Anda di halaman 1dari 11

BAB I

A. Latar belakang
Perawat perlu menyadari bahwa semua tindakan keperawatan dilaksanakan dalam
bentuk komunikasi (nonverbal/verbal). Oleh karena itu, perawat mengetahui fungsi
komunikasi dan sikap serta keterampilan yang perlu dikembangkan dalam komuikasi
dengan klien. Adapun fungsi komunikasi dalam pembuatan asuhan keperawatan
menurut Engel dan Morgen (1973, dikutip dalam Cormier, dkk : 2-3) yaitu
komunikasi dapat membina hubungan saling percaya dengan klien, komunikasi dapat
menetapkan peran dan tanggungjawab antara perawat-klien, selanjutnya komunikasi
juga memudahkan kita untuk mendapat data yang tepat dan akurat dari klien. Dari
fungsi yang diuraikan, maka asuhan keperawatan tidak dapat dipisahkan dengan
komunikasi karena tiap langkah membuat asuhan keperawatan adalah dengan
komunikasi

Oleh sebab itu dalam makalah ini penulis membahas tentang komunikasi
terapeutik
Dimana akan membahas teknik komunikasi terapeutik Dengan demikian penulis
membuat makalah ini dengan judul “Dimensi respon”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Komunikasi terapeutik ?
2. Apa yang dimaksud dengan dimensi respon ?
3. Apa yang dimaksud dengan empati ?
4. Apa yang dimaksud dengan kongrit ?
5. Apa yang dimaksud dengan repek ?
6. Apa yang dimaksud dengan kesejatian ?

C. Tujuan masalah
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Komunikasi terapeutik ?
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan dimensi respon ?
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan empati ?
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kongrit ?
5. Mengetahui apa yang dimaksud dengan repek ?
6. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kesejatian

BAB II
Komunikasi terapeutik merupakan media dalam mengembangkan hubungan
perawat-klien dan kualitas komunikasi mempengaruhi kualitas hubungan serta
efektifitas dari asuhan keperawat (Cormier, Cormier dan Weisser, 1984 : 2).

Keadaan stress dan cemas yang dialami klien sering tidak berhubungan
dengan fasilitas di rumah sakit, melainkan biasanya karena tidak diberitahu
penyakitnya, pertanyaan yang disepelekan, tidak mengetahui alasan dan hasil
prosedur yang dilakukan atau pengobatan. Situasi tersebut dapat diatasi dengan
meningkatkan komunikasi perawat-klien. Perawat perlu menyadari diri sendiri
termasuk sikap dan caranya berkomunikasi sebelum menggunakan dirinya secara
terapeutik untuk membantu kerjasama dengan klien dalam memecahkan dan
mengatasi masalah kesehatan klien.

Perawat perlu menyadari bahwa semua tindakan keperawatan dilaksanakan


dalam bentuk komunikasi (nonverbal/verbal). Oleh karena itu, perawat mengetahui
fungsi komunikasi dan sikap serta keterampilan yang perlu dikembangkan dalam
komuikasi dengan klien. Adapun fungsi komunikasi dalam pembuatan asuhan
keperawatan menurut Engel dan Morgen (1973, dikutip dalam Cormier, dkk : 2-3)
yaitu komunikasi dapat membina hubungan saling percaya dengan klien, komunikasi
dapat menetapkan peran dan tanggungjawab antara perawat-klien, selanjutnya
komunikasi juga memudahkan kita untuk mendapat data yang tepat dan akurat dari
klien. Dari fungsi yang diuraikan, maka asuhan keperawatan tidak dapat dipisahkan
dengan komunikasi karena tiap langkah membuat asuhan keperawatan adalah dengan
komunikasi.

Sikap perawat dalam komunikasi


Perawat hadir secara utuh (fisik dan psikologis) pada waktu berkomunikasi
dengan klien. Perawat tidak cukup mengetahui teknik komunikasi dan isi komunikasi,
tetapi yang sangat penting adalah sikap dan penampilan komunikasi.
Kehadiran fisik, menurut Evans (1975, dikutip dalam Kozier dan E.B, 1993 : 372)
mengidentifikasi 4 sikap dan cara utnuk menghadirkan diri secara fisik, yaitu :
1. Berhadapan : arti dari posisi ini yaitu "saya siap untuk anda"
2. Mempertahankan kontak mata : berarti mengahargai klien dan menyatakan
keinginan untuk tetap berkomunikasi.
3. Membungkuk ke arah klien : posisi ini menunjukkan keinginan atau mendengar
sesuatu
4. Tetap rileks : dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi
dalam merespon klien.
Sedangkan kehadiran psikologis dapat dbagi dalam dua dimensi yaitu dimensi
tindakan dan dimensi respon (Truax, Carkhfoff dan Benerson, dikutip dalam Stuart
dan Sundeen, 1987 : 126)

Mendemostrasikan dimensi respon

A.Dimensi respon
Dimensi respon sangat penting pada awal berhubungan dengan klien karena
berpengaruh pada interaksi selanjutnya (Stuart,G.W.,1998).Dimensi respon ini terdiri
dari respon perawat yang ikhlas,menghargai,empati,dan konkrit.Dalam hubungan
terapeutik perawat seharusnya berespons dengan tulus ikhlas,tidak berpura-pura,dan
mengekspresikan perasaan yang sebenarnya secara spontan.Di samping itu perawat
juga harus mampu menghargai klien dengan menerima klien apa adanya.Sikap
perawat sebaiknya tidak menghakimi,tidak mengkritik,tidak mengejek ataupun
menghina.Menghargai dapat dikomunikasikan melalui duduk bersama klien yang
menangis,minta maaf atas hal yang tidak disukai klien,dan menerima permintaan
klien untuk tidak menanyakan pengalaman tertentu.

 Empati
Empati adalah kesadaran yang objektif akan pikiran dan perasaan orang lain
(Wiseman,1996).Empati merupakan kemampuan untuk masuk dalam kehidupan klien
agar dapat merasakan pikiran dan perasaannya.Perawat memandang permasalahan
melalui kacamataklien,merasakan melalui perasaan klien dan kemudian
mengidentifikasi masalah klien serta membantu klien mengatasi masalah
tersebut.Perawat harus mampu bersikap empati bukan simpati.
Seorang. Perawat memandang melalui pandangan klien, merasakan melalui
perasaan klien dan kemudian mengidentifikasi masalah klien serta membantu klien
mengatasi masalah tersebut. Melalui penelitian, Mansfield (dikutip oleh Stuart dan
Sundeen, 1987; 129) mengidentifikasi perilaku verbal dan non verbal yang
menunjukkan tingkat empati yang tinggi sebagai berikut:
• Memperkenalkan diri kepada klien.
• Kepala dan badan membungkuk ke arah klien.
• Respon verbal terhadap pendapat klien, khususnya pada kekuatan dan sumber daya
klien.
• Kontak mata dan berespon pada tanda non verbal klien misalnya nada suara,
gelisah, ekspresi wajah .
• Tunjukkan perhatian, minat, kehangatan, melalui ekspresi wajah.
• Nada suara konsisten dengan ekspresi wajah dan respon verbal.

Simpati adalah kesadaran atau perasaan seseorang untuk mengerti dan


merasakan perasaan,pikiran,dan tingkah laku orang lain dengan melibatkan
emosi.Kenapa perawat harus harus bersikap empati bukan simpati? Karena ketika
perawat bersikap simpati,emosinya terlibat dalam merespons klien sehingga perawat
tidak mampu menilai permasalahan klien secara objektif.
Sebagai contoh,ketika seorang klien mengungkapkan kebenciannya pada
seseorang sambil marah-marah,perawat yang bersikap simpati akan terpancing emosi
dan mungkin jadi ikut membenci,tetapi perawat yang bersikap empati tidak akan
terpancing emosi,tetapi tenang sambil mendengarkan semua ungkapan-ungkapan
kliennya.
Ada empat karateristik perawatb yang mampu bersikap empati
(Wiseman,1996) yaitu : Kemampuan melihat permasalahan dari kacamata
klien,tidak bersikap menghakimi,menyalahkan atau menghina,kemampuan untuk
mengerti perasaan orang lain,dan kemapuan mengkomunikasikan pengertiannya
terhadap permasalahan klien.

Wheeler dan Wolberg yang dikutip oleh stuart Sundeen (1998) membagi
empati dalam 2 tipe :
1.Empati Dasar (Basic empaty)
Merupakan respon alamiah dari seseorang untuk mengerti orang lain.Contoh
empati dasar misalnya ketika ada anak kecil menangis,secara spontan seseorang akan
bertanya,”Ada apa nak?bkenapa menangis?” sambil mengusap kepala anak itu.
2.Empati Terlatih ( Trained Empaty / Clinical Empaty / Profesional Empaty)
Merupakan kemampuan berempati yang diperoleh setelah melalui training
dalam rangka menolong orang lain.Seorang perawat yang telah belajar komunikasi
terapeutik atau yang telah memperolehpelatihan tentang empati tentu akan mampu
berempati secara tepat pada setiap keadaan kliennya.Misalnya ketika klien menangis
menceritakan tentang kesedihannya ditinggal oleh suaminya,perwat duduk diam
mendengarkan keluhan,kesedihan atau pengingkaran klien sambil mengusap-usapkan
punggung klien dengan lembut.
 Konkrit
Konkrit adalah dalam berkomunikasi perawat menggunakan terminologi yang
spesifik bukan abstrak.Hal ini perlu untuk menghindarkan keraguan dan
ketidakjelasan.Stuart G.W.(1998) telah mengidentifikasikan tiga kegunaannya nyaitu
:
a).Mempertahankan respon perawat terhadap perasaan klien.Dengan berespons
secara ekspresi yang konkrit menunjukkan ekspresi yang konkrit,bukan berpura-
pura disertai pernyataan yang jelas dan sesuai perawar akan mampu menunjukkan
dan mempertahankan responnya terhadap perasaan klien.
b).Memberi penjelasan yang akurat pernyataan-pernyataan yang konkrit dan tidak
abstrak dari perawat akan mendukung setiap penjelasan yang disampaikan nya pada
klien.Perkataan yang penuh keraguan dan penggunaan istilah yang tidak dimengerti
oleh klien hanya akan membingungkan klien.
c).Mendorong klien memikirkan masalah yang spesifik dengan berespons secara
konkrit,perawat dapat mendorong klien untuk lebih focus pada masalah yang
dihadapinya.Hal ini terjadi karena respons yang konkrit dari perawat menumbuhkan
rasa percaya klien sehingga klien mau dan mampu mengungkapkan masalahnya.
 Keikhlasan

Perawat menyatakan melalui keterbukaan, kejujuran, ketulusan dan berperan aktif


dalam berhubungan demgan klien. Perawat berespon dengan tulus, tidak berpura-
pura, mengekspresikan perasaan yang sebenarnya dan spontan.

 Menghargai

Perawat menerima klien apa adanya. Sikap perawat harus tidak menghakimi, tidak
mengkritik, tidak mengejek dan tidak menghina. Rasa menghargai dapat
dikomunikasikan melalui: duduk diam bersama klien yang menangis, minta maaf atas
hal yang tidak disukai klien dan menerima permintaan klien untuk tidak menanyakan
pengalaman tertentu.
1. Konfrontasi.
Konfrontasi merupakan ekspresi perasaan perawat tentang perilaku klien ynag tidak
sesuai. Carkhoff (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987; 131), mengidentifikasi 3
katagori konfrontasi, yaitu:
a. Ketidaksesuaian antara konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya) dan ideal
diri klien (keinginan klien)
b. Ketidaksesuaian antara ekspresi non verbal dan perilaku klien.
c. Ketidaksesuaian antara pengalaman klien dan pengalaman perawat.
Konfrontasi berguna untuk meningkatkan kesadaran klien terhadap kesesuaian
perasaan, sikap, kepercayaan dan perilaku. Konfrontasi dilakukan secara asertif,
bukan marah atau agresif.
Sebelum melakukan konfrontasi perawat perlu mengkaji antara lain: tingkat
hubungan saling percaya, waktu yang tepat, tingkat kecemasan klien dan kekuatan
koping klien. Konfrontasi sangat diperlukan pada klien yang telah mempunyai
kesadaran diri tetapi perilakunya belum berubah.

2. Kesegeraan
Kesegeraan berfokus pada interaksi dan hubungan perawat-klien saat ini. Perawat
sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu dengan segera.

3. Keterbukaan
Perawat harus terbuka memberikan informasi tentang dirinya, ideal diri, perasaan,
sikap dan nilai yang dianutnya. Perawat membuka diri tentang pengalaman yang
berguna untuk terapi klien. Tukar pengalaman ini memberi keuntungan pada klien
untuk mendukung kerjasama dan memberi sokongan.
Melalui penelitian ditemukan bahwa peningkatan keterbukaan antara perawat-klien
dapat menurunkan tingkat kecemasan perawat-klien (Johnson, dikutip oleh Stuart dan
Sundeen, 1987; 134).

4. Emotional Chatarsis
Emotional chatarsis terjadi jika klien diminta bicara tentang hal yang sangat
mengganggu dirinya. Ketakutan, perasaan dan pengalaman dibuka dan menjadi topik
diskusi antara perawat-klien.
Perawat harus dapat mengkaji kesiapan klien mendiskusikan masalahnya. Jika klien
mengalami kesukaran mengekspresikan perasaannya, perawat dapat membantu
dengan mengekspresikan perasaannya jika berada pada situasi klien.

5. Bermain Peran
Bermain peran adalah melakukan peran pada situasi tertentu. Hal ini berguna untuk
meningkatkan kesadaran dalam berhubungan dan kemampuan melihat situasi dari
pandangan orang lain. Bermain peran menjembatani anatara pikiran serta perilaku
dan klien akan merasa bebas mempraktekkan perilaku baru pada lingkungan yang
aman.

Ringkasan dimensi respon dan tindakan dapat dilihat pada Tabel 4. Perawat
senantiasa harus mencoba berbagai teknik, cara dan sikap yang dapat meningkatkan
efektivitas komunikasi dan hubungan perawat-klien.

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN KLIEN ANAK

Cara yang terapeutik dalam berkomunikasi dengan anak adalah sebagai berikut:

1. Nada suara
Bicara lambat dan jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan
yang sederhana. Hindari sikap mendesak untuk dijawab dengan mengatakan “jawab
dong”.

2. Mengalihkan aktivitas
Kegiatan anak yang berpindah-pindah dapat meningkatkan rasa cemas terapis dan
mengartikannya sebagai tanda hiperaktif. Anak lebih tertarik pada aktivitas yang
disukai sehingga perlu dibuat jadual yang bergantian antara aktivitas yang disukai dan
aktivitas terapi yang diprogramkan.

3. Jarak interaksi
Perawat yang mengobservasi tindakan non verbal dan sikap tubuh anak harus
mempertahankan jarak yang aman dalam berinteraksi.

4. Marah
Perawat perlu mempelajari tanda kontrol perilaku yang rendah pada anak untuk
mencegah temper tantrum. Perawat menghindari bicara yang keras dan otoriter serta
mengurangi kontak mata jika respon anak meningkat. Jika anak mulai dapat
mengontrol perilaku maka kontak mata dimulai kembali namun sentuhan ditunda
dahulu.

5. Kesadaran diri
Perawat harus menghindari konfrontasi secara langsung, duduk yang terlalu dekat dan
berhadapan. Meja tidak diletakkan antara perawat dan anak. Perawat secara non
verbal selalu memberi dorongan, penerimaan dan persetujuan jika diperlukan.
6. Sentuhan
Jangan sentuh anak tanpa izin dari anak. Salaman dengan anak merupakan cara untuk
menghilangkan stres dan cemas khususnya pada anak laki-laki.

TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Dalam menanggapi pesan yang disampaikan klien, perawat dapat menggunakan


berbagai teknik komunikasi terapeutik sebagai berikut (Stuart dan Sundeen, 1987;
124):

1. Mendengar (Listening)
Merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar perawat mengetahui
perasaan klien. Beri kesempatan lebih banyak pada klien untuk bicara. Perawat harus
menjadi pendengar yang aktif.

2. Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)


Memberi kesempatan untuk memilih, contoh: apakah yang sedang saudara pikirkan?,
apa yang akan kita bicarakan hari ini?. Beri dorongan dengan cara mendengar atau
mengatakan, saya mengerti atau oohh .…

3. Mengulang (Restarting)
Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk menguatkan
ungkapan klien dan memberi indikasi perawat mengikuti pembicaraan klien.

4. Klarifikasi
Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien berhenti karena
malu mengemukakan informasi, informasi yang diperoleh tidak lengkap atau
mengemukakannya berpindah-pindah. Contoh: dapatkah anda menjelaskan kembali
tentang …? Gunanya untuk kejelasan dan kesamaan ide, perasaan dan persepsi
perawat-klien.

5. Refleksi
a. Refleksi isi, memvalidasi apa yang didengar. Klarifikasi ide yang diekspresikan
klien dengan pengertian perawat.
b. Refleksi perasaan, memberi respon pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan
agar klien mengetahui dan menerima perasaannya.
Gunanya untuk:
a. mengetahui dan menerima ide dan perasaan
b. mengoreksi
c. memberi keterangan lebih jelas.
Kerugiannya adalah:
a. mengulang terlalu sering tema yang sama
b. dapat menimbulkan marah, iritasi dan frustasi.

6. Memfokuskan
Membantu klien bicara pada topik yang telah dipilih dan yang penting serta menjaga
pembicaraan tetap menuju tujuan yaitu lebih spesifik, lebih jelas dan berfokus pada
realitas.
Contoh:
Klien : Wanita sering jadi bulan-bulanan.
Perawat : Coba ceritakan bagaimana perasaan anda sebagai wanita.

7. Membagi Persepsi
Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan pikirkan. Dengan cara
ini perawat dapat meminta umpan balik dan memberi informasi.
Contoh: Anda tertawa, tetapi saya rasa anda marah kepada saya.

8. Identifikasi Tema
Mengidentifikasi latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul selama
percakapan. Gunanya untuk meningkatkan pengertian dan mengeksplorasi masalah
yang penting.
Misalnya: Saya lihat dari semua keterangan yang anda jelaskan, anda telah disakiti.
Apakah ini latar belakang masalahnya?

9. Diam (Silence)
Cara yang sukar, biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan. Tujuannya
untuk memberi kesempatan berpikir dan memotivasi klien untuk bicara. Pada klien
yang menarik diri, teknik diam berarti perawat menerima klien.

10. Informing
Memberi informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan.

BAB III

A. Kesimpulan
Hubungan perawat-klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan
pengalaman perbaikan emosi klien. Dalam hal ini perawat memakai dirinya secara terpeutik
dengan menggunakan berbagai teknik komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah yang
positif seoptimal mungkin.
Agar perawat dapat berperan efektif dan terapeutik, ia harus menganalisa dirinya:
kesadaran diri, klarifikasi nilai, persaan dan mampu menjadi model yang bertanggung jawab.
Seluruh perilaku dan pesan yang disampaikan perawat (verbal atau non verbal) hendaknya
bertujuan terapeutik untuk klien.
Analisa hubungan intim yang terapeutik perlu dilakukan untuk evaluasi perkembangan
hubungan dan menentukan teknik dan keterampilan yang tepat dalam setiap tahap untuk
mengatasi masalah klien dengan prinsip di sini dan saat ini (here and now).
Rasa aman merupakan hal utama yang harus diberikan pada anak agar anak bebas
mengemukakan perasaannya tanpa kritik dan hukuman.

B. Saran
Seorang perawat haruslah bisa mengekspresikan perasaan yang sebenarnya secara
spontan. Di samping itu perawat juga harus mampu menghargai klien dengan
menerima klien apa adanya.Sikap perawat sebaiknya tidak menghakimi,tidak
mengkritik,tidak mengejek ataupun menghina.Menghargai dapat dikomunikasikan
melalui duduk bersama klien yang menangis,minta maaf atas hal yang tidak disukai
klien,dan menerima permintaan klien untuk tidak menanyakan pengalaman tertentu

Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah. Tepat dipakai pada fase kerja dan
tidak tepat pada fase awal hubungan.

Perawat perlu menganalisa teknik komunikasi yang tepat setiapkali ia berhubungan


dengan klien. Melalui komunikasi verbal dapat disampaikan informasi yang akurat
tetapi aspek emosi dan perasaan tidak dapat diungkapkan seluruhnya secara verbal.
Dengan mengerti proses komunikasi dan menguasai berbagai keterampilan
berkomunikasi, diharapkan perawat dapat memakai dirinya secara utuh (verbal dan
non verbal) untuk memberi efek terapeutik kepada klien.

-->

Daftar Pustaka

Kominikasi terapeutik, Suryani, S.Kp, MHSc, EGC


Komunikasi dalam keperawatan gerontik, HWahjudi nurgroho’B.Sc SKM, ECG

Teori-teori sifat dan behavioristik, Dr. a supratikanya .

http://imron46.wordpress.com/2008/09/24/dimensi-tindakan-komunikasi-terapeutik/

http://catatancalonperawat.blogspot.com/2011/02/sikap-perawat-dalam-komunikasi.html

file:///G:/Dimensi%20Respon/konkret.htm

file:///G:/Dimensi%20Respon/Bab%201-Dimensi-Respons-dan-Dimensi-Tindakan-1-
Dimensi-respons.htm

http://www.scribd.com/doc/45819001/Pengertian-Komunikasi-Terapeutik#download

Anda mungkin juga menyukai