Anda di halaman 1dari 12

PUSAT PENDIDIKAN SABHARA POLRI

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA

BAB I
DEFINISI

1. Kekerasan Fisik adalah ekspresi dari apa baik yang dilakukan secara fisik yang
mencerminkan tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat
seseorang, Kekerasan fisik dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok
orang.

2. Perlindungan Pasien Terhadap Kekerasan Fisik adalah suatu upaya rumah


sakit untuk melindungi pasien dari kekerasan fisik oleh pengunjung, pasien lain
atau staf rumah sakit.

3. Bayi Baru Lahir (Neonatus) adalah bayi dalam kurun waktu satu jam pertama
kelahiran.

4. Bayi Yang Lahir Normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan
37minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.

5. Anak – Anak adalah masa yang dimulai dari periode bayi sampai masa pubertas
yaitu 13-14 tahun.

6. Lansia (Lanjut Usia) adalah periode dalam kehidupan yang ditandai dengan
menurunnya kemampuan fisik dan psikologis. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan
(middleage) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old)
75 –90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

7. Orang Dengan Gangguan Jiwa adalah orang yang mengalami suatu


perubahan pada fungsi kejiwaan, keadaan ini ditandai dengan adanya gangguan
pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau
hambatan dalam melaksanakan peran sosial.

8. Orang dengan cacat fisik adalah orang yang mngalami berkurangnya sutu fungsi
secara objektif dapat diukur atau dilihat, karena adanya kehilangan atau kelainan
dari bagian tubuh/organ seseorang.

9. Narapidana adalah orang-orang yang sedang menjalani sanksi kurungan/ sanksi


lainnya menurut perundang undangan karena melanggar norma hokum yang ada

10. Korban KDRT adalah pasien terutama perempuan sebagai korban dari segala
bentuk kekerasan yang berakibat timbulnya kesengsaraan /penderitaan secara
fisik, seksual,psikologis / penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melkukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hokum dalam lingkup rumah tangga.
BAB II
RUANG LINGKUP

Rumah sakit mempunyai kewajiban untuk melindungi pasien dari tindakan


kekerasan fisik yang mungkin terjadi di dalam rumah sakit. Kekerasan fisik di rumah
sakit dapat dialami oleh:

1. Bayi baru lahir (Neonatus) dan Anak – Anak

Kekerasan terhadap bayi meliputi semua bentuk tindakan/perlakuan


menyakitkan secara fisik, pelayanan medis yang tidak standar seperti inkubator
yang tidak layak pakai, penculikan, bayi tertukar dan penelantaran bayi. Menurut
data dari Kementerian Kesehatan Kasus penculikan bayi menujukkan
peningkatan dari 72 kasus di tahun 2011 menjadi 102 ditahun 2012, diantaranya
25% terjadi di rumah sakit, rumah bersalin, dan puskesmas.

2. Kekerasan pada anak (child abuse)


Kekerasan pada anak yang terjadi di rumah sakit adalah perlakuan kasar yang
dapat menimbulkan penderitaan, kesengsaraan, penganiayaan fisik, seksual,
penelantaran (ditinggal oleh orangtuanya di rumah sakit), maupun emosional,
yang diperoleh dari orang dewasa yang ada dilingkungan rumah sakit. Hal
tersebut mungkin dilakukan oleh orang tuanya sendiri, pasien lain atau
pengunjung atau oleh staf rumah sakit. Terjadinya kekerasan fisik adalah dengan
penggunaan kekuasaan atau otoritasnya, terhadap anak yang tidak berdaya
yang seharusnya diberikan perlindungan
3. Lansia

Dalam kehidupan sosial, kita mengenal adanya kelompok rentan, yaitu semua
orang yang menghadapi hambatan atau keterbatasan dalam menikmati standar
kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan berlaku umum bagi suatu
masyarakat yang berperadaban. Salah satu contoh kelompok rentan tersebut
adalah orang-orang lanjut usia (lansia). Ternyata, walau sudah memiliki
keterbatasan, lansia juga rentan terhadap kekerasan. Menurut statistik, lebih dari
dua juta lansia mengalami kekerasan setiap tahunnya.

Kekerasan pada lansia adalah suatu kondisi ketika seorang lansia mengalami
kekerasan oleh orang lain. Dalam banyak kasus, kekerasan fisik datang dari 5
orang-orang yang mereka percayai. Karenanya, mencegah kekerasan
pada lansia dan meningkatkan kesadaran akan hal ini, menjadi suatu
tugas yang sulit. Statistik dari Dinas Pelayanan di New Zealand
menunjukkan bahwa kebanyakan, orang-orang yang melakukan
kekerasan terhadap lansia merupakan anggota keluarga atau orang
yang berada pada posisi yang mereka percayai, seperti: pasangan
hidup, anak, menantu, saudara, cucu, ataupun perawat. Kekerasan fisik
pada lansia di rumah sakit, yaitu bias berupa perkosaan, pemukulan,
dipermalukan/ diancam seperti anak kecil, diabaikan/diterlantarkan, atau
mendapatkan perawatan yang tidak standar.

5. Orang dengan gangguan jiwa

Pasien dengan gangguan jiwa terkadang tidak bisa mengendalikan


perilakunya, sehingga pasien tersebut perlu dilakukan tindakan
pembatasan gerak (restraint) atau menempatkan pasien di kamar isolasi.
Tindakan ini bertujuan agar pasien dibatasi pergerakannya karena dapat
mencederai orang lain atau dicederai orang lain, Bila tindakan isolasi
tidak bermanfaat dan perilaku pasien tetap berbahaya, berpotensi
melukai diri sendiri atau orang lain maka alternatif lain adalah dengan
melakukan pengekangan/pengikatan fisik (restraint).

Kekerasan fisik pada pasien jiwa yang dilakukan restrain di rumah


sakit, bisa disebabkan oleh tindakan restrain yang tidak sesuai prosedur,
atau menggunakan pengikat yang tidak standar. Selain itu, pasien jiwa
yang dilakukan restrain mudah menerima kekerasan fisik, baik dari
pengunjung lain, sesame pasien jiwa, maupun oleh tenaga medis. Hal ini
disebabkan oleh karena kondisi pasien yang “ terikat “ sehingga mudah
mendapatkan serangan.

6. Orang dengan cacat fisik


Orang dengan cacat fisik adalah orang yang mngalami berkurangnya
sutu fungsi secara objektif dapat diukur atau dilihat, karena adanya
kehilangan atau kelainan dari bagian tubuh/organ seseorang.

7. Narapidana
Narapidana adalah orang-orang yang sedang menjalani sanksi
kurungan/ sanksi lainnya menurut perundang undangan karena
melanggar norma hokum yang ada

8. Korban KDRT
Korban KDRT adalah pasien terutama perempuan sebagai korban dari
segala bentuk kekerasan yang berakibat timbulnya kesengsaraan
/penderitaan secara fisik, seksual,psikologis / penelantaran rumah
tangga termasuk ancaman untuk melkukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hokum dalam lingkup
rumah tangga
BAB III
TATA LAKSANA

1. Tata laksana RS Bhayangkara Pusdik Sabhara Porong melindungi


pasien dari kekerasan fisik

1. Tata laksana dari perlindungan terhadap kekerasan fisik pada


pasien sebagai berikut :
a. Petugas Rumah Sakit Bhayangkara Pusdik Sabhara Porong
melakukan proses identifikasi pasien beresiko melalui
pengkajian secara terperinci
b. Bila tindak kekerasan fisik dilakukan oleh pasien, perawat
unit bertanggung jawab untuk mengamankan kondisi dan
memanggil dokter medis untuk menilai kebutuhan fisik
dan psikologis dan mengecualikan masalah medis pasien
tersebut.
c. Bila tindak kekerasan dilakukan oleh anggota staf rumah sakit,
perawat unit bertanggung jawab menegur staf tersebut dan
melaporkan insiden ke Kepala bagian / Instalasi terkait untuk
diproses lebih lanjut.
d. Bila tindak kekerasan dilakukan oleh pengunjung, staf
bertanggung jawab dan memiliki wewenang untuk
memutuskan diperbolehkan atau tidak pengunjung tersebut
memasuki area Rumah Sakit Bhayangkara Pusdik Sabhara
Porong
e. Monitoring di setiap lobi, koridor Rumah Sakit, unit rawat inap,
rawat jalan maupun dilokasi terpencil atau terisolasi
f. Setiap pengunjung Rumah Sakit selain keluarga pasien meliputi
tamu Rumah Sakit, detailer, pengantar obat atau barang dan
lain – lain wajib melapor ke petugas security dan wajib
memakai kartu tamu.
g. Pemberlakuan jam berkunjung pasien :
Pagi : jam 10.00 – 12.00 WIB
Sore : jam 16.00 – 19.00 WIB
h. Petugas security berwenang menanyai pengunjung yang
mencurigakan dan mendampingi pengunjung tersebut sampai
ke pasien yang dimaksud
i. Staf perawat unit wajib melapor kepada petugas security
apabila menjumpai pengunjung yang mencurigakan atau
pasien yang dirawat membuat keonaran maupun kekerasan.
j. Pengunjung diatas jam 19.00 WIB wajib lapor dan menulis
identitas pengunjung pada petugas security.

2. Tata laksana perlindungan terhadap pasien usia lanjut dangan


gangguan kesadaran :
a. Pasien rawat jalan
1) Pendampingan oleh petugas penerimaan pasien
dan mengantar sampai ketempat periksa yang dituju
dengan memakai alat bantu bila diperlukan.
2) Perawat poli umum, spesialis dan gigi wajib
mendampingi pasien saat dilakukan pemeriksaan sampai
selesai.

b. Pasien rawat inap


1) Penempatan pasien di kamar rawat inap sedekat mungkin
dengan kantor perawat.
2) Perawat memastikan dan memasang pengaman tempat
tidur
3) Perawat memastikan bel pasien mudah dijangkau oleh
pasien dan
dapat digunakan.
4) Meminta untuk menjaga pasien baik oleh keluarga atau
pihak yang ditunjuk dan dipercaya

3. Tata Laksana perlindungan terhadap penderita cacat :


a. Petugas penerima pasien melakukan proses penerimaan
pasien penderita cacat baik rawat jalan maupun rawat
inap dan wajib membantu serta menolong sesuai dengan
kecacatan yang disandang sampai proses selesai dilakukan.
b. Bila diperlukan, perawat meminta pihak keluarga untuk
menjaga pasien atau pihak lain yang ditunjuk.
c. Memastikan bel pasien mudah dijangkau oleh pasien dan
memastikan dapat menggunakan bel tersebut.
d. Perawat memasang dan memastikan pengaman tempat tidur

4. Tata laksana perlindungan terhadap anak–anak

a. Ruang perinatologi harus dijaga minimal satu orang perawat


atau bidan, ruangan tidak boleh ditinggalkan tanpa ada
perawat atau bidan yang menjaga
b. Perawat meminta surat pernyataan secara tertulis kepada
orang tua apabila akan dilakukan tindakan yang memerlukan
pemaksaan.
c. Perawat memberikan bayi dari ruang perinatologi hanya
kepada
ibu kandung bayi bukan kepada keluarga yang lain.

5. Tata laksana perlindungan terhadap pasien yang beresiko disakiti


(resiko penyiksaan, napi, korban dan tersangka tindak pidana,
korban kekerasan dalam rumah tangga)
a. Pasien ditempatkan di kamar perawatan sedekat mungkin
dengan kantor perawat
b. Pengunjung maupun penjaga pasien wajib lapor dan
mencatat dentitas di kantor perawat, berikut dengan penjaga
maupun pengunjung pasien lain yang satu kamar perawatan
dengan pasien beresiko.
c. Perawat berkoordinasi dengan satuan pengaman/ security
untuk memantau lokasi perawatan pasien, penjaga maupun
pengunjung pasien
d. Koordinasi dengan pihak berwajib bila diperlukan
Penanganan Apabila Terjadi Kekerasan Fisik Dan Gangguan
A. Kekerasan Fisik
1. Apabila terjadi gangguan kekerasan fisik yang tiba-tiba oleh
pengunjung pasien lain, petugas, keluarga. Petugas piket ruangan
yang mengetahui segera berteriak “CODE GREY” dan segera
menghubungi petugas keamanan ke nomor ekstension 115.
2. Petugas satpam/security dan petugas Jaga Pawas mendatangi untuk
mencegah / menghalangi / bertindak mengamankan, selanjutnya
melaporkan ke Karumkit / Waka Rumkit.
3. Apabila tidak bisa diselesaikan, diproses secara hukum dengan
menghubungi petugas kepolisian dari Polres sidoarjo. Apabila
diperlukan rekaman kejadian CCTV, Karumkit memerintahkan
Petugas yang menguasai operasional CCTV untuk memutar rekaman
kejadian disaksikan oleh Kasubbag wasintern, Koordinator Satpam,
Piket Jaga pawas dan piket satpam saat kejadian.

B. Penculikan Bayi
1. Apabila terjadi Penculikan Bayi/anak hilang/diculik petugas segera
berteriak
“CODE PINK” dan menghubungi petugas keamanan ke nomor
ekstension 115
2. Petugas ruangan dan petugas piket ruangan melakukan
pemeriksaan pada ruang bayi dan anak.
3. Petugas Jaga pawas dan satpam menutup seluruh akses keluar
masuk pengunjung dan salah satu petugas keamanan tetap
memonitor CCTV.
4. Petugas Jaga pawas dan satpam mendatangi tempat kejadian
penculikan, dan segera melakukan pemeriksaan pada seluruh area
RS dan jika sasaran terlihat, amankan tersangka, apabila tidak
memungkinkan hubungi petugas kepolisian untuk tindakan
selanjutnya.

A. Ancaman Bom
1. Apabila terjadi ancaman peledakan bom lewat telepon, langkah –
langkahnya sebagai berikut :
a. Hadapi dengan tenang, jangan panik dan usahakan mencari
sebanyak-banyaknya informasi tentang si penelepon.
b. Siapkan catatan identifikasi kata - kata dari pemberi ancaman
Bom.
c. Tetap menjaga sopan santun sehingga penelepon tidak
tersinggung dan tidak segera menutup telepon.
d. Usahakan agar bisa berbicara selama mungkin dengan mencari
informasi tentang :
1) Identifikasi penelepon.
2) Dari kelompok mana.
3) Dimana kira-kira bom dipasang.
4) Berapa banyak bom yang dipasang.
5) Kapan kira-kira bom akan meledak.
6) Apa tuntutan pemasang bom.
7) Apakah ada jalan untuk bernegosiasi agar bom tidak diledakan.
e. Segera laporkan kejadian tersebut kepada petugas keamanan
f. Petugas Keamanan segera mendatangi lokasi kejadian dan
memasang pita perimeter untuk melokalisir lokasi dan membatasi
area dari pengunjung rumah sakit.
g. Petugas keamanan menghubungi Petugas Jaga pawas.
h. Petugas Jaga Pawas segera lapor Ke Karumkit/Waka Rumkit.
i. Atas petunjuk pimpinan apabila diperlukan melapor ke petugas
kepolisian setempat
2. Penanganan Bom yang belum meledak.
a. Apabila ada penemuan benda yang dicurigai sebagai bom jangan
diperlakukan dengan sembarangan.
b. Petugas Rumah sakit siapa saja yang menemukan atau
mendapat laporan benda yang dicurigai sebagai bom segera
teriak “ CODE BLACK “ dan minta tolong kepada petugas jaga
ruang terdekat agar segera menghubungi security di nomor
ekstensi 115.
c. Petugas Jaga Pawas dan Satpam melakukan Isolasi tempat.
d. Berikan tanda bahaya yang jelas dan jangan terlalu dekat.
e. Jangan mengganggu benda yang dicurigai bom (Memegang,
menggoncang-kan, memindahkan, dll).
f. Pasang pita perimeter supaya tidak ada orang yang melintas /
mendekati lokasi.
g. Segera lapor ke pimpinan (Waka/ Karumkit)
h. Laporkan kepada pihak kepolisian apabila sudah ada petunjuk
pimpinan.
i. Hindari penggunaan HT atau HP didekat area penemuan bom.
j. Lakukan prosedur evakuasi.
k. Evakuasi dilakukan dengan setenang mungkin agar tidak panik.
l. Petugas piket ruangan dan petugas piket lainnya menenangkan
dan inventarisir seluruh pasien dan keluarga serta personil
Rumah Sakit di tempat aman.
m. Laporkan kepada pimpinan Rumah Sakit hasil dari inventarisir
untuk tindak lanjut kemungkinan mengadakan penyisiran area
rumah Sakit.
n. Atas petunjuk pimpinan,segera melaporkan ke kepolisian
setempat
3. Penangan kondisi setelah Bom meledak
a. Petugas Rumah sakit siapa saja yang melihat Kondisi setelah
bom meledak atau mendapat laporan ada bom meledak diarea
rumah sakit segera tekan telepon 115 mengantakan “CODE
BLACK “ di ruang.
b. Petugas Jaga Wasdal dan Satpam melakukan Isolasi tempat
(Tutup area) dan mendatangi lokasi

c. Berlakukan status quo (tidak boleh merubah, memindahkan,


menyentuh barang bukti).
d. Berikan Pertolongan kegawat daruratan akan tetapi melihat
situasi keamanan penolong lebih diperhatikan.
e. Evakuasi dan inventarisir sesuai keadaan
f. Perkuat pengamanan sampai tim gegana / kepolisian datang.
g. Laporkan langkah-langkah awal yang telah dilakukan kepada
pihak kepolisian (Polres Lumajang).
h. Seluruh personil Rumah Sakit dilarang :
1) Memberikan statement kepada pers tanpa seijin pimpinan.
2) Membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan kejadian.
2. Tata laksana RS. Bhayangkara melindungi pasien dari kesalahan
asuhan medis

a. Memberikan asuhan medis sesuai panduan praktek klinis dan clinical


pathway

b. Mengupayakan sarana prasarana yang safety untuk asuhan medik


dan keperawatan.

c. Melakukan sosialisasi kepada semua tenaga kesehatan yang bertugas


BAB IV
DOKUMENTASI

1. Prosedur Menerima Pengunjung Rumah Sakit

2. Prosedur Penunggu pasien rawat inap

3. Prosedur Pemantauan Terhadap Lingkungan Terpencil

4. Prosedur Perlindungan Terhadap Kekerasan Fisik

5. Daftar Pengunjung Rumah Sakit diluar jam kunjung

6. Daftar Kelompok yang Beresiko terjadi kekerasan fisik


BAB V
PENUTUP

Demikian panduan ini dibuat agar dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan
pelayanan RS Bhayangkara Pusdik Sabhara Porong dalam melindungi pasien dan
keluarga dari resiko terjadinya kekerasan fisik sehingga pasien dan keluarga terjamin
keamanan dan keselamatannya selama dalam perawatan.

Ditetapkan di :Porong
Pada tanggal : 15 Maret 2016

KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA


PUSDIK SABHARA

Dr. NARIYANA, M. Kes


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 72040686

Anda mungkin juga menyukai