Anda di halaman 1dari 5

KERAJAAN GOWA-TALLO

1. Latar belakang berdirinya Kerajaan Gowa Tallo


Gowa dan Tallo pra-Islam merupakan kerajaan kembar milik dua bersaudara. Berawal di
pertengahan abad ke-16, pada masa pemerintahan Gowa IV Tonatangka Lopi, ia membagi wilayah
Kerajaan menjadi dua bagian untuk dua putranya, Batara Gowa dan Karaeng Loe ri Sero. Hal ini
dikarenakan kedua putranya sama-sama ingin berkuasa. Batara Gowa melanjutkan kekuasaan sang
ayah yang meninggal dunia dengan memimpin Kerajaan Gowa sebagai Raja Gowa VII. Sedangkan
adiknya, Karaeng Loe ri Sero, mendirikan kerajaan baru bernama Tallo.
Di Sulawesi Selatan pada abad ke 16 terdapat beberapa kerajaan mandiri diantaranya Gowa,
Tallo, Bone, Sopeng, Wajo, dan Sidenreng. Setiap kerajaan tersebut membentuk persekutuan sesuai
dengan pilihan masing-masing. Salah satunya adalah Kerajaan Gowa dan Tallo. Keduanya membentuk
persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan yang lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Gowa-
Tallo atau Kerajaan Makassar. Raja Gowa, Daeng Manrabia menjadi raja bergelar Sultan Allaudin dan
Raja Tallo, Karaeng Mantoaya menjadi perdana menteri bergelar Sultan Abdullah karena pusat
pemerintahannya terdapat di Makassar, Kerajaan Gowa dan Tallo sering disebut sebagai Kerajaan
Makassar. Wilayah kerajaan ini sekarang berada dibawah Kabupaten Gowa dan sekitarnya.
Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah
Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan
dan pesisir barat Sulawesi. Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin,
yang saat itu melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap
Belanda (VOC) yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang berasal dari Suku Bugis dengan rajanya Arung
Palakka. Tapi perang ini bukan berati perang antar suku Makassar – suku Bugis, karena di pihak Gowa
ada sekutu bugisnya demikian pula di pihak Belanda-Bone, ada sekutu Makassarnya. Politik Divide et
Impera Belanda, terbukti sangat ampuh disini. Perang Makassar ini adalah perang terbesar Belanda
yang pernah dilakukannya di abad itu. Perang Makassar adalah perang terbesar VOC yang pernah
dilakukannya di abad ke-17.
Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan nama Bate
Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung,
Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik damai
maupun paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk membentuk Kerajaan Gowa. Cerita dari
pendahulu mengatakan bahwa Tumanurung sebagai pendiri Istana Gowa dan sekaligus menjadi raja
pertama pada abad ke 14.
2. Sejarah Perkembangan Kerajaan Gowa Tallo
Pada awalnya, Kerajaan Gowa –Tallo yang lebih dikenal sebagai Kerajaan Makassar terdiri
dari beberapa kerajaan yang bercorak Hindu, antara lain, Gowa, Tallo, Wajo, Bone, Soppeng, dan
Luwu. Dengan adanya dakwah dari Dato'ri Bandang dan Dato' Sulaiman, Sultan Alauddin (Raja Gowa)
masuk Islam. Setelah raja memeluk Islam,
Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk Robandang/Dato’ Ri Bandang dari
Sumatera, sehingga pada abad 17 agama Islam berkembang pesat di Sulawesi Selatan, bahkan raja
Makasar pun memeluk agama Islam. Raja Makasar yang pertama memeluk agama Islam adalah Sultan
Alaudin, dan rakyat pun segera ikut memeluk Islam. Sejak pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan
Makasar berkembang sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa pemerintahan raja
Muhammad Said (1639 – 1653).
Kerajaan Gowa-Tallo sebelum menjadi kerajaan Islam sering berperang dengan kerajaan lainnya
di Sulawesi Selatan, seperti dengan Luwu, Bone,Soppeng, dan Wajo. Kerajaan Luwu yang bersekutu
dengan Wajo di taklukkan oleh Kerajaan Gowa-Tallo. Kemudian Kerajaan Wajo menjadi daerah
taklukan Gowa menurut Hikayat Wajo. Dalam serangan terhadap Kerajaan Gowa-Tallo, Karaeng
Gowa meninggal dan seorang lagi terbunuh sekitar pada 1565. Ketiga Kerajaan Bone, Wajo, dan
Soppeng mengadakan persatuan untuk mempertahankan kemerdekaannya yang di sebut perjanjian
Tellupocco, sekitar 1582. Sejak Kerajaan Gowa resmi sebagai kerajaan bercorak Islam pada 1605,
Gowa meluaskan pengaruh politiknya, agar kerajaan-kerajaan lainnya juga memeluk Islam dan tunduk
kepada Kerajaan Gowa-Tallo. Kerajaan-kerajaan yang tunduk kepada kerajaan Gowa-Tallo antara lain
Wajo pada 10 Mei 1610, dan Bone pada 23 November 1611.
Di daerah Sulawesi Selatan proses Islamisasi makin mantap dengan adanya para mubaligh yang
disebut Dato’ Tallu (Tiga Dato), yaitu Dato’ Ri Bandang (Abdul Makmur atau Khatib Tunggal), Dato’
Ri Pattimang (Dato’ Sulaemana atau Khatib Sulung, dan Dato’ Ri Tiro (Abdul Jawad alias khatib
bungsu), ketiganya bersaudara dan berasal dari Kolo Tengah, Minangkabau. Para mubaligh itulah yang
mengislamkan Raja Luwu yaitu Datu’ La Patiware Daeng Parabung dengan gelat Sultan Muhammad
pada 15-16 Ramadhan 1013 H (4-5 Februari 1605 M). Kemudian disusul oleh Raja Gowa dan Tallo
yaitu Karaeng Matoaya dari Tallo yang bernama I Mallingkang Daeng Manyonri (Karaeng Tallo)
mengucapkan syahadat pada Jumat sore, 9 Jumadil Awal 1014 H atau 22 September 1605 M dengan
gelar Sultan Abdullah. Selanjutnya Karaeng Gowa I Manga’ rangi Daeng Manrabbia mengucapkan
syahadat pada Jumat, 19 Rajab 1016 H atau 9 November 1607 M. perkembangan agama Islam di
daerah Sulawesi Selatan mendapat tempat sebaik-baiknya bahkan ajaran sufisme Khalwiyah dari
Syeikh Yusuf al-Makassari juga tersebar di Kerajaan Gowa dan kerajaan lainnya pada pertengahan
abad ke 17.
Selanjutnya kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan
Hasannudin (1653 – 1669). Pada masa pemerintahannya Makassar berhasil memperluas wilayah
kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat
menunjang keperluan perdagangan Makasar. Ia berhasil menguasai Ruwu, Wajo, Soppeng, dan
Bone.Perluasan daerah Makasar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat. Daerah kekuasaan Makasar
luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal
sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan
monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk itu hubungan antara
Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya kerajaan Makasar.
Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan
menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku.
Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk
memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak.
Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai “De
Haantjes van Het Oosten” yang artinya Ayam Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri
peperangan dengan Makasar yaitu dengan melakukan devide et impera antara Makasar dengan
kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makasar). Raja Bone dari suku Bugis yaitu Aru Palaka yang merasa
dijajah oleh Makasar mengadakan persetujuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari kekuasaan
Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makasar.
Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan Makasar. Dan
secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui kekalahannya dan menandatangai perjanjian
Bongaya 18 November tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan kerajaan Makasar.
Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:
1) VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.
2) Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.
3) Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau di luar
Makasar.
4) Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.
5) Gowa tertutup bagi orang asing selain VOC.
6) Benteng-benteng yang ada harus dihancurkan kecuali Benteng Rotterdam.
7) Makassar harus membayar biaya perang dalam bentuk hasil bumi kepada VOC setiap tahun.
Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar terhadap Belanda tetap
berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin yaitu Mapasomba (putra Hasannudin)
meneruskan perlawanan melawan Belanda.Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makasar, Belanda
mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai sepenuhnya
kerajaan Makasar, dan Makasar mengalami kehancurannya.
Proses Kehancuran Kerajaan Gowa Tallo
Sepeninggal Hasanuddin, Makassar dipimpin oleh putranya bernama Mapasomba. Sama seperti
ayahnya, Mapasomba gigih pada tekadnya untuk mengusir Belanda dari Makassar. Sikapnya yang
keras dan tidak mau bekerja sama menjadi alasan Belanda mengerahkan pasukan secara besar-besaran.
Pasukan Mapasomba berhasil dihancurkan dan Mapasomba sendiri tidak diketahui nasibnya. Belanda
pun berkuasa sepenuhnya atas kesultanan Makassar.

Silsilah Raja Kerajaan Gowa Tallo

1) Tumanurung (±1300)
2) Tumassalangga Baraya
3) Puang Loe Lembang
4) I Tuniatabanri
5) Karampang ri Gowa
6) Tunatangka Lopi (±1400)
7) Batara Gowa Tuminanga ri Paralakkenna
8) Pakere Tau Tunijallo ri Passukki
9) Daeng Matanre Karaeng Tumapa'risi' Kallonna (awal abad ke-16)
10) I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiyung Tunipallangga Ulaweng (1546-1565)
11) I Tajibarani Daeng Marompa Karaeng Data Tunibatte
12) I Manggorai Daeng Mameta Karaeng Bontolangkasa Tunijallo (1565-1590)
13) I Tepukaraeng Daeng Parabbung Tuni Pasulu (1593)
14) I Mangari Daeng Manrabbia Sultan Alauddin I Tuminanga ri Gaukanna; Berkuasa mulai
tahun 1593 - wafat tanggal 15 Juni1639, merupakan penguasa Gowa pertama yang memeluk
agama Islam
15) I Mannuntungi Daeng Mattola Karaeng Lakiyung Sultan Malikussaid Tuminanga ri Papang
Batuna; Lahir 11 Desember1605, berkuasa mulai tahun 1639 hingga wafatnya 6
November 1653
16) I Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape Sultan Hasanuddin Tuminanga ri
Balla'pangkana; Lahir tanggal 12 Januari 1631, berkuasa mulai tahun 1653 sampai 1669, dan
wafat pada 12 Juni 1670
17) I Mappasomba Daeng Nguraga Sultan Amir Hamzah Tuminanga ri Allu'; Lahir 31 Maret 1656,
berkuasa mulai tahun 1669 hingga 1674, dan wafat 7 Mei 1681
18) Sultan Mohammad Ali (Karaeng Bisei) Tumenanga ri Jakattara; Lahir 29 November 1654,
berkuasa mulai 1674 sampai 1677, dan wafat 15 Agustus 1681
19) I Mappadulu Daeng Mattimung Karaeng Sanrobone Sultan Abdul Jalil Tuminanga ri Lakiyung.
(1677-1709)
20) La Pareppa Tosappe Wali Sultan Ismail Tuminanga ri Somba Opu (1709-1711)
21) I Mappaurangi Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi
22) I Manrabbia Sultan Najamuddin
23) I Mappaurangi Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi; Menjabat untuk kedua kalinya pada
tahun 1735
24) I Mallawagau Sultan Abdul Chair (1735-1742)
25) I Mappibabasa Sultan Abdul Kudus (1742-1753)
26) Amas Madina Batara Gowa (diasingkan oleh Belanda ke Sri Lanka) (1747-1795)
27) I Mallisujawa Daeng Riboko Arungmampu Tuminanga ri Tompobalang (1767-1769)
28) I Temmassongeng Karaeng Katanka Sultan Zainuddin Tuminanga ri Mattanging (1770-1778)
29) I Manawari Karaeng Bontolangkasa (1778-1810)
30) I Mappatunru / I Mangijarang Karaeng Lembang Parang Tuminang ri Katangka (1816-1825)
31) La Oddanriu Karaeng Katangka Tuminanga ri Suangga (1825-1826)
32) I Kumala Karaeng Lembang Parang Sultan Abdul Kadir Moh Aidid Tuminanga ri Kakuasanna
(1826 - wafat 30 Januari 1893)
33) I Malingkaan Daeng Nyonri Karaeng Katangka Sultan Idris Tuminanga ri Kalabbiranna (1893 -
wafat 18 Mei 1895)
34) I Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembangparang Sultan Husain Tuminang ri Bundu'na;
Memerintah sejak tanggal 18 Mei 1895, dimahkotai di Makassar pada tanggal 5
Desember 1895, ia melakukan perlawanan terhadap Hindia Belanda pada tanggal 19
Oktober 1905 dan diberhentikan dengan paksa oleh Hindia Belanda pada 13 April 1906,
kemudian meninggal akibat jatuh di Bundukma, dekat Enrekang pada tanggal 25
Desember 1906
35) I Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bonto Nompo Sultan Muhammad Tahur Muhibuddin
Tuminanga ri Sungguminasa (1936-1946)
36) Andi Ijo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Abdul Kadir Aidudin (1946-
1978) sekaligus menjadi Kepala Daerah TK II Gowa (bupati Gowa) pertama dan
mendeklarasikan diri sebagai Raja Gowa terakhir setelah Kerajaan Gowa dinyatakan bergabung
dengan NKRI.
3. Kesimpulan
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses
yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang
berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan
komunitas, yang dikenal dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi
pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan
Kalili. Sejak Gowa Tallo sebagai pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan dengan
Ternate yang sudah menerima Islam dari Gresik. Raja Ternate yakni Baabullah mengajak raja Gowa
Tallo untuk masuk Islam, tapi gagal. Baru pada masa Raja Datu Ri Bandang datang ke Kerajaan Gowa
Tallo agama Islam mulai masuk ke kerajaan ini.

Setahun kemudian hampir seluruh penduduk Gowa Tallo memeluk Islam. Mubaligh yang berjasa
menyebarkan Islam adalah Abdul Qodir Khotib Tunggal atau Dato’ Ri Bandang yang berasal dari
Minangkabau. Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin
(1653 – 1669). Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat
dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Dalam
peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk memporak-
porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas
keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam
Jantan dari Timur.

Demikian Gowa telah mengalami pasang surut dalam perkembangan sejak Raja Gowa pertama,
Tumanurung hingga mencapai puncak keemasannya. Dan Andi Idjo tercatat dalam sejarah sebagai
Raja Gowa terakhir dan sekaligus Bupati Gowa pertama.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/36602650/MAKALAH_SEJARAH_INDONESIA_KERAJAAN_GOWA_TALLO_
1528-1670-an
https://jagoanilmu.net/sejarah-kerajaan-gowa-tallo/#super
http://faizalnizbah.blogspot.com/2016/10/sejarah-tentang-berdirinya-kerajaan.html

https://syamsulm52.wordpress.com/2016/09/14/sejarah-kerajaan-gowa-kerajaan-gowa-tallo-hingga-kesultanan-
makassar/
http://riyandiyanto.blogspot.com/2016/06/makalah-kerajaan-gowa-talo.html

Anda mungkin juga menyukai