Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSIAS JEMBER
2018
i
TABLE OF CONTENTS
CONTENT ............................................................................................................... I
REFERENCES........................................................................................................ II
i
REFERENCES
ii
1. Peran pemerintah dalam UU 25/1992
Pasal 60
(1) Pemerintah menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang mendorong
pertumbuhan serta pemasyarakatan Koperasi.
(2) Pemerintah memberikan bimbingan, kemudahan, dan perlindungan kepada Koperasi.
Dalam rangka mewujudkan peran pemerintah terhadap koperasi yang ada di Indonesia
pada Pasal 60 diatas, maka Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 juga memuat beberapa
pasal yang menjelaskan bentuk-bentuk peran pemerintah dalam Pasal 60 yang lebih spesifik.
Pasal 61 menjelaskan lebih detail tentang Pasal 60 ayat 1, sedangkat ayat 2 dijelaskan dalam
beberapa pasal yaitu Pasal 62 sampai Pasal 63 sebagai berikut:
Pasal 61
Dalam upaya menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang mendorong
pertumbuhan dan pemasyarakatan Koperasi, Pemerintah:
Pasal 62
3
a. membimbing usaha Koperasi yang sesuai dengan kepentingan ekonomi
anggotanya;
b. mendorong, mengembangkan, dan membantu pelaksanaan pendidikan, pelatihan,
penyuluhan, dan penelitian perkoperasian;
c. memberikan kemudahan untuk memperkokoh permodalan Koperasi serta
mengembangkan lembaga keuangan Koperasi;
d. membantu pengembangan jaringan usaha Koperasi dan kerja sama yang saling
menguntungkan antarkoperasi;
e. memberikan bantuan konsultansi guna memecahkan permasalahan yang dihadapi
oleh Koperasi dengan tetap memperhatikan Anggaran Dasar dan prinsip Koperasi.
Pasal 63
Selain itu pada Pasal 64 dijelaskan bahwa pembinaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62, dan Pasal 63 dilakukan dengan memperhatikan keadaan dan
kepentingan ekonomi nasional, serta pemerataan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja.
Artinya bahwa ayat-ayat yang tercantum pada pasal 60 sampai 63 sebagai peran
pemerintah dalam pembinaan koperasi tidak semerta-merta dilakukan tanpa ada
pertimbangan yang matang dan strategi yang tepat, melainkan harus memperhatikan setiap
aspek yang mungkin mempengaruhi sehingga pemerintah dapat melakukan tindakan yang
sesuai dan tepat sasaran demi kebaikan dan kelancaran koperasi maupun negara.
4
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Pemerintah Non Departemen.
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 2001 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Menteri Negara.
5. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi Kementerian Negara Koperasi dan UKM.
6. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan
Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia.
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2015 tentang
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Dan Menengah.
5
3. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan
administrasi di lingkungan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah;
4. Pengelolaan barang milik negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;
5. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah.
Kedudukan, tugas dan fungsi tersebut merupakan mandatory dan legalitas bagi
Kementerian Koperasi dan UKM untuk melakukan program/kegiatan di Bidang
Koperasi dan UKM. Pelaksanaan kebijakan dan program pembangunan koperasi dan
UKM secara kontinyu dan berkelanjutan yang merupakan upaya untuk ditempuh guna
mendorong peningkatan perekonomian nasional terutama dalam rangka mengentaskan
kemiskinan dan pengangguran.
3.2 VISI, MISI, DAN STRATEGI KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM SAAT
INI
Visi dan misi Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun 2015-2019 diarahkan
untuk mendukung pencapaian visi Presiden, sebagaimana tertuang di dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Hal tersebut,
selanjutnya dijabarkan kedalam visi dan misi Kementerian Koperasi dan UKM tahun
2015-2019, yaitu: “Mewujudkan Koperasi dan UKM yang Sehat, Kuat, Tangguh dan
Mandiri untuk Berkontribusi Dalam Perekonomian Nasional
Misi dengan mewujudkan visinya, maka Kementerian Koperasi dan UKM perlu
menjalankan misi yang tepat melalui 3 Misi Pembangunan yaitu:
6
3. Peningkatan nilai tambah produk dan jangkauan pemasaran;
4. Penguatan kelembagaan usaha;
5. Kemudahan, kepastian dan perlindungan usaha.
Lima strategi diatas adalah sarana untuk melasanakan arah kebijakan
Kementerian KUKM. Dengan memperhatikan tantangan dan sasaran pembangunan
Koperasi dan UKM ke depan, dan merujuk pada arah kebijakan nasional di bidang
Koperasi dan UKM tahun 2015-2019, maka kebijakan yang dilaksanakan oleh
Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun 2015-2019 diarahkan untuk
“meningkatkan produktivitas, kelayakan dan nilai tambah Koperasi dan UMKM
sehingga mampu tumbuh ke skala yang lebih besar (“naik kelas”) dan berdaya saing”.
Kelima strategi tersebut dilaksanakan melalui beberapa langkah strategis yang
disusun berdasarkan Dimensi Pembangunan yang dituangkan di dalam RPJMN 2015-
2019 yaitu:
1. Dimensi Pembangunan Manusia;
2. Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan;
3. Dimensi Pemerataan dan Kewilayahan.
d. REFORMASI KOPERASI
Mulai tahun 2015 dan dilanjutkan tahun 2016 dalam rangka akselerasi peningkatan
koperasi berkualitas sebagaimana mandat dari Bapak Presiden Republik Indonesia pada saat
Hari Koperasi Nasional, salah satu upaya dan langkah yaitu melalui program rencana aksi
Reformasi Koperasi. Selanjutnya Kementerian Koperasi dan UKM mengimplentasikan hal
tersebut melalui beberapa tahapan, sebagai berikut:
A) REHABILITASI
Pembaharuan organisasi koperasi melalui pemutakhiran data dan pembekuan dan
akan ditindaklanjuti dengan pembubaran koperasi.
B) REORIENTASI
Merubah paradigma dari pendekatan kuantitas menjadi pendekatan kualitas
kelembagaan koperasi. Adapun upaya dan langkah yang telah dilakukan sampai saat
ini, yaitu: (a) Peningkatan kapasitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan
perkoperasian; (b) Pemeriksaan ijin usaha koperasi; (c) Pemeriksaan kepengurusan
dan keanggotaan koperasi; (d) Pemeriksaan kinerja keuangan koperasi
C) PENGEMBANGAN
7
Secara bertahap dan terukur melakukan peningkatan dan pengembangan kapasitas
usaha serta kelembagaan koperasi untuk mendorong menjadi koperasi skala besar
internasional. Adapun upaya dan langkah yang telah dilakukan sampai saat ini, yaitu:
(a) Penilaian kesehatan kelembagaan koperasi; (b) Peningkatan kapasitas SDM
koperasi melalui Pendidikan dan Pelatihan serta Bimbingan Teknis Perkoperasian; (c)
Fasilitasi Kredit Usaha Rakyat (KUR); (d) Fasilitasi Dana Bergulir melalui LPDB-
KUMKM.
8
Koperasi (NPAK) ini ditujukan untuk membantu usaha mikro agar mempunyai
kepastian hukum dalam bentuk Badan Hukum Koperasi.
Alokasi bantuan dana sebesar Rp. 2.500.000,- per Akta Pendirian Koperasi.
Bantuan tersebut diarahkan untuk membayar NPAK yang telah memberikan
jasanya dalam rangka pendirian Koperasi, yakni meliputi memberi penyuluhan
perkoperasian kepada para pendiri Koperasi sebelum rapat pendirian Koperasi dan
membuat akta pendirian Koperasi serta mengurus proses pengesahan Badan
Hukum Koperasi kepada Menteri.
Disamping itu, pengesahan Badan Hukum Koperasi sudah dapat dilakukan
secara ONLINE melalui Sistem Administrasi Badan Hukum Koperasi
(SISMINBHKOP) berbasis Web bagi masyarakat yang akan mendirikan Koperasi,
sehingga pelayanan pengesahan badan hukum koperasi menjadi lebih mudah,
lebih sederhana, lebih cepat dan akuntabel.
9
Pelaksana IUMK adalah Camat yang mendapatkan pendelegasian kewenangan
dari Bupati/Walikota. Pemberian IUMK kepada usaha mikro dan kecil dibebaskan
atau diberikan keringanan dengan tidak dikenakan biaya, retribusi, dan/atau
pungutan lainnya.
V) Pengembangan Kewirausahaan
Pengembangan Kewirausahaan atau wirausaha baru yang berpotensi tumbuh,
salah satu indikator dalam upaya peningkatkan daya saing Koperasi dan UMKM
untuk pengembangan SDM KUMKM sebagai salah satu indikator dengan target
10
Tahun 2016 sebanyak 8.000 orang yang direalisasikan/dicapai sebanyak 9.320
orang, melalui kegiatan pemasyarakatan Kewirausahaan, Pelatihan
Kewirausahaan, Pelatihan Technopreneur dan fasilitasi penguatan inkubator bisnis
dan teknologi.
11
VIII) Penyediaan Dana Bergulir LPDB-KUMKM
Dalam rangka meningkatkan peran Koperasi dan UMKM, Pemerintah telah
memberikan stimulasi dalam bentuk “dana bergulir” untuk bantuan perkuatan
modal usaha. Dana bergulir yang dimaksud adalah dana yang dialokasikan oleh
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Badan Layanan Umum untuk kegiatan
perkuatan modal usaha bagi Koperasi,usaha mikro, kecil, menengah, dan usaha
lainnya yang berada di bawah pembinaan Kementerian Negara/Lembaga
(Permenkeu 99/2008).
Melihat perkembangan sampai saat ini dimana jumlah Koperasi dan UMKM
di Indonesia yang telah resmi terdaftar di Kementerian Koperasi dan UKM
mencapai 23 persen dari total penduduk Indonesia yang mencapai sekitar 250 juta
jiwa. Kementerian Koperasi dan UKM melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir
(LPDB-KUMKM) melakukan pembangunan Koperasi dan UMKM di bidang
pembiayaan, khususnya dalam program pinjaman melalui dana bergulir yang
diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan daya saing ekonomi rakyat,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menciptakan lapangan kerja,
mengentaskan kemiskinan.
5. PROGRAM KEMENKOP SAAT INI : KEGIATAN STRATEGIS KEMENKOP
Kementerian Koperasi melalui deputi deputinya mengembangkan beberapa kegiatan
strategis yang dalam hal ini ada 6 bidang yaitu :
5.1.Bidang Kelembagaan
Program/Kegiatan strategis pembangunan Koperasi dan UMKM di bidang
kelembagaan, antara lain:
a. Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan (PPKL)
Kegiatan Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan (PPKL) ini telah dilaksanakan sejak
tahun 2012 dengan tujuan untuk melakukan pembinaan dan pemberdayaan Koperasi
dan UMKM di daerah yang mampu menjadi konsultan mandiri yang berfungsi sebagai
agen perubahan Koperasi
b. Penerapan Tata Kelola Koperasi yang baik
Tata Kelola Koperasi Yang Baik (Good Cooperative Governance/GCG) adalah suatu sistem
yang diciptakan untuk digunakan sebagai standar dalam melakukan pengelolaan sumberdaya
organisasi ataupun Koperasi yang berdasarkan 5 (lima) prinsip GCG yaitu transparansi,
akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan fairness.
c. Bimbingan Teknis Perkoperasian bagi Kelompok Strategis Pra Koperasi
12
Perkembangan perekonomian saat ini terdapat banyak kelompok masayarakat yang memiliki
tujuan perikatan yang sama dimana kelompok–kelompok tersebut digolongkan sebagai pra
koperasi. Namun pemahaman mengenai koperasi yang benar masih jauh dari harapan.
5.2.Bidang Pembiayaan
Kegiatan yang dilakukan oleh Deputi Bidang Pembiayaan antara lain:
a. Koperasi Pemula yang mendapatkan bimbingan dan penguatan permodalan
Bimbingan Teknis bagi koperasi pemula dilakukan dalam rangka meningkatan kapasitas
Koperasi Pemula dalam mengakses pembiayaan dan diharapkan melalui bimbingan teknis ini
memberikan manfaat dan dapat mengoptimalkan dukungan permodalan yang diperoleh dalam
pengembangan bisnis dan peningkatan pelayanan koperasi terhadap anggota sehingga mampu
memberikan daya ungkit yang besar dalam mendukung usaha yang pada akhirnya dapat
meningkatkan pendapatan anggota koperasi dan mendukung upaya perluasan lapangan
pekerjaan dan penanggulangan kemiskinan.
b. Wirausaha pemula yang didukung modal awal usaha
Kegiatan ini telah dirintis oleh Kementerian Koperasi dan UKM sejak tahun 2011, dimana
modal awal usaha (start-up capital) kepada Wirausaha Pemula (WP) merupakan stimulus untuk
mendongkrak usahanya agar dapat berkembang.
c. Usaha mikro yang mendapat pendampingan sertifikasi tanah
Kegiatan Sertifikasi Hak Atas Tanah (SHAT) merupakan kegiatan lintas sektor yang dipayungi
oleh kesepakatan bersama atau MoU antara Menteri Koperasi dan UKM, Menteri Dalam
Negeri dan Kepala Badan Pertanahan Nasional. Kegiatan ini termasuk dalam Nawacita ke-
empat yaitu Menjamin Kepastian Hukum Hak Kepemilikan Tanah
d. Fasilitas Pengembangan Lembaga Pembiayaan di Daerah
Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM telah membuka dan memberi akses
pembiayaan bagi pelaku usaha mikro, kecil dan koperasi melalui Badan Layanan Umum
Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB-KUMKM). Peluang mendayagunakan instrumen
dana bergulir di Daerah untuk memfasilitasi permodalan bagi usaha mikro dan kecil.
e. Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD)
Penjaminan kredit merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses kredit yang berfungsi
sebagai penambah keyakinan kreditur terhadap potensi resiko kredit. Dampak yang ditimbulkan
adanya penjaminan kredit adalah peningkatan jumlah kredit yang disalurkan kreditur terhadap
debitur khususnya KUMKM, yang diukur dari besaran Gearing Ratio (GR).
f. Advokasi Perpajakan bagi Koperasi dan UMKM
Dalam rangka optimalisasi dan edukasi atas kebijakan dan teknis perhitungan perpajakan bagi
wajib pajak yang dikenai pajak penghasilan bersifat final. Sebagian besar pelaku UMK masih
belum mengerti akuntansi atau pembuatan laporan keuangan yang standard.
13
g. Penguatan Koperasi dan UMKM di Bidang Keuangan Syariah
Kementerian Koperasi dan UKM dalam Penguatan Koperasi dan UMKM di Bidang Keuangan
Syariah mempunyai program dan kebijakan diantaranya : (i) Literasi dan Penumbuhan
KSPPS/USPPS Koperasi, (ii) Pemberdayaan dan Pengembangan KSPP S dan USPPS,
serta (iii) Peningkatan akses pembiayaan syariah melalui advokasi dan kerjasama antar
lembaga keuangan syariah.
14
Pendampingan merupakan langkah strategis sebagai pengungkit untuk mempercepat
peningkatan daya saing Koperasi dan UMKM. Berbagai layanan dan pendampingan
serta konsultasi bisnis Koperasi dan UMKM sudah banyak dilakukan selama ini oleh
berbagai instansi pemerintah maupun swasta.
c. Kemitraan usaha
Kemitraan merupakan kerjasama dalam keterkaitan usaha baik langsung maupun tidak
langsung atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat dan
menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan
Usaha Besar.
d. Investasi Usaha
Perkembangan pasar yang berubah dengan cepat perlu disiasati dengan meningkatkan
kualitas produk dan harga yang kompetitif disamping Koperasi dan UMKM dapat
menjalin kerjasama investasi bilateral maupun multilateral.
5.6.Bidang Pengawasan
Beberapa kegiatan strategis yang dilaksanakan Deputi Bidang Pengawasan sebagai
berikut
a. Koordinasi dengan unit/instansi terkait
b. Pelaksanaan workshop / bimbingan teknis dan sosialisasi
c. Pelaksanaan ujicoba pengawasan koperasi
15