!”

SR : “Malin? Suamiku “

MR : “Iya,, Anakku.. !!”

SR : “Apa yang kau katakan nenek tua? Dia bkan anakmu !”

Diana : “ Tapi benar yang ia katakan. Malin adalah anaknya yang dulu merantau dikota.”

(*Malin masuk)

MK : “Ada apa ini? Dan kalian mau apa kemari? Pergi! Dasar nenek tua tak tau diuntung. Ku
bukan anakmu !”

MR : “Tapi nak ini Ibu !”

Diana : “Malin apa kau mau jadi anak durhaka karena tidak mau mengakui ibumu?”

MK : “Diam kau! Kau sama saja dengan wanita tua ini. Kalau kalian butuh uang katakanlah.
Jangan akui aku ini adala anakmu. Pergi!”

Akhirnya Diana & MR pun pergi, namun keesokan harinya mereka kembali lagi bersama Iqbal &
Vina.

(*Iqbal mengetuk pintu & Malin membukanya)

MK : “Kalian lagi, kalian lagi. Tidak bosan apa mengganggu hidupku ?”

Diana : “Malin akilah bahwa dia ini ibumu, ibu yang melahirkanmu !”

(*SR masuk pentas)

SR : “Malin mau apa lagi mereka kemari?”


MK : “Entahlah! Nenek tua ini tetap saja mengakui dirinya ibuku. Mana mungkin aku punya ibu
seprti dia. Ibuku telah lama meninggal & kalaupun masih hidup tidak akan setua & sekotor
dirim nenek pewot !”

MR : “Kau telah berubah. Kau sudah bukan seperti anakku.”

MK : “Memang aku bukan anakmu. Sudah! Kalian pergi saja ! (mendorong MR sampai terjatuh)
jangan pernah kembali kesini lagi! Jika kalian tetap kembali, kalian akan kulaporkan pada
polisi !”

MR : “Baiklah. (Mengadahkan tangan keatas ) Ya Tuhan mungkin Malin Kundang anakku telah
mati! Ampunilah dosa-dosanya. Tuhan.. Lapangkanlah kuburnya kalau ia benar-benar elah
meninggal. Namun kalau memang BFtul yang dihadapanku ini adalah MK anakku, maka
tunjkanlah kekuasaanmu. “

Setelah MR berkata seperti itu, tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari langit, seketika kilat
menyambar-menyambar & sebuah kejadian tak terduga terjadi. Malin Kundang tiba-tiba berubah
menjadi batu. Tuhan telah menunjukan kebenarannya pada Mande Rubaya bahwa lelaki itu adalah benar
anak kandungnya.

Dari kisah ini kita dapat mengambil hikmah tetang perjalanan anak manusia yang telah dibutakan
oleh harta sehingga tak mengakui Ibu kandungnya lagi. Kita sebagai Anak, haruslah haruslah selalu
berbakti kepada Orang Tua kita bagaimanapun keadaan mereka. Dan ntuk anak yang Orang Tuanya
telah tiada, Doakanlah mereka karena sesungguhnya doa, anak Soleh akan terus mengalir pahalanya.

Anda mungkin juga menyukai