PENDAHULUAN
1
2
106 pasien, dan di ruang NICU sebanyak 7 pasien BBLR dari 21 pasien.
Dan pada bulan September 2018 di ruang Neonatologi sebanyak 37 pasien
dari 97 pasien, di ruang NICU sebanyak 9 pasien BBLR dari 22 pasien.
Bayi dengan BBLR akan memiliki masalah dalam jangka pendek
seperti gangguan metabolik, gangguan imunitas, gangguan pernafasan,
gangguan cairan dan elektrolit (gangguan eliminasi, distensi abdomen,
gangguan pencernaan dan gangguan elektrolit). Bayi dengan BBLR juga
memiliki masalah jangka panjang seperti masalah pisikis dan fisik.
masalah pisikis pada bayi BBLR salah satunya gangguan perkembangan
dan pertumbuhan yang akan mempengaruhi status gizi pada masa anak-
anak maupun dewasa (Provewat dan Rismawati, 2015) .
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan pada pasien kasus BBLR dengan
implementasi terapi musik klasik mozart
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Manfaat Menggambarkan hasil pengkajian asuhan keperawatan
pada pasien BBLR.
2. Memaparkan hasil analisa data BBLR.
4
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat untuk Stikes Yatsi Tangerang
Sebagai bahan untuk referensi pelaporan pendidikan akademis
1.4.2 Manfaat untuk ruangan perinatologi
Sebagai referensi untuk melakukan implementasi terapi
menggunakan musik klasik mozart untuk BBLR
1.4.3 Manfaat untuk pelayanan instansi kesehatan
Sebagai bahan informasi yang dapat membantu tenaga kesehatan
untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal di rumah
sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
didapat 22,8% kali melahirkan bayi dengan BBLR dari pada ibu
yang hamil tunggal.
3. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun)
menurut Monita, Suhaimin & Ernalia (2016), bahwa jarak
persalinan yang baik untuk kesehatan ibu dan anak adalah > 2
tahun sampai 5 tahun, semakin pendek < 2 tahun, ibu berisiko
tinggi untuk mengalami pre-eklampsia dan komplikasi kehamilan
lain yang sanggat berbahaya dan juga bayinya bisa lahir terlalu
cepat, terlalu kecil atau BBLR. Hasil penelitian Colti S di RSUD
Semarang tahun 2008, di dapatkan bahwa ibu yang mempunyai
jarak kelahiran sebelumnya < 2 tahun, sebanyak 18 responden
(78,2%) melahirkan bayi BBLR. Ibu yang mempunyai jarak
kelahiran sebelumnya > 2 tahun, sebanyak 5 responden (21,7%)
melahirkan bayi BBLR.
4. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
Ibu hamil yang sebelumnya mempunyai riwayat melahirkan bayi
BBLR dengan berat badan kurang dari 2500 gram.
3. Gangguan Pencernaan
Saluran pencernaan pada bayi BBLR belum berfungsi
sempurna sehingga penyerapan makanan lemah atau kurang
baik. Aktivitas otot pencernaan masih belum sempurna,
sehingga pengosongan lambung berkurang.
4. Gangguan Elektroit
Cairan yang diperlukan tergantug dari masa gestasi, keadaan
lingkungan dan penyakit bayi.
c. Pencegahan Infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam
tubuh, khususnya mikroba. Bayi BBLR sangat mudah
mendapatkan infeksi infeksi terutama disebabkan oleh infeksi
nosokomial. Rentan terhadap infeksi ini disebabkan oleh kadar
immunoglobin serum pada bayi BBLR masih rendah, aktivitas
bakterisidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah
dan fungsi imun belum terpenuhui. Infeksi lokal bayi cepat
menjalar menjadi infeksi umum. Tetapi diagnosa dini dapat
ditegakkan jika cukup waspada terhadap perubahan (kelainan)
tingkah laku bayi sering merupakan tanda infeksi umum.
Perubahan tersebut antara lain : malas menetel, gelisah, letarge,
suhu tubuh meningkat, frekuensi pernapasan meningkat, muntah,
diare, dan berat badan mendadak turun.
Funsi perawatan disini adalah memberi perlindungan terhadap bayi
BBLR dari bahaya infeksi. Oleh karna itu, bayi BBLR tidak boleh
kantak langsung dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun.
d. Penimbangan Berat Badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi
bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
e. Pemberian Oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
preterm BBLR, akibat idak adanya alveoli dan surfaktan.
Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30-35% dengan
menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa
yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina
bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
f. Pengawasan Jalan Nafas
Jalan nafas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing,
trachea, bronchiolus, bronchiolu respiratorius, dan duktus
20
2.2 Hiperbilirubin
2.2.1 Definisi hiperbilirubin
Menurut (Prawirohardjo, 2009), Hiperbilirubinemia adalah suatu
keadaan meningkatnya kadar bilirubin didalam jaringan ekstra
vaskuler sehingga konjungtiva, kulit dan mukosa akan berwarna
kuning. Keadaan ini berpotensi besar terjadi karena ikterus yang
merupakan kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada
otak.
Istilah hiperbilirubin merujuk pada tingginya kadar bilirubin
terakumulasi dalam darah dan ditandai dengan jaundis atau ikterus,
21
2.2.2 Etiologi
Menurut (Vivian, 2010). Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya ikterus, yaitu sebagai berikut.
1. Prahepatik (ikterus hemolitik).
Ikterus ini disebabkan karna produksi bilirubin yang meningkat
pada proses hemolisis sel darah merah (ikterus hemolitik).
Peningkatan bilirubin dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah infeksi, klainan sel darah merah, dan toksin dari
luar tubuh, serta dari tubuh itu sendiri.
2. Pascahepatik (obstruktif).
Adanya obstruksi pada saluran empedu yang mengakibatkan
bilirubin konjugasi akan kembali lagi kedalam sel hati dan masuk
kedalam aliran darah, kemudian sebagaian masuk dalam ginjal dan
diekskresikan dalam urin. Sementara itu, sebagian lagi tertimbun
dalam tubuh sehingga kulit dan sclera berwarna kuning kehijauan
serta gatal. Sebagai akaibat dari obstruksi saluran empedu
menyebabkan ekskresi bilirubin kedalam saluran pencernaan
berkurang, sehingga feses akan berwarna putih ke abu-abuan, liat,
dan seperti dempul.
3. Hepatoseluler (ikterus hepatik).
Konjugasi bilirubin terjadi pada sel hati, apabila sel hati mengalami
kerusakan maka secara otomatis akan mengganggu proses konjugasi
bilirubin sehingga bilirubin direct meningkat dalam aliran darah.
Bilirubin direct mudah diekskresikan oleh ginjal karna sifatnya yang
mudah larut dalam air, namun sebagian masih tertimbun dalam
aliran darah.
23
2.2.4 Penatalaksanaan
menurut Shiyam (2010), Penatalaksanaan keperawatan pada bayi
dengan hiperbilirubin sebagai berikut :
1. Apabila terjadi resiko tinggi cedera karena dampak peningkatan
kadar bilirubin, seperti adanya jaundice konsentrasi urine,
letargi, kesulitan makan,reflex moro, adanya tremor, iritabilitas,
memantau hemoglobin dan hematokrit,serta pencatatan
penurunan; melakukan transfusi tukar, maka intervensi yang
dapat dilakukan adalah memantau kadar bilirubin, hemoglobin,
hematokrit sebelum dan sesuah tansfusi tukar tiap 4 – 6 jam
selama 24 jam pascatransfusi tukar, memantau tekanan darah,
nadi, dan temperature; mempertahankan system kardiovaskuler
dan pernapasan; mengkaji kulit pada abdomen,ketegangan,
munth, dan sianosis, mempertahankan kalori, kebutuhan cairan
sampai dengan pasca transfusi tukar, serta melakukan kolaborasi
dalam pemberian obat untuk meningkatkan transfortasi dan
konjugasi, seperti pemberian albumin atau pemberian plasma
24
28
29
.
k
Keterangan : Laki-laki
Perempuan
Keluarga satu rumah
Orang tua dan keluarga bersuku jawa, beragama islam, bahasa utama
indonesia dan sunda, perencanaan makan bayi akan di berikan ASI, tidak
ada masalah sosial yang penting seperti kurang sistem pendukung sosial,
perbedaan bahasa, riwayat menyalagunaan zat adiktif, lingkungan rumah
yang kurang memadai, keuangan dan lain-lain. Hubungan orang tua dan
bayi baik ibu dan ayah sudah menyentuh, memeluk, berbicara, berkunjung,
memanggil nama, kontak mata pada bayinya. Orang terdekat yang dapat
dihubungi saudara. Respon orang tua terhadap penyakit cemas dan
khawatir dan respon orang tua terhadap proses hospitalisasi cemas. Klien
merupakan anak pertama.
31
Bayi ny. M lahir dengan jenis kelamin laki-laki lahir pada tanggal
29 oktober 2018, dengan kehamilan 35 minggu, berat badan lahir 1760
gram panjang badan 42cm. Suhu 37,4 C, nadi 130x/menit, respirasi
43x/menit. Reflek hisap bayi ny. M masih lemah, bayi bertemu dengan
ibunya satu hari sekali sehingga jarang memiliki kesempatan untuk
menghisap payudara ibunya, kebutuhan nutris bayi sebanyak 20cc/2jam,
sehingga di ambil diagnosa ketidakefektifan pola makan bayi. Membran
mukosa bayi tampak pucat, warna kulit tampak pucat, sklera tampak
ikterik, saat di lakukan pemeriksaan laboratorium hasil bilirubin total
12,67 mg/dl sehingga diambil diagnose ikterik neonatus.
32
perawatan
2. Domain 2 : Domain 2 : kesehatan Domain 1. Fisiologi dasar
nutrisi fisiologis Kelas D. dukungan nutrisi
Kelas 1 : Kelas k : pencernaan dan 1052. pemberian makan
makan nutrisi Tindakan :
00107 : 1020 status nutrisi bayi - Hangatkan formula sesuai suhu
ketidakefek lingkungan sebelum diberikan pada
tifan pola Setelah dilakukan tindakan bayi
makan bayi keperawatan selama kurang - Pegang bayi selama menyusui
dari 15 menit kriteria yang - Posisikan bayi dengan posisi semi
diharapkan fowler selama menyusu
- 102001 intake nutrisi (2- - Sendawakan bayi sesering
3) mungkin setelah menyusui
- 102003 intake cairan - Monitor reflek menghisap bayi
lewat mulut (2-3) selama menyusu
- 102006 hidrasi (2-3) - Monitor berat badan bayi dengan
- 102016 intake vitamin tepat
(2-3)
Domain 3: perilaku
Kelas O: terapi perilaku
4400 – Terapi musik
- Batasi stimulasi eksternal
(misalnya: cahaya, suara,
pengunjung, panggilan telepon)
selama pengalaman
mendengarkan musik.
- Pastikan bahwa volume musik
adekuat dan tidak terlalu keras.
- Hidupkan musik dan biarkan
dalam waktu yang telah
ditentukan.
35
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi Hari Ke 1
Hari/Tanggal Jumat, 2 November 2018
2. Ketidakefe Pagi
ktifan pola 08.05 - Membuat susu formula
S: by ny.m dalam keadaan
makan bayi sesuai dengan kebutuhan umum sedang
O:
bayi
- Bayi tampak pada posisi
Hasil : bayi mendapatkan
semi fowler ketika
susu sebanyak 20 ml.
menyusui
08.10 - Memegang bayi selama
- Refleks menghisap
menyusui
lemah
Hasil : memegang kepala
- Suplai asi tidak cukup
bayi setiap menyusui
- Bayi meminum susu
08.12 - Memposisikan bayi dengan
formula sebanyak
posisi semi fowler selama
Jam 08.00 – 10.00 = 10
menyusui
cc
Hasil : kepala bayi tampak
Jam 10.00 - 12.00 = 10
ditopang oleh tangan
cc
perawat
40
Siang
14.10 - Membuat susu formula S: by ny.m dalam keadaan
umum sedang
sesuai dengan kebutuhan
bayi
O:
Hasil : bayi mendapatkan
- Bayi tampak pada posisi
susu sebanyak 20 cc
semi fowler ketika
14.17 - Memposisikan bayi dengan
menyusui
posisi semi fowler selama
- Refleks menghisap
menyusu
lemah
Hasil : kepala bayi tampak
- Suplai asi tidak cukup
ditopang oleh tangan
- Bayi meminum susu
perawat
formula sebanyak
14.27 - Menyendawakan bayi
jam 14.00-16.00 = 11cc
sesering mungkin setelah
jam 16.00-18.00 = 13 cc
menyusui
jam 18.00-20.00 = 12 cc
Hasil : bayi terdengar
jam 20.00-22.00 = 12 cc
bersendawa
14.29 - Memonitor reflek
A : masalah keperawatan
menghisap bayi selama
ketidakefektifan pola
menyusu
makan bayi teratasi
Hasil : reflek menghisap
sebagian
bayi tampak lemah, susu
P : Intervensi dilanjutkan
yang dihabiskan adalah 11
- Membuat susu formula
cc
sesuai dengan kebutuhan
bayi
16.02 - Membuat susu formula
- Posisikan bayi dengan
sesuai dengan kebutuhan
43
perawat
18.17 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
18.20 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak lemah, susu
yang dihabiskan 12 cc
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak lemah, susu
yang dihabiskan 12 cc
Malam
22.04 - Membuat susu formula S: by ny.m dalam keadaan
umum sedang
sesuai dengan kebutuhan
O:
pasien
- Bayi tampak pada posisi
Hasil : pasien mendapatkan
semi fowler ketika
susu sebanyak 20 cc.
menyusui
22.08 - Memposisikan bayi dengan
- Refleks menghisap
posisi semi fowler selama
lemah
menyusu
- Suplai asi tidak cukup
Hasil : kepala bayi tampak
- Bayi meminum susu
ditopang oleh tangan
formula sebanyak
perawat
Jam 22.00-00.00 =10 cc
22.18 - Menyendawakan bayi
Jam 00.00-02.00 = 11 cc
sesering mungkin setelah
Jam 02.00-04.00 = 10 cc
menyusui
Jam 04.00-06.00 = 12 cc
Hasil : bayi terdengar
Jam 06.00-08.00 = 10 cc
bersendawa
- Bb bayi 1760 gram
22.20 - Memonitor reflek
- Terapi musik dilakukan
menghisap bayi selama
pada malam hari ketika
menyusu
ruangan sudah tidak ada
Hasil : reflek menghisap
aktivitas. Musik mozart
bayi tampak lemah, susu
diperdengarkan selama
yang dihabiskan 10 cc
30 menit.
A : masalah keperawatan
46
perawat
02.17 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
02.20 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak lemah, susu
yang dihabiskan 10 cc
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak lemah, susu
yang dihabiskan 12 cc
04.35 - Memonitor berat badan
bayi dengan tepat
Hasil : BB 1760 gram
bersendawa
18.17 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak lemah susu
yang dihabiskan sebanyak
13 cc
Malam
S: by ny.m dalam keadaan
22.02 - Membuat susu sesuai
umum sedang
dengan kebutuhan bayi
Hasil : bayi mendapatkan O:
susu sebanyak 20 cc - Bayi tampak pada posisi
22.04 - Memegang bayi selama semi fowler ketika
menyusui menyusui
Hasil : memegang kepala - Refleks menghisap lemah
bayi setiap menyusui - Suplai asi tidak cukup
22.06 - Memposisikan bayi dengan - Bayi meminum susu
posisi semi fowler selama formula sebanyak
menyusu Jam 22.00-00.00 = 12 cc
Hasil : bayi dalam posisi Jam 00.00-02.00 = 10 cc
semi fowler Jam 02.00-04.00 = 13 cc
22.16 - Menyendawakan bayi Jam 04.00-06.00 = 11 cc
sesering mungkin setelah Jam 06.00-08.00 = 13 cc
menyusui - Bb bayi 1700 gram
Hasil : bayi terdengar - Terapi musik dilakukan
bersendawa pada malam hari ketika
22.19 - Memonitor reflek ruangan sudah tidak ada
menghisap bayi selama aktivitas. Musik mozart
menyusu diperdengarkan selama 30
Hasil : reflek menghisap menit.
bayi tampak lemah susu A : masalah keperawatan
yang dihabiskan sebanyak ketidakefektifan pola makan
12 cc bayi teratasi sebagian
3 Icterus Pagi
neonatus 09.00 - Menempatkan lampu foto S : By. Ny. M dalam keadaan
terapi diatas bayi dengan sedang
tinggi yang sesuai O:
HASIL: tampak ada - Bayi tampak berada di
fototerapi menyinari dalam inkubator
diatas bayi dengan tinggi - Bayi tampak tersinari
yang sesuai oleh alat fototerapi
09.10 - Menutup kedua mata - Mata bayi tampak di
bayi, hindari perekanan tertutup
yang berlebihan A : masalah keperawatan
63
dibawah penghangat.
- Memonitor warna dan
suhu kulit
Siang
14.03 - Membuat susu sesuai S: by ny.m dalam keadaan
umum sedang
dengan kebutuhan pasien
O:
Hasil : pasien
- Bayi tampak pada
mendapatkan susu
posisi semi fowler
sebanyak 20 cc
ketika menyusui
14.07 - Memposisikan bayi
- Refleks menghisap
dengan posisi semi fowler
membaik
selama menyusu
- Suplai asi tidak cukup
Hasil : bayi dalam posisi
- Bayi meminum susu
semi fowler
formula sebanyak:
14.16 - Menyendawakan bayi
Jam 14.00 – 16.00 = 12 cc
sesering mungkin setelah
Jam 16.00 – 18.00 = 14 cc
menyusui
Jam 18.00 – 20.00 = 13 cc
Hasil : bayi terdengar
Jam 20.00 – 21.00 = 10 cc
bersendawa
A : masalah keperawatan
14.19 - Memonitor reflek
ketidakefektifan pola
menghisap bayi selama
makan bayi teratasi
menyusu
69
mendapatkan susu
sebanyak 20 cc
18.05 - Memposisikan bayi
dengan posisi semi fowler
selama menyusu
Hasil : bayi dalam posisi
semi fowler
18.14 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
18.17 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak membaik,
susu yang dihabiskan 13
cc
Malam
22.04 - Membuat susu sesuai S: by ny.m dalam keadaan
umum sedang
dengan kebutuhan pasien
O:
Hasil : pasien
- Bayi tampak pada
mendapatkan susu
posisi semi fowler
sebanyak 20 cc
ketika menyusui
22.06 - Memposisikan bayi
- Refleks menghisap
dengan posisi semi fowler
membaik
selama menyusu
- Suplai asi tidak cukup
Hasil : bayi dalam posisi
- Bayi meminum susu
semi fowler
formula sebanyak :
22.15 - Menyendawakan bayi
Jam 21.00 – 23.00 = 15 cc
sesering mungkin setelah
Jam 22.00 – 00.00 = 15 cc
menyusui
Jam 00.00 – 02.00 = 11 cc
Hasil : bayi terdengar
Jam 02.00 – 04.00 = 12 cc
bersendawa
Jam 04.00 – 06.00 = 13 cc
22.18 - Memonitor reflek
- Bb bayi 1740 gram
menghisap bayi selama
- Terapi musik
menyusu
72
Implementasi Hari Ke 4
Hari/Tanggal Selasa, 6 November 2018
No Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Ketidak Pagi Pengaturan Suhu
efektifan 07.15 - Memonitor suhu sesuai S : bayi ny.m dalam
termoregulasi kebutuhan keadaan umum sedang
Hasil : Suhu 37,0ᵒ C O:
by di monitor suhu - Suhu : 37,0ᵒ C
dengan alat yang sesuai - Bayi di tempatkan di
yaitu termometer incubator dengan suhu
Dan rute yang sesuai 34,2ᵒC
yaitu lipatan aksila. - Kulit bayi merah
07.30 - Memonitor warna dan A : masalah keperawatan
suhu kulit ketidakefektifan
Hasil : kulit bayi tampak thermoregulasi teratasi
merah sebagian.
07.50 - Menempatkan bayi P : lanjutkan intervensi
dibawah penghangat - Monitor suhu sesuai
Hasil : Bayi tampak di kebutuhan
tempatkan di incubator - Tempatkan bayi
dengan suhu 34,2ᵒC dibawah penghangat
2. Ketidakefektif Pagi
S: by ny.m dalam keadaan
an pola 08.05 - Membuat susu sesuai
umum sedang
makan bayi dengan kebutuhan pasien O:
Hasil : pasien - Bayi tampak pada
mendapatkan susu posisi semi fowler
sebanyak 20 cc ketika menyusui
08.08 - Memposisikan bayi - Refleks menghisap
dengan posisi semi fowler membaik
selama menyusu - Suplai asi tidak cukup
Hasil : bayi dalam posisi - Bayi meminum susu
semi fowler formula sebanyak
08.14 - Menyendawakan bayi Jam 08.00 – 10.00 = 15 cc
sesering mungkin setelah Jam 10.00 – 12.00 = 16 cc
menyusui Jam 12.00 – 14.00 = 13 cc
Hasil : bayi terdengar A : masalah keperawatan
bersendawa ketidakefektifan pola
08.18 - Memonitor reflek makan bayi teratasi
menghisap bayi selama sebagian
menyusu
Hasil : reflek menghisap P : Intervensi dilanjutkan
bayi tampak membaik, Pemberian makan
susu yang dihabiskan 15 - Hangatkan formula
cc sesuai suhu lingkungan
sebelum diberikan
10.03 - Membuat susu sesuai pada bayi
dengan kebutuhan pasien - Posisikan bayi dengan
79
mendapatkan susu
sebanyak 20 cc
18.06 - Memposisikan bayi
dengan posisi semi fowler
selama menyusu
Hasil : bayi dalam posisi
semi fowler
18.18 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
18.20 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak membaik,
susu yang dihabiskan 17
cc
semi fowler
02.15 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
02.17 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak membaik,
susu yang dihabiskan 17
cc
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi tampak membaik,
susu yang dihabiskan 18
cc
04.47 - Memonitor berat badan
bayi dengan tepat
Hasil : BB 1740 gram
Implementasi Hari Ke - 5
Hari/Tanggal Rabu, 7 November 2018
No Diagnose Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 Ketidak Pagi Pengaturan Suhu
efektifan 07.46 - Memonitor suhu sesuai S : bayi ny.m dalam
termoregulasi kebutuhan keadaan umum sedang
Hasil : Suhu 36,2ᵒ C O:
by di monitor suhu - Suhu 36,2ᵒ C
dengan alat yang sesuai - Bayi tampak di boks
by di suhu -
monitor Suhu : 36,5ᵒ C
semi fowler
12.16 - Menyendawakan bayi
sesering mungkin setelah
menyusui
Hasil : bayi terdengar
bersendawa
12.19 - Memonitor reflek
menghisap bayi selama
menyusu
Hasil : reflek menghisap
bayi baik, susu yang
dihabiskan 18 cc
BAB IV
PEMBAHASAN
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah : bayi baru lahir yang berat
badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonatus
dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau saama dengan 2500 gram
disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants (BBLR).
Penyebab dari BBLR : Faktor genetic atau kromosom, Infeksi, Bahan toksik,
Radiasi, Isufisiensi atau disfungsi plasenta, Faktor nutrisi. Tanda gejala : Berat
kurang dari 2.500 gram, Panjang kurang dari 45 cm, Lingkar dada kurang dari 30
cm, Lingkar kepala kurang dari 33 cm, Umur kehamilan kurang dari 37 minggu,
Kepala lebih besar, Kulit tipis, tranparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang,
Otot hipotonik lemah, Pernapasan tak teratur dapat dapat terjadi apnea,
Eksremitas : pala abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus, Kepala tidak mampu
tegak, Pernapasan 40-50 kali / menit.
Pada pasien By.Ny.M Jenis kelamin laki-laki lahir pada tanggal 29 oktober
2018 dengan BB 1760gr dan panjang badan 42 cm dengan APGAR score 7/8
dengan reflek moro,menggenggam dan menghisap tonus aktif dan menangis keras
bagian kepala frontal anterior lunak, sutura sagitalis tepat. Bagian mata bersih,
telinga normal hidung normal abdomen lunak liver tidak teraba kurang dari 2 cm
thoraks simetris klavikula normal paru-paru suara nafas kanan dan kiri sama suara
nafas bersih respirasi spontan bagian jantung bunyi normal sinus rhytm (NSR).
Ekstermitas gerakan bebas, nadi perifer brakial kanan brakial kiri femoral kanan
dan femoral kiri keras. Anus paten spinal normal warna kulit pink suhu inkubator
dengan suhu 34,2ᵒc.
92
93
Dalam mengatur jadwal terapi musik, kita dapat menentukan sendiri waktu
terapi yang tepat, boleh pagi, siang, sore, atau malam. Yang penting ketika sudah
memilih waktunya maka harus konsisten dengan waktu tersebut.jika sudah
menetapkan di pagi hari, maka selanjutnya harus dipagi hari, jangan diubah-ubah.
Pilihlah waktu yang sesuai kesempatan yang dimiliki.
Pada hari pertama dilakukan terapi musik pada jam 01.00 -01.40 menit, dini
hari dengan hasil reflek hisap bayi: lemah dan hasil BB bayi: 1.760gr. Pada hari
kedua dilakukan terapi musik pada jam 01.00 -01.40 menit, dini hari dengan hasil
reflek hisap bayi: sedang dan hasil BB bayi:1.760gr. Pada hari ketiga dilakukan
terapi musik pada jam 01.00 -01.40 menit, dini hari dengan hasil reflek hisap
bayi: sedang dan hasil BB bayi:1.700gr. Pada hari keempat dilakukan terapi
musik pada jam 01.00 -01.40 menit, dini hari dengan hasil reflek hisap bayi:baik
dan hasil BB bayi:1.760gr. Pada hari kelima dilakukan terapi musik pada jam
01.00 -01.40 menit, dini hari dengan hasil reflek hisap bayi: baik dan hasil BB
bayi:1.740gr.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa kasus yang kami ambil dengan judul asuhan
keperawatan pada bayi bblr di rs an-nisa tangerang dapat disimpulkan:
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah : bayi baru lahir yang berat
badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu
neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau saama
dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua
bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut
Low Birth Weight Infants (BBLR). Penyebab dari BBLR : Faktor genetic
atau kromosom, Infeksi, Bahan toksik, Radiasi, Isufisiensi atau disfungsi
plasenta, Faktor nutrisi. Tanda gejala : Berat kurang dari 2.500 gram,
Panjang kurang dari 45 cm, Lingkar dada kurang dari 30 cm, Lingkar
kepala kurang dari 33 cm, Umur kehamilan kurang dari 37 minggu,
Kepala lebih besar, Kulit tipis, tranparan, rambut lanugo banyak, lemak
kurang, Otot hipotonik lemah, Pernapasan tak teratur dapat dapat terjadi
apnea, Eksremitas : pala abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus, Kepala
tidak mampu tegak, Pernapasan 40-50 kali / menit.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 2
November 2018 Bayi ny. M lahir dengan jenis kelamin laki-laki lahir
pada tanggal 29 oktober 2018, dengan kehamilan 35 minggu, berat badan
lahir 1760 gram panjang badan 42cm. Suhu 37,4 C, nadi 130x/menit,
respirasi 43x/menit. Reflek hisap bayi ny. M masih lemah, bayi bertemu
dengan ibunya satu hari sekali sehingga jarang memiliki kesempatan untuk
menghisap payudara ibunya, kebutuhan nutris bayi sebanyak 20cc/2jam,
sehingga di ambil diagnosa ketidakefektifan pola makan bayi. Membran
mukosa bayi tampak pucat, warna kulit tampak pucat, sklera tampak
95
96
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang berkualitas
dan profesional, terampil, inovatif dan bermutu yang mampu
memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode
etik keperawatan.
5.2.2 Bagi Ruang Perinatologi
Dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan di ruang perinatologi
untuk perawatan pada bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
menggunakan metode terapi musik mozart.