Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

INPARTU DENGAN INDUKSI PERSALINAN

A. KONSEP DASAR
1. Definisi Induksi Persalinan
Induksi persalinan adalah usaha agar persalinan mulai berlangsung
sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang
timbulnya his atau suatu tindakan untuk memulai persalinan, baik secara
mekanik ataupun secara kimiawi (farmakologik).( Achadiat,2015)

Indikasi umum untuk induksi antara lain adalah pecahnya selaput


ketuban tanpa awitan persalinan spontan, hipertensi ibu, status janin tidak
meyakinkan dan kehamilan post matur, juga ada beberapa indikasi lainnya.
Selain itu harus diperhatikan juga kontraindikasi dan syarat-syarat dalam
melakukan induksi persalinan, karena dapat menyebabkan bebagai
komplikasi.(Cuningham,2016)

2. Definisi Inpartu
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui
jalan lahir atau jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan. Partus adalah
wanita yang sedang dalam keadaan persalinan (Manuaba, 2016).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada
usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya
penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap(Depkes RI, 2016).
B. ETIOLOGI
Dalam persalinan ada dua hormon yang mempengaruhi dan dominan yaitu:

1. Hormon estrogen:Meningkatkan sensitifitas otot rahim dan


memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti oxcytoksin,
prostaglandin, dan rangsangan mekanisme.
2. Hormon progesteron: Menurunkan sensitifitas otot rahim, menghambat
rangsangan dari luar menyebabkan relaksasi otot dan otot polos.
Teori yang menimbulkan adanya persalinan
1. Teori keregangan: Keregangan otot rahim mempunyai batas tertentu
oleh karena itu setelah melewati batas tertentu akan terjadi kontraksi.
2. Teori penurunan progesteron: Proses penuaan plasenta, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat, penyempitan pembuluh darah, sehingga
terjadi kebuntuan menyebabkan produksi progesteron mengalami
penurunan.
3. Teori oxcytoksin internal: Keseimbangan progesteron dan estrogen,
meningkatkan pengeluaran oxcytoksin dan mengakibatkan peningkatan
aktivitas kontraksi rahim.
4. Teori prostaglandin: Peningkatan prostaglandin sejak hamil 15 minggu
dikeluarkan decidua dan prostaglandin sebagai pemicu terjadinya
persalinan.
5. Tekanan kepala bayi pada ganglion cervikalis dan fleksus franken
house dapat menimbulkan kontraksi rahim dan reflek mengejan.
(Manuaba, 2016).
.
C. TANDA DAN GEJALA

1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi
yang semakin pendek, pinggang terasa sakit yang menjalar ke perut.
2. Dapat terjadi pengeluaran lendir dan lendir bercampur darah atau
”bloody show”.
3. Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks :
a. Pelunakan serviks
b. Pendataran serviks
c. Terjadi pembukaan serviks
D. PATOFISIOLOGI (PATWAY)
1. KALA I
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala
pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat
berjalan-jalan. (Manuaba, 2016). Kala I persalinan terdiri dari dua fase,
yaitu:
a. Fase laten dalam kala I persalinan
1) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan serviks secara bertahap.
2) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
3) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
b. Fase aktif dalam kala I persalinan
1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan terus meningkat secara
bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga
kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40
detik atau lebih).
2) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau
10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam
(nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm.
3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin
Gangguan yang mungkin terjadi selama kala I persalinan:
a. Ketuban pecah dini atau lama
b. Risiko terjadinya infeksi
c. Perdarahan pervaginam
d. Plasenta previa
2. KALA II
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks lengkap (10 cm)
dan berakhir dengan lahirnya bayi (Kurniawati dkk, 2015).Tanda dan
gejala kala II persalinan, yaitu sebagai berikut:
a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
b. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan/atau
vaginanya
c. Perineum terlihat menonjol
d. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka
e. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah
Lamanya kala II (sejak pembukaan lengkap sampai lahir), rata-rata
berlangsung 50 menit untuk primigravida dan 30 menit pada
multigravida, tetapi hal ini dapat sangat bervariasi (Manuaba, 2016).
Kemampuan ibu untuk menggunakan otot-otot abdomennya dan posisi
bagian presentasi berpengaruh pada durasi kala II. Beberapa proses kala
II persalinan yaitu:
a. His semakin kuat dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50-100
detik.
b. Menjelang akhir kala I ketuban pecah dan ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
c. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan karena tertekannya pleksus Frankenhauser.
d. Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga terjadi kepala membuka pintu, suboksiput bertindak
sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi,
hidung dan muka, dan kepala seluruhnya.
e. Kepala lahir seluruhnya diikuti oleh putar paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala terhadap punggung.
f. Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong
dengan jalan: kepala dipegang pada os oksiput dan di bawah dagu,
ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan, dan curam ke
atas untuk melahirkan bahu belakang, setelah kedua bahu lahir
ketika dikait untuk melahirkan sisa badan, bayi lahir diikuti oleh sisa
air ketuban (Manuaba, 2016).
Gangguan yang mungkin terjadi pada kala II persalinan:
a. Distosia Bahu, kesulitan melahirkan bahu setelah kepala lahir.
b. Ruptura Uteri, robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau
persalinan dimana umur kehamilan > 28 minggu.
c. Atonia Uteri, kegagalan miometrium untuk berkontraksi sehingga
uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek, tidak mampu
menjalankan fungsi, oklusi pembuluh darah.
d. Laserasi Jalan Lahir, diskontinuitas jaringan tubuh (dengan segala
akibatnya) yang disebabkan oleh trauma proses persalinan atau
tindakan yang diterapkan, yang terjadi pada serviks, vagina, vulva dan
perineum.
e. Terjadinya syok, tanda dan gejala yaitu nadi cepat, lemah (110 kali/
menit atau lebih), tekanan darah rendah (sistolik kurang dari 90
mmHg), pucat pasi, berkeringat dingin, kulit lembab, napas cepat
(lebih dari 30 kali/menit), cemas, tidak sadar, produksi urine sedikit
(kurang dari 30 ml/ jam).
f. Dehidrasi
Tanda dan gejala yaitu perubahan nadi (100 kali/menit atau lebih),
urine pekat, produksi urine sedikit(< 30 ml/jam).
g. Adanya infeksi
Tanda dan gejala yaitu nadi cepat (110x/menit/ lebih), temperature
tubuh lebih dari 380C, menggigil, air ketuban atau cairan vagina yang
berbau.
h. Pre eklamsia ringan
Tanda dan gejala yaitu tekanan darah diastolic 90-110 mmHg,
proteinuria 2+
i. Pre eklamsia berat/ eklamsia
Tanda dan gejala yaitu tekanan darah diastolic 110 mmHg atau lebih,
tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih dengan kejang, nyeri
kepala, gangguan penglihatan, kejang setiap saat.
j. Inersia uteri
Tanda dan gejala yaitu kurang dari 3 kontraksi dalam 10 menit
masing-masing kontraksi berlangsung kurang dari 40 detik.
k. Adanya gawat janin
Tanda dan gejala yaitu DJJ kurang dari 120 atau lebih dari 160 x/
menit, mulai waspada tanda awal gawat janin, DJJ kurang dari 100
atau lebih dan 180 x/ menit.
l. Distorsia
Tanda dan gejala yaitu kepala bayi tidak melakukan putaran paksi
luar, kepala bayi tersangkut di perineum (kepala kura-kura), bahu bayi
tidak lahir.
m. Cairan ketuban bercampur mekonium.
Tanda dan gejala yaitu cairan ketuban berwarna hijau yang
menandakan cairan ketuban mengandung mekonium.
n. Tali pusat menumbung, dimana tanda dan gejalanya yaitu tali pusat
teraba atau terlihat saat pemeriksaan dalam.
o. Lilitan tali pusat yang melilit leher bayi (Kurniawati,dkk. 2015)
c. KALA III
Kala III adalah dimulai ketika bayi lahir dan berakhir pada saat
plasenta seluruhnya sudah dilahirkan. Pada kala III, otot uterus
(miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga
uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat
perlekatan menjadi semkin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak
berubah maka pasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari
dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah
uterus atau ke dalam vagina.
Pengawasan pada kala pelepasan dan pengeluaran ini cukup
penting, karena kelalaian dapat menyebabkan risiko perdarahan yang
dpaat membawa kematian. Kala ini berlangsung mulai dari bayi lahir
sampai uri keluar lengkap. Kala III terdiri dari 2 fase yaiu fase
pelepasan uri dan fase pengeluaran uri. Dalam waktu 1-5 menit seluruh
plasenta terlepas, terdorong kedalam vagiba dan akan lahir spontan
atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri.
Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta bisertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-
200cc.
Gangguan yang mungkin terjadiadalah perdarahan post partum.
Hal-hal yang menyebabkan perdarahan post partum ialah:
a. Atonia uteri
b. Retensio plasenta
c. Inversio Plasenta
d. KALA IV
Kala IV (observasi) dimaksudkan untuk melakukan observasi
karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam
pertama. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya syok
hipovolemia pada ibu yang dapat mengancam jiwa. Persalinan kala
empat dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah
itu. Observasi dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan
postpartum. Observasi yang dilakukan melihat tingkat kesadaran
penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan
pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan. Perdarahan
dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.
Adapun 7 pokok penting yang harus diperhatikan pada persalinan kala
IV, diantaranya adalah:
1. Kontraksi uterus harus baik
2. Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain
3. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
4. Kandung kencing harus kosong
5. Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
6. Resume keadaan umum bayi meliputi Appearance, Pulse, Grimace,
Activity, Respiration (warna kulit, denyut jantung, respons refleks,
tonus otot/keaktifan, dan pernapasan)
7. Resume keadaan umum ibu
Gangguan-gangguan yang mungkin muncul pada kala IV persalinan:
1. Laserasi jalan lahir
2. Robekan serviks
3. Perdarahan post partum

PATHWAY
E. PEMERIKSAAN FISIK
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu
dan bayinya serta kenyamanan fisik ibu bersalin, meliputi pemeriksaan
abdomen dan pemeriksaan dalam.
1. Pemeriksaan abdomen digunakan untuk:
a. Menentukan tinggi fundus uterus
b. Memantau kontraksi usus
c. Memantau denyut jantung janin
d. Menentukan presentasi
e. Menentukan penurunan bagian terbawah janin
2. Pemeriksaan dalam diperlukan untuk menilai:
a. Vagina, terutama dindingnya, apakah ada bagian yang menyempit,
serta melihat keadaan dan pembukaan serviks
b. Kapasitas panggul
c. Ada atau tidak adanya penghalang (tumor) pada jalan lahir
d. Sifat fluor albus dan apakah ada alat yang sakit umpamanya
bartholmitis, urethritis, sistitis, dan sebagainya.
e. Pecah tidaknya ketuban
f. Presentasi kepada janin
g. Turunnya kepala dalam ruang panggul
h. Penilaian besarnya kepala terhadap panggul
i. Apakah partus telah mulai atau sampai dimanakah partus telah
berlangsung (Prawirohardjo, 2016).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan urine protein (Albumin)
Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi maupun
adanya gangguan pada ginjal dilakukan pada trimester II dan III.
b. Pemeriksaan urin gula
Menggunakan reagen benedict dan menggunakan diastic.
c. Pemeriksaan darah
2. Ultrasonografi (USG)
Alat yang menggunakan gelombang ultrasound untuk mendapatkan
gambaran dari janin, plasenta dan uterus.
3. Stetoskop Monokuler
Mendengar denyut jantung janin, daerah yang paling jelas terdengar
DJJ, daerah tersebut disebut fungtum maksimum.
4. Memakai alat Kardiotokografi (KTG)
Kardiotokografi adalah gelombang ultrasound untuk mendeteksi
frekuensi jantung janin dan tokodynomometer untuk mendeteksi
kontraksi uterus kemudian keduanya direkam pada kertas yang sama
sehingga terlihat gambaran keadaan jantung janin dan kontraksi uterus
pada saat yang sama.

G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan yang dilakukan pada kala I adalah :
a. Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan, dan
kesakitan:
1) berilah dukungan dan yakinkan dirinya
2) berikan informasi mengenai proses dan kemajuan persalinannya
3) dengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih sensitif terhadap
perasaanya
b. Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan / asuhan yang dapat
diberikan:
1) lakukan perubahan posisi
2) posisi dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin di tempat tidur
sebaiknya dianjurkan tidur miring kiri
3) sarankan ia untuk berjalan
4) ajaklah orang yang menemaninya ( suami atau ibunya) untuk
memijat atau menggosok punggungnya
5) ajarkan ibu teknik bernapas: ibu diminta untuk menarik napas
panjang, menahan napasnya sebentar kemudian dilepaskan dengan
cara meniup udara ke luar sewaktu terasa kontraksimenjelaskan
kemajuan perasalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur
yang akan dilaksanakan dan hasil – hasil pemeriksaan
c. Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan
d. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta
prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil – hasil pemeriksaannya
e. Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak bekeringat, atasi dengan
cara:
1) gunakan kipas angin atau AC dalam kamar
2) menggunakan kipas biasa
3) menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya
f. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi, berikan
cukup minum
g. Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
2. Penatalaksanaan yang dilakukan pada kala II adalah :
a. Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan:
1) mendampingi ibu agar merasa nyaman
2) menawarkan minum, memijat punggung ibu
b. Menjaga kebersihan diri :
1) ibu tetap dijaga kebersihanya agar terhindar dari infeksi
2) jika ada lendir darah atau cairan ketuban segera dibersihkan
c. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau
ketakutan ibu, dengan cara :
1) menjaga privasi ibu
2) penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan
3) penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan
ibu
d. Mengatur posisi ibu, membimbing mengedan dapat dipilih posisi
berikut:
1) jongkok
2) menungging
3) tidur miring
4) setengah duduk
e. Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan berkemih
sesering mungkin
f. Memberikan cukup minum: mencegah dehidrasi dan memberi tenaga
3. Penatalaksanan yang dilakukan pada kala III adalah :
a. Melakukan manajemen aktif kala III yaitu:
1) memberikan suntikan oksitosin dalam 1 menit setelah bayi lahir
2) melakukan penegangan tali pusat terkendali
3) masase fundus uteri segera setelah palsenta lahir
b. Periksa robekan, jahit semua robekan pada serviks atau vagina atau
perbaiki episiotomi
4. Penatalaksanaan yang dilakukan pada kala IV adalah :
1) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20 – 30
menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus
sampai keras
2) Periksa tekanan darah, nadi kandung kemih dan perdarahan setiap 15
menit pada jam pertama dan 30 menit selama jam kedua
3) Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu
makanan dan minuman yang disukainya
4) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan
kering
5) Biarkan ibu beristirahat( ia telah bekerja keras melahirkan bayinya).
Bantu ibu pada posisi yang nyaman
6) Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan
bayi, sebagai permulaan dengan menyusui bayinya, hal ini sangat tepat
untuk memulai memberikan ASI. Menyusui membantu uterus
berkontraksi
7) Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu dibantu
karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan.
Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam pascapersalinan
8) Ajari ibu atau anggota keluarga tentang :
a) bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
b) tanda – tanda bahaya bagi ibu dan bayi

H. KLASIFIKASI
Menurut Manuaba, 2015 klasifikasi pesalinan norma terbagi kedalam tuga
bagian yaitu:
1. Persalinan spontan: bila persalinan seluruhnya dengan kekuatan ibu
sendiri.
2. Persalinan buatan: bila persalinan dengan bantuan tenaga dari luar yaitu
alat forceps, vacum, dan sectio caesarea
3. Persalinan anjuran: bila kekuatan untuk persalinan diambilkan dari luar
dengan jalan rangsangan seperti dengan induksi, amniotomi, dan lain-
lain.

I. KOMPLIKASI
1. Persalinan lama
2. Perdarahan pasca persalinan
3. Malpresentasi dan malposisi
4. Distosia bahu
5. Distensi uterus
6. Persalinan dengan parut uterus
7. Gawat janin
8. Prolapsus tali pusat
9. Demam dalam persalinan
10. Demam pasca persalinan
J. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS agen injuri Nyeri


pasien mengatakan nyeri pada biologis
bagian post op sc
1. P : luka post op
Q : nyeri seperti disayat-
sayat
R : perut bagian bawah
S : nyeri sedang (5), skala
nyeri 1-10
T : nyari hilang timbul,
dengan durasi 1-5 menit
DO
1. Klien tampak meringis
2. Panjang luka post SC 18
cm
3. Terdapat nyeri tekan
abdomen
4. Uterus teraba keras
3 faktor resiko Resiko
pendarahan
1. Hipotensi dapat terjadi
sebagai respon terhadap
analgesik dan anastesi.
2. Frekuensi nadi lambat pada
respon terhadap perubahan
jantung
3. Kehilangan darah selama
persalinan dan kelahiran
sampai 400 - 500 ml
4. pada uterus dan jalan lahir
terlihat adanya robekan atau
laserasi.
5. Hb menurun
3 faktor resiko reisko infeksi

1. pada uterus dan jalan lahir


terlihat adanya robekan atau
laserasi.
2. Terpasanga infus
3. Ruptur plasenta
3 DS proses mengerang kelelahan
klien mengatakan capek dan
badannya terasa sakit
DO
klien tampak lemah
wajah klien tampak pucat

4 DS kehilangan caira defisit volume


klien mengatakan pusing dan aktif cairan
lemah
DO.
1. klien tampak berbaring di
tempat tidur
2. klien mengeluh pusing
3. penurunan tekan darah
4. Kehilangan darah selama
persalinan dan kelahiran
sampai 400 - 500 ml
5. pada uterus dan jalan lahir
terlihat adanya robekan atau
laserasi.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan agen injuri biologis
2. Resiko pendarahan
3. Resiko infeksi
4. Kelelahan berhubungan dengan proses mengeran
5. defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan caira aktif
L. NCP (NURSING CARE PLANING)
No DX NOC NIC
Keperawatan (OUT COME) (NURSING INTERVENTION
CLASIFICATION)

1 Nyeri setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri secara


berhubungan keperawatan selama 1x24 jam komprehensif, termasuk
diharapkan nyeri teratasi, lokasi, frekuensi, kualitas, dan
dengan agen
dengan factor presipitasi
injuri biologis criteria hasil : 2. Gunakan teknik komunikasi
Indikator Ir Er tarapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
1. Pain kontol 3 5
3. Ajarkan apsien teknik
2. Level 3 5 relaksasi untuk mengontrol
kontrol nyeri (non farmakologis :
3. Menejemen 3 5 relaksasi)
kontrol
4. Kolaborasi dengan dokter
4. Ku baik 3 4
untuk pemberian analgetik
keterangan
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan

2 Resiko Setelah diberikan asuhan NIC Label: Bleeding Reduction :


keperawatan selama Post Partum
pendarahan
….x…jam diharapkan tidak 1. Lakukan massase uterus
terjadi perdarahan post partum 2. Monitor jumlah darah yang
dengan kriteria hasil : hilang
NOC Label: Blood Loss 3. Inspeksi laserasi dari serviks
Saverity dan perineum setelah kelahiran
 Tidak terjadi perdarahan bayi dan plasenta
lebih dari 500 cc 4. Evaluasi adanya distensi
kandung kemih tiap 15 menit
NOC Label: Maternal Status: pada 1 jam pertama dan tiap
Intrapartum 30 menit jam kedua
 Kontraksi uterus baik 5. Monitor tanda vital setiap 15
 Tekanan darah dalam menit pada 1 jam pertama dan
batas normal 100-120 tiap 30 menit pada jam kedua
mmHg/ 70-80 mmHg 6. Naikan/tinggikan posisi kaki
 Nadi dalam batas normal klien jika perlu
80-100x/menit 7. Awasi klien saat ketoilet
 RR dalam batas normal 8. Kaji mual dan muntah
Suhu dalam batas normal 9. Beritahu klien dan keluarga
tanda-tanda perdarahan
36,5-37,50c
NIC Label: Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
2. Observasi ekspresi nonverbal
klien sebagai tanda
ketidaknyamanan
3. Ajarkan menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri
4. Berikan informasi untuk
meningkatkan pengetahuan
dan respon keluarga terhadap
nyeri
Monitor kepuasan klien
terhadap management nyeri
3 resiko infeksi setelah dilakukan tindakan infection control
keperawatan selama 1x24 jam
1. Batasi pengunjung klien
diharapkan infeksi tidak terjasi
2. Bersihkan lingkungan klien
kriteria hasil
3. Monitor tanda-tanda infeksi
1. Klien bebas dari tanda
4. Pertahankan teknik aseptik
infeksi
5. Berikan terapi antibiotik
2. Mendeskriosikan penulula
(kolaborasi)
penyakit, faktor yang
6. Ajarkan keluarga tentang tanda
mempengaruhi penularan
dan gejala infeksi
serata penatalaksanaanya.
7. Ajarkan keluarga menghidari
3. Menunjukan kemampuan
infeksi
untuk mencegah timbulnya
infeksi.
4. Jumlah leukosit batas
normal
5. Menujukan perilaku hidup
sehat.

4 Kelelahan setelah dilakukan tindakan energy management


berhubungan keperawatan selama 1x...jam
1. monitor nutrisi dan sumber
diharapkan masalah dapt
dengan proses energi adekuat
teratasi
mengeran 2. monitor TTV
kriteria hasil
3. Anjurkan keluarga
1. Istrahat cukup
memberikan dukungan kepada
2. Kecemasan menurun
klien
3. Memverbalisasikan
4. Tingkatkan tirah baring
peningkatan energi dan
merasa lebih baik.
5 defisit volume setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV
cairan keperawatan selama 1x...jam 2. Monitor status hidrasi
diharapkan masalah dapt 3. monitor masukan makanan
berhubungan
teratasi dan cair
dengan kriteria hasil 4. kolaborasi pemberian cair iv
kehilangan 1. Mempertahankan output 5. dorong klien untuk makan
dalam batas normal
caira aktif
2. TTV batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda
dehistrasi
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk & Jensen. (2004). Buku ajar keperawatan maternitas. Edisi
4, Alih Bahasa Maria A. Wijayanti. Peter 1 Anugerah. Jakarta: EGC

Depkes RI. (2016). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR

Kurniawati, Desi, dkk. (2015). Obynacea: Obstetri dan Ginekologi. Yogykarta:


Tosca Enterprise.

Manuaba, IBG. (2016). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta:
EGC

Prawirohardjo, Sarwono. (2015). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta: YBP–SP

Wiknjosastro,Hanifa, dkk. (2007). Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai