PENDAHULUAN
Usaha Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral dan batubara yang meliputi penyelidikan
umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca tambang (Pasal 1 butir 6 Undang-Undang
No.4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara). Manik, J. D. N. (2013).
Selain itu dalam rangka efektifitas pemanfaatan sumber daya alam dan
mengantisipasi adanya penyimpangan kegiatan pembangunan, maka upaya pengelolaan dan
1
pemantauan lingkungan menjadi sangat penting, guna merancang suatu kegiatan
pengelolaan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.
Untuk mewujudkan kebijakan pemerintah dalam penambangan yang baik dan benar
(good mining practise) perlu di pertimbangkan dalam setiap kegiatan bidang usaha
terutama pertambangan. Kegiatan usaha pertambangan bahan galian mineral bukan logam
dan batuan (SIRTU Andesit) berlokasi di Blok Legok Sawit, Desa Licin Kecamatan
Cimalaka Kabupaten Sumedang, selalu berusaha mengikuti tata cara penambangan yang
baik dan benar dalam setiap kegiatannya. Pertimbangan dan kajian terhadap lingkungan
perlu dilakukan demi kelancaran dan keberhasilan kegiatan perusahaan
Maka dari itu disusunlah Buku Laporan Enam Bulanan UKL-UPL yang mengacu
pada Undang – Undang Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 tahun
2013 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan. Dengan adanya buku laporan
enam bulanan ini di harapkan kegiatan pengelolaan lingkungan dari kegiatan operasional
usaha pertambangan ini dapat lebih ditingkatkan sehingga dapat mendukung kelancaran
pelaksanaan kegiatan operasional Perusahaan.
Dasar acuan yang digunakan dalam penyusunan proposal UKL dan UPL ini, yaitu :
Undang – undang Nomor 11 Tahun 1997 tentang konservasi Sumber Daya Alam
Hayati beserta ekosistemnya ;
Undang – undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang ;
Undang – undang Nomor 23 Tahun 1997 tengan Pengelolaan Lingkungan Bahan
Galian C ;
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Pengelolaan Lingkungan Bahan
Galian C ;
2
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang analisis Mengenai Dampak
Lingkungan ;
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-112/ Men LH / 3 / 1994
tentang Ketentuan Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Penmantauan
Lingkungan ;
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 1991 tentang Pedoman Usaha
Pertambangan Bahan Galian Golongan C ;
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1989 tentang Pengelolaan
Lingkungan Lahan Usaha Pertambahan Bahan Galian C ;
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pengelolaan
Lingkungan Lahan Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C.
a) Maksud
Untuk memberikan gambaran secara riil dan Memberikan informasi yang jelas
tentang usaha pertambangan dan batas kemampuan pemrakarsa dalam mengelola
lingkungan sekitar wilayah / masyarakat di Kelurahan Cigelereng.
b) Tujuan
Mengidentifikasi dampak – dampak yang akan terjadi pada saat penambangan bahan
galian golongan C (sirtu) ;
Merumuskan kegiatan serta tindakan yang diperlukan serta meminimalkan dampak
negatif dan mengembangkan dampak positif akibat usaha penambangan. Menentukan
institusi yang menangani pengelolaan lingkungan dan pihak yang berkompeten dalam
melakukan penambangan pembinaan pengelolaan lingkungan
c) Kegunaan
Merupakan standar prosedur pemantauan semua pihak dalam mengelola lingkungan
guna menjaga kelestarian lingkungan hidup ;
Untuk memperkirakan dampak negatif yang akan muncul serta upaya – upaya
penangannya termasuk mengembangkan dampak positif akibat usaha penambangan.
Berperan serta dalam pengelolaan sumber daya alam secara tepat guna dan bijaksana
guna mendukung program pembangunan berkelanjutan.
3
Sebagai alat acuan pengelolaan dilapangan dalam mengelola lingkungan pertambangan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Sebagai alat ukur untuk dilaksanakan pemantauan dan pembinaan oleh Dinas / Instansi
yang berkompeten berkaitan dengan pengelolaan lingkungan.
Sebagai salah satu prasyarat untuk pembuatan dan perpanjangan / mendapatkan Surat
Ijin Penambangan.
4
BAB II
RENCANA KEGIATAN
5
3 Kegiatan Pra Konstruksi
Sebelum melakukan kegiatan eksploitasi/tambang, harus melakukan
proses pembebasan lahan serta pengurusan perizinan. Tahapan ini sudah
dilaksanakan.
4 Kegiatan Konstruksi
Kegiatan tahap konstruksi pembuatan kantor tambang, saluran air
(drainase) sudah dilaksanakan.
5 Kegiatan Operasional
Demi menunjang suksesnya kegiatan operasional
eksploitasi/tambang batuan SIRTU andesit, maka CV. Stone House
menggunakan alat berat dan alat lainnya, yaitu :
Tabel 2. Alat yang Diperlukan
No Alat Jumlah (Unit)
1 Excavator 1
2 Dump Truck 1
3 Generator 1
(Sumber: UKL dan UPL Galian H. Deny Darmatin – Indra Purnama 2017)
6
7 Hasil Rekapitulasi Produksi Tahun 2005 s/d Juni 2015
Tabel 4. Rekapitulasi Produksi Tahun 2005 s/d Juni 2015
NO. Tahun Jumlah Produksi ( ton )
1. 2005 540
2. 2006 250
3. 2007 509,60
4. 2008 462
5. 2009 1.666,66
6. 2010 1.620
7. 2011 1.000
8. 2012 1.920
9. 2013 300
Jumlah 9.968,26
(Sumber: UKL dan UPL Galian H. Deny Darmatin – Indra Purnama 2017)
7
8 Tenaga Kerja
Untuk tenaga kerja yang dipekerjakan dalam kegiatan pertambangan ini
sebanyak 8 orang. Sebagian menggunakan tenaga kerja lokal, sedangkan untuk
tenaga ahli, menggunakan tenaga kerja dari luar wilayah pertambangan. Berikut ini
adalah Tabel data rincian tenaga kerja dalam kegiatan pertambangan.
9 Kegiatan Reklamasi
Reklamasi yang sedang dan sudah dilaksanakan berupa perataan lahan
bekas galian dan penanaman pohon jenis tanaman keras sesuai dengan rencana
kegiatan reklamasi.
8
BAB III
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP dan UPAYA
PEMANTAUAN HIDUP
Pendekatan dilakukan melalui cara – cara atau teknologi yang digunakan untuk
mengelola dampak penting lingkungan sebagai berikut :
9
3.1.4 Pendekatan Institusi
Pendekatan cara ini adalah berkaitan dengan mekanisme kelembagan yang akan
ditempuh pemrakarsa dalam menanggulangi dampak penting terhadap lingkungan
yaitu kerjasama dengan unsur terkait dalam perusahan mengenai pengelolaan
lingkungan oleh instansi yang berwenang.
10
3.1.6 Uraian Kegiatan Pengelolaan Lingkungan
11
(Sumber: UKL dan UPL Galian H. Deny Darmatin – Indra Purnama 2017)
12
3.2 Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
3.2.1 Pendekatan Pemantauan Lingkungan
13
Tabel 7. Matrik Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
(Sumber: UKL dan UPL Galian H. Deny Darmatin – Indra Purnama 2017)
14
BAB VI
PRAKIRAAN DAMPAK
Masalah utama yang timbul pada wilayah bekas tambang adalah perubahan
lingkungan. Perubahan kimiawi terutama berdampak terhadap air tanah dan air
permukaan, berlanjut secara fisik perubahan
morfologi dan topografi lahan. Lebih jauh lagi adalah perubahan iklim mikro
yang disebabkan perubahan kecepatan angin, gangguan habitat biologi berupa
flora dan fauna, serta penurunan produktivitas tanah dengan akibat menjadi
tandus atau gundul. Mengacu kepada perubahan tersebut perlu dilakukan upaya
reklamasi. Selain bertujuan untuk mencegah erosi atau mengurangi kecepatan aliran air
limpasan, reklamasi dilakukan untuk menjaga lahan agar tidak
labil dan lebih produktif. Akhirnya reklamasi diharapkan menghasilkan nilai tambah
bagi lingkungan dan menciptakan keadaan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan
keadaan sebelumnya (Sabtanto Joko Suprapto). Dampak yang terjadi dapat mengakibatkan
dampak negatif maupun dampak positif terhadap komponen lingkungan hidup, antara lain :
Dengan adanya kegiatan pertambangan akan terjadi dampak positif antara lain
mampu menyerap tenaga kerja setempat yang dapat mengakibatkan meningkatnya taraf
kehidupan anggota masyarakat, meningkatkan pendapatan masyarakat serta berkembangnya
jasa angkutan dan perdagangan, menambah pengetahuan tentang tekhnik pertambangan dan
penguasaan alat – alat berat.
Selain itu dampak positif lainnya yaitu menyediakan bahan baku untuk kegiatan
pembangunan yaitu tersedianya material jenis sirtu dan sirtu untuk keperluan
pembangunan prasarana fisik masyarakat maupun pemerintah.
Sedangkan dampak negatifnya yaitu akan mengakibatkan produktifitas lahan pertanian
menurun terutama pada areal penambangan serta kemungkinan perubahan budaya
bertani, serta adanya potensi gangguan lalu lintas kendaraan pengangkut sirtu / batu.
15
4.2 Tanah atau Lahan
Akan terjadi dampak negatif yaitu penurunan kualitas udara dan kebisingan di sekitar
areal penambagan yaitu meningkatnya suhu udara mikro, meningkatnya partikulat debu
serta kualitas suara yang bersumber dari proses pengisian sirtu, pengangkutan sirtu,
operasional alat – alat mekanik dan bertambahnya ruang terbuka tanpa vegetasi. Namun
demikian dampaknya terhadap masyarakat relative kecil, selain itu di sekitar lokasi terdapat
beberapa tanaman yang akan mampu menetralisir kualitas udara dan sangat jauh dari
lingkungan permukiman penduduk.
Adapun terhadap tingkat kebisingan relative kecil, karena lokasi penambangan jauh
dari pemukiman di samping itu dilakukan pemeliharaan peralatan terutama alat pembuangan
gas buangan.
Di sekitar areal penambangan tidak terdapat sumber irigasi, sumber mata air maupun
perairan terbuka lainnya, sehingga tidak akan terjadi dampak negatif. Dampak negatif akan
terjadi terhadap tata air terutama dilokasi penambangan, yaitu proses peresapan air hujan
kedalam lapisan bumi akan sedikit tertahan.
16
4.5 Lingkungan Hayati
Pembangunan industri pada sektor usaha bidang pertambangan batubara juga suatu
upaya pemerintah dalam meningkatkan devisa negara dan bila ditinjau dari segi pola
kehidupan masyarakat sangat berhubungan langsung dengan peningkatan kebutuhan barang
dan jasa, pemakaian sumber-sumber energi, dan sumber daya alam. Penggunaan sumber
daya alam secara besar-besaran dengan mengabaikan lingkungan dapat mengakibatkan
berbagai dampak negatif yang terasa dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
(A.H. Mubarok)
17
Penutup
Dari penyajian data fokus penelitian dan hasil pembahasan yang telah dilakukan,
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan
Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dalam dokumen pengelolaan lingkungan,
pelaksanaannya harus sesuai dengan harapan untuk mengetahui, memperkirakan dan
merumuskan dampak penting yang terjadi pada lingkungan sekitar lokasi kegiatan
eksploitasi batuan yang dilaksanakan oleh Kami, sehingga dengan adanya dampak tersebut
baik itu dampak positif maupun dampak negatif harus dilakukan upaya untuk memulihkan
kondisi yang ada atau meminimalisir dampak yang terjadi.
18
Daftar Pustaka
19
- Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pengelolaan
Lingkungan Lahan Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C.
20