BAB I
DEFINISI
1. Kekerasan Fisik adalah ekspresi dari apa baik yang dilakukan secara fisik yang
mencerminkan tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat
seseorang, Kekerasan fisik dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok
orang.
3. Bayi Baru Lahir (Neonatus) adalah bayi dalam kurun waktu satu jam pertama
kelahiran.
4. Bayi Yang Lahir Normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan
37minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
5. Anak – Anak adalah masa yang dimulai dari periode bayi sampai masa pubertas
yaitu 13-14 tahun.
6. Lansia (Lanjut Usia) adalah periode dalam kehidupan yang ditandai dengan
menurunnya kemampuan fisik dan psikologis. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan
(middleage) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old)
75 –90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
8. Orang dengan cacat fisik adalah orang yang mngalami berkurangnya sutu fungsi
secara objektif dapat diukur atau dilihat, karena adanya kehilangan atau kelainan
dari bagian tubuh/organ seseorang.
10. Korban KDRT adalah pasien terutama perempuan sebagai korban dari segala
bentuk kekerasan yang berakibat timbulnya kesengsaraan /penderitaan secara
fisik, seksual,psikologis / penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melkukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hokum dalam lingkup rumah tangga.
BAB II
RUANG LINGKUP
Dalam kehidupan sosial, kita mengenal adanya kelompok rentan, yaitu semua
orang yang menghadapi hambatan atau keterbatasan dalam menikmati standar
kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan berlaku umum bagi suatu
masyarakat yang berperadaban. Salah satu contoh kelompok rentan tersebut
adalah orang-orang lanjut usia (lansia). Ternyata, walau sudah memiliki
keterbatasan, lansia juga rentan terhadap kekerasan. Menurut statistik, lebih dari
dua juta lansia mengalami kekerasan setiap tahunnya.
Kekerasan pada lansia adalah suatu kondisi ketika seorang lansia mengalami
kekerasan oleh orang lain. Dalam banyak kasus, kekerasan fisik datang dari 5
orang-orang yang mereka percayai. Karenanya, mencegah kekerasan
pada lansia dan meningkatkan kesadaran akan hal ini, menjadi suatu
tugas yang sulit. Statistik dari Dinas Pelayanan di New Zealand
menunjukkan bahwa kebanyakan, orang-orang yang melakukan
kekerasan terhadap lansia merupakan anggota keluarga atau orang
yang berada pada posisi yang mereka percayai, seperti: pasangan
hidup, anak, menantu, saudara, cucu, ataupun perawat. Kekerasan fisik
pada lansia di rumah sakit, yaitu bias berupa perkosaan, pemukulan,
dipermalukan/ diancam seperti anak kecil, diabaikan/diterlantarkan, atau
mendapatkan perawatan yang tidak standar.
7. Narapidana
Narapidana adalah orang-orang yang sedang menjalani sanksi
kurungan/ sanksi lainnya menurut perundang undangan karena
melanggar norma hokum yang ada
8. Korban KDRT
Korban KDRT adalah pasien terutama perempuan sebagai korban dari
segala bentuk kekerasan yang berakibat timbulnya kesengsaraan
/penderitaan secara fisik, seksual,psikologis / penelantaran rumah
tangga termasuk ancaman untuk melkukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hokum dalam lingkup
rumah tangga
BAB III
TATA LAKSANA
B. Penculikan Bayi
1. Apabila terjadi Penculikan Bayi/anak hilang/diculik petugas segera
berteriak
“CODE PINK” dan menghubungi petugas keamanan ke nomor
ekstension 115
2. Petugas ruangan dan petugas piket ruangan melakukan
pemeriksaan pada ruang bayi dan anak.
3. Petugas Jaga pawas dan satpam menutup seluruh akses keluar
masuk pengunjung dan salah satu petugas keamanan tetap
memonitor CCTV.
4. Petugas Jaga pawas dan satpam mendatangi tempat kejadian
penculikan, dan segera melakukan pemeriksaan pada seluruh area
RS dan jika sasaran terlihat, amankan tersangka, apabila tidak
memungkinkan hubungi petugas kepolisian untuk tindakan
selanjutnya.
A. Ancaman Bom
1. Apabila terjadi ancaman peledakan bom lewat telepon, langkah –
langkahnya sebagai berikut :
a. Hadapi dengan tenang, jangan panik dan usahakan mencari
sebanyak-banyaknya informasi tentang si penelepon.
b. Siapkan catatan identifikasi kata - kata dari pemberi ancaman
Bom.
c. Tetap menjaga sopan santun sehingga penelepon tidak
tersinggung dan tidak segera menutup telepon.
d. Usahakan agar bisa berbicara selama mungkin dengan mencari
informasi tentang :
1) Identifikasi penelepon.
2) Dari kelompok mana.
3) Dimana kira-kira bom dipasang.
4) Berapa banyak bom yang dipasang.
5) Kapan kira-kira bom akan meledak.
6) Apa tuntutan pemasang bom.
7) Apakah ada jalan untuk bernegosiasi agar bom tidak diledakan.
e. Segera laporkan kejadian tersebut kepada petugas keamanan
f. Petugas Keamanan segera mendatangi lokasi kejadian dan
memasang pita perimeter untuk melokalisir lokasi dan membatasi
area dari pengunjung rumah sakit.
g. Petugas keamanan menghubungi Petugas Jaga pawas.
h. Petugas Jaga Pawas segera lapor Ke Karumkit/Waka Rumkit.
i. Atas petunjuk pimpinan apabila diperlukan melapor ke petugas
kepolisian setempat
2. Penanganan Bom yang belum meledak.
a. Apabila ada penemuan benda yang dicurigai sebagai bom jangan
diperlakukan dengan sembarangan.
b. Petugas Rumah sakit siapa saja yang menemukan atau
mendapat laporan benda yang dicurigai sebagai bom segera
teriak “ CODE BLACK “ dan minta tolong kepada petugas jaga
ruang terdekat agar segera menghubungi security di nomor
ekstensi 115.
c. Petugas Jaga Pawas dan Satpam melakukan Isolasi tempat.
d. Berikan tanda bahaya yang jelas dan jangan terlalu dekat.
e. Jangan mengganggu benda yang dicurigai bom (Memegang,
menggoncang-kan, memindahkan, dll).
f. Pasang pita perimeter supaya tidak ada orang yang melintas /
mendekati lokasi.
g. Segera lapor ke pimpinan (Waka/ Karumkit)
h. Laporkan kepada pihak kepolisian apabila sudah ada petunjuk
pimpinan.
i. Hindari penggunaan HT atau HP didekat area penemuan bom.
j. Lakukan prosedur evakuasi.
k. Evakuasi dilakukan dengan setenang mungkin agar tidak panik.
l. Petugas piket ruangan dan petugas piket lainnya menenangkan
dan inventarisir seluruh pasien dan keluarga serta personil
Rumah Sakit di tempat aman.
m. Laporkan kepada pimpinan Rumah Sakit hasil dari inventarisir
untuk tindak lanjut kemungkinan mengadakan penyisiran area
rumah Sakit.
n. Atas petunjuk pimpinan,segera melaporkan ke kepolisian
setempat
3. Penangan kondisi setelah Bom meledak
a. Petugas Rumah sakit siapa saja yang melihat Kondisi setelah
bom meledak atau mendapat laporan ada bom meledak diarea
rumah sakit segera tekan telepon 115 mengantakan “CODE
BLACK “ di ruang.
b. Petugas Jaga Wasdal dan Satpam melakukan Isolasi tempat
(Tutup area) dan mendatangi lokasi
Demikian panduan ini dibuat agar dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan
pelayanan RS Bhayangkara Pusdik Sabhara Porong dalam melindungi pasien dan
keluarga dari resiko terjadinya kekerasan fisik sehingga pasien dan keluarga terjamin
keamanan dan keselamatannya selama dalam perawatan.
Ditetapkan di :Porong
Pada tanggal : 15 Maret 2016