Anda di halaman 1dari 26

BAB I

TINJAUAN TEORI
1. Definisi hipertensi

Menurut standar JNC (Joint National commite) seseorang disebut


hipertensi apabila tekanan darah sistol dan diastol naik. Klasifikasi tekanan
darah pada orang dewasa adalah: Normal <120 / 80 mmHg, pre hipertensi
120-139 / 80-89 mmHg, stadium 1 (satu) 140-159 / 90-99 mmHg, dan
stadium 2 (dua) 160/100 mmHg (Muttaqin, 2009). Tekanan darah sistolik
biasanya meningkat sejajar dengan pertambahan usia, jadi untuk
menentukan tekanan darah berdasarkan usia adalah usia ditambah 100. Jadi
apabila orang berumur 60 tahun, maka tekanan darah sistolik adalah 160
mmHg dianggap normal (Kabo, 2008).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami


peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortilitas).Tekanan
darah dikatakan hipertensi apabila tekanan darah 140/90 mmHg (Triyanto,
2014).

Berdasarkan definisi dari Depkes (2007), Muttaqin (2009), Kabo


(2008) dan Triyanto (2014) dapat disimpulkan bahwa Hipertensi adalah
keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg
atau diastolik 90 mmHg. Tekanan darah sistolik biasanya meningkat sejajar
dengan pertambahan usia, jadi untuk menentukan tekanan darah
berdasarkan usia adalah usia ditambah 100. Jadi apabila orang berumur 60
tahun, maka tekanan darah sistolik adalah 160 mmHg. Hipertensi juga
merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka
kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortilitas).

1
2. Klasifikasi hipertensi

Berdasarkan Joint National Committee on Prevention, Detection,


Avaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC/7) pada tahun
2003, Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa dikelompokkan menjadi
normal, normal tinggi, dan hipertensi.

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC-VII 2004

Kategori Sitolik (mmHg) Distolik (mmHg


Optimal <120 <80
Normal 120 – 129 80 - 84
High normal 130 – 139 85 - 89
Hipertensi
Derajat 1 140 - 159 90 - 99
Derajat 2 160 - 179 100 - 109
Derajat 3 180 - 209 100 - 119

Sumber: Joint National On Detection, Evalution and Treatment Of High


Blood Pressure VII (2004)

Untuk lansia Tekanan darah sistolik biasanya meningkat sejajar dengan


pertambahan usia, jadi untuk menentukan tekanan darah berdasarkan usia
adalah usia ditambah 100. Jadi apabila orang berumur 60 tahun, maka
tekanan darah sistolik adalah 160 mmHg dianggap normal (Kabo, 2008).

3. Etiologi hipertensi

Menurut Smeltzer dan Bare (2000) penyebab hipertensi dibagi 2 yaitu :

a. Hipertensi Primer

Hingga saat ini penyebab pasti hipertensi primer masih belum


diketahui. Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi
primer sedangkan 10% tergolong dalam hipertensi skunder. Onset

2
hipertensi primer terjadi pada usia 30-50 tahun. Hipertensi primer
adalah suatu kondisi hipertensi dimana penyebab skunder dari
hipertensi tidak diketahui (Lewis, 2000).

b. Hipertensi Skunder

Hipertensi skunder adalah hipertensi yang penyebabnya sudah


dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan
kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme) (Lewis, 2000) .

Adapun faktor resiko yang dapat meningkatkan kejadian hipertensi


menurut Lewis (2000), yaitu :

1. Genetik
2. Jenis Kelamin
3. Usia
4. Lingkungan (stres)
5. Obesitas

Menurut Muttaqin (2009) Etiologi hipertensi pada orang lanjut usia


adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :

1. Elastisitas dinding aorta menurun


2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
4. Patofisiologi hipertensi

Menurut Triyatno (2014), meningkatnya tekanan darah dapat terjadi


dengan beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat dari biasanya
sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya, arteri besar
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat

3
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah
yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Hal
inilah yang terjadi pada usia lanjut dan obesitas, dimana dinding arteri lebih
menebal dan kaku karena arterosklerosis. Penyelidikan ini dapat
membuktikan obesitas dapat meningkatkan lemak di pembuluh darah
sehingga menimbulkan plak dan terjadilah arterosklerosis sehingga daya
pompa jantung dan sirkulasi volume darah meningkat dan terjadilah
hipertensi.

Dengan cara yang sama, tekanan darah juga akan meningkat pada saat
terjadi vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara
waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak dpat
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam
tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.

Menurut Brunner and Suddarth (2002), pada saat sistem simpatis


merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar
adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainya, yang dapat
memperkuat respon vasokontriksi pembuluh darah. Vasonkontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pelapasan
rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriksi kuat, yang pada
giliranya merangsang aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler dan terjadilah hipertensi.

Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri


mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan
darah akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut
dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom
(bagian dari sistem yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).

4
Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah melalui
beberapa cara yaitu jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah
pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabakan berkurangnya volume
darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.

Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan


garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah
kembali normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan
menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan
hormone angiotensin yang selanjutnya akan memicu pelepasa hormon
aldosteron. Ginjal merupakan organ penting dalam pengendalian tekanan
darah, karena berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat
menyebabkan tekanan darah tinggi misalnya penyempitan arteri yang
menuju ke salah satu ginjal (stenosi arteri renalis) bisa menyebabkan
hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga
menyebabkan naiknya tekanan darah.

5
6
5. Tanda dan gejala hipertensi

Tanda dan Gejala hipertensi menurut Dewi dan Familia (2010), yaitu :

a. Sakit Kepala
b. Mimisan
c. Jantung Berdebar
d. Sering buang air kecil di malam hari
e. Pusing yang terasa berat bagian tenguk yang biasa terjadi di siang
hari
f. Sesak nafas
g. Sulit tidur
h. Mata berkunang-kunang
i. Mudah marah
6. Komplikasi hipertensi

Hipertensi merupakan penyakit yang bisa di kontrol dan tidak bisa


diobati.Jika hipertensi tidak di control dengan benar atau tidak menjalani
prosedur perawatan dan pengobatan sesuai program. Maka, akan
berdampak pada komplikasi seperti penyakit jantung, stroke dan gangguan
keseimbangan dan gerak, kerusakan ginjal, kematian (Maryam, 2010)

Penyakit hipertensi akan meningkat dengan adanya penyakit kronis.


Penyakit lain yang dapat meninngkatkan derajat hipertensi atau komplikasi
hipertensi akan menyebabkan hipertensi lebih sulit dikendalikan. Berikut
beberapa komplikasi penyebab hipertensi antara lain :

a. Stroke

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi di


otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak
yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah
yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami

7
arterosklorosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya anurisma.

b. Infark miokard

Infark miorkard dapat terjadi apabila arteri koroner yang


arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium
atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah
melalui pembuluh darah tersebut

c. Gagal ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat


tekanan tinggi kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya
glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal,
nefron akan terganggu dan akan berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan
keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma
berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada
hipertensi kronik.

d. Apnea pada saat tidur

Apnea adalah gangguang tidur berupa kesulitan bernafas


yang terjadi berulang kali pada saat tidur. Beberapa penelitian
menunjukan adanya hubungan antara pernafasan yang terhenti dan
berkurang nya pasokan oksigen untuk sementara waktu yang
menyertai apnea saat terjadinya hipertensi. Apnea pada saat tidur
tidak selalau terlihat jelas. Namun, jika seseorang sering tidak tadap
tidur nyenyak sepanjang malam dan selalu mengantuk pada siang
hari sebaiknya memeriksakan diri ke dokter. Pengobatan dilakukan
dengan cara memberikan oksigen pada saat tidur. Cari ini dapat
menurunkan tekanan darah sedikit demi sedikit (Riyanto, 2014).

8
7. Penatalaksanaan Hipertensi

Menurut Dalimartha (2008) penatalaksaan hipertensi dilandasi oleh


beberapa prinsip sebagai berikut :

1. Pengobatan hipertensi skunder yang lebih mendahulukan


pengobatan penyebab hipertensi
2. Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan
tekanan darah dan mengurangi timbulnya komplikasi
3. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan
obat anti-hipertensi
4. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan
kemungkinan seumur hidup.

Ada berbagai macam pengobatan untuk pasien hipertensi, yaitu :

1. Pengobatan farmakologis

Pada pengobatan medis, penderita hipertensi diberikan obat.


Beberapa macam obat, antara lain sebagai berikut :

 Diuretik

Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan


tubuh (melalui kencing). Dengan demikian, volume cairan
dalam tubuh berkurang sehingga daya pompa jantung lebih
ringan.

Obat diuretik dikenal dengan nama pil air. Akibat pemberian


diuretik adalah tidak hanya garam saja yang dikeluarkan dari
tubuh, tetapi zat lain yang berguna bagi tubuh seperti kalium ikut
dikeluarkan juga. Untuk mengatasi kondisi itu, dokter sering
meresepkan obat diuretik dengan mempertahankan kalium tetap

9
di dalam tubuh. Manfaat obat diuretik tersebut dapat bertambah
jika ditunjang dengan pola makan dengan menu rendah kadar
garam.

 Alpha, Beta dan alpha-beta adrenergik blocker

Obat-obatan ini bekerja dengan menghalangi pengaruh bahan-


bahan kimia tertentu dalam tubuh. Obat-obatan itu memicu
penurunan aktivitas daya pompa jantung.

Jenis obat tersebut tidak dianjurkan bagi penderita hipertensi


dengan gangguan pernafasan, seperti asma bronkhial. Contoh
golongan obat itu yaitu metoprolol, propanolol, dan atenolol.

Khusus bagi penderita diabetes mellitus, obat tersebut


merupakan kontraindikasi karena menambah kadar gula darah.
Pemberian obat itu juga jangan diberikan untuk orang usia lanjut
yang mempunyai gejala gangguan bronkospasme (penyempitan
saluran pernafasan) atau denyut jantung lambat.

 Vasodilator

Kerja obat ini berlangsung pada pembuluh darah dengan


relaksasi otot polos pembuluh darah. Contoh yang termasuk obat
jenis ini yaitu prasosin dan hidralasin. Kemungkinan yang akan
terjadi akibat pemberian obat ini adalah sakit kepala dan pusing.

 Penghambat enzim konversi angiotensin

Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat


pembentukan zat angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan
ini yaitu captopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah batuk
kering, pusing, sakit kepala, dan lemas.

10
 Antagonis kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara


menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk
golongan obat ini yaitu nifedipin, dilitasem, dan verapamil. Efek
samping yang mungkin timbul adalah sembelit, pusing, sakit
kepala, dan muntah.

2. Pengobatan non-farmakologis

Pengobatan non-farmakologis hipertensi menurut Maryam (2010),


diantaranya dengan melakukan hal-hal berikut :

a. Mengurangi berat atau menurunkan kelebihan berat badan


b. Hindari merokok
c. Hindari minum kopi
d. Hindari minum alkohol
e. Kurangi konsumsi garam berlebih
f. Hindari makanan berlemak tinggi (gajih, usus, kulit ayam)
g. Melakukan senam secara teratur
h. Melakukan terapi relaksasi

Berbagai cara relaksasi, seperti:

a. Meditasi

Meditasi adalah upaya untuk mencapai ketenangan dengan


memusatkan pikiran pada satu titik. Meditasi disertai dengan
pegaturan nafas secara halus dan teratur (Widiato, 2011). Terapi
meditasi ini ditujukan pada diri untuk merealisasikan tubuh dan
menenangkan pikiran dengan menggunakan ritme pernafasan
yang memiliki fokus (Solehati dan Cecep, 2015)

b. Yoga

Yoga adalah sebuah aktivitas dimana seseorang memusatkan


pikiran untuk mengontrol panca indranya (Triyato, 2014).

11
Teknik dalam yoga berfokus pada susunan otot, mekanisme
pernafasan, postur, dan kesadaran tubuh. Yoga bertujuan untuk
memperoleh kesejahteran fisik dan mental melalui pencapaian
kesempurnaan tubuh dengan olehraga pernafasan yang benar,
mempertahankan postur tubuh, dan meditasi (Solehati dan
Cecep, 2015)

c. Hypnosis

Upaya bagaimana membuat seseorang untuk berada dalam


kondisi tidur dan atau tidak sadarkan diri (Iswantoro, 2007).
Hypnosis merupakan terapi komplementer yang menggunakan
modifikasi alam bawah sadar pasiennya. Pasien dibimbing
untuk melakukan relaksasi dengan teknik-teknik tertentu secra
alamiah akan membuka gerbang pikiran bawah sadarnya.
Kondisi seperti ini akan lebih memudahkan pasien untuk
menerima sugesti penyembuhan yang diberikan oleh pemberi
intervensi hypnosis (Solehati dan Cecep, 2015).

d. Terapi Musik

Terapi musik merupakan suatu keterampilan dalam


menggunakan musik dan elemen-elemen musik oleh seseorang
yang ahli dibidang musik untuk meningkatkan, memelihara,
memeperbaiki kesehatan mental, fisik, dan emosi (Triyanto,
2014). Terapi ini memperbaiki gerakan dan komunikasi fisik,
memperbaiki ingatan, mengembangkan ekspresi emosional, dan
mengalihkan perasaan nyeri (Solehati dan Cecep, 2015).

Menurut Tuner (2010), musik dapat memberikan rangsangan


pada syaraf simaptis dan parasimpatis untuk menghasilkan
respons relaksasi berupa penurunan frekuensi nadi, relaksasi otot,
dan menyebabkan tidur.

12
e. Terapi Relaksasi Benson

Relaksasi benson merupakan pengembangan metode


respon relaksasi pernafasan dengan melibatkan faktor
keyakinan pasien, yang dapat menciptakan suatu lingkungan
internal sehingga dapat membantu pasien mencapai suatu
kondisi kesehatan dan kesejahteraan yang lebih tinggi (Benson
& Proctor 2000, dalam Purwanto, 2006).

Relaksasi Benson merupakan gabungan antara relaksasi


dengan keyakinan agama yang dianut. Respon relaksasi ini
melibatkan keyakinan yang dianut akan mempercepat
terjadinya keadaan rileks dengan kata lain, kombinasi respon
relaksasi dengan melibatkan keyakinan akan melipatgandakan
manfaat yang didapat dari respon relaksasi (Purwanto 2005
dalam Datak, 2008)

Pengobatan hipertensi harus dilakukan sesuai petunjuk


dokter. Keluhan-keluhan yang dirasakan sebaiknya
dikonsultasikan kepada dokter. Sebab hal itu berkaitan dengan
pemberian jenis dan dosis obat secara tepat. Konsultasi dengan
dokter juga diharapkan dapat memaksimalkan upaya
pengobatan dan menekan efek samping sekecil mungkin.
Pengobatan non-farmakologis yang dijalani juga sebaiknya
dikonsultasikan. Hal itu dilakukan supaya pengobatan
farmakologis menjadi lebih efektif (Dalimartha, 2008.

8. Data Fokus Pengkajian


a. Pengkajian
Tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam,
2001)

13
 Identitas klien terdiri dari nama, umur, suku/bangsa, status
perkawinan, agama, pendidikan, alamat.
 Riwayat kesehatan :
 Riwayat kesehatan sebelumnya: menanyakan tentang
pemakaian jenis obat, jumlah dosis.
 Riwayat kesehatan keluarga: menanyakan tentang keluarga
yang menderita penyakit hipertensi, atau penyakit kronik lain
nya seperti DM, batu ginjal dan jantung.
9. Pemeriksaan Fisik
1. Penampilan umum, kulit pucat kering, lemah, tanda – tanda vital,
tingkat kesadaran.
2. Kepala : rambut, kerontokan, kebersihan, warna.
3. Mata : bentuk, fungsi, konjungtiva, anemis/ tidak, bentuk
pupil.
4. Telinga : bentuk, fungsi, kebersihan.
5. Hidung : bentuk, fungsi, ada polip/tidak, kebersihan, nyeri, secret.
6. Dada : paru&jantung,bentuk dada, keadaan paru
simetris/tidak
7. Kulit : turgor, kelembapan kulit, edema, sianosis.
8. Rambut : warna rambut, kelembaban rambut, karakteristik.
9. Leher : bentuk, posisi, ukuran, ada nyeri tekan tidak.
10. Abdomen : bentuk, dinding perut, bising usus, palpasi pada organ
hati,limpa
11. Ginjal, kandung kemih, yang ditentukan ada/tidak nya nyeri usus.
10. Pemeriksaan penunjang
a. Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasi faktor – faktor resiko seperti
hiperkaogulabilitas, anemia
b. Glukosa
Hiperglikemi (diamilitus pencetus hipertensi)

14
c. Kalium serum
Penyebab terjadi nya efek samping terapi diuretic.
d. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meyebabkan hipertensi.
e. Kolessterol
f. Pemeriksaan tiroid
g. Kadar oldesteron urine.
h. Foto dada
i. Ct scan
j. Asam urat
k. EKG

15
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Depkes RI 1988).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya
masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. (Salvicion G
bailon dan Aracelis Maglaya 1989).
Dari kedua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga adalah :
a) Unit terkecil masyarakat
b) Terdiri dari dua orang atau lebih
c) Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah
d) Hidup dalam satu rumah tangga
e) Di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga
f) Berinteraksi diantara sesame anggota keluarga
g) Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.
h) Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.

2. Type keluarga
a) Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak.
b) Keluarga besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah dengan
sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi dan sebagainya
c) Keluarga berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga
inti.

16
d) Keluarga duda/janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian. Keluarga berkomposisi (Composite), adalah
keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama
e) Keluarga kabitas (Cahabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

3. Struktur Keluarga

a) Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :


b) Patrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah.
c) Matrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
d) Matrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri
e) Patrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami
f) Keluarga kawinan Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan suami atau istri

4. Kelompok keluarga di Indonesia berdasarkan social ekonomi dan


kebutuhan dasar
a. PRASEJATERA, belum dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal:
pengajaran agama, sandang, papan, pangan, kesehatan atau keluarga
belum dapat memenuhi salah satu /lebih indikator KS tahap I.
b. KELUARGA SEJAHTERA (KS I) telah dapat memenuhi kebutuhan
dasar secara minimal, tetapi belum dapat sosial psikologis, pendidikan,
KB, interaksi lingkungan.

17
Indikator: ibadah sesuai agama, makan 2 kali sehari, pakaian berbeda tiap
keperluan, lantai bukan tanah, kesehatan: anak sakit, ber-KB, dibawa
kesarana kesehatan
c. KELUARGA SEJAHTERA II
Indikator: belum dapat menabung, ibadah (anggota keluarga ) sesuai
agama, makan 2 kali sehari, pakaian berbeda, lantai bukan
tanah, kesehatan (idem), daging/ telur minimal 1 kali seminggu, Pakaian
baru setahun sekali, Luas lantai 8m2 per orang, Sehat 3 bulan
terakhir, Anggota yang berumur 15 tahun keatas punya penghasilan
tetap, Umur 10, 60 tahun dapat baca tulis, Umur 7-15 tahun
bersekolah, Anak hidup 2 /lebih, keluarga masih pus saat ini
berkontrasepsi.

d. KELUARGA SEJAHTERA III


Indikator : belum berkontribusi pada masyarakat, ibadah sesuai agama,
pakaian berbeda tiap keperluan, lantai bukan tanah, kesehatan idem,
anggota melaksanakan ibadah, daging/telur seminggu
sekali, memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir, luas lantai 8
m2 perorang, anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir.
e. KS TAHAP III PLUS, dapat memenuhi seluruh kebutuhannya: dasar,
sosial, pengembangan, kontribusi pada masyarakat, indikator KS III +
(ditambah), memberikan sumbangan.
5. Peran Keluarga
a) Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
b) Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut
:
a. Peranan ayah

18
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperanan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lngkungannya, disamping itu juga ibu
dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, social dan spiritual.
6. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih saying dan rasa aman
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

19
d. Fungsi ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
2) Pengaturan penggunaan pengahasilan keluarga untuk memnuhi
kebutuhan keluarga
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa
yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan
sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilkinya.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan dating dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
7. Ciri – Ciri Keluarga
a. Diikat dalam suatu tali perkawinan
b. Ada hubungan darah
c. Ada ikatan batin
d. Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya
e. Ada pengambil keputusan
f. Kerjasama diantara anggota keluarga
g. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
h. Tinggal dalam suatu rumah.
8. Tahap – Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap-tahap kehidupan keluarga menurut Duvall adalah sebagai berikut :
a. Tahap pembentukan keluarga
Tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam membentuk
rumah tangga
b. Tahap menjelang kelahiran anak

20
Tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi
penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang
merupakan saat-saat yang sangat dinantikan.
c. Tahap menghadapi bayi
Dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik dan memberikan kasih sayang
kepada anak, karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung
kepada kedua orangtuanya. Dan kondisinya masih sangat lemah.
d. Tahap menghadapi anak prasekolah
Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah
mulai bergaul dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah
kesehatan, karena tidak mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih.
Dalam fase ini anak sangat sensitive terhadap pengaruh lingkungan dan
tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan, norma-
norma agama, norma-norma social budaya dan sebagainya.
e. Tahap menghadapi anak sekolah
Dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari
anak untuk mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar
secara teratur, mengontrol tugas-tugas sekolah anak, dan meningkatkan
pengetahuan umum anak.
f. Tahap menghadapi anak remaja
Tahap ini adalah tahap yan paling rawan, karena dalam tahap ini anak akan
mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu
suri tauladan dari kedua orangtua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling
pengerti antara kedua orangtua dengan anak perlu dipelihara dan
dikembangkan.
g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat
Setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan
pendidikannya, maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak ke
masyarakat dalam memulai kehidupannya yang sesungguhnya, dalam tahap
ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga

21
h. Tahap berdua kembali
Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri,
tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa
sepi dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan
depresi dan stress.
i. Tahap masa tua
Tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua orangtua mempersiapkan
diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini.
9. Tugas – Tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga
10. Tugas –Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,
keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya
dan saling memelihara. Freeman (1981) membagi5 tugas kesehatan yang
harus dilakukan oleh keluarga, yaitu :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan
yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang
terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga

22
e. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga-
lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-
fasilitas kesehatan yang ada.
11. Keluarga Kelompok Risiko Tinggi
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, yang menjadi prioritas
utama adalah keluarga-keluarga yang tergolong risiko tinggi dalam bidang
kesehatan, meliputi:
a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah
sebagai berikut
1) Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah
2) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan
sendiri
3) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/keluarga dengan penyakit
keturunan
b. Keluarga dengan ibu dengan risiko tinggi kebidanan. Waktu hamil :
1) Umur ibu (16 tahun atau lebih 35 tahun)
2) Menderita kekurangan gizi/anemia, hipertensi
3) Primipara atau multipara
4) Riwayat persalinan dengan komplikasi
c. Keluarga dimana anak manjadi risiko tinggi, karena :
1) Lahir premature/BBLR
2) Berat badan sukar naik
3) Lahir dengan cacat bawaan
4) ASI kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi
5) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau
anaknya.
d. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga
1) Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan
2) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga sehingga
sering timbul cekcok dan ketegangan
3) Ada anggota keluarga yang sering sakit

23
Salah satu orang tua (suami/istri) meninggal, cerai, atau lari
meninggalkan keluarga.

24
DAFTAR PUSTAKA

Smaltzer, SC & Bare, BG, 2002, Buku ajar keperawatan medical bedah brunner &sudarth, Edisi
8 vol @, ECG, Jakarta

Mansjoer, arif 2001, kapita selekta kedokteran, edisike 3 jakarta, media Aeusculapius

Prince, Sylvia anderson 1999, patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit, Ed 4, ECG,
Jakarta

Suparyanto, metabolism purin dan pirimidin. http://dr-suparyanto-m.kers. Blogspot.cm (1 juli 2)

Ahira A. Pola hidup sehat. http://www.anneahira.com/pengertian-pola-hidup-sehat-869.htm/ [


akses : 19 feb 2018 ]

Experinza.2011.”Guidline Penangan Hipertensi Berdasarkan Jnc 7”.


hhtp://experinzadoctor.blogspot.com/2011/12/guidline-penanganan-hipertensi.html.[ akses: 19
feb 2018 ]

Purtierplacenta. Resiko Hipertensi. hhtp://www.purtierplacenta.com/faktor-resiko-hipertensi/ [


akses : 19 feb 2018 ]

25
26

Anda mungkin juga menyukai