Anda di halaman 1dari 28

RINGKASAN BUKU UTAMA

BAB 1 : MENGAWALI PENELITIAN ( Membangun Komunitas Pembelajar Ahli )

Model-model Pembelajaran

Saat kita membantu siswa memperoleh informasi, gagasan, skill, nilai, cara berfikir,
dan tujuan mendeskripsikan diri mereka sendiri, kita sebenarnya tengah mengajari mereka
untuk belajar. Cara penerapan suatu pembelajaran akan berpengaruh besar terhadap
kemampuan siswa dalam mendidik diri mereka sendiri. Guru yang sukses adalah mereka
yang melibatkan para siswa dalam tugas-tugas yang sarat muatan kognitif dan sosial, dan
mengajari mereka mengarjakan tugas-tugas tersebut secara produktif. Dengan demikian,
peran utama dalam mengajar adalah mencetak para pembelajar yang handal (powerful
learners ).

Sebuah sekolah dimana berbagai model pengajaran tidak hanya dirancang untuk
mencapai ruang lingkup tujuan-tujuan kuriktlum tetapi juga dirancang untuk membantu para
siswa meningkatkan kekuatan mereka sebagai pembelajar ( to help student increase their
power as learners ). Saat ini, pemikiran tentang siswa dan lingkungan pendidikan meliputi
beberapa istilah penting yitu kontruktivisme, Metakognitif, Scaffolding ( perancah ),
perbandingan terbalik yang optimal dengan tugas-tugas yang diberikan pada siswa/ zone of
proximal development, dan peran peran performa ahli ( expert performance ) saat
mengembangkan tujuan. Pembelajaran bukan hanya sekedar proses menyerap informasi,
gagasan, dan keterampilan, karena materi-materi tersebut akan dikontruksi oleh otak. Sikap
kontruktivis adalah bahwa pengetahuan tidak ditransmisikan oleh guru atau orangtua, tetapi
mau tidak mau harus dibangun dan dimunculkan sendiri oleh siswa agar mereka dapat
merespons informasi dalam lingkungan pendidikan.

Metakognitif berhubungan dengan kontruktivisme dalam hal banyak pembelajar yang


efektif makin sadar bagaimana mereka belajar, mereka mengembangkan perangkat dan
mengamati kemajuan. Perkins (1984) mengatakan ; berbicara tentang keterampilan berpikir
dalam semua bidang kurikulum, siswa harus dilatih untuk memperoleh dan menyimpan
pengetahuan, memahaminya dengan membangun konsep, kemudian menerapkannya agar
nanti mereka bisa menjadi seorang pemikir generatif ( produktif ). Scaffolding merujuk pada
bebragai cara yang dapat kita terapkan untuk membangun siswa memperoleh kontrol
metakognitif secara maksimal. Kebanyakan strategi pembelajaran kooperatif selalu bersifat
umum, strategi-strategi ini diterapkan untuk berbagai bidang dan tujuan kurikulum dalam
rangka membangun pemahaman dan keterampilan interpersonal. Membaca merupakan proses
berfikir Multidimensional, dimana pembaca yang sudah ahli memiliki kosa kata yang cukup
banyak dan tahu bagaimana mereka menambah dan memecahkan kosakata itu.

Self monitoring merupakan hal yang didasarkan pada pengembangang kontrol


metakognitif atas strategi-strategi yang merupakan bagian yang sangat penting dalam teknik
pengajaran. Salah satu aspek yang paling menantang dari pegajaran adalah menghasilkan
tujuan-tujuan dan proses-proses yang bisa dijangkau siswa dan tidak melampaui batas
kemampuan mereka. Terkadang pelajaran menyediakan kunci/jawaban, mungkin bagian
paling rumit dari pengajaran timbal balik adalah mengamati siswa secara cermat dan
menentukan waktu yang tepat untuk menerapkan kemampuan siswa dalam memahami
bacaan lebih banyak lagi. Jika siswa belajar membuat prediksi tentang apa yang akan tertulis
pada kutipan selanjutnya, guru harus turun tangan dan memperagakan bagaimana membuat
prediksi dan mencoba mendorong siswa mencapai tingkat keterampilan yang lebih tinggi.
Proses terbaik dalam mendorong perkembangan individu menuju kompleksitas dan
fleksibilitas adalah dengan membandingkan tingkat perkembangan kepribadian seseorang
dengan ligkungannya, dengan tetap berusaha mendorongnya untuk masuk pada tingkatan
perkembangan selanjutnya (Hrvey, Hunt, dan Schroeder, 1961 ).

BAB 2 : BERAGAM CARA DALAM MENGONTRUKSI PENGETAHUAN


Model-model pengajaran dapat dikelompokka menjadi empat, yaitu :

1. Kelompok model pengajaran memproses informasi; Menekankan cara-cara dalam


meningkatkan doronagn alamiah manusia untuk membentuk makna tentang dunia.
Model-model memproses informasi :
 Berpikir induktif
 Penemuan konsep
 Model induktif kata-bergambar
 Penelitian ilmiah
 Mnemonic
 Sinektik
 Advance organizer
2. Model-model pengajaran sosial : Membangun Komunitas Belajar yaitu dengan :
 Mitra belajar
 Investigasi kelompok
 Bermain peran
 Penelitian hukum
3. Kelompok model pengajaran personal; Model ini berusaha bagaimana memahami diri
kita sendiri dengan lebih baik, bertanggungjawab dan belajar melampaui perkembangan
kita saat ini.
 Pengajaran tanpa arahan : Pencetusnya yaitu Carl Rogers
 Meningkatkan harga diri : Pencetusnya yaitu Abraham Maslow (Bruce Joyce)
4. Kelompok Sistem Perilaku; Model-model ini focus pada perilaku yang dapat
diperhatikan, tugas-tugas yang dapat dipatok dengan jelas, dan metode-metode yang
mengomunikasikan perkembangan siswa, serta memiliki semacam lembaga penelitian
perseorangan. Model-model ini yaitu sebagai berikut :
 Belajar menguasai : Pencetusnya Benjamin Bloom dan James Block
 Instruksi langsung : Pencetusnya Tom Good, Jere Grophy, Carl Bereiter, Ziggy
Engleman dan Wes Becker
 Simulasi : Pencetusnya Carl Smith dan Mary Smith
 Pembelajar sosial : Pencetusnya Albert Bandura, Carl Toresen, dan Wes Becker
 Jadwal terencana : Pencetusnya B.F. Skinner

BAB 3 : PANDUAN DASAR NELALUI PENGEJARAN RETORIK


Model-model pengajaran sebenarnya dapat ditingkatkan dengan
mengombinasikannya antarsatu sama lain. Kombinasi ini memungkinkan kita menciptakan
kurikulum-kurikulum untuk seluruh siswa atau populasi yang tertentu. Siswa akan belajar
bagaimnaa belajar, dan belajar bagaimana menerapkan strategi belajar mereka pada bidang-
bidang kurikulum inti sekolah lanjutan. Sedangkan guru akan belajar bagaimana mengajar
strategi pembelajaran dan bagaimana menemukan, menghasilkan, dan memodifikasi materi
kurikulum untuk membuat pengetahuan dan keterampilan menjadi lebih mudah dicapai oleh
siswa.

Mengusai hanya satu model pembelajaran tidak akan mencukupi untuk mendekati
beragam materi pembelajaran dan jenis-jenis pengajaran. Kurikulum strategi pembelajaran
memiliki tiga sekat :

 Strategi-strategi yang membantu siswa mendapatkan informasi dari materi tertulis


 Strategi-strategi yang memungkinkan siswa mengidentifikasi, mengolah, dan
menyimpan informasi penting
 Stragtegi-strategi dalam memfasilitasi ekspresi/ungkapan tertulis.

BAB 4 : GAYA, MODEL DAN KERGAMAN


Gaya pengajaran merupakan pola-pola berpikir dan berinteraksi yang dipelajari. Yaitu
sebagai berikut :

1. Gaya individu : Setiap individu membawa kepribadian mereka dalam mengajar dan
gaya-gaya pengajaran mereka berasal dari kepribadian ini. Walaupun budaya pendidik
cenderung menekan/menghimpit guru dalam gaya hafalan, perbedaan individu
ternyata selalu menghasilkan keragaman yang memiliki pengaruh signifikan pada
bagaimana mereka mengajari siswa untuk belajar
2. Dimensi sikap : Guru mengembangkan sikap pada siswa-siswa mereka, pengajaran
mereka, dan tempat kerja.

Gaya dan mdel sama-sama penting. Perbedaan individu yang beragam dapat memperkaya
pendidikan anak-anak.

BAB 5 : BELAJAR BERPIKIR SECARA INDUKTIF


Membentuk Konsep-Konsep dengan Mengumpulkan dan Mengolah Informasi
Struktur model :

Pembentukan Konsep
Mengkalkulasi dan membuat daftar
Mengelompokkan
Membuat Label dan Kategori

Interpretasi Data
Mengidentifikasi hubungan-hubungan yang penting
Mengeksplorasi hubungan-hubungan
Membuat dugaan/kesimpulan

Penerapan Prinsip
Memprediksi konsekuensi, menjelaskan fenomena asing, menghipotesis
Menjelaskan dan atau mendukung prediksi dan hipotesis
Menguji kebenaran (Verifikasi) prediksi

Sistem Sosial : Model induktif sebenarnya begitu mudah untuk disusun. Model ini bersifat
kooperatif, tetapi guru tetap menjadi inisiator dan pengawas semua kegiatan.
Peran/Tugas Guru : Guru menyesuaikan tugas-tugas dengan tingkat aktivitas kognitif
siswa, menentukan kesiapan siswa.

Sistem Pendukung : Siswa memerlukan data mentah untuk diolah dan dianalisis.
BAB 6 : PENCAPAIAN KONSEP-KONSEP / Mempertajam Keterampilan-
Keterampilan Berpikir Dasar
Dalam struktur pengajaran, semua terbangun mulai dari memberikan contoh-contoh
hingga menguji dan menanami konsep terapan.

Model sistem sosial sangat mudah disusun. Guru mengawasi jalannya pembelajaran,
tetapi dialog terbuka tetap ada dalam tahap-tahap berikutnya. Model ini relative terussun
dengan baik, di mana para siswa memberikan lebih banyak pengalaman (model-model
penemuan konsep yang lain lebih rendah dalam hal penataannya/strukturnya.

Adapun peran guru yaitu :

 Memberikan dukungan tetapi menekankan diskusi yang hipotetik


 Membantu siswa menyeimbangkan hipotesis yang satu dengan hipotesis yang lain
 Focus pada sifat-sifat atau fitur-fitur tertentu dalm contoh-contoh yang ada
 Mendampingi siswa dalam mendiskusikan dan mengevaluasi strategi berpikir mereka.

BAB 7 : MODEL INDUKTIF KATA BERGAMBAR / Mengembangkan Kemampuan


Baca Tulis Lintas Kurikulum
Model induktif kata bergambar merupakan salah atau strategi pengajaran tambahan
yang sangat menarik dan luar biasa, utamanya dalam hal keluasaan landasan dan
penerapannya.

Dalam struktur model induktif kata bergambar, siswa yang masih muda disajikan
gambar-gambar dari pemandangan-pemandangan yang relative familiar. Mereka
menghubungkan kata-kata dengan gambar itu dengan cara mrngidentifikasi objek, tindakan,
dan kualitas yang mereka kenali.

Dalam Proses belajar membaca dan menulis, siswa hanya perlu membangun semacam
gudang penyimpanan kosakata yang dapat mereka kenali secara instan dengan mengejanya.
Prinsp terpenting dalam belajar dengan model induktif kata bergambar adalah bahwa manusia
membaca dan menulis secara alamiah berhubungan satu sama lain dan dapat dipelajari secara
stimultan, yang pada akhirnya juga dapat digunakan secara bersamaan untuk mempercepat
pertumbuhan siswa dalam penggunaan bahasa dengan mahir dan terampil.
Guru memegang kunci dalam meningkatkan keterampilan baca-tulis untuk semua
siswa. Semakin banyak kata yang mereka pahami, semakin banyak control dan pilihan yang
mereka miliki dalam hidup.

BAB 8 : PENELITIAN ILMIAH DAN LATIHAN PENELITIAN / Seni Membuat


Kesimpulan
Model pengajaran ini adalah melibatkan siswa dalam masalah penelitian yang benar-
benar orisinil dengan cara menghadapkan mereka pada bagian investigasi, membantu mereka
mengidentifikasi masalah konseptual atau metodologis dalam bidang tersebut serta mengajak
mereka untuk merancang cara-cara memecahkan masalah. Dalam model ini, iklim kooperatif
sangat dianjurkan. Siswa benar-benar dimasukkan ke dalam komunitas peneliti yang
menggunakan teknik ilmu pengetahuan terbaik, yaitu mencakup tingkat keberanian tertentu
sebagai bentuk kerendahatian. Tugas guru membimbing, melatih, dan mendidik dengan
membujuk siswa bercermin pada proses.

Salah satu sistem pendukung yang dibutuhkan dalam model ini adalah seorang
instruktur yang fleksibel dan terampil. Model penelitian ini dirancang untuk membawa siswa
secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat memadatkan
proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang singkat. Tujuan umum latihan penelitian
adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan intelektuan serta keterampilan yang
mumpuni untuk meningkatkan pertanyaan-pertanyaan dan pencarian jawaban yang
terpendam dari rasa keingintahuan mereka. Model ini memerlukan dukungan yang optimal,
yakni seperangkat bahan/materi yang mengonfrontasi, seorang guru yang memahami proses
intelektual dan strategi penelitian, dan materi-materi sumber yang menopang suatu
permasalahan.

Model pengajaran memproses informasi, latihan penelitian dapat dilakukan dengan


setting yang diajarkan oleh guru atau secara madniri dan berpusat pada pembelajaran.
Kejadian-kejadian aneh/luar biasa dapat dikembangkan melalui media cetakan, film atau
audio dan kartu tugas yang nantinya dapat mengarahkan siswa untuk memberikan tanggapan
mereka, berdasarkan model yang telah dikembangkan.

BAB 9 : PENGHAFALAN ( MEMORIZATION ) / Meluruskan Fakta

Akivitas menghapal sebenarnya selalu muncul di sepanjang hidup kita. Saat kita
belajar materi-materi baru, tugas yang terpenting adalah mempelajari kata-kata dan
pengertian-pengertian yang penting, bahasa-bahasa yang mungkin berkaitan dengan bidang
tersebut. Banyak prinsip intruksional yang dikembangkan yang tujuannya adalah untuk
mengajarkan strategu-strategi menghafal dan membantu siswa belajar lebih efektif. Ketika
kita berlatih, kita perlu mengembangkan petunjuk mengingat (retrieval cues), yang
merupakan dasar untuk mengingat kembali objek-objek yang pernah kita hapal di masa yang
akan datang. Ingatan-ingatan jangka pendek sering kali di asosiasikan dengan pengalaman-
pengalaman panca indera (sensory). Untuk ingatan jangka panjang, kita mungkin
menggabungkan segala sesuatu menurut isyarat episodik (episodic cues ) yakni mengingat
rangkaina pengalaman pada objek-objek yang pernah kita hapal sebelumnya dan objek-objek
lain yang berhubungan dengannya.

Metode kata hubung (Link-word meyhod) : metode menghapal ini memiliki dua
komponen dasar, dengan asumsi bahwa salah satu tujuan belajar adalah menguasai materi
yang tidak diketahui. Komponen pertama menyediakan materi yang sudah dikenal dengan
dihubungkan pada link yang berisi objek-objek yang tidak dikenal. Komponen kedua
menyediakan asosaiasi dalam membangun makna materi baru. Orang yang menguasai materi
lebih cepat dan menyimpannya lebih lama pada umumnya menggunakan strategi yang lebih
cermat dalam menghapal materi tersebut. Kombinasi antara aktivitas dan asosiasi-asosiasi
menyediakan jangkar/anchor yang lebih baik dalam sistem ingatan siswa dalam memproses
informasi.

Metode kata kunci (key-word meyhod) : muncul untuk membantu siswa yang
memiliki masalah aktivitas verbal dibawah rata-rata, yang mungkin juga sangat sulit untuk
menggunakan strategi-strategi pembelajaran yang rumit. Saat menghafal sesuatu yang sangat
rumit dan panjang, kita terkadang mengingat moto pentingnya agar lebih mudah.
Adanya kesatuan yang dapat kita lihat, kita rasakan, sentuh, cium, sebagai asosiasi-asosiasi
sebenarnya bisa kita gunakan untuk mempermudah hafalan kita dengan cara memanfaatkan
panca-indera kita yang sesuai dengan asosiasi-asosiasi tersebut. Setiap channel yang berisi
materi lama yang dapat kita asosiasikan dengan materi yang baru. Dengan cara seperti ini,
kemungkinan menghafalnya lebih besar daripada jika kita hanya mengamatinya melalui satu
indera saja. Konsep-konsep tentang memori pada dasarnya merupakan prinsip-prinsip dan
teknik-teknik untuk meningkatkan kapasitas memori kita pada materi pembelajaran.
Beberapa konsep tentang memori antara lain :
1. Kesadaran : pengamatan penting untuk memunculkan kesadaran yang sejati, segala
hal yang betul-betul kita sadari akan sangat sulit untuk kita lupakan.
2. Asosiasi : aturan dasar dalam menghafal adalah anda dapat mengingat semua
informasi baru juka anda mengasosiasikannya dengan sesuatu yang sudah anda kenal
dan ingat sebelumnya.
3. Sistem link : inti dari prosedur memori adalah persambungan dua gagasan, dengan
gagasan kedua yang memicu gagasan lain, dan seterusnya.
4. Asosiasi konyol : meskipun asosiasi merupakan dasar memori, kekuatannya
sebenarnya dapat diperbesar seandainya gambara yang diasosiasikan diwujudkan
sebagai gambar yang jelas dan lucu, sesuatu yang tidak mungkin, tidak masuk akal.
5. Sistem kata ganti : merupakan cara untuk membuat hal-hal yang tidak dapat disentuh,
menjadi hal-hal yang dapat disntuh dan bermakna.
BAB 10 : SINEKTIK / Seni Meningkatkan Pemikiran Kreatif

Gordon menggagas sinektik berdasarkan 4 gagasan yaitu (1) kreativitas penting dalam
aktivitas sehari-hari, (2) proses kreatif tidk selamanya misterius, (3) penemuan atau inovasi
yang dianggap kreatif sama rata di semua bidang dan tidandai oleh proses intelektual yang
sama, dan (4) pola pikir kreatif individu mauoun kelompok tidak berbeda. Dari asumsi-
asumsi ini lah dikembangkan beberapa proses sinektik yaitu:

 Asumsi pertama, dengan membawa proses kreatif menuju kesadaran dan dengan
mengembangkan bantuan-bantuan eksplisit menuju kreativitas, kita dapat secara
langsung meningkatkan kapasitas kreatif secara individu maupun kelompok.
 Asumsi kedua, kreativitas pada dasarnya merupakan proses emosional, yang
mensyaratkan unsur-unsur irasionalitas dan emosi untuk meningkatkan proses
intelektual.
 Asumsi ketiga, analisis terhadap proses irasional dan emosional tertentu dapat membantu
individu dan kelompok untuk meningkatkan kreativitas mereka dengan menggunakan
irasionalitas secara konstruktif.

Kreativitas dapat berjalan secara sadar melalui aktivitas metaforis dalam model
sinektik. Metafora tersebut membangun hubungan perumpamaan, perbandingan satu objek
atau gagasan dengan objek atau gagasan lain, dengan cara menukarkan posisi keduanya.
Melalui substitusi ini, proses kreatif muncul, yang dapat menghubungkan sesuatu yang
familiar dengan yang tidak familiar atau membuat gagasan yang baru dari gagasan-gagasan
yang biasa. Strategi-strategi sinektik yang kemudian menggunakan aktivitas metaforis
dirancang untuk menyediakan sebuah susuna yang darinya siswa dapat membebaskan diri
mereka dalam mengembangkan imajinasi dan wawasan dalam setiap aktivitas sehari-hari.

Ada 3 jenis analogi yang digunakan sebagai basis latihan sinektik, yaitu analogi
personal (mengharuskan siswa untuk berempati pada gagasan atau subjek yang
dibandingkan), analogi langsung (perbandingan dua objek atau konsep untuk
mentransposisikan kondisi-kondisi topik atau situasi permasalahan yang asli pada situasi lain
untuk menghadirkan pandangan baru), konflik padat (frasa yang terdiri dari dua kata dimana
kata-kata tersebut tampak berlawanan dengan kata yang lain).

Sinektik dirancang untuk meningkatkan kreativitas individu dan kelompok.


Mendiskusikan pengalaman sinektik dapat membangun perasaan kebersamaan antar siswa.
Prosedur-prosedur sinektik juga bisa diterapkan pada siswa dalam semua bidang kurikulum,
baik sains maupun seni. Ada banyak penerapan model sinektik yang dapat dilakukan seperti
menulis kreatif, mengeksplorasi masalah-masalah sosial, memecahkan masalah, menciptakan
rancangan atau produk, memperluas perspektif tentang suatu konsep, dll. Yang pada intinya,
partisipasi dalam sebuah kelompok sinektik dapat menciptakan pengalaman unik yang
mendidik interpersonal dan rasa bersosial. Para anggota saling belajar tentang diri mereka
satu sama lain sebagaimana setiap orang merespon setiap kejadian dengan cara unik mereka.
BAB 11 : BELAJAR DARI PRESENTASI/Advance Organizer

Model advance organizer ini dirancang untuk memperkuat struktur kognitif siswa dan
pengetahuan mereka tentang pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola, memperjelas, dan
memeliohara pengetahuan tersebut dengan baik (Ausubel). Ausubel percaya bahwa struktur
kognitif yang ada dalam diri seseorang merupakan faktor utama yang menentukan apakah
materi baru akan bermanfaat atau tidak dan bagaimana pengetahuan yang baru ini dapat
diperoleh dan dipertahankan dengan baik. Menurutnya, berguna tidaknya materi lebih
tergantung pada persiapan pembelajar dan pengolahan materi tersebut daripada sekadar
menerapkan metode presentasi saja. Jika pembelajar mengawalinya dengan persiapan yang
tepat, dan jika materi dikelola dengan solid, pembelajaran yang bermanfaat pun pada
akhirnya akan muncul.

Gagasan Ausubel tentang mata pelajaran dan struktur kognitif memiliki implikasi
penting dan langsung bagi pengelolaan kurikulum dan prosedur instruksional. Dia
menggunakan dua prinsip yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu diferensiasi
progresif untuk menuntun pengelolaan materi dalam bidang mata pelajaran sehingga konsep
dalam materi dapat menjadi bagian yang stabil dalam struktur kognitif siswa, dan yang kedua
rekonsiliasi integratif untuk menggambarkan peran intelektual siswa. Sedangkan pada proses
pengajaran, organizer merupakan materi penting dalam dirinya sendiri dan perlu untuk
diajarkan. Dalam hal ini, guru harus memiliki waktu untuk menjelaskan dan mengembangkan
organizer, karena hnya ketika organizer ini benar-benar dipahami, ia dapat membantu guru
mengolah materi pembelajaran berikutnya.

Model advance organizer memiliki tiga tahap kegiatan. Tahap pertama adalah
presentasi advance organizer, tahap kedua adalah presentasi tugas pembelajaran atau materi
pembelajaran, dan tahap ketiga adalah penguatan pengolahan kognitif. Dalam tahap ketiga,
situasi pembelajaran idealnya harus lebih interaktif, yakni siswa-siswa perlu dirancang untuk
mengajukan pertanyaan dan memberikan tanggapan. Dalam model ini, guru harus
mempertahankan kontrol pada struktur intelektual, karena hal ini penting untuk
menghubungkan materi pembelajaran dengan organizer dan membantu siswa membedakan
materi baru dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya.

BAB 12 : MITRA-MITRA DALAM PEMBELAJARAN/Dari Berpasangan Menuju


Investigasi Kelompok

Kelompok kerja sama sangat membantu dalam meningkatkan energi, yang kemudian
menghasilkan peningkatan hasil pembelajaran. Manfaat yang paling menarik dalam prosedur
kerjasama adalah campuran dengan model-model sosial lain, sebagai upaya untuk
mengombinasikan efek dari beberapa model.

Pengelompokan dalam proses pembelajaran memberikan seorang pendamping belajar


yang menyenangkan dan bersama-sama mengembangkan skill bersosial dan berempati
terhadap orang lain. Siswa merasa nyaman dalam model belajar pengelompokan, sebab
mereka dapat meningkatkan perasaan positif terhadap diri sendiri maupun orang lain.

Namun tidak semua orang menyukai model pengelompokan ini. Mereka beerpikir
bahwa pola ini tidak akan mendorong siswa untuk belajar dan bekerjasama secara produktif.
Padahal senyatanya hampir semua siswa meimiliki kemampuan dalam bekerja kelompok jika
mereka mengetahui bagaimana perintah tugas yang mereka dapatkan secara detail. Agar
metode pengelompokan ini dapat berjalan dengan baik, maka dilakukanlah beberapa bentuk
pelatihan seperti latihan untuk efisiensi, latihan untuk interdependensi (saling bergantung satu
sama lain), pembagian kerja (spesialisasi), dll.

Dalam pembelajaran berkelompok digunakan metode demokrasi. Menerapkan metode


pengajaran yang demokratis memang teramat sulit. Metode ini mengharuskan guru untuk
memiliki kecakapan skill interpersonal dan instruksional yag tinggi. Untuk mempermudah
pelaksanaan nya, John Dewey menyarankan agar sekolah diatur sedemikian rupa untuk
menjadi sebuah miniatur negara demokrasi. Para siswa berpartisipasi dalam pengembangan
sistem sosial, dan melalui pengalaman bertahap, siswa mempelajari bagaimana
mengaplikasikan metode saintifik dalam rangka mengembangkan manusia dalam suatu
masyarakat.

BAB 13 : KAJIAN TENTANG NILAI-NILAI/Role Playing dan Pendidikan Kebijakan


Publik

Role playing merupakan sebuah model pengajaran yang berasal dari dimensi
pendidikan individu maupun sosial. Model ini membantu masing-masing siwa untuk
menemukan makna pribadi dalam dunia sosial mereka dan membantu memecahkan dilema
pribadi dengan bantuan kelompok sosial. Model ini juga menyokong beberapa cara dalam
proses pengembangan sikap sopan dan demokratis dalam menghadapi masalah.

Proses role playing berperan untuk (1) mengeksplorasi perasaan siswa, (2)
mentransfer dan mewujudkan pandangan mengenai perilaku, nilai, dan persepsi siswa, (3)
mengembangkan skill pemecahan masalah dan tingkah laku, (4) mengeksplorasi materi
pembelajaran dalam cara yang berbeda. Manfaat role playing ini sendiri bergantung pada
kualitas pemeranan dan khususnya analisis yang mengiringinya. Manfaat ini juga ditentukan
oleh persepsi siswa mengenai peran yang juga terdapat dalam situasi kehidupan nyata.

Shaftels berpendapat bahwa role playing terdiri dari sembilan langkah, yaitu (1)
memanaskan suasana kelompok, (2) memilih partisipan, (3) mengatur setting tempat
kejadian, (4) menyiapkan peneliti, (5) pemeranan, (6) diskusi dan evaluasi, (7) memerankan
kembali, (8) berdiskusi dan mengevaluasi, (9) saling berbagi dan mengembangkan
pengalaman. Masing-masing langkah dan tahap ini memiliki tujuan khusus yang akan
menambah kekayaan hasil model ini serta membantu siswa untuk fokus pada aktivitas
pembelajaran.

Selain role playing, ada juga gaya penelitian hukum yang membantu siswa belajar
berpikir secara sistematis mengenai isu-isu kontemporer. Model ini mengharuskan siswa
merumuskan isu-isu tersebut sebagai pertanyaan kebijakan publik dan menganalisis posisi
alternatif mereka sendiri. Dalam model ini, siswa berperan sebagai peneliti. Untuk
memainkan peran sebagai peneliti, siswa diharuskan memiliki tiga kompetensi. Yang pertama
yaitu pengetahuan yang mendalam mengenai nilai-nilai kredo Amerika, sebagaimana
termaktub dalam prinsip konstitusi dan deklarasi kemerdekaan. Yang kedua yaitu
keterampilan dalam memperjelas dan memecahkan isu, dan yang ketiga adalah pengetahuan
yang cukup memadai mengenai isu politik.

Model dasar dalam penelitian hukum ini meliputi 6 tahap yaitu (1)orientasi pada
kasus, (2) mengidentifikasi pada isu, (3) mengambil posisi/sikap, (4) mengeksplorasi sikap
yang mendasari pengambilan posisi, (5) memantapkan serta mengkualifikasi posisi, dan (6)
menguji asumsi tentang fakta, defenisi, dan konsekuensi. Materi utama yang dapat
mendukung model ini adalah dokumen-dokumen sumber yang berfokus pada situasi
permasalahan. Dan pada akhirnya, model ini dapat menyuburkan nilai-nilai pluralisme dan
sikap hormat pada pandangan dan pendapat orang lain.

BAB 14 : PENGAJARAN TIDAK TERARAH/Pembelajaran sebagai Pusat

Model pengajaran tidak terarah digunakan untuk memberi nuansa lain dalam
pengajaran, yakni untuk menjaga dan mempertahankan kerangka berpikir siswa, menjaga
pusat perkembangan diri mereka, serta membantu mereka mengatasi masalah-masalah
pembelajaran. Model tidak terarah lebih fokus pada pengasuhan dan bimbingan pada siswa
dibanding mengontrol urutan proses pembelajaran.

Ketika menerapkan model pembelajaran ini, guru harus berusaha melihat dunia yang
ada dalam pikiran siswa, menciptakan atmosfer komunikasi yang sarat dengan empati
sehingga arah dan pendirian pribadi siswa dapat dibimbing dan ‘dikembangkan. Atmosfer tak
terarah memiliki empat kualitas. Pertama, guru menunjukkan kehangatan dan keakraban serta
tanggap terhadap semua tindakan siswa. Kedua, model ini membolehkan hal apapun yang ada
sangkut pautnya dengan pengungkapan perasaan. Ketiga, siswa memiliki kebebasan penuh
untuk mengungkapkan perasaannya secara simbolik. Keempat, hubungan yang terbebas dari
hal-hal yang berbau paksaan dan tekanan.

Peran tak terarah menyajikan beberapa masalah yang cukup menarik. Yang pertama
adanya pembagian tanggung jawab, dan yang kedua yaitu konseling dalam model tidak
terarah dapat menciptakan serangkaian respons yang terjadi dalam rangkaian yang tidak
terduga. Meskipun pengajaran tak terarah sifatnya fleksibel dan tidak bisa diperkirakan,
Roger menegaskan bahwa wawancara tak terarah memiliki suatu rangkaian yang telah dibagi
menjadi lima tahap. Pertama, penjelasan mengenai keadaan yang membutuhkan bantuan.
Kedua, siswa didorong untuk mengungkapkan perasaan positif dan negatif serta mengatakan
dan menjelaskan masalah yang ada. Ketiga, siswa mengembangkan wawasan yang
dimilikinya secara bertahap. Keempat, konsentrasi siswa diarahkan untuk perencanaan dan
pembuatan keputusan yang mengacu pada masalah yang ada. Kelima, siswa melaporkan
tindakan yang dilakonkannya.
Model pengajaran tidak terarah bisa diterapkan untuk beberapa jenis situasi
permasalahan, seperti masalah pribadi, sosial, dan akademik. Konseling tidak terarah
berupaya melakukan penyusunan kembali bidang emosional dibanding aspek yang
sepenuhnya menyangkut pendekatan intelektual. Lingkungan tidak terarah sangat bergantung
pada dampak pengiringnya, dengan dampak instruksional yang juga ditentukan oleh
kesuksesan dalam membentuk perkembangan diri yang lebih efektif. Model ini lebih
bergantung pada dampak yang dirasakan dlam lingkungan tidak terarah dibanding
memerhatikan capaian konten dan skill melalui aktivitas yang dirancang khusus.

BAB 15 : MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI YANG POSITIF / Kepribadian Laki-


Laki dan Perempuan, Remaja dan Dewasa

Teori sistem konseptual mendeskripsikan manusia menurut struktur konsep-konsep


yang mereka gunakan untuk mengolah informasi mengenai dunia secara luas. Manusia pada
umumnya menggunakan sedikit konsep untuk mengilah dunia mereka dan cenderung
menolak informasi yang tidak sesuai dengan konsep merka, atau bahkan mengubahnya agar
bisa cocok dengan konsep milik mereka sendiri. Sehingga mereka sering kali memandang
orang-orang dan peristiwa-peristiwa menurut persepsi ‘benar’ atau ‘salah’.

Konsep diri yang kuat harus dibarengi dengan perilaku aktualisasi dir, suatu capaian
menuju lingkungan dengan kepercayaan diri yang kuat bahwa interaksi yang terjadi akan
produktif. Ada hubungan yang substansial antara kondisi pertumbuhan orang dengan konsep
diri yang mereka miliki. Omnivor adalah mereka yang menerapkan konsep aktualisasi diri.
Mereka merasa nyaman dengan diri mereka sendiri dan orang-orang disekitarnya. Sedang
pemakai yang pasif merasa memiliki kompetensi namun masih bergantung pada lingkungan
untuk memperoleh kesempatan agar bisa produktif dan tumbuh berkembang. Pemakai yang
segan merasa bahwa mereka hidup ditengah dunia yangmenakutkan dan rawan masalah.

Teori mengenai pertumbuhan konseptual dan konsep diri membantu kita memahami
diri kita sendiri, khususnya saat merencanakan dan melaksanakan program-program
berorientasi perkembangan. Dua hal tersebut membantu kita mengerti alasan mengapa orang-
orang merespon apa yang mereka lakukan dan memberikan dasar untuk menciptakan
lingkungan yang produktif.

BAB 16 : BELAJAR CARA BELAJAR DARI PEMBELAJARAN MENGUASAI

Pembelajaran menguasai adalah kerangka berpikir dalam merencanakan rangkaian


instruksional (John B. Carrol dan Benjamin Bloom, 1971). Pembelajaran dengan model
penguasaan merupakan metode yang menarik dalam meningkatkan kemungkinan siswa untuk
mampu mencapai level performa yang memuaskan.

Carrol mengatakan bahwa semua siswa bisa saja menguasai materi yang dipelajarinya
selama ada waktu yang cukup yang tersedia, bakat kemudian menjadi objek bimbingan utama
untuk menentukan seberapa banyak waktu yang dibutuhkan siswa. Berkaitan dengan hal ini,
Bloom percaya bahwa waktu pembelajaran dapat disesuaikan dengan bakat yang dimiliki
siswa. Siswa yang memiliki bakat rendah bisa diberi waktu yang lebih lama dan respon
langsung yang lebih banyak, sementara kemajuan dari seluruh aktivitas yang mereka lakukan
dapat dipantau oleh guru melalui bantuan tes yang diberikan. Bloom mengatakan bahwa
instruksi individual bisa diterapkan oleh guru dengan mengubah prosedur instruksi kelompok
yang tradisional untuk memastikan sebagian siswa memiliki waktu yang lebih banyak dan
bahwa mereka menerima instruksi pribadi yang sesuai dengan hasil evaluasi formatif mereka.

Pembelajaran menguasai adalah metode yang lurus, optimistik, dan jelas. Merancang
sistem pembelajaran menguasai ini membutuhkan pengembangan yang hati-hati, karena
secara langsung mendekati beberapa masalah pembelajaran yang mengganggu atau mengusik
instruksi yang dijalankan guru. Sistem ini menempatkan guru dalam sebuah peran yang
mendorong dan membantu siswa serta memiliki pengaruh positif terhadap penghargaan diri
siswa itu sendiri.

BAB 17 : INSTRUKSI LANGSUNG

Kontribusi utama dalam pembelajaran adalah penjabaran tugas dan analisis tugas.
Prinsip-prinsip rancangan intruksional berfokus pada konseptualisasi performa pembelajar ke
dalam tujuan dan tugas-tugas , menguraikan tugas-tugas tersebut ke dalam komponen-
komponen yang lebih kecil, mengembangkan aktivitas-aktivitas latihan yang memastikan
adanya transfer antar satu komponen dan komponen lain serta terpenuhinya prasyarat
pembelajaran sebelum menapaki level pembelajaran yang lebih tinggi. Intruksi langsung
memainkan peran terbatas namun penting dalam program pendidikan yang komprehensif.
Beberapa keuntungan dari intruksi langsung ini adalah adanya fokus akademik, arahan dan
kontrol guru, harapan yang tinggi terhada[pp perkembangan siswa, sistem manajemen waktu,
dan atmosfer akademik yang cukup netral.

Dua tujuan utama dari intruksi langsung adalah memaksimalkan waktu belajar siswa
dan mengembangkan kemandirian dalam mencapai dan mewujudkan tujuan pendidikan.
Perilaku-perilaku guru yang tampak berhubungan dengan prestasi siswa sesungguhnya juga
berhubungan dengan waktu yang dimiliki siswa dan rating kesuksesan mereka dalam
mengerjakan tugas, yang pada gilirannya juga berhubungan erat dengan prestasi siswa.
Model intstruksi langsung terdiri dari lima tahap aktivitas, yakni orientasi, presentasi, praktik
yang terstruktur, praktik di bawah bimbingan, dan praktik mandiri.

Tahap orientasi dimana kerangka kerja dibangun, selama tahap ini guru
menyampaikan harapan dan keinginannya, menjelaskan tugas-tugas yang ada dalam
pembelajaran, dan menentukan tanggung jawab siswa. Tahap kedua adalah presentasi,
dimana dalam tahap ini guru menjelaskan konsep atau skill baru dan memberikan
pemeragaan serta contoh. Jika materi yang ada merupakan konsep baru, maka guru harus
mendiskusikan karakteristik-karakteristik dari konsep tersebut, aturan-aturan pendefinisian,
dan beberapa contoh. Jika materinya adalah skill maka hal yang harus disampaikan guru
adalah langkah-langkah untuk memiliki skill tersebut dnegan menyajikan contoh disetiap
langkah. Tahap ketiga adalah praktik yang berstruktur dimana guru menuntun siswa melalui
contoh-contoh praktik dan langkah-langkah didalamnya, biasanya siswa melaksanakan
praktik dalam sebuah kelompok, dan menawarkan diri untuk menulis jawaban.
Tahap keempat praktik dibawah bimbingan guru, yakni memberikan siswa
kesempatan untuk melakukan praktik dengan kemauan mereka sendiri. Praktik dibawah
bimbingan memudahkan guru mempersiapkan bantuan untuk mengembangkan kemampuan
siswa dalam menampilkan tugas pembelajaran. Pada tahap yang kelima praktik mandiri
dimana praktik ini dimulai saat siswa telah mencaapi level akurasi 85 hingga 90 persen dalam
praktik dibawah bimbingan. Tujuan dari praktik mandiri ini adalah memberikan materi baru
untuk memastikansiswa melakukan praktik dengan caranya sendiri tanpa bantuan dan respon
balik dari guru.

BAB 18 : BELAJAR DARI SIMULASI/ Latihan dan Melatih Diri Sendiri

ada banyak hal yang lebih baik dari pada hanya sekedar membelokkan sebuah golok
hingga sangsang ke bawah (instruktur tentara kepada Bruce Joyce, Juni 1953). Prinsip
sibernetik telah lama digunakan dan dikembangkan dalam dunia pendidikan selama tiga
puluh tahun terakhir. Ahli psikologi sibernetik membuat analogi anatara manusia dan mesin,
mengonseptualisasi pembelajar sebagai sebuah sistem respons balik pengetahuan diri.
Sebagai sebuah disiplin ilmu, sibernetik digambarkan sebagai studi mekanisme kontrol
manusia. Fokus utama teori ini adalah munculnya kesamaan antara mekanisme kontrol timbal
balik dari sistem elektronik dengan sistem-sistem manusia. Sistem kontrol timbal balik
memilki tiga fungsi utama yait menghasilkan pergerakan/perpindahan sistem tersebut menuju
sasaran atau metode yang jelas, membandingkan pengaruh-pengaruh dari tindakan ini dengan
metode yang tepat, dan menggunakan sinyal kesalahan untuk mengarahkan kembali sistem
tersebut.

Aplikasi sistem sibernetik terhadap prosedur pendidikanterlihat sangat dramatis dan


jelas, utamanya dalam pengembangan simulator. Simulator adalah alat dan perangkat latihan
yang merepetasikan realitas dengan sangat dekat namun disajikan dengan kejadian rumit
yang masih bisa dikontrol. Simulator memiliki beberapa kelebihan sebagaimana yang telah
disebutkan sebelumnya, tugas pembelajaran simulasi dapat dibuat tidak begitu rumit daripada
yang ada dan terjadi di dunia nyata, sehingga siswa bisa memiliki kesempatan untuk
menguasai skill yang akan terasa sanagt sulit saat mereka coba kuasai dalam dunia nyata.
Keuntungan kedua pada simulator adalah bahwa keberadaannya yang memudahkan siswa
mempelajari umpan balik yang dikembangkan oleh siswa itu sendiri.

Model simulasi memiliki empat tahap yakni orientasi, dimana guru menyajikan topik
yang akan dibahas dan monsep yang akan digunakan dalam aktivitas simulasi. Guru juga
perlu menyajikan penjelasan mengenai simulasi pada saat itu adalah saat pertama siswa
melakukan simulasi. Pada tahap kedua yaitu latihan partisipan siswa mulai masuk pada
tahap simulasi. Pada tahap ini guru menyusun sebuah skenario yang memaparkan peran,
aturan, proses, skor, jenis keputusan yang akan dibuat, dan tujuan simulasi. Tahap ketiga
adalah partisipan dalam simulasi, siswa berpartisipasi dalam permainan atau simulasi dan
guru juga memainkan perannya sebagai wasit dab pelatih. Umpan balik, mengevaluasi
performa dan keputusan mereka., dan mengklarivikasi kesalahan-kesalahan konsepsi.
BAB 19 : GAYA-GAYA PEMBELAJARAN DAN MODEL-MODEL PENGAJARAN/
Membuat ketidaknyamanan menjadi produktif

Gaya pembelajaran sangatlah penting, karena ia merupakan ungkapan pendidikan


yang berkaitan erat dengan keunikan masing-masing individu (siswa). Perbedaan-perbedaan
individu di apresiasi karena ia adalah ekspresi keunikan kepribadiann siswa. Secara
individual, konfigurasi diri kita juga berperan dalam menciptakan identitas kepribadian kita.
Jika kita berada dalam keadaan yang terlalu nyaman , kita akan berhenti tumbuh dan
berkembang. Siswa tidak akan merasa tertekan dan dituntut jika mereka berada dalam
keadaan yang nyaman. Bersikaplah arif dalam hal ini. Ya, cukup arif untuk emmbantu
mereka keluar dari ketidaknyamanan (Herb Thelen pada Bruce Joyce, 1963).

Dalam teori sistem konseptual, menitik beratkan pada hubungan antara lingkungan
dengan perkembangan. Dia menggambarkan level-level perkembangan dan karakteristik
lingkungan yang memudahkan siswa memudahkan dan melewati setiap tahapan dengan
efektif sembari menyiapkan segala hal untuk tahapan berikutnya. Jika lingkungan sangat
sesuai dengan tahapan perkembangan pembelajar, mereka mungkin akan tertahan dalam
pembelajar tersebut. Hal terpenting dari tugas seorabg guru adalah belajar menggunakan
strategi pengajaran baru untuk membantu siswa mendapat skill yang dibutuhkan dan
menghubungkan skill tersebut dengan pendekatan baru dalam mengajar. Secara perlahan-
lahan, rumusan ini menegaskan bahwa pertumbuhan yang signifikan membutuhkan
ketidaknyamanan. Baru-baru ini, para pemerhati pendidikan menaruh perhatian dan meminta
untuk meneliti apa yang mereka istilahkan dengan pembelajar yang terpinggirkan.

Keterpinggiran atau marginalitas adalah keadaan yang terjadi saat seorang siswa sulit
berinteraksi dengan lingkungan pendidikannya dan juga sulit mengambil manfaat dari
lingkungan tersebut. Ia mungkin akan merasa terpinggirkan saat berhubungan dengan
beberapa orang atau lingkungan-lingkungan tertentu. Ada beberapa asumsi mengenai siswa/
pembelajar yaitu enkulturasi, kapasitas intelektual sebagai faktor temporal, sigmatisasi, dan
fleksibilitas. Setiap lingkungan pembelajaran menghasilkan ruang lingkup respons-respons
dai siswa, yang diungkapkan dengan istilah efesiensi dan kenyamanan yang memudahkan
mereka untuk berinteraksi dengan lingkungan. Gaya pembelajaran dan lingkungan yang
dirancang untuk menciptakan pembelajaran akan saling berinteraksi dan berhubungan dengan
cara yang berbeda.

Solusi untuk meluruskan marginalias yang pertama kita harus menghindari


pendekatan do nothing (tidak melakukan apapun). Kita tidak membiarkan siswa kita berada
dalam situasi yang tidak produktif , frustasi, dan bahkan kontraproduktif. Pendekatan kedua
adalah memindahkan siswa dari lingkungan yang membuatnya tersingung, dengan maksud
menghilangkan frustasi. Kita mengidentifikasi model-model kenyamanan bagi setiap siswa.
Solusi yang kedua adalah menyesuaikan model-model pengajaran untuk memastikan
karakteristik-karakteristik yang dimiliki siswa, nilai lebih dari solusi ini adalah ia
memungkinkan kita untuk terus menggunakan pilihan model-model bagi sasaran-sasaran
tertentu. Solusi ketiga untuk meluruskan keterpinggiran adalah melatih siswa untuk
berhubungan dengan spektrum lingkungan pembelajaran yang luas.
Saat kita sebagai pembelajar memiliki kontradiksi yang cukup menarik, sebab
pertumbuhan yang penting membutuhkan perubahan. Kita harus melepaskan cara- cara yang
lama yaitu yang nyaman dalam berfikir dan mau tidak mau terlibat dalam mempelajari
gagasan, skill dan konsep yang tidak familiar.

BAB 20 : KESETARAAN / Gender, Etnis, dan Latar Belakang Sosial-Ekonomi

Beberapa perbedaan antara pembelajar biasanya murni bersifat individual, kita semua
turut berpartisipasi dalam terwujudnya perbedaan tersebut, misalnya dengan berpenampilan
berbeda. Karakter individu sangat berpengaruh terhadap kesuksesan dalamm sekolah maupun
dalam kehidupan. Kurikulum dan pengajaran yang lebih baik akan berpotensi meniadakan
perbedaan gender dan menghilangkan kesenjangan dalam latar belakang sosial ekonomi.
Menghilangkan perbedaan bukanlah satu-satunya tujuan kita dalam pembelajaran.
Peningkatan prestasi yang merata bagi semua siswa merupakan tujuan paling utama.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, Departemen pendidikan sering mencampur aduk


warna kulit, etnis, dan kategori lain dalam sebuahh institusi hingga orang-orang dari latarb
belakang yang berbeda bertemu dalam satu tempat dan satu waktu. Pendidikan merupakan
bagian dari masyarakat, hubungan antara kebudayaan dan masyarakat merupakan hal yang sangat
penting pada umumnya. Namun pada khususnya hubungan tersebut semakin diperjelas dengan isu
gender. Dalam level sosial, walaupun kita adalah generasi yang memiliki pandangan umum mengenai
pendidikan adalah hak bagi laki-laki dan perempuan, masyarakat masih memaparkan perbedaan
gender yang terkait dengan dunia pendidikan. Tekanan sosial meluas pada masalah-masalah
kepribadian. Walaupun masyarakat berada pada sebuah iklim yang terus-menerus berubah, laki-laki
sering kali diajarkan untuk menjadi orang yang terkemuka, menjadi pribadi yang baik, dan
memerintah, sedangkan wanita cenderung mendapatkan pelajaran dan perintah untuk bersikap
feminim dan menarik.

Perbedaan gender dalam melek huruf juga masih sangat besar, perbedaan tersebut terus
diterima oleh masyarakat sebagai hal yang wajar. Mereka umumnya menganggap bahwa hal yang
demikian tersebut disebabkan perbedaan genetik. Namun perbedaan ini tidak akan terjadi pada
pengajaran membaca jika strategi yang digunakan mampu menanggulangi hal tersebut. Ketika guru
mengajarkan menulis dengan kurikulum dan metode intruksional yang efektif, baik laki-laki maupun
perempuan sama sama bisa mengembangkan kemampuan mereka dalam menulis sehingga perbedaan
gender tidak lagi muncul dalam hal ini. Dalam sistem pendidikan yang unggul, setiap orang bisa
menang, pengajaran yang baik adalah kuncinya. Intinya sekolah harus menciptakan nuansa
kebudayaan semacam ini.

Model pengajaran yang handal menjangkau semua siswa dan menciptakan arena permainan
yang lebih banyak, seabab model tersebut menagjarkna pada siswa bagaimana belajar dan juga karena
model ini memiliki fleksibilitas yang adaptif untuk mengakomodir perbedaan-perbedaan secara
produkstif sembari memanfaatkan perbedaan tersebut. Beberapa komponen ditunjukkan untuk
memenuhi semua kebutuhan siswa dikelas sedangkan komponen yang lain dirancang untuk kelas-
kelas tertentu dan bagi siswa berkebutuhan khusus, diantaranya :

- Just read , yaitu sebuah program yang dirancang untuk melatih kemampuan membaca
mandiri bagi setiap siswa khususnya membaca dirumah ( Joyce dan Wolf, 1996 )
- Primary Curicullun (K3), yaitu guru mempelajari dan mulai menerapkan beberapa
strategi , khususnya model induktif kata bergambar (Calhoun 1999; Joyce dan
Chalhoun 1998)
- Early Literacy Tutorial , fokus ini adalah siswa-siswa di kelas sekolah dasar yang
tidak mendapat pelajaran membaca dari kurikulum utama.
- Second Chance, merupakan upaya penyelamatan kedua.

Yang terpenting adalah bahwa penelitian mengenai kurikulum untuk para pembaca pemula
yang sudah terlalu tua dapat mencapai satu tujuan yang didalamnya kita dapat merancang
kurikulum yang dapat menjangkau siswa-siswa ini dan memberikan mereka kesempatan
untuk tumbuh berkembang pada frating yang normal atau bahkan lebih baik.

BAB 21 : MEMBUAT KURIKULUM / Suasana-suasana Pembelajaran

Merencanakan kurikulum, kursus, unit, dan pelajaran merupakan suatu qua non
pengajaran yang baik. respon spesifik adalah tindakan membuat respon khusus pada sebuah
stimulus tertentu. Misalnya, ketika guru kelas satu memegang sebuah kartu yang bertuliskan
“anjing” maka siswa akan mengatakan anjing (sebagai respon). Respon spesifik merupakan
jenis pembelajran yang amat penting dan merupakan dasar dari beberapa banyak startegi
yang kita miliki. Mata rantai adalah proses membuat rangkaian atau urutan respons yang
dihubungkan satu sama lain. Diskrimanasi ganda digunakan untuk mempelajari beragam
respon-respon dan mata rantai tertentu serta untuk mempelajari cara memilih respons dan
mata rantai dengan tepat . klasifikasi adalah penetapan objek-objek pada kelas-kelas yang
menunjuk pada misalnya, fungsi.

Dalam hal ini, praktik adalah hal yang paling penting sehingga siswa mampu
membuat hubungan-hubungan yang penting, namun haruslah siswa sendiri yang membangun
koneksi-koneksi tersebut ketika mereka ditunjuk dan mendapat bagian. Instruktur
pembelajaran (atau mungkin sistem-sistem instruktusional) harus menjalankan tugas-tugas
instruktusional seperti berikut ini :

1. Memberitahukan kepada siswa mengenai sasaran-sasaran pembelajaran


2. Menyajikan stimulus (rangsangan)
3. Membantu siswa mengamatai dan mengingat kembali apa yang telah dipelajari
4. Meningkatkan perhatian siswa
5. Menyediakan keadaan-keadaan yang membangkitkan performa siswa
6. Menentukan rangkaian pembelajaran
7. Mendorong dan membimbing pembelajaran..

Selain itu, instruktur juga mendorong siswa untuk menggeneralisasi apa yang telah
dipelajarinya sehingga konsep dan skill baru yang telah diperoleh dapat ditransfer pada
situasi lain. Sebuah model pembelajaran membawa semacam struktur yang dapat mengubah
kemungkinan bahwa siswa akan mempelajari hal-hal tertentu. Struktur pengajaran
menyajikan tugas-tugas pada siswa, respons-respons guru mendorong siswa memberikan
respon-respon tertentu, dan sistem sosial mengembangkan kebutuhan bagi jenis-jenis
interaksi dengan orang lain.
Beberapa model pembelajaran mampu membantu kita untuk mengklarifikasi sasaran-
sasaran kita da mentransformasikannya menjadi tujuan yang kita rencanakan. Kompleksitas
integratif, perkembangan kognitif, dan konsep diri. Kelompok model pengajaran sosial
(social family) menawarkan cara pandang dalam membentuk sebuah komunitas pembelajar
kooperatif dan membantu komunitas tersebut mengeksplorasi dunia secara bersama-sama
serta memunculkan pertanyaan-pertanyaan mengenai nilai. Bermain peran (role playing)
menawarkan sebuah perangkat untuk membantu siswa mempelajari nilai mereka sendiri
sebagai kemajuan dan perkembangan dalam sebuah penelitian. Penelitian hukum
(jurisprudencial inquiry) mengajak kita mendekati isu-isu dengan cara mengklarifikasi isu
dan kedudukan nilai yang mendasari beberapa kemungkinan yang beragam.

BAB 22 : SEDIKIT HAL MENGENAI MASA DEPAN / Pendidikan Jarak jauh dan
menjemput siswa-siswa yang tertinggal

Bidang pendidikan seharusnya memiliki masa depan yang cerah dan menarik.
Sekolah haruslah berkembang dengan cepat untuk bisa tumbuh. Kesiapn inisiatif No Child
Left Behind (tidak ada siswa yang ketinggalan) yang diprakarsai oleh pemerinah federal
tampakya memperluas visi negara federal untuk merangkul model-model pengajaran yang
bisa menciptakan suatu perbedaan berarti dalam proses pembelajaran. Sesame street
merupakan satu dari sekian banyak programevaluasi pengembangan yang paling
berpengaruh sepanjang sejarah pendidikan. Secara virtual, setiap segmen dibangun
berdasarkan sasararan intruksional yang telah dievaluasi dalam hal apakah ia telah
melindungi perhatian siswa dan apakah sasaran tersebut sudah tercapai.

Konsep terbuka sangatlah penting, sebab siswa bisa memiliki kesempatan untuk
mendapat pelajaran entah akhirnya dia akan sukses atau gagal. Dibanding menutup satu pintu
bagi seorang siswa yang diragukan surat kepercayaannya, siswa lebih baik diberikan
kepercayaan untuk membuktikan kemampuan mereka melalui prestasi yang telah dicaapi.
Gagasan bahwa siswa seharusnya diberi kesempatan tetapi tetap dievaluasi secara formal
merupakan inti dari semua jenis pendidikan jarak jauh. Siswa bisa masuk ke perguruan tinggi
negeri dimanapun mereka berada, bahkan sebelum teknologi komputer dan website hadir
memberikan kemungkinan-kemungkinan baru sekalipun.

Pada hakikatnya semangat yang diberikan pada siswa yang menempuh pendidikan
jarak jauhmemang kurang persuasif dibanding semangat yang diberikan di sekolah-sekolah
pada umumnya. Namun tujuan pendidikan buakn hanya sekedar berusaha bagaimana siswa
bisa mendapatkan lebih banyak pendidikan, meskipun hal ini juga penting. Tujuan yang lebih
utama adalah membuat siswa mampu memperoleh pendidikan dengan lebih efektif, yang ha
nya akan terjadi jika mereka belajar mengajari dirinya sendiri secara efektif.
RINGKASAN BUKU PEMBANDING

BAB 1 : STANDAR PROSES PENDIDIKAN

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik lebih aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara.

Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kopetensi
lulusan (Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Bab 1 pasal 1 Ayat 6 ). Lemahnya proses
pembelajaran yang dikembangkan guru dewasa ini sepertinya menjadi salah satu masalah
yang dihadapi dunia pendidikan kita. Dalam rangka inilah standar proses pendidikan kita
dikemabngkan. Melalui standara proses pendidikan setiap guru dapat mengembangkan proses
pembelajaran sesuai dengan rambu-rambu yang ditentukan.

Secara umum, standar proses pendidikan sebagai standar minimal yang harus
dilakukan memiliki fungsi sebagai pengendali proses pendidikan untuk memperoleh kualitas
hasil dan proses pembelajaran. Selain standar proses pendidikan, ada beberapa standar lain
yang ditetapkan dalamstandar nasional, yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian.

Guru dalam implementasi SPP mempunyai peran yang sangat penting. Hal ini
disebabkan keberhasilan implementasi standar proses pendidikan itu sangat ditentukan oleh
kemampuan guru, sebab guru merupakan orang yang pertama berhubungan dengan
pelaksanaan program pendidikan. Oleh itu dalam implementasi SPP, guru perlu memahami
sekurang-kurangnya dalam tiga hal : pertama, pemahaman dalam perencanaan program
pendidikan. Kedua, pemahaman implementasi strategi pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan dan isi pendidikan. Ketiga, pemahaman tentang evaluasi proses maupun evaluasi hasil
pembelajaran.

BAB 2 : GURU DALAM PENCAPAIAN STANDAR PROSES PENDIDIKAN

Proses pembelajaran adalah merupakan suatu sistem, dengan demikian pencapaian


standar proses untuk meningkatkan kualitas pendidikan dapat dimulai dari menganalisis
setiap komponen yang membentuk dan mempengaruhi proses pembelajaran, komponen yang
dimaksud tersebut adalah seorang Guru. Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum
pendidikan, bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa diimbangi
dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka semua akan kurang
bermakna. Oleh sebab itu untuk mencapai SPP sebaiknya dimulai dengan menganalisis
komponen Guru.
Guru sebagai jabatan profesional : meyakinkan setiap orang khususnya pada setiap
guru bahwa pekerjaannya adalah pekerjaan profesional merupakan upaya utama yang harus
dilakukan dalam rangka mencapai standar proses pendidikan. Dengan demikian seorang guru
harus memiliki kemampuan khusus, kemampuan yang tidak mungkin dimiliki oleh seorang
yang bukan guru “a teacher is a person charged with the responsibility of helping others to
learn and to behave ini new different ways (James M.Cooper, 1990). Mengajar sebagai
pekerjaan profesional : mengajar bukanlah hanya menyampaikan materi pelajran saja,
melainkan pekerjaan yang bertujuan dan bersifat kompleks. Oleh karena itu dalam
pelaksanaannya diperlukan sejumlah keterampilan khusus yang didasarkan pada konsep dan
ilmu pengetahuan yang spesifik. Tugas seorang guru memiliki keahlian yang jelas, yaitu
mengantarkan siswa ke arah tujuan yang diinginkan. Tugas guru adalah mempersiapkan
generasi manusia yang dapat hidup dan berperan aktif di dalam masyarakat, dan pekerjaan
guru bukanlah pekerjaan yang statis tetapi pekerjaan yang dinamis yang selamanya harus
sesuai dan menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sebagai suatu profesi, terdapat sejumlah kompetensi yang dimiliki olehm seorang
guru, yaitu meliputi kompetensi pribadi, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial
kemasyarakatan. Adapun peran guru dalam proses pembelajaran yaitu guru sebagai sumber
belajar, Guru sebagai fasilitator, Guru sebagai pengelola, Guru sebagai demonstrator, Guru
sebagai pembimbing, Guru sebagai motivator, Guru sebagai evaluator. Adapun keterampilan
dasar mengajar bagi Guru adalah keterampilan dasar bertanya, keterampilan dasar
memberikan penguatan (reinforcement), keterampilan variasi stimulus, keterampilan
membuka dan menutup pembelajaran, dan keterampilan mengelola kelas.

BAB 3 : SISTEM PEMBELAJARAN DAN STANDAR PROSES PENDIDIKAN

Penyusunan standar proses pendidikan diperlukan untuk menentukan kegiatan


pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebagai upaya ketercapaian standar kompetensi
lulusan.salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas proses
pendidikan adalah pendekatan sistem. Melalui pendekatan ini kta dapat melihat berbagai
aspek yang dapat memengaruhi keberhasilan suatu proses. Terdapat faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap sistem pembelajaran, diantaranya : Faktor Guru, dalam proses
pembelajaran, Guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang
diajarinya tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning). Menurut
Dunkin (1974) ada sejumlah aspek yang dapat memengaruhi kualitas proses pembelajaran
dilihat dari faktor Guru yaitu teacher formative experience, teacher training experience, dan
teacher properties.

Faktor siswa, siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan
berkembang dengan tahap perkembangannya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses
pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar belakang siswa, dan faktor sifat
yang dimiliki siswa. Faktor saran dan prasarana adalah segala sesuatu yang mendukung
secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran,
alat-alat pembelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya.
BAB 4 : TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI

Kegiatan pembelajaran yang dibangun oleh guru dan siswa adalah kegiatan yang
bertujuan, maka segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa hendaknya diarahkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan demikian dalam setting pembelejaran, tujuan
merupakan pengikat segala aktivitas guru dan siswa. Oleh karena itu, merumuskan tujuan
merupakan lamgkah pertama yang harus dilakukan dalam merancang sebuah program
pembelajaran.

Tujuan Pendidikan Nasional adalah tujuan yang bersifat paling umum dan merupakan
sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan, artinya setiap
lembaga dan penyelenggara pendidikan harus dapat membentuk manusia yang sesuai dengan
rumusan itu, baik pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal,
informal, maupun nonformal. Tujuan pendidikan nasional dirumuskan dalam
Undang0Undang nomor 20 tahun 2003 pasal 3, yang merumuskan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkmbengnya potensi peserta didik agar menjadi bangsa yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak Mulia, sehat dan berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam kompetensi dasar sebagai tujuan terdapat beberapa aspek yaitu pengetahuan
(knowlwdge), Pemahaman (understanding), kemahiran (skill), nilai (value), sikap (atitude),
dan minat (interest). Adapun klasifikasi kompetensi mencakup ompetensi lulusan,
kompetensi standar, kompetensi dasar. Tujuan pembelajaran adalah kemampuan atau
keterampilan yang diharapkan dan dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses
pembelajaran tertentu. Timngkah laku sebagai hasil belajar itu dirumuskan dalam bentuk
kemampuan atau kompetensi yang dapat diukur atau yang dapat ditampilkan melalui
perfomance siswa.

BAB 5 : MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

Dalam hal mengajar ada beberapa kekliruan yang dilakukan guru dalam proses
mengajar diantaranya Pertama, ketika mengajar guru tidak berusaha mencari informasi
apakah materi yang diajarkannya sudah dipahami siswa atau belum. Kedua, dalam proses
belajar mengajar guru tidak berusaha mengajak berfikir kepada siswa melainkan komunikasi
terjadi satu arah. Ketiga, guru tidak berusaha mencari umpan balik mengapa siswa tidak mau
mendengarkan penjelasannya. Dan yang keempat adalah guru menganggap bahwa ia adalah
orang yang paling mampu dan menguasai pembelajaran dibandingkan dengan siswa.

Secara deskriptif mengajar diartikan sebagi proses penyampaian informasi atau


pengetahuan dari guru kepada siswa yang sering juga disebut sebagai proses mentransfer
ilmu. Sebagai proses penyampaian atau menanamkan ilmu pengetahuan, maka mengajar
mempunyai beberapa karakteristik sebagai betikut :

1. Proses mengajar berorientasi pada guru (teacher centered)


2. Siswa sebagai objek belajar
3. Kegiatan pengajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu
4. Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pembelajaran.

Pandangan lain mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan dengan harapan agar
siswa belajar. Dalam konsep ini yang penting adalah belajarnya siswa. Terdapat beberapa
karakteristik dari konsep mengajar sebagai proses mengatur lingkungan itu, yaitu :

a. Mengajar berpusat pada siswa (student centered)


b. Siswa sebagai subjek belajar
c. Proses pembelajaran berlangsung dimana saja
d. Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan.

Dalam konteks pembelajaran, sama sekali tidak berarti memperbesar peranan siswa
dalam satu pihak dan memperkecil peranan guru dipihak lain. Maka tampak jelas bahwa
pembelajaran itu menunjukkan pada usaha siswa mempelajari bahan pembelajaran sebagai
akibat perlakuan guru. Pembelajaran dalam konteks standar pendidikan ditunjukkan oleh
bebrapa ciri-ciri yaitu (1) pembelajaran adalah proses berfikir, (2) proses pembelajran
adalah memanfaatkan potensi otak (3) pembelajaran berlangsung sepanjang hayat.

BAB 6 : STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA

Kemp (1995) menjelaskan bahwa startegi pembelajaran adalah suatu kegiatan


pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajran dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Menurut Rowntree (1974) ada beberapa strategi pembelajran yang
digunakan yaitu :

a. Strategi penyampaian penemuan (esposition-discovery learning), dalam strategi ini


pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk
menguasai bahan tersebut.
b. Strategi pembelajaran inidvidual dan kelompok (grup individual learning), Dalam
strategi ini bahan pelajran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai
aktivitas, sehingga guru lrbih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi
siswanya.

Prinsip umum startegi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajarn
cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan, dalam hal ini bahwa
guru harus mampu memilih strategi yang dianggap cocok dengan keadaan. Oleh karena itu,
guru harus mampu mengausai prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajran yaitu
berorientasi pada tujuan, aktivitas, individualitas, integritas. Selain itu adapun prinsip khusus
pengelolaan pembelajaran yaitu interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan
motivasi.

Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) didesain untuk membelajarkan


siswa. Artinya, sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar. PBAS
dipandang sebagai sutau pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas
siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor secara seimbang.

BAB 7 : METODE DAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM STANDAR PROSES


PENDIDIKAN

Metode adalah cara yang diguanakan untuk mengimplementasikan rencana yang


sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tecapai secara optimal.
Adapun beberapa metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk mengimplementasikan
strategi pembelajaran yaitu:

- Ceramah, yaitu cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan
langsung kepada sekelompok siswa.
- Demonstrasi, yaitu metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik
sebenarnya atau sekadar tiruan.
- Diskusi, yaitu metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan
untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami
pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.
- Simulasi, yaitu metode pembelajaran dengan menyajikan pengalaman belajar dengan
menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan
tertentu.

Setiap metode diatas memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Metode tersebut
akan berhasil jika disesuaikan dengan pembelajaran yang akan diberikan. Setiap metode itu
baik untuk digunakan jika sesuai dengan materi pembelajaran yang akan diberikan.

Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk
mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya.
Media pembelajaran secara khusus memiliki fungsi dan berperan untuk (1) menangkap suatu
objek atau peristiwa-peristiwa tertentu, (2) memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek
tertentu, dan (3) menambah gairah dan motivasi belajar siswa. Media yang digunakan pun
harus disesuaikan dengan materi pembelajaran, kebutuhan dan kondisi siswa, kemampuan
guru mengoperasikan, dll agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

BAB 8: STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI (SPE)

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan


kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa
dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Terdapat
beberapa karakteristik strategi ekspositori yaitu pertama dilakukan dengan cara
menyampaikan materi pelajaran secara verbal, kedua biasanya materi pelajaran yang
disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, ketiga tujuan utama pembelajaran
adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri.

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan strategi ini, yaitu:
 Berorientasi pada tujuan  Prinsip kesiapan
 Prinsip komunikasi  Prinsip berkelanjutan
Setelah prinsip diatas terpenuhi, maka strategi ekspositori dapat dilaksanakan dengan
prosedur: 1) rumuskan tujuan yang ingin dicapai, 2) kuasai materi pelajaran dengan baik, dan
3) kenali berbagai hal yang dapat memengaruhi proses penyampaian.

Strategi ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya antara lain guru bisa
mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, sangat efektif apabila materinya cukup
luas sementara waktunya terbatas, selain mendengar siswa juga bisa melihat dan
mengobservasi, dan dapat digunakan untuk jumlah siswa yang besar. Sedangkan
kelemahannya antara lain dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan
mendengar dan menyimak yang baik, tidak dapat melayani perbedaan tiap individu, sulit
mengembangkan kemampuan sosialisasi siswa, keberhasilannya sangat tergantung pada apa
yang dimiliki guru, dan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang
diberikan guru.

BAB 9: STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI (SPI)

Strategi pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang


menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Ada beberapa hal yang menjadi ciri
utama strategi pembelajaran inkuiri. Pertama menekankan kepada aktivitas siswa secara
maksimal untuk mencari dan menemukan, kedua seluruh aktivitas yang dilakukan siswa
diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan,
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri, ketiga tujuannya adalah untuk
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Dalam penggunaan SPI terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan guru, yaitu:
1) berorientasi pada pengembangan intelektual, 2) prinsip interaksi, 3) prinsip bertanya, 4)
prinsip belajar untuk berpikir, dan 5) prinsip keterbukaan. Dalam pelaksanaan SPI dapat
mengikuti langkah-langkah berikut ini:

1. Orientasi, langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif
2. Merumuskan masalah, langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung
teka-teki
3. Mengajukan hipotesis, langkah menguji jawaban sementara dari suatu permasalahan
yang sedang dikaji
4. Mengumpulkan data, langkah menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan
5. Menguji hipotesis, langkah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data
6. Merumuskan kesimpulan, proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan
hasil pengujian hipotesis.
Adapun keunggulan SPI antara lain memberikan ruang kepada siswa untuk belajar
sesuai dengan gaya belajar mereka, dapat mengembangkan proses perubahan tingkah laku
berkat adanya pengalaman, dan dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan
diatas rata-rata. Dan kelemahannya antara lain sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan
siswa, sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan siswa,
memerlukan waktu yang panjang, dan sulit diimplementasikan oleh guru.

BAB 10: STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (SPBM)

SPBM dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan


kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Ciri utama dari SPBM
yaitu (1) SPBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, (2) aktivitas pembelajaran
diarahkan untuk menyelesaikan masalah, (3) pemecahan masalah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.

John Dewey menjelaskan 6 langkah SPBM yang dinamakan problem solving yaitu:

1) Merumuskan masalah, yaitu menentukan masalah yang akan dipecahkan


2) Menganalisis masalah, yaitu meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang
3) Merumuskan hipotesis, yaitu merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai
dengan pengetahuan yang dimlikinya
4) Mengumpulkan data, yaitu mencari an menggambarkan informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah
5) Pengujian hipotesis, yaitu mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan
penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan
6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu menggambarkan rekomendasi
yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

Keunggulan SPBM antara lain mudah dalam hal memahami isi pelajaran, menantang
kemampuan siswa untuk menemukan pengetahuan baru, meningkatkan aktivitas
pembelajaran siswa, membantu siswa mentransfer pengetahuan untuk memahami masalah
dalam kehidupan nyata, mengembangkan pengetahuan baru siswa dan dapat
ditanggungjawabin, menyenangkan dan disukai siswa, dll. Adapun kelemahannya antara lain
siswa merasa enggan untuk mencoba karena tidak mempunyai kepercayaan, membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan, dan siswa tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari.

BAB 11: STRATEGI PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR


(SPPKB)

SPPKB adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan


kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan
untuk memecahkan masalah yang diajukan. SPPKB bukan hanya sekadar model
pembelajaran yang diarahkan agar peserta didik dapat mengingat dan memahami berbagai
data, fakta, atau konsep, akan tetapi bagaimana data, fakta dan konsep tersebut dapat
dijadikan sebagai alat untuk melatih kemampuan berpikir siswa dalam menghadapi dan
memecahkan suatu persoalan.
SPPKB memiliki 3 karakteristik utama, yaitu:

1. Proses pembelajaran melalui SPPKB menekankan kepada proses mental siswa secara
maksimal.
2. SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara terus menerus.
3. SPPKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi yang sama
pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar.

Dalam SPPKB terdapat 6 tahap, yaitu :

a. Tahap orientasi, guru mengondisikan siswa pada posisi siap untuk melakukan
pembelajaran
b. Tahap pelacakan, penjajakan untuk memahami pengalaman dan kemampuan dasar siswa
sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan dibicarakan.
c. Tahap konfrontasi, penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai dengan tingkat
kemampuan dan pengalaman siswa.
d. Tahap inkuiri, berpikir untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.
e. Tahap akomodasi, pembentukan pengetahuan baru melalui proses penyimpulan.
f. Tahap transfer, penyajian masalah baru yang sepadan dengan masalah yang disajikan.

BAB 12: STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF (SPK)

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh
siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Ada 4 unsur penting dalam SPK yaitu (1) adanya peserta dalamkelompok, (2)
adanya aturan kelompok, (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, (4) adanya
tujuan yang harus dicapai.

a. Karakteristik Strategi Pembelajaran Kooperatif


 Pembelajaran secara tim, tim yang dimaksud merupakan tempat untuk mencapai
tujuan
 Didasarkan pada manajemen kooperatif, yang mempunyai fungsi perencanaan, fungsi
organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol
 Kemauan untuk bekerjasama, setiap anggota kelompok har8us mau saling membantu
 Keterampilan bekerjasama, kemauan untuk bekerjasama itu kemudian dipraktikkan
melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan.
b. Prinsip-prinsip Strategi Pembelajaran Kooperatif
 Prinsip ketergantungan positif
 Tanggung jawab perseorangan
 Interaksi tatap muka
 Partisipasi dan komunikasi

Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap yaitu
penjelasan materi, belajar dalam kelompok, penilaian, dan pengakuan tim. Sama halnya
dengan strategi yang sebelumnya, strategi pembelajaran kooperatif ini juga memiliki
kelebihan dan kelemahan.
BAB 13: STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)

CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajarai dan menghubungkannya
dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka. Sehubungan dengan pengertian ini, terdapat 5 karakteristik penting
dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL, yaitu:

 Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada,
artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari
 Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah
pengetahuan baru
 Pemahaman pengetahuan, yang artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal
tetapi untuk dipahami dan diyakini
 Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut
 Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan

CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-asas ini yang
melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL. Asas-
asas yang dimaksud yaitu:

 Konstruktivisme, proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur


kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
 Inkuiri, proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses
berpikir secara sistematis.
 Bertanya, refleksi dari keingintahuan setiap individu.
 Masyarakat belajar, agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang
lain.
 Pemodelan, pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat
ditiru oleh setiap siswa.
 Refleksi, proses pengendapan pengalaman dengan cara mengurutkan kembali kejadian-
kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
 Penilaian nyata, mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan
siswa.

BAB 14: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF

Sikap (afektif) erat kaitannya dengan nilai yang dimiliki seseorang. Sikap merupakan
refleksi dari nilai yang dimiliki. Oleh karenanya, pendidikan sikap pada dasarnya adalah
pendidikan nilai. Nilai adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya
tersembunyi, tidak berada dalam dunai yang empiris. Douglas Graham melihat ada 4 faktor
dasar kepatuhan seseorang terhadap nilai yaitu Normativist, Integralist, Fenomenalist, dan
Hedonist. Dari keempat faktor ini, yang paling diharapkan adalah kepatuhan yang bersifat
normativist, sebab kepatuhan semacam itu adalah kepatuhan yang didasari kesadaran akan
nilai, tanpa memedulikan apakah perilaku itu menguntungkan untuk dirinya atau tidak.
Proses pembentukan sikap dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu pola pembiasaan dan
modeling. Dalam proses pembelajaran disekolah, baik secara disadari maupun tidak, guru
dapat menanamkan sikap tertentu kepada siswa melalui proses pembiasaan. Misalnya, siswa
yang setiap kali menerima perlakuan yang tidak mengenakkan dari guru, maka lama-
kelamaan akan timbul rasa benci dari anak tersebut. Sedangkan pembelajaran sikap melalui
proses modelimg dapat dilakukan melalui proses asimilasi atau proses mencontoh.

Adapun beberapa model strategi pembelajaran pembentukan sikap, yaitu:

 Model konsiderasi, yaitu model pembelajaran yang dapat membentuk kepribadian.


Tujuannya adalah agar siswa menjadi manusia yang memiliki kepedulian terhadap orang
lain.
 Model pengembangan kognitif, yaitu strategi pembelajaran yang diarahkan untuk
membantu agar setiap individu meningkat dalam perkembangan moralnya.
 Teknik mengklarifikasi nilai, yaitu teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam
mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu
persoalan melaluo proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri
siswa.

Proses pembelajaran akhlak memiliki beberapa kesulitan diantaranya: pertama,


selama ini proses pendidikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku cenderung diarahkan
untuk pembentukan intelektual. Kedua, sulitnya melakukan kontrol karena banyaknya faktor
yang dapat memengaruhi perkembangan sikap seseorang. Ketiga, keberhasilan pembentukan
sikap tidak bisa dievaluasi dengan segera. Dan keempat, pengaruh kemajuan teknologi yang
menyuguhkan aneka pilihan program acara, berdampak pada pembentukan karakter anak.

Anda mungkin juga menyukai