Anda di halaman 1dari 20

KARANTINA KESEHATAN

(H5N1/FLU BURUNG)

DISUSUN OLEH :

SITTI SALMA AMALIAH KARIM (J1A1 16 330)


ASWAR (J1A1 16 331)
RIZKI INDAH SARY (J1A1 16 332)
DELFIANTI SAPUTRI (J1A1 16 335)
FITRIA RAMADHANI (J1A1 16 338)

FAKULTAS KESEHATAN MASYRAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang “H5N1”.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “H5N1” ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Kendari, 14 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar .................................................................................................. i

Daftar Isi ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Flu Burung ................................................................................... 3


B. Pengertian Flu Burung .............................................................................. 5
C. Patofisiologi Flu Burung ........................................................................... 7
D. Etiologi Flu Burung .................................................................................. 8
E. Gambaran Epidemiologi Penyakit Flu Burung ......................................... 10
F. Tanda/Gejala Flu Burung .......................................................................... 12
G. Pencegahan dan Pengobatan Flu Burung .................................................. 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................ 15
B. Saran .......................................................................................................... 16

Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki abad XXI, masyarakat dunia khususnya Asia Tenggara
diguncang oleh letupan penyakit unggas menular dan bersifat zoonosis yang
menimbulkan kepanikan dikalangan masyarakat dan pemerintah masing-masing
Negara karena penularannya cepat dan luas serta menimbulkan tingkat kematian
yang tinggi pada unggas. Apalagi penyakit ini memiliki kemampuan bermutasi
untuk menular kepada orang dan dapat memicu munculnya pandemic influenza.
Data yang diperoleh FAO (2003), pada saat awal letupan wabah di Asia
Tenggara menunjukkan bahwa dikawasan Asia, populasi ternak unggas di
Indonesia termasuk yang padat, menduduki peringkat kedua terpadat setelah
China yang tercatat 4,7 miliar ekor dan berada dengan kepadatan unggas di
Negara lain Asia Tenggara.
Begitu pentingnya dampak penyakit flu burung ini di tengah-tengah derap
lajunya pembangunan bangsa Indonesia di segala bidang, sehingga presiden
menyatakan bahwa flu burung sebagai salah satu musuh bangsa Indonesia
disamping musuh yang lain yaitu terorisme, narkoba, dan korupsi.
Oleh karena itu, saya mengangkat judul flu burung ini untuk dijadikan
sebagai bahan makalah agar kita semua mengetahui apa sebenarnya flu burung
dan apa saja yang menyebabkan seseorang terkena flu burung.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang ditentukan
yaitu :
1. Bagaimana sejarah flu burung ?
2. Apa itu definisi flu burung ?
3. Bagaimanakah patofisiologi flu burung ?
4. Bagaimanakah etiologi flu burung ?
5. Bagaimanakah gambaran epidemiologi dari flu burung ?
6. Apa sajakah tanda/gejala seseorang yang terkena flu burung ?

1
7. Bagaimanakah pencegahan serta pengobatan flu burung ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuannya yaitu :
1. Untuk mengetahui sejarah flu burung
2. Untuk mengetahui definisi dari flu burung
3. Untuk mengetahui patofisiologi flu burung
4. Untuk mengetahui etiologi flu burung
5. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi flu burung
6. Untuk mengetahui tanda/gejala seseorang yang terkena flu burung
7. Untuk mengetahui cara pencegahan serta pengobatan flu burung

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Flu Burung
Penyakit flu burung telah ditemukan di Italia pada tahun 1878 oleh
Perontico A. Sedangkan virus influenza pada telah dapat diidentifikasi pada tahun
1933 oleh Smith et al. (Sitepoe, 2010:36). Sampai pada tahun 1955 virus Avian
Influenza memiliki genom yang identik dengan virus influenza (flu) pada manusia
(Shaver, 1955 dalam Sitepoe, 2010:36).
Sampai 2004 hampir di seluruh dunia flu burung pada unggas telah
mewabah. Flu burung pada unggas juga pernah mewabah di Amerika Serikat
sekitar tahun 1924-1925 (Aditama, 2006:1-2). Selain Amerika Serikat dan
kawasan Asia, dalam buku “Kontroversi Menghadapi Flu Burung di Indonesia”
(Sitepoe, 2010) dipaparkan negara-negara yang pernah mengalami wabah flub
burung. Negara-negara tersebut antara lain Skotlandia, Inggris, Kanada, Australia,
Jerman, Irlandia, Meksiko, Italia, Belanda, Belgia, dan Afrika Selatan. Penyakit
flu burung awalnya hanya terjangkit pada unggas dan ditularkan antar unggas.
Unggas yang terjangkit flu burung awalnya adalah unggas liar yang akhirnya
menular ke unggas peternakan.
Flu burung atau avian influenza yang dapat ditularkan dari unggas ke
manusia kasusnya pertama kali ditemukan di Hongkong pada 1997. Pada kasus
tersebut disebabkan oleh virus flu burung subtipe H5N1. Kasus tersebut
menyebabkan 18 orang dirawat di rumah sakit dan 6 orang meninggal dunia. Pada
tahun 1999 dilaporkan juga terdapat kasus flu burung di Hongkong yang
disebabkan oleh virus subtipe H9N2. Kasus tersebut terdapat pada anak-anak di
Hongkong namun mereka dapat sembuh dengan baik (Aditama, 2006:9). Kasus
flu burung di Eropa ditemukan pertama kali tepatnya di Belanda. Kasus tersebut
terjadi pada Februari 2003. Virus flu burung tersebut bertipe H7N7, 83 kasus
terjadi dan 1 orang tewas.
Pada tahun 1997 virus flu burung tidak hanya ada pada binatang seperti
burung, ayam, dan bebek namun juga dilaporkan bahwa virus tersebut sudah
menjangkiti manusia. Asia Tenggara sendiri mulai ditemukannya virus flu burung

3
subtipe H5N1 baik pada unggas maupun manusia yaitu pada akhir 2003 dan awal
2004. Subtipe virus flu burung tersebut dilaporkan mulai mewabah di Vietnam,
Thailand, Kamboja, dan Indonesia. Wabah pada tahun 2004 tidak hanya
disebabkan oleh virus subtipe H5N1. Infeksi virus oleh H7 dan H9 juga
ditemukan di Pakistan, sedangkan di Taiwan dan Cina ditemukan H5N2.
Diperkirakan pada Desember 2006 flu burung jenis H5N1 sudah menyebar ke 53
negara hampir di seluruh benua. Seiring penularan flu burung yang meluas dan
mematikan bagi unggas maupun manusia kebijakan banyak diambil oleh
pemerintah negara bersangkutan. Kebijakan tersebut mencegah penyebaran flu
burung yang mematikan dengan memusnahkan banyak unggas yang diduga
menderita flu burung.
Hebohnya wabah flu burung pada tahun 2000-an diawali di dekat Seoul,
Korea pada 12 Desember 2003. Pada waktu itu di dekat Seoul terdapat laporan
akan adanya unggas yang terjangkit flu burung. Peristiwa itu mengawali hebohnya
peristiwa wabah flu burung yang merebak di Asia. Pada 5 Januari 2004 Vietnam
melaporkan terjadinya wabah penyakit pernapasan yang parah (severe respiratory
illness) pada 11 anak, 7 diantaranya meninggal dunia dan dalam keadaan kritis
(Aditama. 2006:3). Penelitian dilakukan di Hongkong untuk mendeteksi penyebab
wabah tersebut. Ternyata dari hasil penilitian tersebut membuktikan akan adanya
peran virus H5N1 dalam kasus di Vietnam tersebut. Kasus-kasus tersebut
menyebabkan penelitian-penelitian terkait flu burung terutama virus subtipe
H5N1 terus berkembang.
WHO (World Health Organization) merilis laporan hasil penelitian
jaringan laboratoriumnya pada 22 Januari 2004. WHO menyatakan bahwa virus
H5N1 yang menjadi wabah saat awal tahun 2004 tersebut adalah berbeda dengan
virus H5N1 pada kasus 1997 dan 2003 yang lalu. Hal itu mengartikan bahwa virus
H5N1 telah mengalami mutasi dan memungkinkan akan bermutasi kembali pada
masa mendatang. Beberapa kasus flu burung juga setelah diteliti tidak mempan
terhadap anti virus jenis M2 inhibitor, yaitu amantadine dan rimantadine
(Aditama, 2006:4). Kasus tersebut diantaranya adalah di Vietnam. PBB juga
pernah mengeluarkan pernyataan bahwa wabah flu burung lebih berbahaya

4
daripada SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). Penyakit flu burung terus
mengalami perkembangan yang luas karena mutasinya yang memperkuat virus flu
burung tersebut.
Perkembangan penyakit flu burung di Asia Tenggara terus berkembang.
Negara di Asia Tenggara yang terjangkit flu burung antara lain adalah Indonesia,
Thailand, Vietnam, dan Kamboja. Pada akhir tahun 2003 memang pemerintah
Indonesia dan Thailand sudah melakukan pemusnahan massal unggas. Diduga
unggas tersebut terjangkit flu burung dan virus new castle (di Indonesia disebut
penyakit tetelo). Tahun 2003 memang menjadi awal menularnya flu burung di
Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada 2015 flu burung pada manusia masih
mewabah di dunia. Kasus tersebut dapat ditemukan di Afrika Utara dan Asia
Timur. Ketika itu wabah flu burung di Mesir malah bertambah luas. Negara yang
paling tersiksa adalah China. Mereka mengalami banyak strain virus yang
mewabah dan terus meluas.
Kasus flu burung di dunia kini masih terjadi. Walaupun risiko flu burung
menyerang manusia kini lebih kecil kemungkinannya. Diberitakan oleh CNN
Indonesia (10/03/2017), virus tipe H7 acuan influenza menyerang peternakan di
Tennessee. Namun belum ada kasus virus flu burung menyerang manusia pada
peristiwa itu. Risiko manusia untuk terinfeksi flu burung memang rendah,
meskipun di Cina ada korban manusia yang tewas pada musim dingin ini di
tengah mewabahnya virus H7N9 (Darmayana, 2017). Kasus flu burung terus
terjadi di Asia maupun Eropa. Hingga kini flu burung masih menjadi ancaman
bagi seluruh dunia.

B. Pengertian Flu Burung


Flu Burung (Avian Influenza - AI) adalah penyakit unggas yang menular
disebabkan virus influenza tipe A dari keluarga Orthomyxoviridae. Virus ini
paling umum menjangkiti unggas (misalnya ayam peliharaan, Kalkun, Itik,
Puyuh, dan Angsa) juga berbagai jenis burung liar. Beberapa virus flu burung juga
diketahui bisa menyerang mamalia, termasuk manusia (Darel W. 2008 : 17).

5
Flu burung adalah penyakit influenza pada unggas, baim burung, bebek,
ayam, serta beberapa binatang seperti babi. Data lain menunjukkan penyakit ini
juga dapat pula mengena pada burung puyuh dan burung onta. Penyakit pada
binatang ini telah ditemukan sejak 100 tahun lalu di Italia, tepatnya 1878. Pada
tahun 1924-1925 wabah ini merebak di Amerika Serikat. (Tjandra. 2005 : 2).
Virus influenza merupakan virus RNA termasuk dalam famili
Orthomyxoviridae. Asam nukleat virus ini beruntai tunggal, terdiri dari 8 segmen
gen yang mengkode sekitar 11 jenis protein. Virus influenza mempunyai
selubung/simpai yang terdiri dari kompleks protein dan karbohidrat. Virus ini
mempunyai tonjolan (spikes) yang digunakan untuk menempel pada reseptor yang
spesifik pada sel-sel hospesnya pada saat menginfeksi sel. Terdapat 2 jenis spikes
yaitu yang mengandung hemaglutinin (HA) dan yang mengandung neuraminidase
(NA), yang terletak dibagian terluar dari virion (Horimoto T, Kawaoka Y. 2001
:129-149).
Menurut (soejoedono,et al., 2005) avian influenza (flu burung) adalah
penyakit menular yang dapat terjadi pada unggas dan mamalia yang disebabkan
oleh virus infl uenza tipe A. Virus influenza tipe A memiliki beberapa subtipe
yang ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Virus flu burung
yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki waktu
inkubasi selama 3–5 hari. Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak
melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Perilaku hidup bersih dan sehat
misalnya mencuci tangan dengan antiseptic, kebersihan tubuh dan pakaian, dan
memakai alat pelindung diri (APD) waktu kontak langsung dengan unggas dapat
mencegah penularan virus AI.
Virus Influenza A (H5N1) pertama kali menyerang manusia pada tahun
1997 di China, yaitu di Wilayah Administrasi Khusus Hongkong dimana terjadi
wabah FB pada unggas dan menjangkiti manusia dengan jumlah kasus 18 dan 6
diantaranya meninggal (CFR = 33,3%). Tahun 2003 FB yang disebabkan oleh
Virus Influenza A subtipe H5N1 telah menyebar ke berbagai negara di dunia,
antara lain China, Vietnam, Thailand, Kamboja, Indonesia, Turki, Irak, Mesir dan
Azerbaijan. Pada bulan Desember 2007 terdapat 2 negara baru yang melaporkan

6
adanya kasus FB pada manusia yaitu Pakistan dan Myanmar. Sampai dengan
September 2017, penyakit ini telah menelan korban manusia sebanyak 860 orang
(konfirmasi FB) dengan kematian 454 orang (CFR = 52,79%).

C. Patofisiologi Flu Burung


Penyebaran virus Avian Influenza (AI) terjadi melalui udara (droplet
infection) di mana virus dapat tertanam pada membran mukosa yang melapisi
saluran napas atau langsung memasuki alveoli (tergantung dari ukuran droplet).
Virus yang tertanam pada membran mukosa akan terpajan mukoprotein yang
mengandung asam sialat yang dapat mengikat virus. Reseptor spesifik yang dapat
berikatan dengan virus influenza berkaitan dengan spesies darimana virus berasal.
Virus avian influenza manusia (Human influenza viruses) dapat berikatan
dengan alpha 2,6 sialiloligosakarida yang berasal dari di mana didapatkan residu
asam sialat yang dapat berikatan dengan residu galaktosa melalui ikatan 2,6
linkage. Virus AI dapat berikatan dengan membran sel mukosa melalui ikatan
yang berbeda yaitu 2,3 linkage. Adanya perbedaan pada reseptor yang terdapat
pada membran mukosa diduga sebagai penyebab mengapa virus AI tidak dapat
mengadakan replikasi secara efisien pada manusia.
Mukoprotein yang mengandung reseptor ini akan mengikat virus sehingga
perlekatan virus dengan sel epitel saluran pernapasan dapat dicegah. Tetapi virus

7
yang mengandung neurominidase pada permukaannya dapat memecah ikatan
tersebut. Virus selanjutnya akan melekat pada epitel permukaan saluran napas
untuk kemudian bereplikasi di dalam sel tersebut. Replikasi virus terjadi selama 4-
6 jam sehingga dalam waktu singkat virus dapat menyebar ke sel-sel didekatnya.
Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi yaitu pada
sel-sel kolumnar yang bersilia. Sel-sel yang terinfeksi akan membengkak dan
intinya mengkerut dan kemudian mengalami piknosis. Bersamaan dengan
terjadinya disintegrasi dan hilangnya silia selanjutnya akan terbentuk badan
inklusi.
Penyebaran dari virus extrapulmoner telah didokumentasikan secara
umum pada manusia, tetapi penyebaran sistemik adalah penampakan biasa dari
highly pathogenic avian viruses pada unggas dan beberapa binatang pengerat atau
binatang mamalia lain. Serum dan penghasilan antibodi mengarah ke HA dan NA
yang muncul sekitar 10 hari setelah terinfeksi.
Proteksi untuk menghindari terinfeksi kembali oleh jenis strain yang sama
dapat terjadi tergantung infeksi secara alamiah dan dihubungkan dengan serum
serta tingkat antibody neutralizing hidung, yang prinsipnya secara langsung
mencegah HA. Perbedaan pada gen PA, NP, M1, NS1, dan PB2 mengarah ke
hubungan dengan jenis influenza pada manusia, termasuk infeksi manusia pada
avian influenza. Aturan fungsional dari tanda-tanda genetik belum dapat
dipecahkan tetapi berkaitan dengan keterlibatan peningkatan kemampuan replikasi
dan supresi dari imunitas tubuh.
D. Etiologi Flu Burung
Penyebab flu burung pada bangsa unggas itu adalah virus influenza tipe A.
Virus Influenza A berasal dari keluarga orthomyxoviridae adalah virus RNA
berenvelop dengan dua glikoprotein permukaan : hemaglutinin dan
neurominidase. Sebagai virus berenvelop pemanasan akan merusak daya
infektivitasnya; penularan terjadi melalui saluran pernafasan bukan melalui
makanan. Ukuran diameter virions adalah 80 hingga 120 nm yang berbentuk
filament. Susunan virus terdiri dari 8 segmen berbeda dari “negative-stranded

8
RNA”. Virus influenza A dibagi dalam subtipe-subtipe berdasarkan perbedaan
serologik dan genetik glikoprotein permukaan dan gene yang mengkodenya.
Ada 15 subtipe hemaglutinin (H1-H15) dan 9 subtipe neurominidase (N1-
N9) telah diidentifikasi. Virus Influenza A dengan hemaglutinin subtipe H1, H2,
H3, dan neurominidase subtipe N1 dan N2 telah menyebabkan epidemi dan
pandemi sejak tahun 1900. Subtipe H5 dan H7 virus flu burung adalah yang
menyebabkan wabah dengan tingkat kematian tinggi (patogenik). Hanya ada satu
jalur dari virus flu burung yang tingkat kemampuan mematikannya tinggi atau
high-pathogenic avian influenza (HPAI) H5N1 yang dapat menginfeksi manusia
(zoonosis).
Dari penelitian menunjukkan, unggas yang sakit oleh Influenza A atau
virus H5N1 dapat mengeluarkan virus dengan jumlah besar dalam kotorannya.
Virus itu dapat bertahan hidup di air sampai empat hari pada suhu 22 derajat
Celcius dan lebih dari 30 hari pada nol derajat Celcius. Di dalam kotoran dan
tubuh unggas yang sakit, virus dapat bertahan lebih lama. Virus ini mati pada
pemanasan 56 derajat Celcius dalam 3 jam atau 60 derajat Celcius selama 30
menit. Bahan disinfektan formalin dan Iodine dapat membunuh virus yang
menakutkan ini.
Virus influenza B adalah jenis virus yang hanya menyerang manusia,
sedangkan virus influenza C, jarang ditemukan walaupun dapat menyebabkan
infeksi pada manusia dan binatang. Jenis virus influenza B dan C jarang sekali
atau tidak menyebabkan wabah pandemis. Virus flu burung hidup di dalam
saluran pencernaan unggas. Burung yang terinfeksi virus akan mengeluarkan virus
ini melalui saliva, cairan hidung, dan kotoran.
Avian virus avian influenza dapat ditularkan ke manusia dengan 2 jalan.
Pertama kontaminasi langsung dari lingkungan burung terinfeksi yang
mengandung virus kepada manusia. Cara lain adalah lewat perantara binatang
babi. Penularan diduga terjadi dari kotoran secara oral atau melalui saluran
pernafasan. Flu burung dapat menyebar dengan cepat di antara populasi unggas
dengan kematian yang tinggi. Bahkan dapat menyebar antar peternakan dari suatu
daerah ke daerah yang lain. Penyakit ini dapat juga menyerang manusia,lewat

9
udara yang tercemar virus itu. Belum ada bukti terjadinya penularan dari manusia
ke manusia. Juga belum terbukti adanya penularan pada manusia lewat daging
yang dikonsumsi. Orang yang mempunyai risiko besar untuk terserang flu burung
ini adalah pekerja peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas. Sebagian
besar kasus manusia telah ditelusuri pada kontak langsung dengan ayam yang
sakit.

E. Gambaran Epidemiologi Flu Burung


Gambaran epidemiologi flu burung yaitu :
1. Frekuensi Penyakit Flu Burung
Data epidemiologi yang berhubungan dengan penyakit flu burung
sampai bulan juni 2007 sebanyak 313 orang di seluruh dunia telah terjangkit virus
AI dengan 191 diantaranya meninggal (CFR=61%). Kasus penyakit ini meningkat
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 tercatat 4 kasus kemudian berkembang
menjadi 46 kasus (2004), 97 kasus (2005), 116 kasus (2006) dan pada tahun 2007
tertanggal 15 juni sudah dilaporkan terjadi 50 kasus dengan angka kematian 66%.
Negara yang terjangkit sebagian besar adalah negara-negara di Asia (Thailand,
Kamboja, Vietnam, Cina dan Indoneisa) tetapi sekarang sudah menyebar ke Irak
dan Turki.

2. Distribusi Penyakit Flu Burung


a. Distribusi Kasus Flu Burung Berdasarkan Kasus
Flu Burung merupakan penyakit yang menyerang manusia dan
hewan. Adapun orang yang mempunyai risiko besar untuk terserang flu burung
(H5N1) adalah pekerja peternakan, penjual, dan penjamaah unggas.
Faktor risiko penularan pada 200 kasus konfirmasi FB di Indonesia
adalah sebagai berikut : 89 kasus (45%) kontak langsung dengan unggas, unggas
sakit atau mati, 89 kasus (45%) kontak dengan lingkungan yang terkontaminasi, 3
(1,5%) kasus kontak dengan pupuk yang terkontaminasi dan sebanyak 19 kasus.

10
b. Distribusi Kasus Flu Burung Berdasarkan Umur
Berdasarkan kelompok umur, penderita FB lebih banyak terjadi
kelompok umur < 30 tahun. Dilihat dari grafik.2 sejak FB ada tahun 2005 sampai
dengan September 2017 banyaknya kasus mulai dari usia < 5 tahun sampai
dengan usia 29 tahun hampir sama, sehingga dapat terlihat bahwa kasus FB dapat
menyerang segala usia.

c. Distribusi Kasus Flu Burung Berdasarkan Jenis Kelamin


Berdasarkan grafik 3 jumlah penderita FB perempuan lebih banyak
dari pada laki-laki (Grafik 3).

11
3. Determinan Penyakit Flu Burung
a. Agent
Flu Burung disebabkan oleh virus influenza A (H5N1)
b. Host
1) Menurut Umur
Flu Burung dapat terjadi pada manusia. Penyakit ini dapat
menyerang pada semua umur, baik anak-anak, remaja, dan
orang tua. Sedangkan pada hewan dapat menyerang unggas.
2) Menurut Jenis Kelamin
Penyakit Flu Burung dapat menyerang semua jenis
kelamin, baik laki-laki maupun perempuan.

c. Lingkungan (Environment)
Keberadaan unggas di setiap peternakan, di rumah maupun di
kebun binatang yang merupakan sumber menyebarnya penyakit flu
burung.

F. Tanda/Gejala Flu Burung


Tanda-tanda/gejala seseorang terkena flu burung yaitu :
1. Lemas, penderita flu burung akan merasa sangat lemas.
2. Sakit kepala, seperti flu biasa, flu burung juga membuat kepala sang
penderita sakit.
3. Batuk dan hidung berlendir, tanda penyakit flu burung ini sangat mirip
seperti pada flu biasa.
4. Suhu badan meningkat/demam, suhu badan penderita flu burung
meningkat seperti tanda flu biasa.
5. Diare dan muntah, diare dan muntah juga merupakan tanda dari virus
flu burung
6. Mimisan dan gusi berdarah, tanda ini yang mungkin bisa menjadi
indikasi utama virus flu burung.

12
7. Nyeri otot, flu burung juga menyebabkan nyeri otot pada
penderitanya.
8. Sesak napas, sesak napas merupakan tanda yang mengindikasikan
virus flu burung.
G. Pencegahan dan Pengobatan Flu Burung
1. Pencegahan Flu Burung
Menurut Ririh (2006: 187-188) Tindakan pencegahan yang bisa kita
lakukan adalah:
1. Menjaga kebersihan diri sendiri antara lain mandi dan sering cuci
tangan dengan sabun, terutama yang sering bersentuhan dengan
unggas.
2. Membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal kita.
3. Menggunakan Alat Pelindung Diri (masker, sepatu, kaca mata dan topi
serta sarung tangan) bagi yang biasa kontak dengan unggas.
4. Melepaskan sepatu, sandal atau alas kaki lainnya di luar rumah.
5. Bersihkan alat pelindung diri dengan de terjen dan air hangat,
sedangkan benda yang tidak bisa kita bersihkan dengan baik dapat
dimusnahkan.
6. Memilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala flu burung) hindari
membeli unggas dari daerah yang diduga tertular flu burung.
7. Memilih daging unggas yang baik yaitu segar, kenyal (bila ditekan
daging akan kembali seperti semula), bersih tidak berlendir, berbau
dan bebas faeces dan kotoran unggas lainnya serta jauh dari lalat dan
serangga lainnya.
8. Sebelum menyimpan telur unggas dicuci lebih dulu agar bebas dari
faeces dan kotoran unggas lainnya.
9. Memasak daging dan telur unggas hingga 70 ºC sedikitnya selama 1
menit. Sejauh ini bukti ilmiah yang ada mengatakan aman
mengkonsumsi unggas dan produknya asal telah dimasak dengan baik.
10. Pola hidup sehat secara umum dapat mencegah flu seperti istirahat
cukup untuk menjaga daya tahan tubuh ditambah dengan makan

13
dengan gizi seimbang serta olah raga teratur dan jangan lupa komsumsi
vitamin C.
11. Hindari kontak langsung dengan unggas yang kemungkinan terinfeksi
flu burung, dan laporkan pada petugas yang berwenang bila melihat
gejala klinis flu burung pada hewan piaraan.
12. Tutup hidung dan mulut bila terkena flu agar tidak menyebarkan virus.
13. Pasien influenza dianjurkan banyak istirahat, banyak minum dan
makan makanan bergizi.
14. Membawa hewan ke dokter hewan atau klinik hewan untuk
memberikan imunisasi.
15. Sering mencuci sangkar atau kurungan burung dengan desinfektan dan
menjemurnya dibawah sinar matahari, karena sinar ultra violet dapat
mematikan virus flu burung ini.
16. Apabila anda mengunjungi pasien flu burung, ikuti petunjuk dari
petugas rumah sakit untuk menggunakan pakaian pelindung (jas lab)
masker, sarung tangan dan pelindung mata. Pada waktu meninggalkan
ruangan pasien harus melepaskan semua alat pelindung diri dan
mencuci tangan dengan sabun.
17. Bila ada unggas yang mati mendadak dengan tanda –tanda seperti flu
burung harus dimusnahkan dengan cara dibakar dan dikubur sedalam 1
meter.
2. Pengobatan Flu Burung
Pengobatan flu burung dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Oksigenasi bila terjadi sesak napas.
2. Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (Infus).
3. Anti replikasi neuramidase (Inhibitor) : Tamiflu dan Zanamivir.
4. Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam
waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg berat
badan per hari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45
diberikan 100 mg dengan 2 kali sehari.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit flu burung telah ditemukan di Italia pada tahun 1878 oleh
Perontico A. Sedangkan virus influenza pada telah dapat diidentifikasi pada tahun
1933 oleh Smith et al. (Sitepoe, 2010:36). Sampai pada tahun 1955 virus Avian
Influenza memiliki genom yang identik dengan virus influenza (flu) pada manusia
(Shaver, 1955 dalam Sitepoe, 2010:36).
Flu burung adalah penyakit influenza pada unggas, baim burung, bebek,
ayam, serta beberapa binatang seperti babi. Data lain menunjukkan penyakit ini
juga dapat pula mengena pada burung puyuh dan burung onta. Penyakit pada
binatang ini telah ditemukan sejak 100 tahun lalu di Italia, tepatnya 1878. Pada
tahun 1924-1925 wabah ini merebak di Amerika Serikat. (Tjandra. 2005 : 2).
Penyebaran virus Avian Influenza (AI) terjadi melalui udara (droplet
infection) di mana virus dapat tertanam pada membran mukosa yang melapisi
saluran napas atau langsung memasuki alveoli (tergantung dari ukuran droplet).
Virus yang tertanam pada membran mukosa akan terpajan mukoprotein yang
mengandung asam sialat yang dapat mengikat virus. Reseptor spesifik yang dapat
berikatan dengan virus influenza berkaitan dengan spesies darimana virus berasal.
Penyebab flu burung pada bangsa unggas itu adalah virus influenza tipe A.
Virus Influenza A berasal dari keluarga orthomyxoviridae adalah virus RNA
berenvelop dengan dua glikoprotein permukaan : hemaglutinin dan
neurominidase.
Faktor risiko penularan pada 200 kasus konfirmasi FB di Indonesia adalah
sebagai berikut : 89 kasus (45%) kontak langsung dengan unggas, unggas sakit
atau mati, 89 kasus (45%) kontak dengan lingkungan yang terkontaminasi, 3
(1,5%) kasus kontak dengan pupuk yang terkontaminasi dan sebanyak 19 kasus.
Tanda-tanda/gejala seseorang terkena flu burung yaitu : Lemas, penderita
flu burung akan merasa sangat lemas; Sakit kepala, seperti flu biasa, flu burung
juga membuat kepala sang penderita sakit; Batuk dan hidung berlendir, tanda
penyakit flu burung ini sangat mirip seperti pada flu biasa; Suhu badan

15
meningkat/demam, suhu badan penderita flu burung meningkat seperti tanda flu
biasa; Diare dan muntah, diare dan muntah juga merupakan tanda dari virus flu
burung.
Menurut Ririh (2006: 187-188) Tindakan pencegahan yang bisa kita
lakukan adalah: Menjaga kebersihan diri sendiri antara lain mandi dan sering cuci
tangan dengan sabun, terutama yang sering bersentuhan dengan unggas;
Membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal kita; Menggunakan Alat
Pelindung Diri (masker, sepatu, kaca mata dan topi serta sarung tangan) bagi yang
biasa kontak dengan unggas; Melepaskan sepatu, sandal atau alas kaki lainnya di
luar rumah; Bersihkan alat pelindung diri dengan de terjen dan air hangat,
sedangkan benda yang tidak bisa kita bersihkan dengan baik dapat dimusnahkan.

B. Saran
Setelah kita mengetahui tentang apa itu flu burung dan penyebab serta
tanda/gejala jika seseorang terkena flu burung, sebaiknya kita lebih mawas diri
dalam menjaga kesehatan terutama dalam memilih unggas serta jika kita memiliki
peternakan unggas maka ada baiknya kita sering merawat serta membersihkan
kandang unggas tersebut agar kita terhindar dari penyakit menular flu burung ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bennet, N. John, Avian Influenza. [online]. 2008. [cited 2009 september 9].
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/238049.
Hudyono,Johannes. Kamarudzaman, Kamaliah. Cara Penularan, Gejala, dan
Perawatan Flu Burung. Jakarta:Majalah Kedokteran Meditek volume 14 no
38. 2006; 9-12
Judarwanto, Widodo. Penatalaksanaan Flu Burung Pada Manusia. Jakarta:Dexa
Medica Jurnal Kedokteran dan Farmasi no 4 volume 18. 2005; 171-173
Nainggolan L, Chen, Kie. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Avian Influenza dan
SARS). 4th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007;
1719-1726.
Subuh, M. (2017). Pedoman Penanggulangan Flu Burung. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.

Weller, Peter F.Guerrant, Richard L. Walker, David H. Tropical Infectious


Diseases Principles, Pathogens, & Practice 2nd Ed. Philadelphia: Elsevier
Churchill Livingstone. 2006; 639-642

17

Anda mungkin juga menyukai