Anda di halaman 1dari 7

PROGRAM KERJA PELAYANAN TIM TB

RUMAH SAKIT NUR HIDAYAH

TAHUN 2017

1. Pendahuluan
Penyakit tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman M.
Tuberculosis yang dapat menyerang semua organ tubuh manusia. Penyebaran penyakit
ini awalnya dari droplet atau percikan air ludah. Namun seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, penyakit ini sekarang merupakan airborne disease sehingga dapat
diartikan bahwa apabila dalam satu ruangan ada seorang dengan TB BTA positif
berbicara maka semua orang yang ada di ruang tersebut berpotensi untuk tertular.
Perkembangan penyakit TB yang cepat menyebar di seluruh negara mengakibatkan
WHO menetapkan TB merupakan suatu kegawatan global sehingga perlu penanganan
yang cepat dan efisien. Salah satu caranya dengan metoda DOTS yang dianggap paling
efektif dalam menangani TB. Metoda DOTS dinilai mampu memberikan hasil yang
maksimal dan dapat diterapkan di fasilitas kesehatan tingkat dasar seperti puskesmas
dan fasilitas kesehatan lanjutan seperti rumah sakit.
Dengan dibuatnya program DOTS diharapkan memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap upaya penemuan pasien TB, dilanjutkan dengan pengobatan yang
sesuai dengan standar yang ditetapkan dan tercapai tingkat kesembuhan yang
diharapkan. Dalam penemuan pasien TB, tidak menutup kemungkinan ditemukannya
pasien TB dengan HIV/AIDS positif (koinfeksi HIV).
Hingga saat ini HIV masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
utama di Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan sampai dengan bulan Desember
2014, di DIY kasus HIV/AIDS telah mencapai 2.933, dengan rincian 1.755 kasus HIV dan
1.178 kasus AIDS. Dari lima kabupaten/kota di DIY, kota Yogyakarta menempati urutan
pertama dengan total jumlah kasus HIV/AIDS sebanyak 802 kasus, yaitu 554 kasus HIV
dan 248 kasus AIDS.

2. Latar Belakang
Strategi DOTS telah terbukti sangat efektif untuk pengendalian TB, tetapi beban
penyakit TB di masyarakat masih sangat tinggi. Penyebab utama meningkatnya masalah
TB antara lain adalah:
a. Komitmen politik khususnya penandaan yang tidak memadai
b. Organisasi pelayanan TB yang belum memadai (kurangnya akses ke
pelayanan, obat tidak selalu terjamin ketersdiaannya, keterbatasan jumlah
pengawas penelan obat, pencatatan dan pelaporan yang belum terbatas)
c. Tatalaksana kasus yang belum memadai (penemuan kasus dan pengobatan
yang tidak standar)
d. Dampak pandemi HIV dan berkembangnya masalah MDR-TB

1
Dalam menyikapi hal tersebut RS Nur Hidayah memulai untuk mengendalikan
TB dengan strategi DOTS. Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan
pasien, prioritas diberikan kepada pasien TB tipe menular (TB paru) dengan cara
memutuskan rantai penularan TB. Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan
cara terbaik dalam upaya pencegahan penularan TB. Selain itu, RS Nur Hidayah
melakukan pengendalian HIV/AIDS dengan upaya skrining awal bagi pasien yang
dicurigai HIV/AIDS dan pemeriksaan HIV pada ibu hamil. Upaya pengendalian HIV/AIDS
ini dilakukan karena saat ini RS Nur Hidayah belum mampu melakukan pengobatan ARV
dan bukan rumah sakit yang ditunjuk sebagai rumah sakit rujukan ODHA.
Sekitar 75% penderita TB adalah pada usia produktif yang karena sakitnya ini
diperkirakan kehilangan waktu kerjanya antara 3-4 bulan, dan ini berdampak pada
kehilangan pendapatan tahunan rumah tangga. Jadi penyakit TB selain berdampak pada
ekonomi juga berdampak buruk secara sosial seperti stigma dan dikucilkan masyarakat.
Menurut data, RS Nur Hidayah pada tahun 2015 telah memenuhi target
dengan angka kesembuhan 100% dan angka keberhasilan 77%. Dengan pertimbangan
keberhasilan RS Nur Hidayah dalam melaksanakan program DOTS membuat petugas
TB DOTS RS Nur Hidayah semakin semangat untuk menjalankan program tersebut.
Sedangkan untuk penanggulangan HIV/AIDS pada tahun 2015, RS Nur Hidayah merujuk
2 pasien dengan hasil tes HIV (+).
Pandemi HIV merupakan tantangan terbesar dalam pengendalian TB. Di
Indonesia diperkirakan sekitar 3% pasien TB dengan status HIV positif. Sebaliknya TB
merupakan tantangan bagi pengendalian AIDS karena merupakan infeksi oportunistik
terbanyak pada ODHA. Penanganan penyakit TB merupakan komitmen global dan
nasional saat ini, dalam upaya mencapai target Millenium Development Goals (MDG’s)
pada tahun 2015. Kunci keberhasilan program pengendalian TB adalah melalui strategi
Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS). Pengendaliam HIV/AIDS sesuai
dengan Pedoman Pengendalian HIV 2012.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka Tim TB RS Nur Hidayah menyusun
program kerja yang dapat memudahkan tercapainya program-program yang telah
direncanakan.

3. Tujuan
Umum :
a. Ikut berpartisipasi aktif dengan pemerintah dalam menanggulangi tuberkulosis di DIY
pada umumnya dan di daerah Bantul pada umumnya dengan metoda DOTS.
b. Terlaksananya kolaborasi tim TB di RS Nur Hidayah

Khusus :
a. Memastikan bahwa pasien TB di rumah sakit Nur Hidayah dikelola dengan metoda
DOTS.
b. Meningkatkan penemuan kasus TB yang diukur berdasarkan :
1) Proporsi pasien TB BTA positif diantara suspek

2
2) Proporsi pasien TB BTA positif diantara semua pasien TB paru
3) Proporsi pasien TB anak
4) Angka konversi
5) Angka kesembuhan
6) Angka rujukan
c. Tercapainya indikator keberhasilan rumah sakit dalam program DOTS
d. Dapat mendeteksi atau mencegah terjadinya MDR/XDR
e. Mengevaluasi layanan HIV di RS Nur Hidayah, dengan layanan kolaborasi TB
f. Meningkatkan mekanisme kolaborasi antara program TB.

4. Kegiatan Pokok Dan Rincian Kegiatan


Kegiatan pokok
a. Peningkatan pelayanan TB dengan metoda DOTS
b. Pencegahan penularan TB
c. Peningkatan kemampuan SDI yang mampu melaksanakan program DOTS dan
penanggulangan HIV/AIDS dengan skrining awal.
d. Meningkatkan pelayanan pasien tuberkulosis disertai penyulit dan pasien
terdiagnosa HIV dengan meningkatkan kerjasama denga rumah sakit yang lebih
lengkap.
e. Pemantauan dan evaluasi terhadap layanan HIV di rumah sakit baik di IGD, rawat
jalan dan rawat inap.

Rincian Kegiatan
a. Membentuk tim TB di RS yang meliputi unit-unit terkait dalam penerapan strategi
DOTS dan pelayanan HIV sesuai Pedoman Penanggulangan HIV tahun 2012
b. Merevisi kebijakan program TB DOTS dan HIV/AIDS di RS Nur Hidayah
c. Menyusun MoU (Memorandum of Understanding) antara rumah sakit/organisasi dan
Dinas Kesehatan Kabupaten
d. Meningkatkan jejaring internal dan jejaring eksternal
e. Melakukan koordinasi antar unit kerja baik di internal rumah sakit maupun eksternal
rumah sakit
f. Melakukan koordinasi dengan wasor Kabupaten
g. Mengikuti pertemuan validasi data
h. Mengadakan kegiatan promotif dan preventif untuk penyakit tuberkulosis dan
HIV/AIDS
i. Mengikuti pelatihan internal dan eksternal tentang tuberkulosis dan HIV/AIDS
j. Pembuatan tempat pengambilan dahak
k. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi

5. Cara Melaksanakan Kegiatan


a. Mengadakan pertemuan setiap tri wulan baik internal maupun ekternal melalui
pertemuan petugas TB dalam validasi data.

3
b. Mendapatkan kemitraan yang kuat dari pihak manajemen rumah sakit (pimpinan
rumah sakit) dan tenaga medis (dokter umum dan spesialis) serta paramedis dan
seluruh petugas terkait.
c. Mengadakan diskusi kasus tentang tuberkulosis dan HIV/AIDS antar dokter
d. Mengadakan in house training tentang tuberkulosis dan HIV/AIDS bagi staf medis
dan penunjang medis.
e. Membuat MoU dengan rumah sakit rujukan dan Dinas Kesehatan Kabupaten.
f. Pembuatan leaflet dan poster/banner tentang tuberkulosis dan HIV/AIDS.
g. Menggunakan format pencatatan sesuai dengan program TB nasional untuk
memantau pelaksanaan pasien.
h. Menyediakan biaya operasional.
i. Melakukan monitoring pemberian OAT berdasarkan catatan TB 01.
j. Mencatat pasien HIV/AIDS dengan register yang sesuai dengan format.
k. Membuat catatan, laporan dan evaluasi tiap triwulan ke suku Dinas Kesehatan.

6. Sasaran
a. Terbentuknya Tim TB RS Nur Hidayah
b. Tersosialisasi program TB terutama ke seluruh staf medis (dokter dan perawat) di
instalasi rawat inap, poliklinik rawat jalan dan penunjang
c. Termonitoringnya pencatatan dan pelaporan pasien TB sesuai dengan strategi
DOTS dan pasien HIV sesuai dengan Pedoman Penanggulangan HIV/AIDS 2012
d. Terkoordinasi pelayanan program TB DOTS dengan Dinas Kesehatan Kabupaten
e. 100% pasien TB dewasa dan anak dapat tercatat dan terlaporkan
f. 100% pasien HIV/AIDS dapat tercatat dan terlaporkan
g. Terlaksananya program promotif, preventif, dan edukatif ke seluruh masyarakat
sekitar dan penunjung rumah sakit.

7. Jadwal Pelaksanaan dan Biaya


a. Jadwal Pelaksanaan Program Kerja
BULAN Ket
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Membentuk tim TB √

Merevisi kebijakan
2. √
pelayanan TB

Penyusunan MoU
3. √
dengan RS dan Dinkes

4. Pertemuan tri wulan √ √ √ √


Sosialisasi kebijakan
5. √
TB

4
Pembuatan tempat
6. √
pengambilan dahak

Pelatihan TB DOTS
7. Insidentil
dan HIV/AIDS
In house training
8. √
HIV/AIDS
Pembuatan leaflet &
9. √ √
banner
Koordinasi dengan unit
10. kerja internal dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
eksternal
Koordinasi dengan
11. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
wasor

Pertemuan validasi
12. √ √ √ √
data

13. Pelaporan pasien TB √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

14. Evaluasi √ √ √ √

b. Biaya Program Kerja Tim DOTS

No KEGIATAN BIAYA KETERANGAN

Pelatihan tim TB DOTS 3 peserta Dibebankan Dinkes

- 1 dokter umum Kabupaten Bantul

1 - 1 staf apotek

- 1 perawat

Diseminasi DOTS TB utk Tim TB Snack @ Rp 6.500


Rp 130.000
Kunjungan dari dinkes terkait Dari Dinkes
3 Rp 200.000
airbone disease Kabupaten Bantul

Total Rp 330.000

8. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORANNYA


a. Pertemuan rutin tim TB dapat berjalan sesuai dengan jadwal dan terdokumentasikan.
b. Terbentuknya sistem rujukan dengan rumah sakit sesuai dengan MoU.
c. Bertambahnya SDI yang telah mendapatkan pelatihan tentang pengelolaan pasien
TB dengan metoda DOTS

5
d. Masyarakat mengetahui ciri-ciri penyakit TB sehingga dapat melakukan tindakan
pencegahan dan pengobatan dengan tepat.
e. Meningkatnya jumlah suspek pasien TB di rumah sakit.
f. Terlaksananya pembuatan tempat penampungan dahak.
g. Terlaksananya pencatatan dan pelaporan pasien TB oleh Tim TB yang diserahkan
pada Dinkes dan Direktur Rumah Sakit.

9. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


a. Pencatatan dilakukan oleh masing-masing PJ yang telah ditentukan, dan dilakukan
setiap menemukan pasien TB.
b. Pelaporan :
1) Laporan per 1 bulan, meliputi jumlah kasus :
a) Jumlah suspek TB
b) Jumlah pasien dengan TB BTA positif dan HIV positif
c) Jumlah seluruh pasien dengan diagnosa TB
d) Jumlah pasien TB anak
e) Jumlah pasien TB yang drop out
f) Jumlah pasien TB yang dirujuk atau merujuk
g) Kendala yang ada dilapangan
2) Laporan per 3 bulan :
a) Proporsi pasien TB BTA positif diantara suspek
b) Proporsi pasien paru TB BTA positif diantara semua pasien TB paru
c) Proporsi pasien TB anak
d) Angka konversi
e) Angka kesembuhan
f) Angka drop out
3) Laporan per 1 tahun
Rekapan hasil per 3 bulan
c. Evaluasi program secara menyeluruh dilakukan melalui evalusi kinerja pelayanan TB
dari pelaporan serta kegiatan lapangan. Frekuensi evaluasi perlu dilakukan dalam
bentuk kajian 6 bulan dan kajian setiap tahun. Dengan evaluasi dapat dinilai sejauh
mana tujuan dan target yang telah ditetapkan sebelumnya dicapai. Hasil evaluasi
sangat berguna untuk kepentingan perencanaan program kedepannya.

Mengetahui, Bantul, 30 Desember 2016


Direktur RS Nur Hidayah Koordinator Tim TB

Dr. Arrus Ferry, MPH Erlita Putri, Amd. Fis

6
7

Anda mungkin juga menyukai