Kingdom Eubacteria
Filum Spirochaetes
Kelas Spirochaetes
Ordo Spirochaetales
Familia Treponemataceae
Genus Treponema
1.2. Patogenitas
Penularan bakteri ini biasanya melalui hubungan seksual (membran
mukosa vagina dan uretra), kontak langsung dengan lesi/luka yang terinfeksi
atau dari ibu yang menderita sifilis ke janinnya melalui plasenta pada stadium
akhir kehamilan. Treponema pallidum masuk dengan cepat melalui membran
mukosa yang utuh dan kulit yang lecet, kemudian kedalam kelenjar getah
bening, masuk aliran darah, kemudian menyebar ke seluruh organ tubuh.
Bergerak masuk keruang intersisial jaringan dengan cara gerakan cork-screw
(seperti membuka tutup botol). Beberapa jam setelah terpapar terjadi infeksi
sistemik meskipun gejala klinis dan serologi belum kelihatan pada saat itu.
Darah dari pasien yang baru terkena sifilis ataupun yang masih dalam masa
inkubasi bersifat infeksius. Waktu berkembangbiak Treponema pallidum
selama masa aktif penyakit secara invivo 30-33 jam. Lesi primer muncul di
tempat kuman pertama kali masuk, biasa-nya bertahan selama 4-6 minggu
dan kemudian sembuh secara spontan. Pada tempat masuknya, kuman
mengadakan multifikasi dan tubuh akan bereaksi dengan timbulnya infiltrat
yang terdiri atas limfosit, makrofag dan sel plasma yang secara klinis dapat
dilihat sebagai papul. Reaksi radang tersebut tidak hanya terbatas di tempat
masuknya kuman tetapi juga di daerah perivaskuler (Treponema pallidum
berada diantara endotel kapiler dan sekitar jaringan), hal ini mengakibatkan
hipertrofi endotel yang dapat menimbulkan obliterasi lumen kapiler
(endarteritis obliterans). Kerusakan vaskular ini mengakibatkan aliran darah
pada daerah papula tersebut berkurang sehingga terjadi erosi atau ulkus dan
keadaan ini disebut chancre (Sudarto, 1998).
Informasi mengenai patogenesis sifilis lebih banyak didapatkan dari
percobaan hewan karena keterbatasan informasi yang dapat diambil dari
penelitian pada manusia. Penelitian yang dilakukan pada kelinci percobaan,
dimana dua Treponema pallidum diinjeksikan secara intrakutan,
menyebabkan lesi positif lapangan gelap pada 47% kasus. Peningkatan kasus
mencapai 71% dan 100% ketika 20 dan 200.000 Treponema pallidum
diinokulasikan secara intrakutan pada kelinci percobaan. Periode inkubasi
bervariasi tergantung banyaknya inokulum, sebagai contoh 10 Treponema
pallidum akan menimbulkan chancre dalam waktu 5-7 hari. Organisme ini
akan muncul dalam waktu menit didalam kelenjar limfe dan menyebar luas
dalam beberapa jam, meskipun mekanisme Treponema pallidum masuk sel
masih belum diketahui secara pasti. Bahwa perlekatan Treponema pallidum
dengan sel host melalui spesifik ligan yaitu molekul fibronektin (Varney,
2006).
Sifat yang mendasari virulensi Treponema pallidum belum dipahami
selengkapnya, tidak ada tanda-tanda bahwa kuman ini bersifat toksigenik
karena didalam dinding selnya tidak ditemukan eksotoksin ataupun
endotoksin. Meskipun didalam lesi primer dijumpai banyak kuman namun
tidak ditemukan kerusakan jaringan yang cukup luas karena kebanyakan
kuman yang berada diluar sel akan terbunuh oleh fagosit tetapi ada sejumlah
kecil Treponema yang dapat tetap dapat bertahan di dalam sel makrofag dan
di dalam sel lainya yang bukan fagosit misalnya sel endotel dan fibroblas.
Keadaan tersebut dapat menjadi petunjuk mengapa Treponema pallidum
dapat hidup dalam tubuh manusia dalam jangka waktu yang lama, yaitu
selama masa asimtomatik yang merupakan ciri khas dari penyakit sifilis. Sifat
invasif Treponema sangat membantu memperpanjang daya tahan kuman di
dalam tubuh manusia (Mansjoer, 2000).
Menurut (Soedarto, 1998) Tahapan potegenitas yaitu :
Treponema pallidum masuk ke dalam tubuh melalui lesi kulit atau selaput
lendir. Jika melalui kulit harus ada mikro/makro lesi sedangkan jika
melalui selaput lendir dapat dengan atau tanpa lesi. Pada tempat
masuknya, kuman mengadakan multiplikasi dan tubuh akan bereaksi
dengan timbulnya infiltrat yang terdiri atas limfosit dan sel plasma yang
secara klinis dapat dilihat sebagai papula. Reaksi radang tersebut tidak
hanya terbatas pada tempat masuknya kuman tetapi juga di daerah
perivaskuler. Treponemaberada di antara endotel kapiler dan sekitar
jaringan. perivaskular; hal ini mengakibatkan hipertrofi endotel yang
dapat menimbulkan obliterasi lumen kapiler (endarteritis obliterans).
2. Stadium I (SI)
4. Stadium laten
Stadium laten adalah stadium tanpa tanda atau gejala klinis, tetapi infeksi
masih ada dan aktif yang ditandai dengan S.T.S. (Serologic Test for
Syphilis) positif. Kadang-kadang proses imunitas gagal mengendalikan
infeksi sehingga Treponemaberkembang lagi dan menimbulkan lesi
seperti pada SI atau SII dan stadium ini disebut stadium rekuren. Stadium
ini terjadi tidak lebih dari 2 tahun terhitung sejak permulaan infeksi.
Stadium laten lanjut dapat berlangsung beberapa tahun, antibodi tetap ada
dalam serum penderita (S.T.S. positif).
5. Stadium gumma
Aman M. 2010. Penelitian Prevalensi HIV dan Sifilis serta Prilaku Berisiko
Terinfeksi HIV pada Narapidana di Lapas/Rutan di Indonesia.
Hartono Olivia R. 2008. Treponema pallidum. Forum Penelitian, 1 (1) : 2.
Mansjoer, Arief, Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius FK UI.
Muliawan, Silvia Y. 2008. Bakteri Spiral Patogen(Treponema, Leptospira, dan
Borrelia). Jakarta: Erlangga.
Prince SA, Wilson LM. Sifilis dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, 6th. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2006.hlm. 1338-40.
Rabbe, Thomas. 2002. Buku Saku Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka.
Ratna, Eni, Dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Komuitas. Yogyakarta : Nuha Medika.
Soedarto. 1998. Penyakit-Penyakit Infeksi di Indonesia. Jakarta : Widya Medika.
Syafudin, A.B. 2002. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Varney, Hellen, Dkk. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC.