Sumber Lanpen 1
Sumber Lanpen 1
Untuk mengantisipasi permasalahan pada pembangunan jangka panjang kedua ini pemerintah
melalui kebijakan pembangunan pendidikan antara lain :
http://tugassekolahdankuliah.blogspot.co.id/2014/12/strategi-pendidikan-
nasional.html
Andrean Pernada
http://afniatii.blogspot.co.id/2014/05/dasarfungsi-tujuan-dan-prinsip.html
Dalam UU No. 20 tahun 2003 Pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri dari
pendidikan formal, non-formal dan informal.
A. PENDIDIKAN FORMAL
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan anak usia dini (TK/RA), pendidikan dasar (SD/MI), pendidikan menengah
(SMP/MTs dan SMA/MA), dan pendidikan tinggi (Universitas). Pendidikan formal terdiri
dari pendidikan formal berstatus negeri dan pendidikan formal berstatus swasta.
Ciri-ciri Pendidikan Formal antara lain :
Tempat pembelajaran di gedung sekolah.
Ada persyaratan khusus untuk menjadi peserta didik.
Kurikulumnya jelas.
Materi pembelajaran bersifat akademis.
Proses pendidikannya memakan waktu yang lama.
Ada ujian formal.
Penyelenggara pendidikan adalah pemerintah atau swasta.
Tenaga pengajar memiliki klasifikasi tertentu.
Diselenggarakan dengan administrasi yang seragam
B. PENDIDIKAN NON-FORMAL
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai
setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan
oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada
standar nasional pendidikan. Seperti Lembaga Kursus dan Pelatihan, Kelompok Belajar,
Sanggar, dll.
Ciri-ciri Pendidikan Non-Formal antara lain :
Tempat pembelajarannya bisa di luar gedung.
Kadang tidak ada persyaratan khusus.
Umumnya tidak memiliki jenjang yang jelas.
Adanya program tertentu yang khusus hendak ditangani.
Bersifat praktis dan khusus.
Pendidikannya berlangsung singkat.
Terkadang ada ujian.
Dapat dilakukan oleh pemerintah atau swasta
C. PENDIDIKAN INFORMAL
Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan
formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional
pendidikan. Seperti : Pendidikan Agama, Budi Pekerti, Etika, Sopan Santun, Moral dan
Sosialisasi.
Ciri-ciri Pendidikan Informal antara lain :
Tempat pembelajaran bisa di mana saja.
Tidak ada persyaratan.
Tidak berjenjang.
Tidak ada program yang direncanakan secara formal.
Tidak ada materi tertentu yang harus tersaji secara formal.
Tidak ada ujian.
Tidak ada lembaga sebagai penyelenggara.
2. JENJANG PENDIDIKAN
Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah jenjang paling dasar pada
pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari
kelas 1 sampai kelas 6
Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTS) adalah jenjang
pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau
sederajat). Sekolah menengah pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun
Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA) adalah jenjang pendidikan
menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Menengah Pertama
(atau sederajat). Sekolah menengah atas ditempuh dalam waktu 3 tahun,
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang
menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan
dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui
sama/setara SMP/MTs. SMK sering disebut juga STM (Sekolah Teknik Menengah). Di
SMK,terdapat banyak sekali Program Keahlian.
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam
binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan dengan kekhasan
agama Islam pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau
bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs.
Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi. Peserta didik
perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi disebut
dosen. Di Indonesia ada beberapa jenis perguruan tinggi, antara lain :
1) Akademi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu
cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni tertentu.
2) Politeknik atau sering disamakan dengan institut teknologi adalah penamaan yang
digunakan dalam berbagai institusi pendidikan yang memberikan berbagai jenis gelar dan
sering beroperasi pada tingkat yang berbeda-beda dalam sistem pendidikan. Politeknik dapat
merupakan institusi pendidikan tinggi dan teknik lanjutan serta penelitian ilmiah ternama
dunia atau pendidikan vokasi profesional, yang memiliki spesialiasi dalam bidang ilmu
pengetahuan, teknik, dan teknologi atau jurusan-jurusan teknis yang berbeda jenis.
3) Institut adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau
vokasi dalam sekelompok disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika
memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.
4) Universitas adalah suatu institusi pendidikan tinggi dan penelitian, yang memberikan gelar
akademik dalam berbagai bidang. Sebuah universitas menyediakan pendidikan sarjana dan
pascasarjana.
3. JENIS PENDIDIKAN
1) Pendidikan Umum
Pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan
oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
2) Pendidikan Kejuruan
Pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja dalam bidang
tertentu.
3) Pendidikan Akademik
Pendidikan tinggi yang diarahkan terutama pada penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu
pengetahuan, teknologi, dan atau seni tertentu (program sarjana dan pascasarjana).
4) Pendidikan Profesi
Pendidikan tinggi yang diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki
pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.
5) Pendidikan Vokasi
Pendidikan tinggi yang diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki
pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana.
6) Pendidikan Keagamaan
Pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat
menjalankan peranan yang menuntut penguasaan ilmu pengetahuan tentang ajaran agama
atau menjadi ahli ilmu agama. Contohnya : Pesantren, MI, MTS, MA, MAK, Sekolah Tinggi
Theologia.
7) Pendidikan Khusus
Pendidikan yang diselenggarakan bagi peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang
memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif. Contohnya : Sekolah
Luar Biasa.
semoga bermanfaat
https://ekameliyakin.wordpress.com/2013/06/26/jalur-jenjang-dan-jenis-
pendidikan/ekameliyakin_pgsd 1b_umj
KONSEP WAJIB BELAJAR
Sebagaimana dikemukakan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) pada bagian Ketentuan Umum Pasal 1,Ayat (18) tercantum pengertian wajib belajar, yaitu
program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab
pemerintah dan pemerintah daerah. Mencermati ketentuan dalam Undang-Undang tersebut,
penggunaan istilah “harus” berkonotasi pada “kewajiban”. Sementara dalam UUD 1945 dikemukakan
bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara. Dengan kata lain, pendidikan merupakan
tanggung jawab pemerintah yang diberikan kepada setiap warga negara Indonesia. Kewajiban
merupakan sesuatu yang harus dilakukan setiap orang dan bilamana orang tersebut tidak
melaksanakan maka akan mendapat sanksi. Hal ini terlepas dari mampu atau tidak mampunya
seseorang dalam melaksanakan kewajiban. Dalam kondisi apa pun seseorang harus melaksanakan
kewajiban tersebut, sehingga pendidikan yang seharusnya menjadi hak warga dan sekaligus tanggung
jawab pemerintah berubah menjadi tuntutan yang harus dipenuhi setiap warga negara. Sementara "hak
belajar" didefinisikan sebagai sesuatu yang harus diberikan kepada seseorang yang sudah sepatutnya
mendapatkan. Dalam realitasnya kedua pengertian yang seharusnya berbeda menjadi rancu.
Menurut Soedijarto (2008:295) pengertian wajib belajar sebagai terjemahan dari ”compulsary
education” merujuk pada suatu kebijakan yang mengharuskan warga negara dalam usia sekolah untuk
mengikuti pendidikan sekolah sampai pada jenjang tertentu, dan pemerintah memberikan dukungan
sepenuhnya agar peserta wajib belajar dapat mengikuti pendidikan. Program wajib belajar yang
sesungguhnya seperti di negara-negara seperti AS, Scandinavia, Jerman dan Jepang, peserta belajar
bukan hanya tidak membayar sekolah, tetapi juga tidak membayar biaya transportasi dan mendapatkan
buku serta berbagai keperluan pendidikan lain. Dalam konteks ini, wajib belajar yang dimaksud adalah
untuk memenuhi ”hak” belajar anak. Bahkan, beberapa negara mengenakan sanksi hukum pada orang
tua jika mereka tidak menyekolahkan anaknya yang berusia wajib belajar. Sebagai contoh adalah
Undang-Undang No Child Left Behind Act of 2001 di USA yang diluncurkan sekaligus untuk melakukan
reformasi di bidang pendidikan[1] .
Dengan demikian, di Indonesia sesungguhnya belum berlaku wajib belajar, bahkan untuk tingkat SD
sekalipun. Hal ini dikarenakan untuk masuk SD masih terjadi berbagai pungutan dan masih dijumpai
anak-anak jalanan yang tidak bersekolah. Demikian pula pada saat penerimaan murid baru SMP, masih
ada seleksi dan banyak anak-anak yang tidak mendapat tempat di SMP Negeri. Kenyataan ini
menujukkan bahwa Indonesia belum melaksanakan wajib belajar sebagai terjemahan dari compulsary
education, tetapi baru pada tingkatan universal education. Secara normatif, Indonesia seharusnya
sudah melaksanakan compulsory education, karena UUD 45 Pasal 31 mengamanatkan bahwa: (1)
Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan; (2) Setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan Pemerintah wajib membiayainya; (3) Negara memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari APBN dan APBD untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional. Demikian pula UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, dalam Pasal 5 Ayat (1) dinyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu; Pasal 6 Ayat (1) setiap warga negara berusia
7 – 15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar; dan Pasal 34 Ayat (1) pemerintah dan pemerintah
daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa
memungut biaya.