Konsep Kesehatan Spiritual
Konsep Kesehatan Spiritual
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu menambah wawasan serta pengetahuan masyarakat pada
umumnya serta mahasiswa STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin pada
khususnya tentang Konsep Kesehatan Spiritual, Konsep Menjelang Ajal
Dan Kematian, Konsep Kehilangan Dan Berduka.
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
2.1.1 Karakteristik
a. Hubungan dengan diri sendiri (Kekuatan dalam dan self reliance)
Pengetahuan diri (siapa dirinya dan apa yang dapat dilakukannya)
Sikap (percaya diri sendiri, percaya pada kehidupan/ masa depan,
ketenangan pikiran, harmoni/ keselarasan dengan diri sendiri)
b. Hubungan dengan alam
Secara Harmoni diantaranya : mengetahui tentang alam, iklim,
margasatwa dan berkomunikasi dengan alam (berjalan kaki dan
bertanam), mengabdikan dan melindungi alam
c. Hubungan dengan orang lain
Harmoni/ Suportif diantaranya : berbagi waktu, pengetahuan dan
sumber secara timbal balik, mengasuh anak, orang tua dan orang
sakit dan meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi,
melayat)
Tidak harmonis diantaranya : konflik dengan orang lain, resolusi
yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi dan hubungan
dengan Ketuhanan
Agamis atau tidak agamis diantaranya : sembahyang/ berdoa/
meditasi, perlengkapan keagamaan dan Bersatu dengan alam.
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
4. Dewasa
Kelompok dewasa muda yang dihadapkan pada pertanyaan
bersifat keagamaan dari anaknya akan menyadari apa yang diajarkan
padanya waktu kecil dan masukan tersebut dipakai untuk mendidik
anakya.
5. Usia pertengahan
Usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu
untuk kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti nilai agama yang
di yakini oleh generasi muda.
9
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
2.3.1 Definisi
Secara etimologi death berasal dari kata deeth atau deth yang
berarti keadaan mati atau kematian. Sementara secara definitive,
kematian adalah terhentinya fungsi jantung dan paru-paru secara
menetap, atau terhentinya kerja otak secara permanen. Ini dapat dilihat
dari tiga sudut pandang tentang definisi kematian. Yakni (1) kematian
jaringan, (2) kematian otak, yakni kerusakan otak yang tidak dapat
pulih, dan (3) kematian klinik, yakni kematian orang tersebut.
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
kepercayaan diri atau prestise. Makin dalam makna kata yang hilang,
maka makin besar rasa kehilangan tersebut.
22
23
23
24
yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi. Orang terdekat mencakup
orang tua, pasangan, anak – anak, saudara sekandung, guru, pendeta,
teman, tetangga, dan rekan kerja. Artis atau atlet yang terkenal
mungkin mejadi orang terdekat bagi anak muda. Riset telah
menunjukkan bahwa banyak orang meganggap hewan peliharaan
sebagai orang terdekat. Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan,
pindah, melarikan diri, promosi di tempat kerja dan kematian.
4. Kehilangan aspek diri (loss of self)
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau
anggapan tentang mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan
terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan mental,
peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri
mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplet. Beberapa
aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan
pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh. Kehilangan aspek
diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi mata, rambut, gigi,
payudara. Kehilangan fungsi fisiologis mencakup kehilangan control
kandungan kemih atau usus, mobilitas, kekuatan, atau fungsi
sensoris. Kehilangan fungsi psikilogis termasuk kehilangan ingatan,
rasa humor, harga diri, percaya diri,kekuatan, respek atau cinta,
perkembangan, atau situasi. Kehilangan seperti ini dapat
menurunkan kesejahteraan individu. Orang tersebut tidak hanya
mengalami kedukaan akibat kehilangan, tetapi juga dapat mengalami
perubahan permanen dalam citra tubuh dan konsep diri.
5. Kehilangan hidup
Seseorang dapat mengalami mati baik secaraan perasaan,
pikiran, dan respons pada kegiatan dan oramg di sekitarnya, sampai
pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespons
berbeda tentang kematian. Doka (1993) menggambarkan respons
terhadap penyakit yang mengancam hidup ke dalam empar fase.
Fase prediagnostik terjadi ketika diketahui ada gejala klien atau
24
25
25
26
26
27
percaya itu terjadi” atau “ Itu tidak mungkin terjadi”. Bagi individu
atau keluargayang didiagnosis dengan penyakit terminal, akan terus
mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi adalah letih,
lemah, pucat, diare, gangguan pernapasan, detak jantung cepat,
menagis, gelisah, dan tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat
berakhir dalam beberapa menit atau beberapa tahun.
2. Fase Marah (Anger)
Fase ini di mulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan
kenyataan terjadinya kehilangan. Individu menunjukan rasa marah
yang meningkat yang sering di proyeksikan kepada orang lain atau
pada dirinya sendiri. Tidak jarang ia menunjukkan perikalu agresif,
bericara kasar, menolak pengoatan, menuduh dokter – perawat yang
tidak becus. Respons fisik yang sering terjadi antara lain muka
merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur dan tangan mengepal.
3. Fase tawar – menawar (Bargaining)
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara
intensif, maka ia akan maju ke fase tawar – menawar dengan
memohon kemurahan pada Tuhan. Respons ini sering dinyatakan
dengan kata – kata “Kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya
akan sering berdo’a”. Apabila proses ini oleh keluarga maka
pernyataan yang sering keluar adalah “ Kalau saja yang sakit, bukan
anak saya”.
4. Fase Depresi (Depression)
Individu pada fase ini sering menunjukkan siap menarik diri,
kadang sebagai klien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan
keputusasaan, perasaan tidak berharga,ada keinginan bunuh diri dan
sebagainya. Gejala fisik yang di tunjukkan antara lain menolak
makan, susah tidur, letih dan dorongan libido menurun.
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan
tergantung pada budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan
dan ide-ide tentang kehidupan seseorang (Potter & Perry, 1999)
2. Secara etimologi dying berasal dari kata dien yang berarti mendekati
kematian. Dengan kata lain, dying adalah proses ketika individu semakin
mendekati akhir hayatnya atau disebut proses kematian. Kondisi ini
biasanya disebabkan oleh sakit yang parah atau terminal, atau oleh kondisi
lain yang berujung pada kematian individu.
3. Secara etimologi death berasal dari kata deeth atau deth yang berarti
keadaan mati atau kematian. Sementara secara definitive, kematian adalah
terhentinya fungsi jantung dan paru-paru secara menetap, atau terhentinya
kerja otak secara permanen. Ini dapat dilihat dari tiga sudut pandang
tentang definisi kematian.
4. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah
mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali
walaupun dalam bentuk yang berbeda.
5. Berduka adalah reaksi emosional individu terhadap peristiwa kehilangan,
biasanya akibat perpisahan yang dimanifestasikan dalam bentuk perilaku,
perasaan dan pikiran.
3.2 Saran
Dalam makalah ini kami memiliki harapan agar pembaca memberikan
kritik dan saran yang membangun. Karena penulis sadar dalam penulisan
makalah ini terdapat begitu banyak kekurangan.
33