Anda di halaman 1dari 96

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kematian (AKB) merupakan indikator pertama dalam
menentukan derajat kesehatan anak. Selain itu, angka kematian bayi juga
merupakan cerminan dari status kesehatan masyarakat. Sebagian besar
penyebab kematian bayi dan balita adalah masalah yang terjadi pada bayi
yang baru lahir/neonatal (usia 0-28 hari). Masalah neonatal ini meliputi
asfiksia (kesulitan bernapas saat lahir), bayi berat badan lahir rendah
(BBLR) dan infeksi (susilowati 2016)
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan masalah
yang sangat kompleks dan memberikan kontribusi berbagai hasil
kesehatan yang buruk karena tidak hanya menyebabkan tingginya angka
morbiditas dan mortalitas, tetapi dapat juga menyebabkan kecacatan,
gangguan, atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif,
dan penyakit kronis dikemudian hari.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) disebabkan oleh usia kehamilan
yang pendek (Prematuritas), IUGR (Intra Uterine Growth Restriction)
yang dalam Kedua penyebab ini dipengaruhi oleh faktor resiko, seperti
faktor ibu, plesenta, janin dan lingkungan. Faktor resiko tersebut
menyebabkan kurangnya pemenuhan nutrisi pada janin selama masa
kehamilan (Sagung, Yulitini, Eva, 2015).
Angka Kematian Bayi Menurut WHO (World Health
Organization) 2015 Pada Negara ASEAN (Association of East Asia
Nations) seperti di Singapura 3 per 1000 kelahiran hidup, Malaysia 5,5 per
1000 kelahiran hidup,Thailan 17 per kelahiran hidup, Vietnam 18 per
kelahiran hidup, dan Indonesia 27 per 1000 kelahiran hidup. Angka
kematian bayi di Indonesia sangat masih tinggi dari pada negara ASEAN
lainnya, jika dibandingkan dengan target dari MDGs (Millenium
Development Goals) tahun 2015 yaitu 23 per 1000 kelahiran hidup.

1
2

Pravalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia


dan sering terjadi di negara-negara berkembang dan angka kematian 35
kali lebih tinggi dibandingkan pada bayi dengan berat badan lahir lebih
dari 2500 gr. Berat badan lahir juga berkaitan dengan risiko kematian
perinital pada kelahiran umur 32 minggu dengan berat bayi lebih dari 1500
gr keberhasilan hidup sekitar 85%, sedangkan pada bayi dengan berat
janin kurang dari 1500 gram angka keberhasilan sebesar 80% (Permata,
2015).
Prevalensi BBLR di negara berpendapatan rendah lebih besar dua
kali lipat dibandingkan negara yang berpendapatan menengah. Prevalensi
bayi dengan berat badan lahir rendah di Indonesia berdasarkan data hasil
Riset Kesehatan Dasar sedikit mengalami penurunan dari 11,1% tahun
2010 menjadi 10,2% tahun 2013 dengan sebaran yang cukup bervariasi
pada masing-masing kabupaten (Riskesdas 2013).
Menurut Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Tangerang (2015)
selama 4 tahun, angka kematian neonatal di kota Tangerang Selatan tahun
2010 sebesar 2,25/1.000 KH dengan kematian akibat BBLR sebanyak 25
kasus kematian neonatus dan tahun 2011 sebesar 1,26/1.000 KH dengan
kematian akibat BBLR sebanyak 8 kasus kematian neonatus. pada tahun
2012 sebesar 0,85/1.000 KH dengan kematian akibat BBLR sebanyak 9
kasus kematian neonatus dan pada tahun 2013 kematian bayi sebesar
0,54/1.000 KH dengan kematian akibat BBLR sebanyak 4 kasus kematian
neonatus. Sedangkan jumlah kasus BBLR pada tahun 2010 sebanyak 185
orang, tahun 2011 sebanyak 204 orang, tahun 2012 sebanyak 168 orang
dan pada tahun 2013 sebanyak 255 orang. Walaupun adanya penuran
jumlah kematian neonatus yg diakibatkan oleh pelaporan kasus BBLR di
kota Tangerang.
Prevalensi BBLR di RS.An-Nisa Tangerang pada bulan Juli 2018
di ruang Neonatologi sebanyak 38 pasien BBLR dari 99 pasien, dan di
ruang NICU sebanyak 6 pasien BBLR dari 10 pasien. Kemudian pada
bulan Agustus 2018 di ruang Neonatologi sebanyak 24 pasien BBLR dari
3

106 pasien, dan di ruang NICU sebanyak 7 pasien BBLR dari 21 pasien.
Dan pada bulan September 2018 di ruang Neonatologi sebanyak 37 pasien
dari 97 pasien, di ruang NICU sebanyak 9 pasien BBLR dari 22 pasien.
Bayi dengan BBLR akan memiliki masalah dalam jangka pendek
seperti gangguan metabolik, gangguan imunitas, gangguan pernafasan,
gangguan cairan dan elektrolit (gangguan eliminasi, distensi abdomen,
gangguan pencernaan dan gangguan elektrolit). Bayi dengan BBLR juga
memiliki masalah jangka panjang seperti masalah pisikis dan fisik.
masalah pisikis pada bayi BBLR salah satunya gangguan perkembangan
dan pertumbuhan yang akan mempengaruhi status gizi pada masa anak-
anak maupun dewasa (Provewat dan Rismawati, 2015) .

1.2 Rumusan Masalah


Prevalensi BBLR di negara berpendapatan rendah lebih besar dua
kali lipat dibandingkan negara yang berpendapatan menengah. Prevalensi
bayi dengan berat badan lahir rendah di Indonesia berdasarkan data hasil
Riset Kesehatan Dasar sedikit mengalami penurunan dari 11,1% tahun
2010 menjadi 10,2% tahun 2013 dengan sebaran yang cukup bervariasi
pada masing-masing kabupaten.
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah yaitu
bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada kasus pada pasien berat
badan lahir rendah (BBLR).

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan pada pasien kasus BBLR dengan
implementasi terapi musik klasik mozart
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Manfaat Menggambarkan hasil pengkajian asuhan keperawatan
pada pasien BBLR.
2. Memaparkan hasil analisa data BBLR.
4

3. Menegakan diagnosa keperawatan BBLR.


4. Menggambarkan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan
pada BBLR.
5. Mengimplementasikan jurnal tentang terapi musik klasik mozart
kepada pasien BBLR
6. Memaparkan implementasi terapi musik klasik mozart yang
dilakukan pada pasien BBLR.
7. Memaparkan evaluasi hasil dari implementasi yang telah
dilakukan pada pasien BBLR.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat untuk Stikes Yatsi Tangerang
Sebagai bahan untuk referensi pelaporan pendidikan akademis
1.4.2 Manfaat untuk ruangan perinatologi
Sebagai referensi untuk melakukan implementasi terapi
menggunakan musik klasik mozart untuk BBLR
1.4.3 Manfaat untuk pelayanan instansi kesehatan
Sebagai bahan informasi yang dapat membantu tenaga kesehatan
untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal di rumah
sakit.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)


2.1.1 Definisi BBLR
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500
gram tanpa memandang masa kehamilan. Bayi yang berada di bawah
persentil 10 dinamakan ringan untuk umur kehamilan (Proverawati &
ismawati, 2010).
Menurut Susilowati (2016), menyatakan bahwa Bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) merupakan masalah yang sangat kompleks
dan memberikan kontrubusi berbagai hasil kesehatan yang buruk karena
tidak hanya menyebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas,
tetapi dapat juga memnyebabkan kecacatan, gangguan atau penghambat
pertumbuhan dan perkembangan kognitif. Sedangkan menurut Jayanti
(2016), menyatakan BBLR merupakan salah satu penyebab kematian
bayi di dunia yang mencapai 20 kali kematian di dunia.
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ini merupakan salah satu faktor
resiko yang mempunyai kontrubusi sebesar 60 sampai 80% terhadap
semua kematian neonatal. Secara umum, di dunia kejadian BBLR
sebesar 15,5% dan 95,5% berasal dari negara berkembang (Ai Yeyeh
Rukiyah dkk, 2012).

2.1.2 Klasifikasi BBLR


a. Berdasarkan klasifikasi BBLR dibagi menjadi 3 bagian (Karwati,
Pujiati, dan Mujiawati, 2011) yaitu :
1. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 1500-2500 gram.
2. Bayi Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR) < 1500
gram.

5
6

3. Bayi Berat badan Lahir Estrem Rendah (BBLER) < 1000


gram.
b. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dapat dikelompokkan
menjadi 2 yaitu :
a. Bayi Prematur Sesuai Masa Kehamilan (SMK)
Terdapat derajat prematuritas, menurut Usher di golongkan
menjadi 3 kelompok :
1. Bayi sangat prematur (extremmely prematur) : 24-30
minggu.
2. Bayi prematur sedang (moderately prematur) : 31-36
minggu.
3. Bordeline prematur : 37-38 minggu.
b. Bayi Prematur Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK).
Banyak istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan bahwa
bayi KMK ini dapat menderita gangguan pertumbuhan di
dalam uterus (intauterine grawth retardation = IUGR) seperti
pseudopremature, small for dates, dysmature, fetal malnutrition
syndrome, chronis fetal distress, IUGR dan smal for gestational
age (SGA).

2.1.3 Manifestasi Klinis


Berdasarkan manifestasi klinis BBLR dibagi menjadi 13 bagian
(Proverawati & Ismawati, 2010) yaitu :
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
f. Kepala lebih besar
g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kkurang
h. Otot hipotonik lemah
7

i. Pernafasan tak teratur dapat terjadi apnea


j. Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
k. Kepala tidak mampu tegak
l. Pernafasan 40-50 kali / menit
m. Nadi 100-140 kali / menit

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR


1. Usia Ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan
pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Menurut Sistriani
(2008), umur dibawah 20 tahun atau 35 tahun merupakan
kehamilan yang beresiko tinggi. Kehamilan pada usia muda < 20
tahun kondisi ibu masih dalam pertumbuhan sehingga asupan
makanan lebih banyak mencukupi kebutuhan ibu. Sedangkan
kehamilan lebih dari 35 tahun organ reproduksi kurang subur
serta memperbesar resiko kelahiran dengan kelainan kongenital
dan beresiko untuk mengalami kelahiran prematur. Hasil
penelitian Tri dan Sulastri di RSUD Dr. Soediran, Surakarta
Tahun 2009, mayoritas usia ibu yang melahirkan bayi BBLR
yaitu usia kurang dari (<) 20 tahun dan lebih dari (<) 35
tahun.sementara rentan usia ibu 20-35 tahun tidak banyak yang
melahirkan bayi BBLR
2. Kehamilan ganda (multi gravida)
Meurut Masitoh Syafrudin & Delmaifanis (2015),
mengatakan berat badan anak kembar lebih rendah dari pada berat
badan anak tunggal, hal ini terjadi karena lebih sering persalinan
kurang bulan. Yang dapat meingkatkan angka kematian diantara
bayi kembar. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 58,3% adalah
responden dengan hamil ganda yang berisiko mengalami
kejadiaan BBLR antara ibu hamil ganda dengan kejadian BBLR
8

didapat 22,8% kali melahirkan bayi dengan BBLR dari pada ibu
yang hamil tunggal.
3. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun)
menurut Monita, Suhaimin & Ernalia (2016), bahwa jarak
persalinan yang baik untuk kesehatan ibu dan anak adalah > 2
tahun sampai 5 tahun, semakin pendek < 2 tahun, ibu berisiko
tinggi untuk mengalami pre-eklampsia dan komplikasi kehamilan
lain yang sanggat berbahaya dan juga bayinya bisa lahir terlalu
cepat, terlalu kecil atau BBLR. Hasil penelitian Colti S di RSUD
Semarang tahun 2008, di dapatkan bahwa ibu yang mempunyai
jarak kelahiran sebelumnya < 2 tahun, sebanyak 18 responden
(78,2%) melahirkan bayi BBLR. Ibu yang mempunyai jarak
kelahiran sebelumnya > 2 tahun, sebanyak 5 responden (21,7%)
melahirkan bayi BBLR.
4. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
Ibu hamil yang sebelumnya mempunyai riwayat melahirkan bayi
BBLR dengan berat badan kurang dari 2500 gram.

2.1.5 Masalah jangka pendek yang terjadi pada BBLR


Berdasarkan masalah jangka panjang yang terjadi pada BBLR
menurut Provewati & Ismawati, (2010), diantaranya :
Pada bayi BBLR banyak sekali risiko terjadi permasalahan pada
sistem tubuh, oleh karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Kematian
perinatal pada bayi BBLR adalah 8 kali lebih besar dari bayi normal.
Prognosis akan lebih buruk bila berat badan semkain rendah, kematian
sering disebabkan karena komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi,
pneumonia, pendarahan intra kranial, hipoglikemia. Bila hidup
dijumpai kerusakan saraf, gangguan berbicara, tingkat kecerdasaan
rendah. Progresis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi,
pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan
9

dan posnatal, pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan,


pencegahan infeksi, mengatasi prnafasan, asfiksia, hiperbilirubinemia,
hipoglikemia, dan lain-lain.
Dibawah ini adalah risiko permasalahan yang sering terjadi pada
bayi BBLR dan memerlukan perawatan khusus. Pada bayi prematur
dengan BBLR, ada beberapa risiko permasalahanyang mungkin
timbul :
a. Gangguan Metabolik
1. Hipotermia
Terjadi karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan sistem
pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang.
Adapun ciri-ciri bayi BBLR ang mengalami hipotermia adalah
sebagai berikut:
a. Suhu tubuh < 320C
b. Mengantuk dan sukar dibangunkan
c. Menangis sangat lemah
d. Seluruh tubuh dingin
e. Pernafasan lambat
f. Pernafasan tidak teratur
g. Bunyi jantung lambat
h. Mengeras kaku (sklerema)
i. Tidak mau menetek, sehingga berisiko dehidrasi.
Sedangkan tanda-tanda stadium lanjutan dari terjadinya
hipotermia ini adalah sebagao berikut :
a. Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
b. Bagian tubuh lainnya pucat
c. Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada
punggung, kaki dan tangan (sklerema).
2. Hipoglikemia
Gula darah berfungsi sebagai makanan otak dan membawa
oksigen ke otak. Jika asupan glukosa ini kurang, akibatnya sel-
10

sel syaraf di otak mati dan mempengaruhi kecerdasan bayi


kelak. BBLR membutuhkan ASI sesegera mungkinsetelah
lahir dan minum sangat sering (setiap 2 jam) pada minggu
pertama.
3. Hiperglikemia
Hiperglekemia sering merupakan masalah pada bayi yang
sangat amat prematur yang mendapat cairan glukosa
berlebihan secara intravena tetapi mungkin juga terjadi pada
bayi BBLR lainnya.
4. Masalah pemberian ASI
Masalah pemberian ASI dan BBLR terjadi karena ukuran
tubuh bayi dengan BBLR kecil, kurang energi, lemah,
lambungnya kecil dan tidak dapat mengisap. Bayi dengan
BBLR sering mendapatkan ASI dengan bantuan, membuthkan
pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit tetapi sering.
Bayi BBLR dengan kehamilan >35 minggu dan berat lahir >
2000 gram umumnya bisa langsung menetek.
b. Gangguan Imunitas
1. Gangguan imunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena
rendahnya kadar Ig G, maupun gamma glonbin. Bayi
prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan
daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi belum baik.
Karena sistem kekebalan tubuh bayi BBLR belum matang.
Bayi juga dapat terkena infeksi saat di jalan lahir atau tertular
infeksi ibu melalui plasenta.
2. Kejang saat dilahirkan
Biasanya bayi akan dipantau dalam 1 X 24 jam untuk
mengetahui penyebabnya, misal apakah karena infeksi
sebelum lahir (prenatal), pendarahan intrakrania, atau karena
vitamin B6 yang di konsumsi ibu. Selain itu, bayi akan dijaga
11

jalan nafasnya agar tetap dalam kondisi bebas. Bila perlu


diberikan obat anti kejang, contohnya dazepam.
3. Ikterus (kadar Bilirubin yang Tinggi)
Ikterus adalah menjadi kuningnya warna kulit, selaput lendir
dan berbagai jaringan oleh zat warna empedu. Ikterus
neonatal adalah suatu gejala yang sering ditemukan
pada bayi baru lahir. Ikterus dibagi menjadi 2 (dua) golongan,
yaitu sebagai berikut :
a. Ikterus patologis, dengan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Jika kuningnya timbul dalam 24 jam pertama setelah
lahirJika dalam sehari kadar bilirubin meningkat
secara pesat atau progresif
2. Jika bayi tampak tidak aktif, tak mai menyusu,
cendrung lebih bayak tidur, disertai suhu tubuh yang
mungkin meningkat atau malah turun
3. Jika bayi kuning lebih dari 2 minggu
4. Jika air kencingnya berwarna tua seperti air teh.
b. Ikterus fisiologis, dengan tanda-tanda berikut :
1. Ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga
2. Tidak mempunyai dasar patologis
3. Kadarnya tidak melampaui batas yang
membahayakan
4. Tidak mempunyai potensi menjadi kern-icterus (suatu
kerusakan otak akibat perlengketan biliubin indirect
pada otak).
c. Gangguan pernapasan
1. Sindroma gangguan pernafasan
Sindroma gangguan pernafasan pada bayi BBLR adalah
perkembangan imatur pada sistem pernafasan atau tidak
edukuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru. Gejala
gangguan pernafasan dapat dikenali sebagai berikut :
12

a. Frekuensi nafas takhipneu (>60x/menit).


b. Retraksi suprasternal dan substernal
c. Gerakan cuping hidung
d. Sianosis sekitar mulut dan ujung jari
e. Pecat dan kelelahan
f. Apnea dan pernafasan tidak teratur
g. Mendengkur
h. Pernafasan dangkal
i. Penurunan suhu tubuh.
2. Asfiksia
Bayi BBLR bisa kurang, cukup atau lebih bulan, semuanya
berdampak pada proses adaptasi pernafasan waktu lahir
sehingga mengalami asfiksia resusitasi. lahir. Bayi BBLR
membutuhkan kecepatan dan keterampilan.
3. Apnea Periodik (henti nafas)
Apnea perodik kerap terjadi pada bayi BBLR karena
premuteritus. Organ paru-paru dan susunan saraf pusat yang
belum sempurna mengakibatkan kadang-kadang bayi
berhenti bernafasan.
4. Paru belum Berkembang
Menyebabkan bayi sesak nafas (Asfiksia).pada bayi BBLR
baik kurang, cukup atau lebih bulan, semuanya berdampak
pada proses adaptasi pernafasan waktu lahir sehingga
mengalami asfiksia lahir.
5. Retrolental Fibroplasia
Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur dimana
disebabkan oleh gangguan oksigen yang berlebihan.
d. Gangguan Sistem Peredaran Darah
1. Maalah Pendarahan
Faktor yang berperan serta dalam masalah perdarahan pada
bayi BBLR antara lain adalah :
13

a. Meningginya fragilitas kapiler, arteri, dan jaringan kapiler


vena dalam jaringan germinal paraventrikular yang mudah
reusak.
b. Meningginya tekanan vaskular.
2. Anemia
Anemia fisilogik pada bayi BBLR disebabkan oleh suplei
eritropoesis pasca lahir, persediaan janin yang sedikit,serta
bertambah besarnya volume darah sebagai akibat pertembuhan
yang relatif lebih cepat.
3. Gangguan Jantung
a. Patent Ductus Arteriosus (PDA)
Sejenis masalah jantung, biasanya dicatat dalam beberapa
minggu pertama atau bulan kelahiran.
b. Defek Septum Ventrikel
Frekuensi kejadian defek septum ventrikel paling tinggi
pada bayi dengan berat kurang dari 2500 gram dan masa
gestasinya kurang dari 34 minggu dibandingkan dengan
bayi yang lebih besar dengan masa gestasi yang cukup.
4. Gangguan pada Otak
Gangguan pada otak anatara lain adalah sebagai berikut :
a. Intraventricular hemorrhage, pendarahan intrakranial (otak)
pada neonatus. Bayi mengalami masalah neurologis, seperti
gangguan mengendalikan otot (cerebaral palsy),
keterlambatan perkembangan, dan kejang,
b. Periventricular leukomalacia (PVL). Kerusakan dan
pelunakan materi putih bagian dalam otak yang
mentransmisikan informasi antara sel-sel saraf dan sumsum
tulang belakang, juga dari satu bagian otak kebgian otak
lainnya.
14

5. Bayi BBLR dengan ikterus


Penelian ikterus menurut KREMER : cara pemeriksaannya
ialah dengan menekan jari telunjuk ditempat yang tulangnya
menonjol seperti tulag hidung, tulang dada, lutut dan laim-lain:
a. Kremer 1 : kepala sampai leher
b. Kremer 2 : kepala, badan sampai dengan umbilikus
c. Kremer 3 : kepala, badan, aha sampai dengan lutut
d. Kremer 4 : kepala, badan, ekstremitas sampai dengan
tangan dan kaki.
6. Kejang
Suatu kondisi apabila ditemukan adanya tremor yang
disertai adanya penurunan kesadaran, terjadi gerakan yang
tidak terkendali pada mulut, mata, atau anggota gerak lain, atau
terjadi mulut mencucu, terjadi kekakuan seluruh tubuh tanpa
adanya rangsangan. Secara umum, tanda/gejala kejang pada
bayi baru lahir adalah :
a. Ada riwayat kejang
b. Ada tanda/gejala kejang
c. Tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun
d. Menangis melengking tiba-tiba
e. Gerakan tidak terkendali pada mulut, mata atau anggota
gerak.
f. Mulut mecucu
g. Kaku seluruh badan dengan atau tanpa rangsangan.

Sedangkan pengobatan yang dapat dilakukan pada kondisi bayi


kejang:

1. Bebaskan jalan nafas dan berikan oksigen


2. Atasi masalah kejang dengan pemberian obat anti kejang
3. Jika terjadi kejang berulang lakukan pemberian fenobarbital
1 kali dosis 30 mg scara IM.
15

4. Pertahankan kadar gula darah agar tidak menurun


5. Lakukan rujukan segera
7. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi ketidak normalan kadar gula
darah bayi yang rendah dan dibawah normal. Bayi yang
megalami hipoglikemia akan memperliharkan tanda dan gejala
sebagai berikut :
a. Gerakan gelisa atau tremor
b. Apatis
c. Kejang
d. Suara tangis yang lemah
e. Lemah
f. Letergis
g. Kesulutan makan
h. Keringat banyak
i. Pucat mendadak
j. Hipotermi
e. Gangguan Cairan dan Elektrolit
1. Gangguan Eliminasi
Kerja ginjal masih belum matang, kemampuan mengatur
pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum
sempurna.
2. Distensi Abdomen
Distensi Abdomen yaitu kelainan yang berkaitan dengan usus
bayi. Distensi abdomen akibat dari motilitas usus berkurang,
volume lambung berkurang, sehingga waktu pengosongan
lambung bertambah, daya untuk mencernakan dan
mengobsorbsi lemak, laktosa, vitamin yang larut dalam
lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang.
16

3. Gangguan Pencernaan
Saluran pencernaan pada bayi BBLR belum berfungsi
sempurna sehingga penyerapan makanan lemah atau kurang
baik. Aktivitas otot pencernaan masih belum sempurna,
sehingga pengosongan lambung berkurang.
4. Gangguan Elektroit
Cairan yang diperlukan tergantug dari masa gestasi, keadaan
lingkungan dan penyakit bayi.

2.1.6 Masalah Jangka Panjang pada BBLR


Berdasarkan masalah jangka panjang yang terjadi pada BBLR
menurut Provewati & Ismawati (2010), yaitu :
a. Masalah Psikis
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Anatara lain adalah
sebagai berikut :
1. Gangguan perkembangan dan pertumbuhan
Pada bayi BBLR, pertumbuhan dan perkembangan lebih
lambat berkaitan dengan maturitas otak.
2. Gangguan bicara dan komunikasi
Penelitian longitudinal menunjukkan perbedaan kecepatan
bicara yang menarik anatara BBLR dan berat lahir normal
BLN). Pada bayi BBLR kemampuan bicaranya akan terlambat
dibandingkan BLN sampai usia 6 1/2 th.
1. Gangguan neurologi dan kognisi
Luaran jangka panjang BBLSR erat hubungan dengan usia
kehamilan dan kelainan neurologi berbanding terbalik
dengan derajat imaturitas bayi (ditinjau dari berat lahir
atau masa gestasi).
2. Gangguan belajar/masalah pendidikan
17

Sulit menilai untuk Negara berkembang karena faktor


kemiskinan juga berperan pada kinerja sekolah. Suatu
penelitian longitudinal di Negara maju (UK dan Eropa)
mennjukan bahwa lebih banyak anak BBLR dimasukan
disekolahan khusus.
3. Gangguan atensi dan hiperaktif
Dulu dikenal sebagai minimal Brain Disorders, sekarang
lebih banyak disebut sebagai ADD dan ADHD.
Merupakan gangguan neurologi. Penelitian menunjukkan
bahwa gangguan ini lebih banyak terjadi pada anak laki-
laki dari pada perempuan.
b. Masalah Fisik
1. Penyakit paru
Keadaan ini dapat di sebabkan karena infeksi, kebiasaan ibu
merokok selama kehamilan, dan radiasi udara di lingkungan.
2. Gangguan penglihatan (retinopati) dan pendengaran
Sering dikeluhkan gangguan pengelihatan meskipun telah
diberikan oksigen terapi terkendali. Biasanya retinopathy of
prematurity (ROP) ini menyerang bayi BBLR dengan BB <
1500 gram dan masa gestasi < 30 minggu. Bayi biasanya
mengalami kebutaan.
3. Kelainan bawaan (kelainan kongenital)
Kelainan bawaan (kelainan kongenital) adalah suatu kelainan
pada struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh yang
ditemukan pada bayi ketika di lahirkan. Cacat bawaan lebih
sering ditemukan pada bayi BBLR daripada bayi lahir hidup
lainnya.
18

2.1.7 Penatalaksanaan Umum pada Bayi BBLR


menurut Provewati & Ismawati (2010), menyatakan
Berdasarkan penatalaksanaan pada BBLR yaitu :
a. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Bayi prematur akan cepat mengalami kehilangan panas badan
dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan
belum berfungsi dengan baik, metabolisme rendah, dan permukaan
badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematur harus dirawat
didalam inkuubator, sehingga panas badanya mendekati dalam
rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematur dapat
dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi
air panas atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi
baru lahir seperti bayi kangguru dalam kantung ibunya.
b. Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah
menentukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian
yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR.
ASI (Air Susu Ibu) merupakan pilihan pertama jika bayi
mampu mengisap. ASI merupakan makanan yang paling utama,
sehingga ASI adalah pilihan yang harus didahulukan untuk
diberikan. ASI juga dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi
yang tidak cukup mengisap. Bila faktor mengisapnya kurang maka
ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan
atau dengan memasang sonde ke lambung.
Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan
pencegahan khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan
masuknya udara dalam usus. Pada bayi dalam inkubator dengan
kontak yang minimal, tempat tidur atau kasur inkubator harus
diangkat dan bayi dibalik pada sisi kanannya. Sedangkan pada bayi
lebih besar dapat diberikan makan dalam posisi dipangku.
19

c. Pencegahan Infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam
tubuh, khususnya mikroba. Bayi BBLR sangat mudah
mendapatkan infeksi infeksi terutama disebabkan oleh infeksi
nosokomial. Rentan terhadap infeksi ini disebabkan oleh kadar
immunoglobin serum pada bayi BBLR masih rendah, aktivitas
bakterisidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah
dan fungsi imun belum terpenuhui. Infeksi lokal bayi cepat
menjalar menjadi infeksi umum. Tetapi diagnosa dini dapat
ditegakkan jika cukup waspada terhadap perubahan (kelainan)
tingkah laku bayi sering merupakan tanda infeksi umum.
Perubahan tersebut antara lain : malas menetel, gelisah, letarge,
suhu tubuh meningkat, frekuensi pernapasan meningkat, muntah,
diare, dan berat badan mendadak turun.
Funsi perawatan disini adalah memberi perlindungan terhadap bayi
BBLR dari bahaya infeksi. Oleh karna itu, bayi BBLR tidak boleh
kantak langsung dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun.
d. Penimbangan Berat Badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi
bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
e. Pemberian Oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
preterm BBLR, akibat idak adanya alveoli dan surfaktan.
Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30-35% dengan
menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa
yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina
bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
f. Pengawasan Jalan Nafas
Jalan nafas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing,
trachea, bronchiolus, bronchiolu respiratorius, dan duktus
20

alveoleris ke alveoli. Terhambatnya jalan nafas dapat menimbulkan


asfiksia, hipoksia dan akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR
tidak dapat beradaptasi dengan asfiksia perinatal. Bayi BBLR
berisiko mengalami serangan apneu dan defisiensi surfakatan,
sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang
sebelumnya diperoleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini
diperlukan pembersihan jalan nafas segera setelah lahir (aspirasi
lendir), dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernafasan
dengan menepuk atau menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal
dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan
pemberian oksigen dan selama pemberian intake dicegah terjadinya
aspirasi. Dengan tindakan ini dapat dicegah sekaligus mengatasi
asfiksia sehingga memperkecil kematian bayi BBLR.

2.1.8 Diagnosa BBLR


Dalam mendiagnosa bayi dengan BBLR maka hal-hal yang harus
diperhatikan diantarnya dibawah ini :
a. Penghitungan HPHT (hari pertama haid terakhir).
b. Penilaian secara klinis : BB, PB, lingkar dada, dan lingkar kepala.

2.2 Hiperbilirubin
2.2.1 Definisi hiperbilirubin
Menurut (Prawirohardjo, 2009), Hiperbilirubinemia adalah suatu
keadaan meningkatnya kadar bilirubin didalam jaringan ekstra
vaskuler sehingga konjungtiva, kulit dan mukosa akan berwarna
kuning. Keadaan ini berpotensi besar terjadi karena ikterus yang
merupakan kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada
otak.
Istilah hiperbilirubin merujuk pada tingginya kadar bilirubin
terakumulasi dalam darah dan ditandai dengan jaundis atau ikterus,
21

suatu pewarnaan kuning pada kulit,sclera, dan kuku.


Hiperbilirubinemia merupakan temuan biasa pada bayi baru lahir dan
pada kebanyakan kasus relative jinak. Akan tetapi hal ini, bisa juga
menunjukan keadaan patologis. Hiperbilirubinemia dapat terjadi
akibat peningkatan bilirubin tidak terkonjugasi maupun terkonjugasi.
Bentuk tidak terkonjugasi ( 9-4) merupakan tipe yang bisa terlihat
pada bayi baru lahir. Diskusi tersebut mengenai hiperbilirubinemia
dibatasi pada hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi (Wong, 2009).
Rata-rata, bayi baru lahir memproduksi dua kali lebih banyak
bilirubin dibandingkan orang dewasa karena lebih tingginya kadar
eritrosit yang beredar dan lebih pendeknya lama hidup sel darah
merah (SDM) (hanya 70 sampai 90 hari, dibandingkan 120 hari pada
anak yang lebih tua dan orang dewasa). Selain itu, kemampuan hati
untuk mengonjugasi bilirubin sangat rendah karena terbatasnya
produksi glukuronil transferase. Bayi baru lahir juga memiliki
kapasitas ikatan-plasma terhadap Bilirubin yang lebih rendah karena
rendahnya konsentrasi albumin Dibandingkan anak yang lebih tua.
Perubahan normal dalam sirkulasi hati setelah kelahiran mungkin
berkontribusi terhadap tingginya kebutuhan fungsi hati (Wong, 2009).
Menurut (Prawirohardjo, 2009). Ikterus pada bayi baru lahir
terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi pada
neonatus kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan
suatu gejala fisiologis atau dapat merupakan hal yang patologis,
misalnya pada inkompatibilitas Rhesus dan ABO, sepsi, penyumbatan
saluran empedu, dan sebagainya.
fisiologis Ikterus Menurut Prawirohardjo (2009), ialah:
1. Ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga.
2. Tidak mempunyai dasar patologis.
3. Kadarnya tidak melampaui kadar yang yang
membahayakan.
4. Tidak mempunyai potensi menjadi kern-icterus.
22

5. Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.


Adapun patologis Ikterus menurut Prawirohardjo (2009), ialah:
1. Ikterus yang mempunyai dasar patologis.
2. Kadar bilirubinnya mencapai nilai hiperbilirubinemia.

2.2.2 Etiologi
Menurut (Vivian, 2010). Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya ikterus, yaitu sebagai berikut.
1. Prahepatik (ikterus hemolitik).
Ikterus ini disebabkan karna produksi bilirubin yang meningkat
pada proses hemolisis sel darah merah (ikterus hemolitik).
Peningkatan bilirubin dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah infeksi, klainan sel darah merah, dan toksin dari
luar tubuh, serta dari tubuh itu sendiri.
2. Pascahepatik (obstruktif).
Adanya obstruksi pada saluran empedu yang mengakibatkan
bilirubin konjugasi akan kembali lagi kedalam sel hati dan masuk
kedalam aliran darah, kemudian sebagaian masuk dalam ginjal dan
diekskresikan dalam urin. Sementara itu, sebagian lagi tertimbun
dalam tubuh sehingga kulit dan sclera berwarna kuning kehijauan
serta gatal. Sebagai akaibat dari obstruksi saluran empedu
menyebabkan ekskresi bilirubin kedalam saluran pencernaan
berkurang, sehingga feses akan berwarna putih ke abu-abuan, liat,
dan seperti dempul.
3. Hepatoseluler (ikterus hepatik).
Konjugasi bilirubin terjadi pada sel hati, apabila sel hati mengalami
kerusakan maka secara otomatis akan mengganggu proses konjugasi
bilirubin sehingga bilirubin direct meningkat dalam aliran darah.
Bilirubin direct mudah diekskresikan oleh ginjal karna sifatnya yang
mudah larut dalam air, namun sebagian masih tertimbun dalam
aliran darah.
23

2.2.3 Manifestasi Klinis


menurut Shiyam (2010), gejala – gejala yang biasanya muncul
Antara lain :
1. Adanya ikterus terjadi pada 24 jam pertama.
2. Peningkatan konsentrasi bilirubin serum 10 mg% atau lebih
setiap 24 jam. Konsentrasi bilirubin serum 10 mg% pada
neonatus cukup bulan dan 12,5 mg% pada neonatus yang kurang
bulan.
3. Ikterus disertai keadaan proses hemolisis.
4. Ikterus disertai keadaan berat badan lahir rendah kurang dari
2500 gram, masa gestasi kurang dari 36 minggu, asfiksia,
hipoksia, sindrom gangguan pernapasan dan lain-lain.

2.2.4 Penatalaksanaan
menurut Shiyam (2010), Penatalaksanaan keperawatan pada bayi
dengan hiperbilirubin sebagai berikut :
1. Apabila terjadi resiko tinggi cedera karena dampak peningkatan
kadar bilirubin, seperti adanya jaundice konsentrasi urine,
letargi, kesulitan makan,reflex moro, adanya tremor, iritabilitas,
memantau hemoglobin dan hematokrit,serta pencatatan
penurunan; melakukan transfusi tukar, maka intervensi yang
dapat dilakukan adalah memantau kadar bilirubin, hemoglobin,
hematokrit sebelum dan sesuah tansfusi tukar tiap 4 – 6 jam
selama 24 jam pascatransfusi tukar, memantau tekanan darah,
nadi, dan temperature; mempertahankan system kardiovaskuler
dan pernapasan; mengkaji kulit pada abdomen,ketegangan,
munth, dan sianosis, mempertahankan kalori, kebutuhan cairan
sampai dengan pasca transfusi tukar, serta melakukan kolaborasi
dalam pemberian obat untuk meningkatkan transfortasi dan
konjugasi, seperti pemberian albumin atau pemberian plasma
24

dengan dosisi 15 – 20 ml atau kg BB. Albumin biasanya


diberikan sebelum transfusi tukar karena albumin dapat
mempercepat keluarnya bilirubin dari ekstravaskular ke
vascular, sehingga bilirubin yang di ikat lebih mudah keluar
dengan transfusi tukar.
2. Foto terapi merupakan tindakan dengan memberikan terapi
melalui sinar yang menggunakan lampu. Lampu yang digunakan
sebaiknya tidak lebih dari 500 jam untuk menghindari turunnya
energi yang dihasilkan oleh lampu.
Cara melakukan foto terapi pada bayi hiperbilirubin sebagai
berikut :
a) Pakaian bayi dibuka agar seluruh bagian tubuh bayi
kena sinar.
b) Kedua mata dan gonad ditutup dengan yang
memantulkan cahaya.
c) Jarak bayi dengan lampu kurang lebih 45cm.
d) Posisi bayi sebaiknya diubah setiap 6 jam sekali.
e) Lakukan pengukuran suhu setiap 4 – 6 jam.
f) Periksa kadar biirubin setiap 8 jam atau sekurang –
kuragnya sekali dalam 24 jam.
g) Lakukan pemeriksaan hemoglobin secara berkala
terutama pada pasien yang mengalami hemolisis.
h) Lakukan observasi dan catat lamanya terapi sinar.
i) Berikan atau sediakan lampu masing – masing 20 watt
sebanyak 8 – 10 bulan yang disusun secara paralel.
j) Berikan susu ibu yang cukup. Pada saat memberikan
ASI, bayi dikeluarkan dari tempat terapi dan dipangku
(posisi menyusui), penutup mata dibuka, serta d
observasi ada tidaknya iritasi.
3. Transfusi tukar merupakan cara yang dilakukan dengan tujuan
mencegah peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Pemberian
25

transfusi tukar dilakukan apbila kadar bilirubin yang cepat yaitu


0,3-1 mg/jam, anemia berat dengan gejala gagal jantung dan kadar
hemoglobin tali pusat 14 mg% dan uji Coombs direct positif.
Cara pelaksanaan transfusi tukar adalah sebagai berikut.
a) Dianjurkan pasien bayi untuk puasa 3 - 4 jam sebelum
transfusi tukar.
b) Pasien disiapkan dikamar khusus.
c) Pasang lampu pemanas dan arahkan kepada bayi.
d) Baringkan pasien dalam keadaan terlentang dan buka
pakaian pada daerah perut.
e) Lakukan transfusi tukar sesuai dengan protap.
f) Lakukan observasi keadaan umum pasien, catat jumlah
darah yang keluar dan masuk.
g) Lakukan pengawasan adanya perdarahan pada tali
pusat.
h) Periksa kadar hemoglobin dan bilirubin setiap 12 jam.

2.2.5 Jenis-jenis ikterus


menurut Shiyam (2010), jenis- jenis waktu terjadinya ikterus
pada pasien hiperbilirubin Antara lain :
1. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama
a) Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama sebagian
besar disebabkan oleh : inkompatibilitas darah Rh,
ABO atau golongan lain.
b) Infeksiintra uterine.
c) Kadang-kadang karena defisiensi enzim G-6-PD.
2. Ikterus yang timbul 24-72 jam sesudah lahir
a) Biasanya ikterus fisiologis.
b) Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah Rh,
ABO atau golongan lain.
26

c) Defisiensi enzim G-6-PD atau enzim eritrosit lain


juga masih mungkin.
d) Policitemia.
e) Hemolisis perdarahan tertutup (perdarahan
subaponerosis, perdarahan hepar, sub capsula dan lain
lain).
3. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama saampai akhir
minggu pertama
a) Sepsis.
b) Dehidrasi dan asidosis Defisiensi G-6-PD.
c) Pengaruh obat-obatan.Sindroma Criggler-Najar,
sindroma Gilbert.
4. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan
selanjutnya
a) Ikterus obtruktive.
b) Hipotiroidisme.
c) Breast milk jaundice.
d) Infeksi.
e) Hepatitis neonatal.
f) Galaktosemia.

2.3. Terapi Musik


Terapi musik adalah rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme,
harmoni, bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga
terciptanya musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental (Sari,
2013). Menurut Wahyuningsri Eka (2014) reflek bayi menggambarkan
fungsi sistem persyarafan, musik dapat meningkatkan intelegasi karena
rangsangan ritmis mampu meningkatkan fungsi kerja otak manusia,
membuat syaraf otak bekerja, menciptakan rasa nyaman dan tenang.
Musik yang diterima pendengar mempengaruhi sistem limbik
(hipotalamus) yang berfungsi memberi efek pada emosional dan perilaku,
27

maka pemberian terapi musik dapat mempengaruhi metabolisme dan


kemampuan fisiologis otak pada reflek, termasuk reflek menghisap bayi.
Salah satu jenis musik yang paling efektif digunakan untuk terapi musik
ini adalah terapi musik klasik mozart. Menurut sari 2013, musik klasik
mozart memiliki keunggulan akan kemurnian dan kesederhanaan bunyi-
bunyi yang diminculkannya. Irama, melodi, dan frekuensi-frekuensi tinggi
pada musik mozart merangsang dan memberi daya pada daerah-daerah
kreatif dan motivasi dalam otak. Musik karya mozart memberi rasa
nyaman tidak saja di telinga tetapi juga bagi jiwa yang mendengarnya,
karena musik klasik mozart sesuai dengan pola sel otak manusia. Menurut
Wahyuningsri dan Eka 2014 pada bayi BBLR musik klasik mozart ini
dapat meningkatkan reflek menghisap sehingga nutrisi bayi dapat
terpenuhi serta dapat meningkatkan berat badan bayi.
BAB III
PENGKAJIAN NEONATUS

3.1. Data Bayi


Nama bayi Ny. M dengan jenis kelamin laki-laki lahir tanggal 29
Oktober 2018 dengan usia kehamilan 35 minggu dan berat lahir 1760
gram, panjang badan 42 cm, dengan apgar 7/8.

3.2. Pengkajian Fisik Neonatus


Saat dilakukan tes reflek moro, menggenggam baik, menghisap
lemah. Aktivitas dapat bergerak aktif dan menangis keras. Anatomi
fontanel anterior lunak, sutura sagitalis tepat, keadaan gambaran wajah
simetris. Tidak mengalami caput succedaneum dan tidak mengalami
cephalohematoma. Keadaan mata bersih, telinga dan hidung dalam
keadaan normal. Abdomen lunak, lingkar perut 29 cm, ukuran liver kurang
dari 2 cm. Keadaan toraks simetris, tidak ada retraksi dada, derajat 0
(dapat kembali secara spontan), klavikula normal. Suara nafas kanan dan
kiri simetris, bunyi nafas disemua lapang paru terdengar, suara nafas
bersih, respirasi spontan dan tidak menggunakan alat bantu pernafasan.
Suara jantung normal sinus rhytm, frekuensi 130x/menit. Waktu pengisian
kapiler kurang dari 2 detik. Ekstermitas gerakan bebas, nadi perifer
brankhial kanan, brankhial kiri, femoral kanan, femoral kiri teraba keras,
umbilikus normal, ekstermitas atas dan bawah normal. Genitalia bayi laki-
laki normal, anus paten, spinal normal, warna kulit pink normal. Tidak ada
kemerahan dan tidak ada tanda lahir. Suhu tubuh bayi saat di lakukan
pemeriksaan pada pagi hari 37,4oC di dalam inkubator .

28
29

3.3. Data Orang Tua


Nama ibu Ny. M pekerjan karyawan swasta pendiddikan terakhir
SMA, nama ayah Tn. K pekerjaan karyawan swasta pendidikn terakhir
SMK alamat Kp. Sepatan.

3.4. Riwayat Pranatal (ANC)


Saat masa kehamilan jumlah kunjungan ibu teratur setiap bulan,
pemeriksaan kehamilan di lakukan di bidan terdekat, pendidikan kesehatan
yang didapat mengenai menjaga pola makan untuk ibu dan janin, perkiraan
partus tanggal 11 November 2018, kenaikan BB selama kehamilan 10 kg,
tidak ada komplikasi kehamilan, tidak ada komplikasi obat, obat yang
didapat vit K, calsium dan penambah darah, golongan darah ibu O,
kehamilan direncanakan.

3.5. Pemeriksaan Kehamilan (Maternal Screening)


Saat masa kehamilan ibu melakukan vaksin rubela, hepatitis.

3.6. Riwayat Persalinan (Intranatal)


Awal persalinan jam 23.10 WIB, lama persalinan 1 jam, tidak ada
komplikasi persalinan, terapi yang diberikan cairan infus NaCl. Lama
antara rupture vagina dan saat partus, jumlah cairan ketuban ada atau tidak
ada mekoneum tidak terkaji karena ibu tidak mengetahui.

3.7. Riwayat Kelahiran


Indikasi dilakukan monitoring berat badan bayi dibawah normal,
melahirkan pervaginam, tempat melahirkan di Rumah Sakit, tidak
diberikan anastesi, diberikan obat-obatan clinda micyin (antibiotic) 3x1
10tablet, asamafanamat (anti nyeri) 3x1 10tablet, vitamin A 1x1.
30

3.8. Riwayat Post Natal


Usaha nafas tanpa bantuan, Apgar score 7/8 di menit pertama, tidak
dilakukan resusitasi, trauma lahir tidak ada, tidak ada narcosis, adanya
pengeluaran BAB dan urine, aspirasi gaster, suksion trakea tidak dilakukan

3.9. Riwayat Sosial


Genogram

.
k

Keterangan : Laki-laki
Perempuan
Keluarga satu rumah

Orang tua dan keluarga bersuku jawa, beragama islam, bahasa utama
indonesia dan sunda, perencanaan makan bayi akan di berikan ASI, tidak
ada masalah sosial yang penting seperti kurang sistem pendukung sosial,
perbedaan bahasa, riwayat menyalagunaan zat adiktif, lingkungan rumah
yang kurang memadai, keuangan dan lain-lain. Hubungan orang tua dan
bayi baik ibu dan ayah sudah menyentuh, memeluk, berbicara, berkunjung,
memanggil nama, kontak mata pada bayinya. Orang terdekat yang dapat
dihubungi saudara. Respon orang tua terhadap penyakit cemas dan
khawatir dan respon orang tua terhadap proses hospitalisasi cemas. Klien
merupakan anak pertama.
31

3.10. Data Tambahan


Pemeriksaan laboratorium
Tgl : 2/11/2018
Hemoglobin : 20,6 gr/dl
Leukosit : 5540 sel/uL
Eritosit : 6,13 %
Hematokrit : 63%
Trombosit : 163%
Billing total : 12,90
Direct : 0,65
Indirect : 12,25
Tgl : 5/11/2018
Bilirubin total : 6,58
Direct : 0,45
Indirect : 6,13

3.11. Ringkasan Riwayat Keperawatan

Bayi ny. M lahir dengan jenis kelamin laki-laki lahir pada tanggal
29 oktober 2018, dengan kehamilan 35 minggu, berat badan lahir 1760
gram panjang badan 42cm. Suhu 37,4 C, nadi 130x/menit, respirasi
43x/menit. Reflek hisap bayi ny. M masih lemah, bayi bertemu dengan
ibunya satu hari sekali sehingga jarang memiliki kesempatan untuk
menghisap payudara ibunya, kebutuhan nutris bayi sebanyak 20cc/2jam,
sehingga di ambil diagnosa ketidakefektifan pola makan bayi. Membran
mukosa bayi tampak pucat, warna kulit tampak pucat, sklera tampak
ikterik, saat di lakukan pemeriksaan laboratorium hasil bilirubin total
12,67 mg/dl sehingga diambil diagnose ikterik neonatus.
32

No Data Fokus Dx Keperawatan Nanda


1. Ds : bayi ny.M dalam keadaan umum Domain 11: Keamanan/perlindungan
sedang Kelas 6 : Termoregulasi
Do : 00008 : ketidakefektifan termoregulasi
- S : 37,4ᵒ C
- RR: 43x/mnt
- N: 130x/ menit
- Bayi tampak ditempatkan di
incubator
2. Ds : bayi ny.m dalam keadaan umum Domain 2 : nutrisi
sedang Kelas 1 : makan
Do: 00107 : ketidakefektifan pola makan
- Refleks menghisap lemah bayi
- Ketidakcukupan kesempatan untuk
menghisap payudara
- BB lahir : 1780 gram
- Kebutuhan nutrisi bayi 20 cc /2
jam
3. Pada hari ke 2 Domain 2 nutrisi
Tanggal 4/11/2018 Kelas 4 metabolisme
Ds: bayi ny.m dalam keadaan umum 00194: Ikterik neonatus
sedang
Do:
- Membarane mukosa tampak pucat
- Warna kulit tubuh tampak pucat
- Sklera tampak ikterik
- Hasil lab: 4/11/2018
Bilirubin total 12,67 mg/dl
33

No Nanda Noc Nic


1. Domain11 : Domain 2 : Kesehatan Domain 2 : Fisiologi Komplek
Keamanan Fisiologis Kelas M : Termoregulasi
/perlindungan Kelas I : Regulasi Metabolik 3900 : Pengaturan suhu
Kelas 6 : 0801 : Termoregulasi : Baru Tindakan :
Termoregulasi Lahir - Monitor suhu sesuai kebutuhan
00008 : - Monitor warna dan suhu kulit
ketidakefektifa Setelah dilakukan tindakan - Monitor adanya tanda dan gejala
n termoregulasi keperawatan selama lebih yang berhubungan dengan
dari 1 jam, kriteria hasil yang hipotermia.
diharapkan : - Tempatkan bayi dibawah
- 080116 : suhu tidak penghangat
stabil (2-4)
- 080118 : Hipotermia (2- Domain 5: keluarga
4) Kelas w perawatan melahirkan
- 080105 : Perubahan 6840 : perawatan kanguru
warna kulit (2-4) Tindakan :
- Siapkan lingkungan yang tenang,
hangat dengan cukup privasi
- Berikan orangtua kursi goyang
atau kursi yang nyaman
- Instruksikan orangtua untuk
memakai sesuatu yang nyaman
seperti kain yang dapat dibuka
didepan
- Posisikan bayi yang memakai
popok dengan posisi telungkup
tegak lurus di dada orang tua yang
terbuka
- Dorong orang tua untuk
membiarkan bayi tidur pada saat
34

perawatan
2. Domain 2 : Domain 2 : kesehatan Domain 1. Fisiologi dasar
nutrisi fisiologis Kelas D. dukungan nutrisi
Kelas 1 : Kelas k : pencernaan dan 1052. pemberian makan
makan nutrisi Tindakan :
00107 : 1020 status nutrisi bayi - Hangatkan formula sesuai suhu
ketidakefek lingkungan sebelum diberikan pada
tifan pola Setelah dilakukan tindakan bayi
makan bayi keperawatan selama kurang - Pegang bayi selama menyusui
dari 15 menit kriteria yang - Posisikan bayi dengan posisi semi
diharapkan fowler selama menyusu
- 102001 intake nutrisi (2- - Sendawakan bayi sesering
3) mungkin setelah menyusui
- 102003 intake cairan - Monitor reflek menghisap bayi
lewat mulut (2-3) selama menyusu
- 102006 hidrasi (2-3) - Monitor berat badan bayi dengan
- 102016 intake vitamin tepat
(2-3)
Domain 3: perilaku
Kelas O: terapi perilaku
4400 – Terapi musik
- Batasi stimulasi eksternal
(misalnya: cahaya, suara,
pengunjung, panggilan telepon)
selama pengalaman
mendengarkan musik.
- Pastikan bahwa volume musik
adekuat dan tidak terlalu keras.
- Hidupkan musik dan biarkan
dalam waktu yang telah
ditentukan.
35

3. Domain 2 Domain II kesehatan fisiologi Domain 5 keluarga


nutrisi Kelas L integritas jaringan Kelas W perawatan melahirkan
Kelas 4 1101 integritas jaringan kulit 6924 fototerapi neonatus
metabolisme & membran mukosa Tindakan:
00194: Ikterik Setelah dilakukan tindakan - Tempatkan lampu fototerapi
neonatus keperawatan selama 15 menit diatas bayi dengan tinggi yang
kriteria hasil yang sesuai
diharapkan: - Tutupi kedua mata bayi, hindari
- 110103 elastisitas (2- perekanan yang berlebihan
4) - Periksa kadar serum bilirubin
- 110113 integritas kulit - Laporkan hasil laboratorium pada
(2-4) dokter
- 110115 lesi pada kulit - Edukasi keluarga mengenai
(2-4) fototerapi di rumah sesuai
- 110119 pengelupasan kebutuhan
kulit (2-4)
36

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi Hari Ke 1
Hari/Tanggal Jumat, 2 November 2018

No Diagnosa Dinas / Implementasi Evaluasi


Kep. Jam
1. Ketidakefe Pagi Pengaturan Suhu
ktifan 07.30 - Memonitor suhu sesuai S : bayi ny.m dalam
termoregul kebutuhan keadaan umum sedang
asi Hasil : Suhu 37,4ᵒ C O:
by di monitor suhu dengan - Suhu: 37,4ᵒ C
alat yang sesuai yaitu - Bayi tampak berwarna
termometer dan rute yang merah
sesuai yaitu pada lipatan - Tampak tidak terdapat
aksila. tanda dan gejala
07.40 - Memonitor warna dan hipotermia
suhu kulit - Bayi di tempatkan di
Hasil : warna kulit tampak incubator dengan suhu
merah 34,2ᵒC
07.45 - Memonitor adanya gejala A : masalah keperawatan
yang berhubungan dengan ketidakefektifan
hipotermia. termoregulasi teratasi
Hasil : tidak terdapat tanda sebagian.
dan gejala hipotermia P : lanjutkan intervensi
07.50 - Menempatkan bayi - Monitor suhu sesuai
dibawah penghangat kebutuhan
Hasil : Bayi tampak di - Monitor warna dan suhu
tempatkan di incubator kulit
dengan suhu 34,2ᵒC - Tempatkan bayi
dibawah penghangat
37

Siang Pengaturan Suhu


14.30 - Memonitor suhu sesuai S : bayi ny.m dalam
kebutuhan keadaan umum sedang
Hasil : Suhu 37,3ᵒ C O:
by di monitor suhu dengan - Suhu : 37,3ᵒ C
alat yang sesuai yaitu - Warna kulit bayi tampak
termometer dan rute yang berwarna merah
sesuai yaitu pada lipatan - Bayi di tempatkan di
aksila. incubator dengan suhu
14.40 - Memonitor warna dan 34,2ᵒC
suhu kulit - Bayi tampak dilakukan
Hasil : warna kulit tampak perawatan metode
merah kanguru (PMK) oleh
14.45 - Menempatkan bayi ibunya selama 60 menit.
dibawah penghangat - Ibu bayi tampak duduk
Hasil : Bayi tampak di diatas kursi dengan
tempatkan di incubator pakaian khusus dan bayi
dengan suhu 34,2ᵒC tampak pada posisi
telungkup tegak lurus
Perawatan kanguru pada dada ibu.
15.00 - Siapkan lingkungan yang - Bayi tampak tertidur dan
tenang, hangat dengan rileks selama PMK
cukup privasi berlangsung
Hasil : tempat untuk PMK A : masalah keperawatan
tampak tertutup dari ketidakefektifan
lingkungan luar. thermoregulasi teratasi
15.10 - Instruksikan orangtua sebagian.
untuk memakai sesuatu P : lanjutkan intervensi
yang nyaman seperti kain
yang dapat dibuka didepan Pengaturan Suhu
Hasil : ibu bayi tampak - Monitor suhu sesuai
38

mengenakan pakaian kebutuhan


khusus untuk mendukung - Monitor warna dan suhu
berlangsungnya PMK kulit
15.20 - Posisikan bayi yang - Tempatkan bayi
memakai popok dengan dibawah penghangat
posisi telungkup tegak
lurus di dada orang tua Perawatan Kanguru
yang terbuka - Instruksikan orangtua
Hasil : bayi tampak pada untuk memakai sesuatu
posisi telungkup tegak yang nyaman seperti
lurus didada orang tua kain yang dapat dibuka
15.25 - Berikan orangtua kursi didepan
goyang atau kursi yang - Posisikan bayi yang
nyaman memakai popok dengan
Hasil : ibu bayi tampak posisi telungkup tegak
duduk rileks diatas kursi. lurus di dada orang tua
15.30 - Dorong orang tua untuk yang terbuka
membiarkan bayi tidur - Dorong orang tua untuk
pada saat perawatan membiarkan bayi tidur
Hasil : bayi tampak tertidur pada saat perawatan
dan tampak tenang dalam
dekapan dada ibunya. PMK
berlangsung selama 60
menit

Malam Pengaturan Suhu S : bayi ny.m dalam


21.30 - Memonitor suhu sesuai keadaan umum sedang
kebutuhan O:
Hasil : Suhu 37,6ᵒ C - Suhu : 37,6ᵒ C
by di monitor suhu dengan - Warna kulit bayi tampak
alat yang sesuai yaitu berwarna merah
39

termometer dan rute yang - Bayi di tempatkan di


sesuai yaitu pada lipatan incubator dengan suhu
aksila. 34,2ᵒC
21.40 - Memonitor warna dan A : masalah keperawatan
suhu kulit ketidakefektifan
Hasil : warna kulit tampak thermoregulasi teratasi
merah sebagian.
21.45 - Menempatkan bayi P : lanjutkan intervensi
dibawah penghangat - Monitor suhu sesuai
Hasil : Bayi tampak di kebutuhan
tempatkan di incubator - Monitor warna dan suhu
dengan suhu 34,2ᵒC kulit
- Tempatkan bayi
dibawah penghangat

2. Ketidakefe Pagi
ktifan pola 08.05 - Membuat susu formula
S: by ny.m dalam keadaan
makan bayi sesuai dengan kebutuhan umum sedang
O:
bayi
- Bayi tampak pada posisi
Hasil : bayi mendapatkan
semi fowler ketika
susu sebanyak 20 ml.
menyusui
08.10 - Memegang bayi selama
- Refleks menghisap
menyusui
lemah
Hasil : memegang kepala
- Suplai asi tidak cukup
bayi setiap menyusui
- Bayi meminum susu
08.12 - Memposisikan bayi dengan
formula sebanyak
posisi semi fowler selama
Jam 08.00 – 10.00 = 10
menyusui
cc
Hasil : kepala bayi tampak
Jam 10.00 - 12.00 = 10
ditopang oleh tangan
cc
perawat
40

08.17 - Menyendawakan bayi Jam 12.00-14.00= 10 cc


sesering mungkin setelah A : masalah keperawatan
menyusui ketidakefektifan pola makan
Hasil : bayi terdengar bayi teratasi sebagian
bersendawa P : Intervensi dilanjutkan
08.18 - Memonitor reflek - Buat susu formula sesuai
menghisap bayi selama dengan kebutuhan bayi
menyusui - Posisikan bayi dengan
Hasil : reflek menghisap posisi semi fowler
bayi tampak lemah. Intake selama menyusu
susu 10. - Sendawakan bayi
10.09 - Membuat susu formula sesering mungkin
sesuai dengan kebutuhan setelah menyusui
bayi - Monitor reflek
Hasil : bayi mendapatkan menghisap bayi selama
susu sebanyak 20 ml. menyusu
10.13 - Memegang bayi selama - Monitor berat badan
menyusui bayi dengan tepat
Hasil : memegang kepala
bayi setiap menyusui
10.15 - Memposisikan bayi dengan
posisi semi fowler selama
menyusu
Hasil : kepala bayi tampak
ditopang oleh tangan
perawat
10.17 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
41

10.19 - Memonitor reflek


menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak lemah susu
yang diminum hanya10 cc

12.05 - Membuat susu formula


sesuai dengan kebutuhan
bayi
Hasil :
bayi mendapatkan susu
sebanyak 20 ml
12.07 - Memegang bayi selama
menyusui
Hasil : memegang kepala
bayi setiap menyusui
12.15 - Memposisikan bayi dengan
posisi semi fowler selama
menyusu
Hasil : kepala bayi tampak
ditopang oleh tangan
perawat
12.22 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
12.28 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
42

Hasil : reflek menghisap


bayi tampak lemah susu
yang dihabiskan 10 cc

Siang
14.10 - Membuat susu formula S: by ny.m dalam keadaan
umum sedang
sesuai dengan kebutuhan
bayi
O:
Hasil : bayi mendapatkan
- Bayi tampak pada posisi
susu sebanyak 20 cc
semi fowler ketika
14.17 - Memposisikan bayi dengan
menyusui
posisi semi fowler selama
- Refleks menghisap
menyusu
lemah
Hasil : kepala bayi tampak
- Suplai asi tidak cukup
ditopang oleh tangan
- Bayi meminum susu
perawat
formula sebanyak
14.27 - Menyendawakan bayi
jam 14.00-16.00 = 11cc
sesering mungkin setelah
jam 16.00-18.00 = 13 cc
menyusui
jam 18.00-20.00 = 12 cc
Hasil : bayi terdengar
jam 20.00-22.00 = 12 cc
bersendawa
14.29 - Memonitor reflek
A : masalah keperawatan
menghisap bayi selama
ketidakefektifan pola
menyusu
makan bayi teratasi
Hasil : reflek menghisap
sebagian
bayi tampak lemah, susu
P : Intervensi dilanjutkan
yang dihabiskan adalah 11
- Membuat susu formula
cc
sesuai dengan kebutuhan
bayi
16.02 - Membuat susu formula
- Posisikan bayi dengan
sesuai dengan kebutuhan
43

bayi posisi semi fowler


Hasil : bayi mendapatkan selama menyusu
susu sebanyak 20 cc - Sendawakan bayi
16.08 - Memposisikan bayi dengan sesering mungkin
posisi semi fowler selama setelah menyusui
menyusu - Monitor reflek
Hasil : kepala bayi tampak menghisap bayi selama
ditopang oleh tangan menyusu
perawat - Monitor berat badan
16.18 - Menyendawakan bayi bayi dengan tepat
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
16.20 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak lemah, susu
yang dihabiskan 13 cc

18.06 - Membuat susu formula


sesuai dengan kebutuhan
pasien
Hasil : pasien mendapatkan
susu sebanyak 20 cc.
18.12 - Memposisikan bayi dengan
posisi semi fowler selama
menyusu
Hasil : kepala bayi tampak
ditopang oleh tangan
44

perawat
18.17 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
18.20 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak lemah, susu
yang dihabiskan 12 cc

20.02 - Membuat susu formula


sesuai dengan kebutuhan
pasien
Hasil : pasien mendapatkan
susu sebanyak 20 cc.
20.07 - Memposisikan bayi dengan
posisi semi fowler selama
menyusu
Hasil : kepala bayi tampak
ditopang oleh tangan
perawat
20.16 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
20.20 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
45

menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak lemah, susu
yang dihabiskan 12 cc

Malam
22.04 - Membuat susu formula S: by ny.m dalam keadaan
umum sedang
sesuai dengan kebutuhan
O:
pasien
- Bayi tampak pada posisi
Hasil : pasien mendapatkan
semi fowler ketika
susu sebanyak 20 cc.
menyusui
22.08 - Memposisikan bayi dengan
- Refleks menghisap
posisi semi fowler selama
lemah
menyusu
- Suplai asi tidak cukup
Hasil : kepala bayi tampak
- Bayi meminum susu
ditopang oleh tangan
formula sebanyak
perawat
Jam 22.00-00.00 =10 cc
22.18 - Menyendawakan bayi
Jam 00.00-02.00 = 11 cc
sesering mungkin setelah
Jam 02.00-04.00 = 10 cc
menyusui
Jam 04.00-06.00 = 12 cc
Hasil : bayi terdengar
Jam 06.00-08.00 = 10 cc
bersendawa
- Bb bayi 1760 gram
22.20 - Memonitor reflek
- Terapi musik dilakukan
menghisap bayi selama
pada malam hari ketika
menyusu
ruangan sudah tidak ada
Hasil : reflek menghisap
aktivitas. Musik mozart
bayi tampak lemah, susu
diperdengarkan selama
yang dihabiskan 10 cc
30 menit.

A : masalah keperawatan
46

Terapi musik ketidakefektifan pola makan


23.30 - Membatasi stimulasi bayi teratasi sebagian
eksternal (misalnya:
cahaya, suara, P : Intervensi dilanjutkan
pengunjung, panggilan Pemberian makan
telepon) selama - Hangatkan formula
pengalaman sesuai suhu lingkungan
mendengarkan musik. sebelum diberikan pada
Hasil : terapi music bayi
diperdengarkan dimalam - Posisikan bayi dengan
hari dan kondisi ruangan posisi semi fowler
tampak tenang selama menyusu
23.34 - Mempastikan bahwa - Sendawakan bayi
volume musik adekuat dan sesering mungkin
tidak terlalu keras. setelah menyusui
Hasil : suara music - Monitor reflek
tampak disesuaikan menghisap bayi selama
dengan lingkungan menyusu
23.40 - Menghidupkan musik dan - Monitor berat badan
biarkan dalam waktu yang bayi dengan tepat
telah ditentukan.
Hasil : music tampak Terapi musik
diperdengarkan selama 30 - Batasi stimulasi
menit. eksternal (misalnya:
vahaya, suara,
00.03 - Membuat susu formula pengunjung, panggilan
sesuai dengan kebutuhan telepon) selama
pasien pengalaman
Hasil : pasien mendapatkan mendengarkan musik.
susu sebanyak 20 cc. - Pastikan bahwa volume
00.07 - Memposisikan bayi dengan musik adekuat dan
47

posisi semi fowler selama tidak terlalu keras.


menyusu - Hindari menghidupkan
Hasil : kepala bayi tampak musik dan biarkan
ditopang oleh tangan dalam waktu yang
perawat lama.
00.17 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
00.20 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak lemah, susu
yang dihabiskan 11 cc

02.03 - Membuat susu formula


sesuai dengan kebutuhan
pasien
Hasil : pasien mendapatkan
susu sebanyak 20 cc.
02.05 - Memegang bayi selama
menyusui
Hasil : memegang kepala
bayi setiap menyusui
02.07 - Memposisikan bayi dengan
posisi semi fowler selama
menyusu
Hasil : kepala bayi tampak
ditopang oleh tangan
48

perawat
02.17 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
02.20 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak lemah, susu
yang dihabiskan 10 cc

04.05 - Membuat susu formula


sesuai dengan kebutuhan
pasien
Hasil : pasien mendapatkan
susu sebanyak 20 cc.
04.09 - Memposisikan bayi dengan
posisi semi fowler selama
menyusu
Hasil : kepala bayi tampak
ditopang oleh tangan
perawat
04.19 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
04.21 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
49

menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak lemah, susu
yang dihabiskan 12 cc
04.35 - Memonitor berat badan
bayi dengan tepat
Hasil : BB 1760 gram

06.02 - Membuat susu formula


sesuai dengan kebutuhan
pasien
Hasil : pasien mendapatkan
susu sebanyak 20 cc.
06.07 - Memposisikan bayi dengan
posisi semi fowler selama
menyusu
Hasil : kepala bayi tampak
ditopang oleh tangan
perawat
06.15 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
06.17 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak lemah, susu
yang dihabiskan 10 cc
50

Implementasi Hari Ke-2


Hari/Tanggal Sabtu, 3 November 2018
No Diagnosa Dinas/J Implementasi Evaluasi
kep. am
1. Ketidakefe Pagi Pengaturan Suhu
ktifan 07.15 - Memonitor suhu sesuai S : bayi ny.m dalam keadaan
termoregul kebutuhan umum sedang
asi Hasil : Suhu 37,4ᵒ C O:
by di monitor suhu dengan - Suhu : 37,4ᵒ C
alat yang sesuai yaitu - Bayi di tempatkan di
termometer incubator dengan suhu
Dan rute yang sesuai yaitu 34,2ᵒC
disetiap lipatan ex: lipatan - Kulit bayi tampak ikterik
aksila. - Bayi tampak dilakukan
07.20 - Memonitor warna dan perawatan metode kanguru
suhu kulit (PMK) oleh ibunya selama
Hasil : kulit bayi tampak 70 menit.
ikterik - Bayi tampak tertidur dan
07.40 - Menempatkan bayi rileks selama PMK
dibawah penghangat berlangsung
Hasil : Bayi di tempatkan
di incubator dengan suhu A : masalah keperawatan
34,2ᵒC ketidakefektifan
thermoregulasi teratasi
Perawatan Kanguru sebagian.
10.30 - Instruksikan orangtua P : lanjutkan intervensi
untuk memakai sesuatu - Monitor suhu sesuai
yang nyaman seperti kain kebutuhan
yang dapat dibuka didepan - Monitor warna dan suhu
Hasil : ibu bayi tampak kulit
mengenakan pakaian - Tempatkan bayi dibawah
51

khusus untuk mendukung penghangat


berlangsungnya PMK
10.40 - Posisikan bayi yang
memakai popok dengan
posisi telungkup tegak
lurus di dada orang tua
yang terbuka
Hasil : bayi tampak pada
posisi telungkup tegak
lurus didada orang tua
10.50 - Dorong orang tua untuk
membiarkan bayi tidur
pada saat perawatan
Hasil : bayi tampak tertidur
dan tampak tenang dalam
dekapan dada ibunya. PMK
berlangsung selama 70
menit

Siang Pengaturan Suhu


14.30 - Memonitor suhu sesuai S : bayi ny.m dalam keadaan
kebutuhan umum sedang
Hasil : Suhu 37,1ᵒ C O:
by di monitor suhu dengan - Suhu : 37,1ᵒ C
alat yang sesuai yaitu - kulit bayi tampak ikterik
termometer - Bayi di tempatkan di
Dan rute yang sesuai yaitu incubator dengan suhu
disetiap lipatan ex: lipatan 34,2ᵒC
aksila. A : masalah keperawatan
14.35 - Memonitor warna dan ketidakefektifan
suhu kulit thermoregulasi teratasi
52

Hasil : kulit bayi tampak sebagian.


ikterik P : lanjutkan intervensi
14.50 - menempatkan bayi dibawah - Monitor suhu sesuai
penghangat kebutuhan
Hasil : Bayi di tempatkan - Monitor warna dan suhu
di incubator dengan suhu kulit
34,2ᵒC - Tempatkan bayi dibawah
penghangat

Malam Pengaturan Suhu


21.15 - Memonitor suhu sesuai S : bayi ny.m dalam keadaan
kebutuhan umum sedang
Hasil : Suhu 37,8ᵒ C O:
by di monitor suhu dengan - Suhu : 37,8ᵒ C
alat yang sesuai yaitu - Kulit bayi tampak ikterik
termometer - Bayi di tempatkan di
Dan rute yang sesuai yaitu incubator dengan suhu
disetiap lipatan ex: lipatan 34,2ᵒC
aksila. A : masalah keperawatan
21.20 - Memonitor warna dan ketidakefektifan
suhu kulit thermoregulasi teratasi
Hasil : kulit bayi tampak sebagian.
ikterik P : lanjutkan intervensi
22.00 - menempatkan bayi dibawah - Monitor suhu sesuai
penghangat kebutuhan
Hasil : Bayi di tempatkan - Monitor warna dan suhu
di incubator dengan suhu kulit
34,2ᵒC - Tempatkan bayi dibawah
penghangat
53

2. Ketidakefe Pagi Pemberian makan


S: by ny.m dalam keadaan
ktifan pola 08.05 - Membuat susu sesuai
umum sedang
makan bayi dengan kebutuhan bayi
Hasil : bayi mendapatkan O:
susu sebanyak 20 cc - Bayi tampak pada posisi
08.09 - Memposisikan bayi dengan semi fowler ketika
posisi semi fowler selama menyusui
menyusu - Refleks menghisap lemah
Hasil : bayi dalam posisi - Suplai asi tidak cukup
semi fowler - Bayi meminum susu
08.18 - Menyendawakan bayi formula sebanyak
sesering mungkin setelah Jam 08.00-10.00 = 12 cc
menyusui Jam 10.00-12.00 = 11 cc
Hasil : bayi terdengar Jam 12.00-14.00 = 10 cc
bersendawa - Bb bayi 1760 gram
08.20 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama A : masalah keperawatan
menyusu ketidakefektifan pola makan
Hasil : reflek menghisap bayi teratasi sebagian
bayi tampak lemah susu
yang dihabiskan sebanyak P : Intervensi dilanjutkan
12 cc Pemberian makan
- Hangatkan formula sesuai
10.09 - Membuat susu sesuai suhu lingkungan sebelum
dengan kebutuhan bayi diberikan pada bayi
Hasil : bayi mendapatkan - Pegang bayi selama
susu sebanyak 20 cc menyusui
10.15 - Memposisikan bayi dengan - Posisikan bayi dengan
posisi semi fowler selama posisi semi fowler selama
menyusu menyusu
Hasil : bayi dalam posisi - Sendawakan bayi sesering
54

semi fowler mungkin setelah menyusui


10.20 - Menyendawakan bayi - Monitor reflek menghisap
sesering mungkin setelah bayi selama menyusu
menyusui - Monitor berat badan bayi
Hasil : bayi terdengar dengan tepat
bersendawa
10.22 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak lemah susu
yang dihabiskan sebanyak
11 cc

12.08 - Membuat susu sesuai


dengan kebutuhan bayi
Hasil : bayi mendapatkan
susu sebanyak 20 cc
12.12 - Memposisikan bayi dengan
posisi semi fowler selama
menyusu
Hasil : bayi dalam posisi
semi fowler
12.22 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
12.25 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
55

Hasil : reflek menghisap


bayi tampak lemah susu
yang dihabiskan sebanyak
10 cc
Siang
14.08 - Membuat susu sesuai S: by ny.m dalam keadaan
umum sedang
dengan kebutuhan bayi
Hasil : bayi mendapatkan
O:
susu sebanyak 20 cc
- Bayi tampak pada posisi
14.12 - Memposisikan bayi dengan
semi fowler ketika
posisi semi fowler selama
menyusui
menyusu
- Refleks menghisap lemah
Hasil : bayi dalam posisi
- Suplai asi tidak cukup
semi fowler
- Bayi meminum susu
14.21 - Menyendawakan bayi
formula sebanyak
sesering mungkin setelah
Jam 14.00-16.00 = 15 cc
menyusui
Jam 16.00-18.00 = 13 cc
Hasil : bayi terdengar
Jam 18.00-20.00 = 13 cc
bersendawa
Jam 20.00-22.00 = 12 cc
14.23 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
A : masalah keperawatan
menyusu
ketidakefektifan pola makan
Hasil : reflek menghisap
bayi teratasi sebagian
bayi tampak lemah, susu
yang dihabiskan sebanyak
P : Intervensi dilanjutkan
15 cc
- Buat susu formula sesuai
dengan kebutuhan bayi
16.01 - Membuat susu sesuai
- Posisikan bayi dengan
dengan kebutuhan bayi
posisi semi fowler selama
Hasil : bayi mendapatkan
menyusu
susu sebanyak 20 cc
56

16.06 - Memposisikan bayi dengan - Sendawakan bayi sesering


posisi semi fowler selama mungkin setelah menyusui
menyusu - Monitor reflek menghisap
Hasil : bayi dalam posisi bayi selama menyusu
semi fowler - Monitor berat badan bayi
16.15 - Menyendawakan bayi dengan tepat
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
16.18 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak lemah susu
yang dihabiskan sebanyak
13 cc

18.01 - Membuat susu sesuai


dengan kebutuhan bayi
Hasil : bayi mendapatkan
susu sebanyak 20 cc
18.05 - Memposisikan bayi dengan
posisi semi fowler selama
menyusu
Hasil : bayi dalam posisi
semi fowler
18.15 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
57

bersendawa
18.17 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak lemah susu
yang dihabiskan sebanyak
13 cc

20.03 - Membuat susu sesuai


dengan kebutuhan bayi
Hasil : bayi mendapatkan
susu sebanyak 20 cc
20.07 - Memposisikan bayi dengan
posisi semi fowler selama
menyusu
Hasil : bayi dalam posisi
semi fowler
20.18 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
20.21 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak lemah susu
yang dihabiskan sebanyak
12 cc
58

Malam
S: by ny.m dalam keadaan
22.02 - Membuat susu sesuai
umum sedang
dengan kebutuhan bayi
Hasil : bayi mendapatkan O:
susu sebanyak 20 cc - Bayi tampak pada posisi
22.04 - Memegang bayi selama semi fowler ketika
menyusui menyusui
Hasil : memegang kepala - Refleks menghisap lemah
bayi setiap menyusui - Suplai asi tidak cukup
22.06 - Memposisikan bayi dengan - Bayi meminum susu
posisi semi fowler selama formula sebanyak
menyusu Jam 22.00-00.00 = 12 cc
Hasil : bayi dalam posisi Jam 00.00-02.00 = 10 cc
semi fowler Jam 02.00-04.00 = 13 cc
22.16 - Menyendawakan bayi Jam 04.00-06.00 = 11 cc
sesering mungkin setelah Jam 06.00-08.00 = 13 cc
menyusui - Bb bayi 1700 gram
Hasil : bayi terdengar - Terapi musik dilakukan
bersendawa pada malam hari ketika
22.19 - Memonitor reflek ruangan sudah tidak ada
menghisap bayi selama aktivitas. Musik mozart
menyusu diperdengarkan selama 30
Hasil : reflek menghisap menit.
bayi tampak lemah susu A : masalah keperawatan
yang dihabiskan sebanyak ketidakefektifan pola makan
12 cc bayi teratasi sebagian

Terapi musik P : Intervensi dilanjutkan


23.45 - Membatasi stimulasi Pemberian makan
eksternal (misalnya: - Buat susu formula sesuai
cahaya, suara, dengan kebutuhan bayi.
59

pengunjung, panggilan - Posisikan bayi dengan


telepon) selama posisi semi fowler selama
pengalaman menyusu
mendengarkan musik. - Sendawakan bayi sesering
Hasil : terapi music mungkin setelah menyusui
diperdengarkan dimalam - Monitor reflek menghisap
hari dan kondisi ruangan bayi selama menyusu
tampak tenang - Monitor berat badan bayi
23.50 - Mempastikan bahwa dengan tepat
volume musik adekuat dan
tidak terlalu keras. Terapi musik
Hasil : suara music - Batasi stimulasi eksternal
tampak disesuaikan (misalnya: cahaya, suara,
dengan lingkungan pengunjung, panggilan
23.55 - Menghindari telepon) selama
menghidupkan musik dan pengalaman
biarkan dalam waktu yang mendengarkan musik.
lama. - Pastikan bahwa volume
Hasil : music tampak musik adekuat dan tidak
diperdengarkan selama 30 terlalu keras.
menit - Hindari menghidupkan
musik dan biarkan dalam
00.01 - Membuat susu sesuai waktu yang lama.
dengan kebutuhan bayi
Hasil : bayi mendapatkan
susu sebanyak 20 cc
00.05 - Memposisikan bayi dengan
posisi semi fowler selama
menyusu
Hasil : bayi dalam posisi
semi fowler
60

00.17 - Menyendawakan bayi


sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
00.19 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak lemah susu
yang dihabiskan sebanyak
10 cc

02.03 - Membuat susu sesuai


dengan kebutuhan bayi
Hasil : bayi mendapatkan
susu sebanyak 20 cc
02.07 - Memposisikan bayi dengan
posisi semi fowler selama
menyusu
Hasil : bayi dalam posisi
semi fowler
02.17 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
02.19 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
61

bayi tampak lemah susu


yang dihabiskan sebanyak
13 cc

04.03 - Membuat susu sesuai


dengan kebutuhan bayi
Hasil : bayi mendapatkan
susu sebanyak 20 cc
04.09 - Memposisikan bayi dengan
posisi semi fowler selama
menyusu
Hasil : bayi dalam posisi
semi fowler
04.18 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
04.20 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak lemah susu
yang dihabiskan sebanyak
11 cc
04.45 - Memonitor berat badan
bayi dengan tepat
Hasil : BB 1700 gram

06.01 - Membuat susu sesuai


dengan kebutuhan bayi
62

Hasil : bayi mendapatkan


susu sebanyak 20 cc
06.06 - Memposisikan bayi dengan
posisi semi fowler selama
menyusu
Hasil : bayi dalam posisi
semi fowler
06.17 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
06.19 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak lemah susu
yang dihabiskan sebanyak
13 cc

3 Icterus Pagi
neonatus 09.00 - Menempatkan lampu foto S : By. Ny. M dalam keadaan
terapi diatas bayi dengan sedang
tinggi yang sesuai O:
HASIL: tampak ada - Bayi tampak berada di
fototerapi menyinari dalam inkubator
diatas bayi dengan tinggi - Bayi tampak tersinari
yang sesuai oleh alat fototerapi
09.10 - Menutup kedua mata - Mata bayi tampak di
bayi, hindari perekanan tertutup
yang berlebihan A : masalah keperawatan
63

HASIL: mata bayi icterus neonates teratasi


tampak tertutupi oleh kasa sebagian
yang dimodifikasi seperti P : Lanjutkan intervensi
kacamata - Tempatkan lampu foto
terapi diatas bayi dengan
tinggi yang sesuai
- Tutupi kedua mata bayi,
hindari perekanan yang
berlebihan
- Periksa kadar serum
bilirubin
64

Implementasi Hari Ke-3


Hari/Tanggal Senin, 5 November 2018
No Diagnosa Kep Jam Implementasi Evaluasi
1 Ketidakefektif Pagi Pengaturan Suhu S : bayi ny.m dalam
an 07.02 - Memonitor suhu sesuai keadaan umum sedang
termoregulasi kebutuhan O:
Hasil : Suhu 36,5ᵒ C by di - Suhu : 36,5ᵒ C
monitor suhu dengan alat - Bayi di tempatkan di
yang sesuai yaitu incubator dengan suhu
termometer Dan rute yang 34,2ᵒC
sesuai yaitu lipatan aksila. - Kulit bayi masih
07.50 - Memonitor warna dan ikterik
suhu kulit A : masalah keperawatan
Hasil : kulit bayi tampak ketidakefektifan
ikterik thermoregulasi teratasi
- Tempatkan bayi dibawah sebagian.
penghangat P : lanjutkan intervensi
Hasil : Bayi di tempatkan - Monitor suhu sesuai
di incubator dengan suhu kebutuhan
34,2ᵒC - Monitor warna dan
suhu kulit

Siang Pengaturan Suhu S : bayi ny.m dalam


14.17 - Memonitor suhu sesuai keadaan umum sedang
kebutuhan O:
Hasil : Suhu 37,5ᵒ C - Suhu : 37,5ᵒ C
by di monitor suhu - Bayi di tempatkan di
dengan alat yang sesuai incubator dengan suhu
yaitu termometer 34,2ᵒC
Dan rute yang sesuai - Kulit bayi tampak
yaitu dilipatan aksila. ikterik
65

15.00 - Memonitor warna dan A : masalah keperawatan


suhu kulit ketidakefektifan
Hasil : kulit bayi tampak thermoregulasi teratasi
ikterik sebagian.
16.10 - Menempatkan bayi P : lanjutkan intervensi
dibawah penghangat - Monitor suhu sesuai
Hasil : Bayi tampak di kebutuhan.
tempatkan di incubator - Monitor warna dan
dengan suhu 34,2ᵒC suhu kulit
- Tempatkan bayi
dibawah penghangat

Malam Pengaturan Suhu


21.08 - Memonitor suhu sesuai S : bayi ny.m dalam
kebutuhan keadaan umum sedang
Hasil : Suhu 36,8ᵒ C O:
by di monitor suhu - Suhu : 36,8ᵒ C
dengan alat yang sesuai - kulit bayi tampak
yaitu termometer Ikerik
Dan rute yang sesuai - Bayi di tempatkan di
yaitu lipatan aksila. incubator dengan suhu
- Memonitor warna dan 34,2ᵒC
suhu kulit
Hasil : kulit bayi tampak A : masalah keperawatan
Ikerik ketidakefektifan
- Menempatkan bayi thermoregulasi teratasi
dibawah penghangat sebagian.
Hasil : Bayi tampak di P : lanjutkan intervensi
tempatkan di incubator - Monitor suhu sesuai
dengan suhu 34,2ᵒC kebutuhan
- Tempatkan bayi
66

dibawah penghangat.
- Memonitor warna dan
suhu kulit

2 Ketidakefektif Pagi Pemberian makan S: by ny.m dalam keadaan


umum sedang
an pola 08.05 - Membuat susu sesuai
makan bayi dengan kebutuhan pasien
O:
Hasil : pasien
- Bayi tampak pada
mendapatkan susu
posisi semi fowler
sebanyak 20 cc
ketika menyusui
08.07 - Memposisikan bayi
- Refleks menghisap
dengan posisi semi fowler
membaik
selama menyusu
- Suplai asi tidak cukup
Hasil : bayi dalam posisi
- Bayi meminum susu
semi fowler
formula sebanyak
08.15 - Menyendawakan bayi
Jam 08.00-10.00 = 15 cc
sesering mungkin setelah
Jam 10.00-12.00 = 15 cc
menyusui
Jam 12.00-14.00 = 15 cc
Hasil : bayi terdengar
- Bb bayi 1700 gram
bersendawa
08.18 - Memonitor reflek
A : masalah keperawatan
menghisap bayi selama
ketidakefektifan pola
menyusu
makan bayi teratasi
Hasil : reflek menghisap
sebagian
bayi tampak membaik,
susu yang dihabiskan 15
P : Intervensi dilanjutkan
cc
Pemberian makan
10.03 - Membuat susu sesuai
- Hangatkan formula
dengan kebutuhan pasien
sesuai suhu
Hasil : pasien
lingkungan sebelum
mendapatkan susu
67

sebanyak 20 cc diberikan pada bayi


10.05 - Memposisikan bayi - Posisikan bayi dengan
dengan posisi semi fowler posisi semi fowler
selama menyusu selama menyusu
Hasil : bayi dalam posisi - Sendawakan bayi
semi fowler sesering mungkin
10.15 - Menyendawakan bayi setelah menyusui
sesering mungkin setelah - Monitor reflek
menyusui menghisap bayi
Hasil : bayi terdengar selama menyusu
bersendawa - Monitor berat badan
10.17 - Memonitor reflek bayi dengan tepat
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak membaik,
susu yang dihabiskan 15
cc

12.04 - Membuat susu sesuai


dengan kebutuhan pasien
Hasil : pasien
mendapatkan susu
sebanyak 20 cc

12.07 - Memposisikan bayi


dengan posisi semi fowler
selama menyusu
Hasil : bayi dalam posisi
semi fowler
12.16 - Menyendawakan bayi
68

sesering mungkin setelah


menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
12.19 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak membaik,
susu yang dihabiskan 15
cc

Siang
14.03 - Membuat susu sesuai S: by ny.m dalam keadaan
umum sedang
dengan kebutuhan pasien
O:
Hasil : pasien
- Bayi tampak pada
mendapatkan susu
posisi semi fowler
sebanyak 20 cc
ketika menyusui
14.07 - Memposisikan bayi
- Refleks menghisap
dengan posisi semi fowler
membaik
selama menyusu
- Suplai asi tidak cukup
Hasil : bayi dalam posisi
- Bayi meminum susu
semi fowler
formula sebanyak:
14.16 - Menyendawakan bayi
Jam 14.00 – 16.00 = 12 cc
sesering mungkin setelah
Jam 16.00 – 18.00 = 14 cc
menyusui
Jam 18.00 – 20.00 = 13 cc
Hasil : bayi terdengar
Jam 20.00 – 21.00 = 10 cc
bersendawa
A : masalah keperawatan
14.19 - Memonitor reflek
ketidakefektifan pola
menghisap bayi selama
makan bayi teratasi
menyusu
69

Hasil : reflek menghisap sebagian


bayi tampak membaik,
susu yang dihabiskan 12 P : Intervensi dilanjutkan
cc Pemberian makan
- Hangatkan formula
16.02 - Membuat susu sesuai sesuai suhu
dengan kebutuhan pasien lingkungan sebelum
Hasil : pasien diberikan pada bayi
mendapatkan susu - Posisikan bayi dengan
sebanyak 20 cc posisi semi fowler
16.04 - Memposisikan bayi selama menyusu
dengan posisi semi fowler - Sendawakan bayi
selama menyusu sesering mungkin
Hasil : bayi dalam posisi setelah menyusui
semi fowler - Monitor reflek
16.15 - Menyendawakan bayi menghisap bayi
sesering mungkin setelah selama menyusu
menyusui - Monitor berat badan
Hasil : bayi terdengar bayi dengan tepat
bersendawa
16.18 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak membaik,
susu yang dihabiskan 14
cc

18.02 - Membuat susu sesuai


dengan kebutuhan pasien
Hasil : pasien
70

mendapatkan susu
sebanyak 20 cc
18.05 - Memposisikan bayi
dengan posisi semi fowler
selama menyusu
Hasil : bayi dalam posisi
semi fowler
18.14 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
18.17 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak membaik,
susu yang dihabiskan 13
cc

20.03 - Membuat susu sesuai


dengan kebutuhan pasien
Hasil : pasien
mendapatkan susu
sebanyak 20 cc
20.04 - Memposisikan bayi
dengan posisi semi fowler
selama menyusu
Hasil : bayi dalam posisi
semi fowler
20.12 - Menyendawakan bayi
71

sesering mungkin setelah


menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
20.15 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak membaik,
susu yang dihabiskan 10
cc

Malam
22.04 - Membuat susu sesuai S: by ny.m dalam keadaan
umum sedang
dengan kebutuhan pasien
O:
Hasil : pasien
- Bayi tampak pada
mendapatkan susu
posisi semi fowler
sebanyak 20 cc
ketika menyusui
22.06 - Memposisikan bayi
- Refleks menghisap
dengan posisi semi fowler
membaik
selama menyusu
- Suplai asi tidak cukup
Hasil : bayi dalam posisi
- Bayi meminum susu
semi fowler
formula sebanyak :
22.15 - Menyendawakan bayi
Jam 21.00 – 23.00 = 15 cc
sesering mungkin setelah
Jam 22.00 – 00.00 = 15 cc
menyusui
Jam 00.00 – 02.00 = 11 cc
Hasil : bayi terdengar
Jam 02.00 – 04.00 = 12 cc
bersendawa
Jam 04.00 – 06.00 = 13 cc
22.18 - Memonitor reflek
- Bb bayi 1740 gram
menghisap bayi selama
- Terapi musik
menyusu
72

Hasil : reflek menghisap dilakukan pada malam


bayi tampak membaik, hari ketika ruangan
susu yang dihabiskan 15 sudah tidak ada
cc aktivitas. Musik
mozart
Terapi musik diperdengarkan
23.40 - Membatasi stimulasi selama 30 menit.
eksternal (misalnya:
cahaya, suara, A : masalah keperawatan
pengunjung, panggilan ketidakefektifan pola
telepon) selama makan bayi teratasi
pengalaman sebagian
mendengarkan musik.
Hasil : terapi music P : Intervensi dilanjutkan
diperdengarkan dimalam Pemberian makan
hari dan kondisi ruangan - Hangatkan formula
tampak tenang sesuai suhu
23.50 - Mempastikan bahwa lingkungan sebelum
volume musik adekuat diberikan pada bayi
dan tidak terlalu keras. - Posisikan bayi dengan
Hasil : suara music posisi semi fowler
tampak disesuaikan selama menyusu
dengan lingkungan - Sendawakan bayi
00.00 - Menghindari sesering mungkin
menghidupkan musik setelah menyusui
dan biarkan dalam waktu - Monitor reflek
yang lama. menghisap bayi
Hasil : music tampak selama menyusu
diperdengarkan selama 30 - Monitor berat badan
menit bayi dengan tepat
73

00.03 - Membuat susu sesuai


dengan kebutuhan pasien Terapi musik
Hasil : pasien - Batasi stimulasi
mendapatkan susu eksternal (misalnya:
sebanyak 20 cc cahaya, suara,
00.06 - Memposisikan bayi pengunjung,
dengan posisi semi fowler panggilan telepon)
selama menyusu selama pengalaman
Hasil : bayi dalam posisi mendengarkan
semi fowler musik.
00.14 - Menyendawakan bayi - Pastikan bahwa
sesering mungkin setelah volume musik
menyusui adekuat dan tidak
Hasil : bayi terdengar terlalu keras.
bersendawa - Hindari
00.15 - Memonitor reflek menghidupkan musik
menghisap bayi selama dan biarkan dalam
menyusu waktu yang lama.
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak membaik,
susu yang dihabiskan 11
cc

02.03 - Membuat susu sesuai


dengan kebutuhan pasien
Hasil : pasien
mendapatkan susu
sebanyak 20 cc
02.05 - Memposisikan bayi
dengan posisi semi fowler
selama menyusu
74

Hasil : bayi dalam posisi


semi fowler
02.14 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
02.16 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak membaik,
susu yang dihabiskan 12
cc

04.00 - Membuat susu sesuai


dengan kebutuhan pasien
Hasil : pasien
mendapatkan susu
sebanyak 20 cc
04.04 - Memposisikan bayi
dengan posisi semi fowler
selama menyusu
Hasil : bayi dalam posisi
semi fowler
04.13 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
04.16 - Memonitor reflek
75

menghisap bayi selama


menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak membaik,
susu yang dihabiskan 13
cc
04.39 - Memonitor berat badan
bayi dengan tepat
Hasil : BB 1700 gram

3. Icterus - Menutupi kedua mata S : By. Ny. M dalam


neonatus bayi, hindari perekanan keadaan sedang
yang berlebihan O:
Hasil : observasi kaca - Bayi tampak tersinari
mata yang dikenakan oleh alat fototerapi
bayi - Mata bayi tampak
- Berkolaborasi : tertutup
memeriksa kadar serum - Hasil pemeriksaan
bilirubin kadar bilirubin total
Hasil : hasil 9,25 mg/dl.
pemeriksaan Bilirubin A : masalah keperawatan
9,25 mg/dl icterus neonates teratasi.
- Melaporkan hasil P : Hentikan intervansi
laboratorium pada - Edukasi kepada
dokter keluarga untuk
Hasil : dokter melakukan
mengintruksikan jika penjemuran bayi pada
kadar bilirubin total <11 pagi hari di rumah.
mg/dl, fototerapi
dihentikan
76

Implementasi Hari Ke 4
Hari/Tanggal Selasa, 6 November 2018
No Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Ketidak Pagi Pengaturan Suhu
efektifan 07.15 - Memonitor suhu sesuai S : bayi ny.m dalam
termoregulasi kebutuhan keadaan umum sedang
Hasil : Suhu 37,0ᵒ C O:
by di monitor suhu - Suhu : 37,0ᵒ C
dengan alat yang sesuai - Bayi di tempatkan di
yaitu termometer incubator dengan suhu
Dan rute yang sesuai 34,2ᵒC
yaitu lipatan aksila. - Kulit bayi merah
07.30 - Memonitor warna dan A : masalah keperawatan
suhu kulit ketidakefektifan
Hasil : kulit bayi tampak thermoregulasi teratasi
merah sebagian.
07.50 - Menempatkan bayi P : lanjutkan intervensi
dibawah penghangat - Monitor suhu sesuai
Hasil : Bayi tampak di kebutuhan
tempatkan di incubator - Tempatkan bayi
dengan suhu 34,2ᵒC dibawah penghangat

Siang Pengaturan Suhu


14.14 - Memonitor suhu sesuai S : bayi ny.m dalam
kebutuhan keadaan umum sedang
Hasil : Suhu 37,2ᵒ C O:
by di monitor suhu - Suhu : 37,2ᵒ C
dengan alat yang sesuai - Bayi di tempatkan di
yaitu termometer incubator dengan suhu
Dan rute yang sesuai 34,2ᵒC
77

yaitu lipatan aksila. - Pada jam 17.20 bayi


- Menempatkan bayi tampak sudah
14.50 dibawah penghangat dikeluarkan dari
Hasil : Bayi tampak di inkubator dan
tempatkan di incubator ditempatkan di boks
dengan suhu 34,2ᵒC bayi terbuka
neonatologi level 1
A : masalah keperawatan
ketidakefektifan
thermoregulasi teratasi
sebagian.
P : lanjutkan intervensi
- Monitor suhu sesuai
kebutuhan
- Tempatkan bayi
dibawah penghangat
Malam Pengaturan Suhu
21.30 - Memonitor suhu sesuai S : bayi ny.m dalam
kebutuhan keadaan umum sedang
Hasil : Suhu 36,3ᵒ C O:
by di monitor suhu - Suhu : 36,3ᵒ C
dengan alat yang sesuai - Bayi tampak di boks
yaitu termometer terbuka dengan tubuh
Dan rute yang sesuai bayi dibedong, terpakai
yaitu lipatan aksila. topi, selimut dan
22.00 - Memberikan penghangat sarung tangan
pasif (topi, selimut, dll) A : masalah keperawatan
Hasil : Bayi tampak di ketidakefektifan
boks terbuka dengan thermoregulasi teratasi
tubuh bayi dibedong, sebagian.
terpakai topi, selimut dan P : lanjutkan intervensi
78

sarung tangan - Monitor suhu sesuai


kebutuhan
- Berikan penghangat
pasif (topi, selimut, dll)

2. Ketidakefektif Pagi
S: by ny.m dalam keadaan
an pola 08.05 - Membuat susu sesuai
umum sedang
makan bayi dengan kebutuhan pasien O:
Hasil : pasien - Bayi tampak pada
mendapatkan susu posisi semi fowler
sebanyak 20 cc ketika menyusui
08.08 - Memposisikan bayi - Refleks menghisap
dengan posisi semi fowler membaik
selama menyusu - Suplai asi tidak cukup
Hasil : bayi dalam posisi - Bayi meminum susu
semi fowler formula sebanyak
08.14 - Menyendawakan bayi Jam 08.00 – 10.00 = 15 cc
sesering mungkin setelah Jam 10.00 – 12.00 = 16 cc
menyusui Jam 12.00 – 14.00 = 13 cc
Hasil : bayi terdengar A : masalah keperawatan
bersendawa ketidakefektifan pola
08.18 - Memonitor reflek makan bayi teratasi
menghisap bayi selama sebagian
menyusu
Hasil : reflek menghisap P : Intervensi dilanjutkan
bayi tampak membaik, Pemberian makan
susu yang dihabiskan 15 - Hangatkan formula
cc sesuai suhu lingkungan
sebelum diberikan
10.03 - Membuat susu sesuai pada bayi
dengan kebutuhan pasien - Posisikan bayi dengan
79

Hasil : pasien posisi semi fowler


mendapatkan susu selama menyusu
sebanyak 20 cc - Sendawakan bayi
10.06 - Memposisikan bayi sesering mungkin
dengan posisi semi fowler setelah menyusui
selama menyusu - Monitor reflek
Hasil : bayi dalam posisi menghisap bayi selama
semi fowler menyusu
10.14 - Menyendawakan bayi - Monitor berat badan
sesering mungkin setelah bayi dengan tepat
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
10.17 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak membaik,
susu yang dihabiskan 16
cc

12.05 - Membuat susu sesuai


dengan kebutuhan pasien
Hasil : pasien
mendapatkan susu
sebanyak 20 cc
12.07 - Memposisikan bayi
dengan posisi semi fowler
selama menyusu
Hasil : bayi dalam posisi
semi fowler
80

12.16 - Menyendawakan bayi


sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
12.19 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak membaik,
susu yang dihabiskan 13
cc
Siang
14.06 - Membuat susu sesuai S: by ny.m dalam keadaan
umum sedang
dengan kebutuhan pasien
O:
Hasil : pasien
- Bayi tampak pada
mendapatkan susu
posisi semi fowler
sebanyak 20 cc
ketika menyusui
14.08 - Memposisikan bayi
- Refleks menghisap
dengan posisi semi fowler
membaik
selama menyusu
- Suplai asi tidak cukup
Hasil : bayi dalam posisi
- Bayi meminum susu
semi fowler
formula
14.17 - Menyendawakan bayi
Jam 14.00 – 16.00 = 17 cc
sesering mungkin setelah
Jam 16.00 – 18.00 = 18 cc
menyusui
Jam 18.00 – 20.00 = 17 cc
Hasil : bayi terdengar
Jam 20.00 – 22.00 = 14 cc
bersendawa
14.19 - Memonitor reflek
A : masalah keperawatan
menghisap bayi selama
ketidakefektifan pola
menyusu
81

Hasil : reflek menghisap makan bayi teratasi


bayi tampak membaik, sebagian
susu yang dihabiskan 17
cc P : Intervensi dilanjutkan
Pemberian makan
16.07 - Membuat susu sesuai - Hangatkan formula
dengan kebutuhan pasien sesuai suhu lingkungan
Hasil : pasien sebelum diberikan
mendapatkan susu pada bayi
sebanyak 20 cc - Posisikan bayi dengan
16.08 - Memposisikan bayi posisi semi fowler
dengan posisi semi fowler selama menyusu
selama menyusu - Sendawakan bayi
Hasil : bayi dalam posisi sesering mungkin
semi fowler setelah menyusui
16.15 - Menyendawakan bayi - Monitor reflek
sesering mungkin setelah menghisap bayi selama
menyusui menyusu
Hasil : bayi terdengar - Monitor berat badan
bersendawa bayi dengan tepat
16.17 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak membaik,
susu yang dihabiskan 18
cc

18.04 - Membuat susu sesuai


dengan kebutuhan pasien
Hasil : pasien
82

mendapatkan susu
sebanyak 20 cc
18.06 - Memposisikan bayi
dengan posisi semi fowler
selama menyusu
Hasil : bayi dalam posisi
semi fowler
18.18 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
18.20 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak membaik,
susu yang dihabiskan 17
cc

20.04 - Membuat susu sesuai


dengan kebutuhan pasien
Hasil : pasien
mendapatkan susu
sebanyak 20 cc
20.06 - Memposisikan bayi
dengan posisi semi fowler
selama menyusu
Hasil : bayi dalam posisi
semi fowler
20.17 - Menyendawakan bayi
83

sesering mungkin setelah


menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
20.19 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak membaik,
susu yang dihabiskan 14
cc
Malam
22.03 - Membuat susu sesuai S: by ny.m dalam keadaan
umum sedang
dengan kebutuhan pasien
O:
Hasil : pasien
- Bayi tampak pada
mendapatkan susu
posisi semi fowler
sebanyak 20 cc
ketika menyusui
22.06 - Memposisikan bayi
- Refleks menghisap
dengan posisi semi fowler
membaik
selama menyusu
- Suplai asi tidak cukup
Hasil : bayi dalam posisi
- Bayi meminum susu
semi fowler
formula sebanyak
22.15 - Menyendawakan bayi
Jam 22.00-24.00= 17 cc
sesering mungkin setelah
Jam 00.00-02.00= 18 cc
menyusui
Jam 02.00-04.00= 18 cc
Hasil : bayi terdengar
Jam 04.00-06.00= 18 cc
bersendawa
- Berat badan bayi 1760
22.18 - Memonitor reflek
gram
menghisap bayi selama
- Terapi musik
menyusu
dilakukan pada malam
Hasil : reflek menghisap
84

bayi tampak membaik, hari ketika ruangan


susu yang dihabiskan 17 sudah tidak ada
cc aktivitas. Musik
mozart diperdengarkan
Terapi musik selama 30 menit.
23.45 - Membatasi stimulasi
eksternal (misalnya: A : masalah keperawatan
cahaya, suara, ketidakefektifan pola
pengunjung, panggilan makan bayi teratasi
telepon) selama sebagian
pengalaman
mendengarkan musik. P : Intervensi dilanjutkan
Hasil : terapi music Pemberian makan
diperdengarkan dimalam - Hangatkan formula
hari dan kondisi ruangan sesuai suhu lingkungan
tampak tenang sebelum diberikan
00.16 - Mempastikan bahwa pada bayi
volume musik adekuat - Posisikan bayi dengan
dan tidak terlalu keras. posisi semi fowler
Hasil : suara music selama menyusu
tampak disesuaikan - Sendawakan bayi
dengan lingkungan sesering mungkin
00.20 - Menghindari setelah menyusui
menghidupkan musik - Monitor reflek
dan biarkan dalam waktu menghisap bayi selama
yang lama. menyusu
Hasil : music tampak - Monitor berat badan
diperdengarkan selama 60 bayi dengan tepat
menit
Terapi musik
00.04 - Membuat susu sesuai - Batasi stimulasi
85

dengan kebutuhan pasien eksternal (misalnya:


Hasil : pasien cahaya, suara,
mendapatkan susu pengunjung,
sebanyak 20 cc panggilan telepon)
00.07 - Memposisikan bayi selama pengalaman
dengan posisi semi fowler mendengarkan musik.
selama menyusu - Pastikan bahwa
Hasil : bayi dalam posisi volume musik
semi fowler adekuat dan tidak
00.17 - Menyendawakan bayi terlalu keras.
sesering mungkin setelah - Hindari
menyusui menghidupkan musik
Hasil : bayi terdengar dan biarkan dalam
bersendawa waktu yang lama.
00.19 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak membaik,
susu yang dihabiskan 18
cc

02.05 - Membuat susu sesuai


dengan kebutuhan pasien
Hasil : pasien
mendapatkan susu
sebanyak 20 cc
02.07 - Memposisikan bayi
dengan posisi semi fowler
selama menyusu
Hasil : bayi dalam posisi
86

semi fowler
02.15 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
02.17 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak membaik,
susu yang dihabiskan 17
cc

04.06 - Membuat susu sesuai


dengan kebutuhan pasien
Hasil : pasien
mendapatkan susu
sebanyak 20 cc
04.09 - Memposisikan bayi
dengan posisi semi fowler
selama menyusu
Hasil : bayi dalam posisi
semi fowler
04.18 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
04.20 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
87

menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak membaik,
susu yang dihabiskan 18
cc
04.47 - Memonitor berat badan
bayi dengan tepat
Hasil : BB 1740 gram

06.03 - Membuat susu sesuai


dengan kebutuhan pasien
Hasil : pasien
mendapatkan susu
sebanyak 20 cc
06.06 - Memposisikan bayi
dengan posisi semi fowler
selama menyusu
Hasil : bayi dalam posisi
semi fowler
06.15 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
06.19 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak membaik,
susu yang dihabiskan 18
cc
88

Implementasi Hari Ke - 5
Hari/Tanggal Rabu, 7 November 2018
No Diagnose Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 Ketidak Pagi Pengaturan Suhu
efektifan 07.46 - Memonitor suhu sesuai S : bayi ny.m dalam
termoregulasi kebutuhan keadaan umum sedang
Hasil : Suhu 36,2ᵒ C O:
by di monitor suhu - Suhu 36,2ᵒ C
dengan alat yang sesuai - Bayi tampak di boks

yaitu termometer terbuka dengan tubuh

Dan rute yang sesuai bayi dibedong,

yaitu lipatan aksila. terpakai topi, selimut

07.59 - Memberikan penghangat dan sarung tangan

pasif (topi, selimut, dll) A : masalah keperawatan

Hasil : Bayi tampak di ketidakefektifan


boks terbuka dengan thermoregulasi sebagian
tubuh bayi dibedong, teratasi.
terpakai topi, selimut dan P : lanjutkan intervensi
sarung tangan - Monitor suhu sesuai
kebutuhan.

Siang Pengaturan Suhu


14.10 - Memonitor suhu sesuai S : bayi ny.m dalam
kebutuhan keadaan umum sedang

Hasil : Suhu 36,5ᵒ C O:

by di suhu -
monitor Suhu : 36,5ᵒ C

dengan alat yang sesuai - Bayi tampak di boks

yaitu termometer terbuka dengan tubuh

Dan rute yang sesuai bayi dibedong, terpakai

yaitu lipatan aksila. topi, selimut dan


89

- Memberikan penghangat sarung tangan


pasif (topi, selimut, dll) A : masalah keperawatan
Hasil : Bayi tampak di ketidakefektifan
boks terbuka dengan thermoregulasi sudah
tubuh bayi dibedong, teratasi.
terpakai topi, selimut dan P : hentikan intervensi
sarung tangan - By. Ny M pulang

2. Ketidakefektif Pagi Pemberian makan


S: by ny.m dalam keadaan
an pola 08.05 - Membuat susu sesuai
umum sedang
makan bayi dengan kebutuhan pasien O:
Hasil : pasien - Bayi tampak pada
mendapatkan susu posisi semi fowler
sebanyak 20 cc ketika menyusui
08.08 - Memposisikan bayi - Refleks menghisap
dengan posisi semi fowler baik
selama menyusu - Susu yang dihabiskan
Hasil : bayi dalam posisi sebanyak
semi fowler Jam 08.00-10.00 = 19 cc
08.14 - Menyendawakan bayi Jam 10.00-12.00 = 20 cc
sesering mungkin setelah Jam 12.00-14.00 = 18 cc
menyusui A : masalah keperawatan
Hasil : bayi terdengar ketidakefektifan pola
bersendawa makan bayi teratasi.
08.18 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama P : Hentikan Intervensi
menyusu - By. Ny. M persiapan
Hasil : reflek menghisap pulang
bayi baik, susu yang - Edukasi kepada Ny. M
dihabiskan 19 cc cara menyusui yang
baik.
90

10.03 - Membuat susu sesuai


dengan kebutuhan pasien
Hasil : pasien
mendapatkan susu
sebanyak 20 cc
10.06 - Memposisikan bayi
dengan posisi semi fowler
selama menyusu
Hasil : bayi dalam posisi
semi fowler
10.14 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
10.17 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi baik, susu yang
dihabiskan 20 cc

12.05 - Membuat susu sesuai


dengan kebutuhan pasien
Hasil : pasien
mendapatkan susu
sebanyak 20 cc
12.07 - Memposisikan bayi
dengan posisi semi fowler
selama menyusu
Hasil : bayi dalam posisi
91

semi fowler
12.16 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
12.19 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi baik, susu yang
dihabiskan 18 cc
BAB IV

PEMBAHASAN

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah : bayi baru lahir yang berat
badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonatus
dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau saama dengan 2500 gram
disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants (BBLR).
Penyebab dari BBLR : Faktor genetic atau kromosom, Infeksi, Bahan toksik,
Radiasi, Isufisiensi atau disfungsi plasenta, Faktor nutrisi. Tanda gejala : Berat
kurang dari 2.500 gram, Panjang kurang dari 45 cm, Lingkar dada kurang dari 30
cm, Lingkar kepala kurang dari 33 cm, Umur kehamilan kurang dari 37 minggu,
Kepala lebih besar, Kulit tipis, tranparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang,
Otot hipotonik lemah, Pernapasan tak teratur dapat dapat terjadi apnea,
Eksremitas : pala abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus, Kepala tidak mampu
tegak, Pernapasan 40-50 kali / menit.

Pada pasien By.Ny.M Jenis kelamin laki-laki lahir pada tanggal 29 oktober
2018 dengan BB 1760gr dan panjang badan 42 cm dengan APGAR score 7/8
dengan reflek moro,menggenggam dan menghisap tonus aktif dan menangis keras
bagian kepala frontal anterior lunak, sutura sagitalis tepat. Bagian mata bersih,
telinga normal hidung normal abdomen lunak liver tidak teraba kurang dari 2 cm
thoraks simetris klavikula normal paru-paru suara nafas kanan dan kiri sama suara
nafas bersih respirasi spontan bagian jantung bunyi normal sinus rhytm (NSR).
Ekstermitas gerakan bebas, nadi perifer brakial kanan brakial kiri femoral kanan
dan femoral kiri keras. Anus paten spinal normal warna kulit pink suhu inkubator
dengan suhu 34,2ᵒc.

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 2 november 2018 dengan hb 20,6


gr/ DL leukosit 5540 sel/ul eritrosit 6,13% hematokrit 63% trombosit 163%
billing total 12,90 direk 0,65 indirek 12,25.

92
93

Bayi BBLR mempunyai masalah menyusui, dimana refleks menghisapnya


masih lemah membantu bayi agar tetap mendapatkan ASI bisa dilakukan dengan
pemerasan ASI lalu diberikan kepada bayi dengan menggunakan pipa lambung
atau pipet. Membantu bayi untuk meningkatkan refleks menghisapnya dapat
dilakukan dengan pemberian terapi musik. Menurut Wahyuningsari dan Eka
(2014) refleks bayi menggambarkan fungsi sistem persarafan, musik dapat
meningkatkan intelegensi karena rangsangan ritmis mampu meningkatkan fungsi
kerja otak manusia, membuat saraf otak bekerja, menciptakan rasa nyaman dan
tenang. Musik yang diterima pendengaran mempengaruhi sistem limbik
(hipotalamus) yang berfungsi memberi efek pada emosional dan perilaku, maka
pemberian terapi musik dapat mempengaruhi metabolisme dan kemampuan
fisiologis otak pada reflek termasuk reflek hisap bayi.

Berdasarkan jurnal tersebut kelompok kami mengambil intervensi terapi


musik. Terapi musik adalah rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme,
harmoni, bentuk dan gaya yang diorganisir sedimikian rupa hingga tercipta musik
yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental (Sari,2013). Salah satu jenis
musik yang efektif digunakan untuk terapi musik ini adalah terapi musik klasik
Mozart. Menurut Sari 2013 musik klasik Mozart memiliki keunggulan akan
kemurnian dan kesederhanaan bunyi-bunyi yang dimunculkannya. Irama, melodi,
dan frekuensi-frekuensi tinggi pada musik Mozart merangsang dan memberi daya
pada daerah-daerah kreatif dan motivasi dalam otak.musik karya Mozart memberi
rasa nyaman tidak saja ditelinga tetapi juga bagi jiwa yang mendengarnya, keran
musik klasik Mozart sesuai dengan pola sel otak manusia. Terapi musik mozart
dapat menciptakan daya konsentrasi, memori, dan persepsi ruang, coock pula
digunakan untuk mengiringi belajar maupun bekerja. Menurut Wahyuningsari dan
Eka (2014) pada bayi BBLR musik klasik Mozart ini dapat meningkatkan reflek
menghisap sehingga nutrisi bayi dapat terpenuhi serta dapat meningkatkan berat
badan bayi.
94

Dalam mengatur jadwal terapi musik, kita dapat menentukan sendiri waktu
terapi yang tepat, boleh pagi, siang, sore, atau malam. Yang penting ketika sudah
memilih waktunya maka harus konsisten dengan waktu tersebut.jika sudah
menetapkan di pagi hari, maka selanjutnya harus dipagi hari, jangan diubah-ubah.
Pilihlah waktu yang sesuai kesempatan yang dimiliki.

Berdasarkan dari perbedaan yang signifikan tersebut, terapi musik klasik


Mozart dapat digunakan sebagai suatu intervensi keperawatan dalam perawatan
bayi BBLR khususnya pada bayi BBLR yang refleks hisapnya masih lemah. Pada
intervensi ini sangat diperlukan lingkungan yang kondusif agar terapi yang
diberikan kepada bayi dapat didengarkan secara optimal, namun hal ini sangatlah
susah untuk dikendalikan karena perawatan yang diberikan kepada bayi hampir
setiap saat dan jarak antar satu bayi dengan bayi lainnya berdekatan. Pada terapi
ini kami sudah meminimalkan lingkungan agar tetap kondusif dengan cara
memberitahu ibu terlebih dahulu sebelum dilakukannya intervensi,jika ada ibu
yang ingin memberikan ASI kami memepersilahkan ibu untuk memberikan ASI
nya terlebih dahulu dan jika sudah selesai baru kami memberikan intervensi.

Pada hari pertama dilakukan terapi musik pada jam 01.00 -01.40 menit, dini
hari dengan hasil reflek hisap bayi: lemah dan hasil BB bayi: 1.760gr. Pada hari
kedua dilakukan terapi musik pada jam 01.00 -01.40 menit, dini hari dengan hasil
reflek hisap bayi: sedang dan hasil BB bayi:1.760gr. Pada hari ketiga dilakukan
terapi musik pada jam 01.00 -01.40 menit, dini hari dengan hasil reflek hisap
bayi: sedang dan hasil BB bayi:1.700gr. Pada hari keempat dilakukan terapi
musik pada jam 01.00 -01.40 menit, dini hari dengan hasil reflek hisap bayi:baik
dan hasil BB bayi:1.760gr. Pada hari kelima dilakukan terapi musik pada jam
01.00 -01.40 menit, dini hari dengan hasil reflek hisap bayi: baik dan hasil BB
bayi:1.740gr.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa kasus yang kami ambil dengan judul asuhan
keperawatan pada bayi bblr di rs an-nisa tangerang dapat disimpulkan:
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah : bayi baru lahir yang berat
badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu
neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau saama
dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua
bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut
Low Birth Weight Infants (BBLR). Penyebab dari BBLR : Faktor genetic
atau kromosom, Infeksi, Bahan toksik, Radiasi, Isufisiensi atau disfungsi
plasenta, Faktor nutrisi. Tanda gejala : Berat kurang dari 2.500 gram,
Panjang kurang dari 45 cm, Lingkar dada kurang dari 30 cm, Lingkar
kepala kurang dari 33 cm, Umur kehamilan kurang dari 37 minggu,
Kepala lebih besar, Kulit tipis, tranparan, rambut lanugo banyak, lemak
kurang, Otot hipotonik lemah, Pernapasan tak teratur dapat dapat terjadi
apnea, Eksremitas : pala abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus, Kepala
tidak mampu tegak, Pernapasan 40-50 kali / menit.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 2
November 2018 Bayi ny. M lahir dengan jenis kelamin laki-laki lahir
pada tanggal 29 oktober 2018, dengan kehamilan 35 minggu, berat badan
lahir 1760 gram panjang badan 42cm. Suhu 37,4 C, nadi 130x/menit,
respirasi 43x/menit. Reflek hisap bayi ny. M masih lemah, bayi bertemu
dengan ibunya satu hari sekali sehingga jarang memiliki kesempatan untuk
menghisap payudara ibunya, kebutuhan nutris bayi sebanyak 20cc/2jam,
sehingga di ambil diagnosa ketidakefektifan pola makan bayi. Membran
mukosa bayi tampak pucat, warna kulit tampak pucat, sklera tampak

95
96

ikterik, saat di lakukan pemeriksaan laboratorium hasil bilirubin total


12,67 mg/dl sehingga diambil diagnose ikterik neonatus.
Pada diagnosa ketidakefektifan termoregulasi intervensi yang
dilakukan pada pasien adalah metode teknik PMK atau perawatan metode
kangguru. Intervensi yang dilakukan selama 2 hari
Pada diagnosa ketidakefektifan pola makan bayi Reflek hisap bayi
ny. M masih lemah, bayi bertemu dengan ibunya satu hari sekali sehingga
jarang memiliki kesempatan untuk menghisap payudara ibunya, kebutuhan
nutris bayi sebanyak 20cc/2jam. Intervensi yang dilakukan pada bayi ny.
M tindakan yang di lakukan menggunakan metode terapi musik. Pada
implementasi hari terakhir pasien tampak refleks menghisapnya sudah
membaik.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang berkualitas
dan profesional, terampil, inovatif dan bermutu yang mampu
memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode
etik keperawatan.
5.2.2 Bagi Ruang Perinatologi
Dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan di ruang perinatologi
untuk perawatan pada bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
menggunakan metode terapi musik mozart.

Anda mungkin juga menyukai