Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Identitas Pemrakarsa

Nama Perusahaan : PT. Sejahtera Abadi


Penanggung Jawab : Ir. Tjokro Soeryo
Jabatan : Direktur
Alamat Rumah : Jl. Sri Pohaci No. 15 RT. 07 RW. 01, Kel. Cigereleng,
Kecamatan Regol, Kota Bandung, Jawa Barat
Telepon/Fax : 08145356745
Nomor dan Tanggal IUP : 541.3/003-kep/BPMPP/2014, Tanggal 13 Maret 2014
Masa berlaku : 1,5 Tahum ( 13-03-2014 s/d 13-09-2015 )

1.2 Latar Belakang

Usaha Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral dan batubara yang meliputi penyelidikan
umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca tambang (Pasal 1 butir 6 Undang-Undang
No.4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara). Manik, J. D. N. (2013).

Untuk itu pendayagunaannya harus dilaksanakan secara bijaksana dan efisien


mungkin. Sirtu merupakan salah satu jenis bahan galian C mempunyai peranan yang
cukup strategis dalam era pembangunan saat ini. Karena selain merupakan salah satu
komponen yang mempunyai efek samping terhadap komponen lainnya. Yaitu : menyangkut
kondisi sosial ekonomi masyarakat maupun terhadap sifat areal penambangan perlu
dilakukan sedini mungkin sesuai standar teknis system pertambangan terbuka pada
umumnya, khususnya pada system Penambangan Bahan Golongan C (Sirtu).

Selain itu dalam rangka efektifitas pemanfaatan sumber daya alam dan
mengantisipasi adanya penyimpangan kegiatan pembangunan, maka upaya pengelolaan dan

1
pemantauan lingkungan menjadi sangat penting, guna merancang suatu kegiatan
pengelolaan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.

Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)


merupakan tanggung jawab kami selaku pengusaha / pemrakarsa kegiatan, namun demikian
dukungan dan pembinaan dari Dinas / Instansi sangat diharapkan dalam rangka untuk
meminimalisasikan dampak negatif dan berusaha mengembangkan dampak positif.

Untuk mewujudkan kebijakan pemerintah dalam penambangan yang baik dan benar
(good mining practise) perlu di pertimbangkan dalam setiap kegiatan bidang usaha
terutama pertambangan. Kegiatan usaha pertambangan bahan galian mineral bukan logam
dan batuan (SIRTU Andesit) berlokasi di Blok Legok Sawit, Desa Licin Kecamatan
Cimalaka Kabupaten Sumedang, selalu berusaha mengikuti tata cara penambangan yang
baik dan benar dalam setiap kegiatannya. Pertimbangan dan kajian terhadap lingkungan
perlu dilakukan demi kelancaran dan keberhasilan kegiatan perusahaan

Maka dari itu disusunlah Buku Laporan Enam Bulanan UKL-UPL yang mengacu
pada Undang – Undang Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 tahun
2013 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan. Dengan adanya buku laporan
enam bulanan ini di harapkan kegiatan pengelolaan lingkungan dari kegiatan operasional
usaha pertambangan ini dapat lebih ditingkatkan sehingga dapat mendukung kelancaran
pelaksanaan kegiatan operasional Perusahaan.

1.3 Dasar Hukum

Dasar acuan yang digunakan dalam penyusunan proposal UKL dan UPL ini, yaitu :

 Undang – undang Nomor 11 Tahun 1997 tentang konservasi Sumber Daya Alam
Hayati beserta ekosistemnya ;
 Undang – undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang ;
 Undang – undang Nomor 23 Tahun 1997 tengan Pengelolaan Lingkungan Bahan
Galian C ;
 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Pengelolaan Lingkungan Bahan
Galian C ;

2
 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang analisis Mengenai Dampak
Lingkungan ;
 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-112/ Men LH / 3 / 1994
tentang Ketentuan Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Penmantauan
Lingkungan ;
 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 1991 tentang Pedoman Usaha
Pertambangan Bahan Galian Golongan C ;
 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1989 tentang Pengelolaan
Lingkungan Lahan Usaha Pertambahan Bahan Galian C ;
 Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pengelolaan
Lingkungan Lahan Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C.

1.4 Maksud, Tujuan dan Manfaat

a) Maksud
Untuk memberikan gambaran secara riil dan Memberikan informasi yang jelas
tentang usaha pertambangan dan batas kemampuan pemrakarsa dalam mengelola
lingkungan sekitar wilayah / masyarakat di Kelurahan Cigelereng.
b) Tujuan
 Mengidentifikasi dampak – dampak yang akan terjadi pada saat penambangan bahan
galian golongan C (sirtu) ;
 Merumuskan kegiatan serta tindakan yang diperlukan serta meminimalkan dampak
negatif dan mengembangkan dampak positif akibat usaha penambangan. Menentukan
institusi yang menangani pengelolaan lingkungan dan pihak yang berkompeten dalam
melakukan penambangan pembinaan pengelolaan lingkungan
c) Kegunaan
 Merupakan standar prosedur pemantauan semua pihak dalam mengelola lingkungan
guna menjaga kelestarian lingkungan hidup ;
 Untuk memperkirakan dampak negatif yang akan muncul serta upaya – upaya
penangannya termasuk mengembangkan dampak positif akibat usaha penambangan.
 Berperan serta dalam pengelolaan sumber daya alam secara tepat guna dan bijaksana
guna mendukung program pembangunan berkelanjutan.

3
 Sebagai alat acuan pengelolaan dilapangan dalam mengelola lingkungan pertambangan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
 Sebagai alat ukur untuk dilaksanakan pemantauan dan pembinaan oleh Dinas / Instansi
yang berkompeten berkaitan dengan pengelolaan lingkungan.
 Sebagai salah satu prasyarat untuk pembuatan dan perpanjangan / mendapatkan Surat
Ijin Penambangan.

4
BAB II
RENCANA KEGIATAN

2.1 Nama Kegiatan : Tambang Galian C


2.2 Lokasi Kegiatan : Blok Legok Sawit, Desa Licin, Kecamatan Cimalaka,
Kabupaten Sumedang, Jawa Barat
2.3 Skala Kegiatan :
1. Luas Wilayah Pertambangan
Area digunakan seluas 3,08 Ha (30.800 m2).
Luas Wilayah IUP (Izin Usaha Pertambangan) yang dimiliki ± 3,08 Ha (30.800 m2)
diperuntukan kegiatan eksploitasi/tambang, areal yang prospek untuk ditambang
± 0,56 Ha dan area yang sudah ditambang ± 0,19 Ha. Sisanya ± 0,37 Ha digunakan sarana
penunjang lainnya seperti dalam Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Pemanfaatan Lahan


NO. Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan (m2)
1. Jalan Masuk Tambang 300
2. Stockpile 400
3. Workshop 100
4. Lahan Terbuka 2.800
5. Kantor Tambang 100
Jumlah 37.000
(Sumber: UKL dan UPL Galian H. Deny Darmatin – Indra Purnama 2017)

2. Batas-batasnya dengan tanah milik orang lain, yaitu :

- Sebelah Utara : Tanah Milik Ahud Sahudin

- Sebelah Barat : Tanah Milik Carles

- Sebelah Selatan : Tanah Milik Ahud Sahudin dan Riana

- Sebelah Timur : Tanah Milik Ahud Sahudin

5
3 Kegiatan Pra Konstruksi
Sebelum melakukan kegiatan eksploitasi/tambang, harus melakukan
proses pembebasan lahan serta pengurusan perizinan. Tahapan ini sudah
dilaksanakan.
4 Kegiatan Konstruksi
Kegiatan tahap konstruksi pembuatan kantor tambang, saluran air
(drainase) sudah dilaksanakan.
5 Kegiatan Operasional
Demi menunjang suksesnya kegiatan operasional
eksploitasi/tambang batuan SIRTU andesit, maka CV. Stone House
menggunakan alat berat dan alat lainnya, yaitu :
Tabel 2. Alat yang Diperlukan
No Alat Jumlah (Unit)
1 Excavator 1

2 Dump Truck 1

3 Generator 1
(Sumber: UKL dan UPL Galian H. Deny Darmatin – Indra Purnama 2017)

6 Hasil Produksi Batuan Andesit Enam Bulan Terakhir (Tahun 2015)


Tabel 3. Laporan Produksi Semester I (Januari – Juni 2015)
Produksi Banyaknya
No
Bulan (Ton)
1 Januari 60
2 Februari 140
3 Maret 120
4 April 100
5 Mei 180
6 Juni -
Jumlah 600
(Sumber: UKL dan UPL Galian H. Deny Darmatin – Indra Purnama 2017)

6
7 Hasil Rekapitulasi Produksi Tahun 2005 s/d Juni 2015
Tabel 4. Rekapitulasi Produksi Tahun 2005 s/d Juni 2015
NO. Tahun Jumlah Produksi ( ton )
1. 2005 540

2. 2006 250

3. 2007 509,60

4. 2008 462

5. 2009 1.666,66

6. 2010 1.620

7. 2011 1.000

8. 2012 1.920

9. 2013 300

10. 2014 1.100

11. 2015 600

Jumlah 9.968,26
(Sumber: UKL dan UPL Galian H. Deny Darmatin – Indra Purnama 2017)

Jumlah Total Produksi Tahun 2005 s/d 2015


Tahun 2005 s/d 2013 = 8.268,26 Ton
Tahun 2014 s/d 2015 = 1.700 Ton
Jumlah Total = 9.968,26 Ton

Cadangan effektif batu andesit ± 175.021,08 Ton


Jadi dari hasil perhitungan di atas diperkirakan masih ada sisa cadangan effektif,
yaitu cadangan effektif dikurangi total jumlah total produksi, yaitu :

Cadangan effektif : 175.021,08 Ton


Jumlah total produksi : 9.968,26 Ton
Sisa cadangan effektif : 165.052,82 Ton

7
8 Tenaga Kerja
Untuk tenaga kerja yang dipekerjakan dalam kegiatan pertambangan ini
sebanyak 8 orang. Sebagian menggunakan tenaga kerja lokal, sedangkan untuk
tenaga ahli, menggunakan tenaga kerja dari luar wilayah pertambangan. Berikut ini
adalah Tabel data rincian tenaga kerja dalam kegiatan pertambangan.

Tabel 5. Tenaga Kerja yang Diperlukan


No Jabatan/Posisi Jumlah Orang
1 Manager 1
2 Kepala Teknik Tambang 1
3 Operator Alat Berat 2
4 Pegawai Lapangan 1
5 Petugas Administrasi 1
6 Petugas Keamanan 1
Jumlah 7
(Sumber: UKL dan UPL Galian H. Deny Darmatin – Indra Purnama 2017)

9 Kegiatan Reklamasi
Reklamasi yang sedang dan sudah dilaksanakan berupa perataan lahan
bekas galian dan penanaman pohon jenis tanaman keras sesuai dengan rencana
kegiatan reklamasi.

8
BAB III
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP dan UPAYA
PEMANTAUAN HIDUP

3.1 Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)

3.1.1 Pendekatan Pengelolaan Lingkungan

Upaya Pengelolaan Lingkungan dimaksudkan untuk mengelola sumber dampak


sehingga mampu menekan dampak negatif terhadap lingkungan diantaranya adalah
menggunakan beberapa pendekatan terhadap lingkungan secara teknologi, sosial
ekonomi dan Industri.

3.1.2 Pendekatan Teknologi

Pendekatan dilakukan melalui cara – cara atau teknologi yang digunakan untuk
mengelola dampak penting lingkungan sebagai berikut :

1. Dalam rangka penanggulangan dampak negatif akan di tempuh dengan cara


meminimalisasikan dan mengisolasi sumber dampak tersebut.
2. Dalam rangka meningkatkan dampak positif berupa peningkatan nilai tambah dan
daya guna dampak positif tersebut.

3.1.3 Pendekatan Sosial Ekonomi

Dilakukan dengan cara atau langkah – langkah sebagai berikut :

1. Melibatkan masyarakat di sekitar Lokasi untuk berpartisipasi aktif dalam


pengelolaan lingkungan.
2. Memprioritaskan tenaga kerja lokal yang sesuai dengan keahlian dan
keterampilan yang dimilikinya.

9
3.1.4 Pendekatan Institusi

Pendekatan cara ini adalah berkaitan dengan mekanisme kelembagan yang akan
ditempuh pemrakarsa dalam menanggulangi dampak penting terhadap lingkungan
yaitu kerjasama dengan unsur terkait dalam perusahan mengenai pengelolaan
lingkungan oleh instansi yang berwenang.

3.1.5 Pembiayaan Pengelolaan Lingkungan

Pembiayaan pengelolaan lingkungan hidup merupakan tugas dan


tanggung jawab pemrakarsa/ perusahaan, pembiayan tersebut antara lain
mencakup :

1. Institusi Pelaksana Upaya Pengelolaan Lingkunan (UKL)


2. Institusi Pengawas Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
3. Institusi pelaporan atau yang menerima laporan hasil pengelolan lingkungan.

10
3.1.6 Uraian Kegiatan Pengelolaan Lingkungan

Uraian kegiatan pengelolaan lingkungan dapat dilihat pada matrik Upaya


Pengelolaan Lingkungan sebagai Tabel 6, sebagai berikut :

Tabel 6. Matrik Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)

11
(Sumber: UKL dan UPL Galian H. Deny Darmatin – Indra Purnama 2017)

12
3.2 Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
3.2.1 Pendekatan Pemantauan Lingkungan

Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) merupakan mekanisme pengendalian


terhadap Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) untuk membantu pengambilan
keputusan dalam pengelolaan suatu usaha dan/atau kegiatan. Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) juga berfungsi sebagai suatu sistem informasi yang mencakup
dua sub sistem informasi yaitu :

1. Sistem Infomasi dini, membantu perkembangan secara luas, berguna


untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya perubahan lingkungan yang
tidak terduga dan mendadak.

2. Sistem Informasi terkini, membantu secara khusus dan mendalam


terutama mengamati keadaan yang di anggap kritis dan bersifat
strategis.
3.2.2 Pembiayaan Pemantauan Lingkungan
Pembiayaan tersebut antara lain
1. Biaya investasi misalnya pembelian peralatan pemantauan
lingkungan atau mencakup dengan biaya sewa alat dan analisa
laboratorium.
2. Biaya personal dan biaya operasional pemantauan lingkungan.

3.2.3 Pendekatan Institusi


Institusi pemantauan lingkungan antara lain
1. Institusi Pelaksana Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)
2. Institusi Pengawas Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
3. Institusi Pelaporan hasil Pemantauan Lingkungan (UPL)

3.2.4 Uraian Kegiatan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)


Uraian kegiatan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) selengkapnya diperinci
berdasarkan pokok bahasan pada Tabel 7 berikut :

13
Tabel 7. Matrik Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)

(Sumber: UKL dan UPL Galian H. Deny Darmatin – Indra Purnama 2017)

14
BAB VI
PRAKIRAAN DAMPAK

Masalah utama yang timbul pada wilayah bekas tambang adalah perubahan
lingkungan. Perubahan kimiawi terutama berdampak terhadap air tanah dan air
permukaan, berlanjut secara fisik perubahan
morfologi dan topografi lahan. Lebih jauh lagi adalah perubahan iklim mikro
yang disebabkan perubahan kecepatan angin, gangguan habitat biologi berupa
flora dan fauna, serta penurunan produktivitas tanah dengan akibat menjadi
tandus atau gundul. Mengacu kepada perubahan tersebut perlu dilakukan upaya
reklamasi. Selain bertujuan untuk mencegah erosi atau mengurangi kecepatan aliran air
limpasan, reklamasi dilakukan untuk menjaga lahan agar tidak
labil dan lebih produktif. Akhirnya reklamasi diharapkan menghasilkan nilai tambah
bagi lingkungan dan menciptakan keadaan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan
keadaan sebelumnya (Sabtanto Joko Suprapto). Dampak yang terjadi dapat mengakibatkan
dampak negatif maupun dampak positif terhadap komponen lingkungan hidup, antara lain :

4.1 Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat

Dengan adanya kegiatan pertambangan akan terjadi dampak positif antara lain
mampu menyerap tenaga kerja setempat yang dapat mengakibatkan meningkatnya taraf
kehidupan anggota masyarakat, meningkatkan pendapatan masyarakat serta berkembangnya
jasa angkutan dan perdagangan, menambah pengetahuan tentang tekhnik pertambangan dan
penguasaan alat – alat berat.

 Selain itu dampak positif lainnya yaitu menyediakan bahan baku untuk kegiatan
pembangunan yaitu tersedianya material jenis sirtu dan sirtu untuk keperluan
pembangunan prasarana fisik masyarakat maupun pemerintah.
 Sedangkan dampak negatifnya yaitu akan mengakibatkan produktifitas lahan pertanian
menurun terutama pada areal penambangan serta kemungkinan perubahan budaya
bertani, serta adanya potensi gangguan lalu lintas kendaraan pengangkut sirtu / batu.

15
4.2 Tanah atau Lahan

Dengan adanya kegiatan penambangan akan mengakibatkan dampak negatif yaitu


perubahan sifat fisik lahan terutama kaitannya dengan perubahan bentang lahan dan terjadi
pemadaman fraksi tanah. Untuk meminimalkan dampak, maka solusinya yaitu
menggunakan system penambangan dengan metode berjenjang / system teras. Untuk
memudahkan dan menormalkan kembali aliran air sungai Cisanggarung karena adanya
sedimentasi dan bahan – bahan material sirtu dan limbah batu tersebut.

4.3 Kualitas Udara dan Kebisingan

Akan terjadi dampak negatif yaitu penurunan kualitas udara dan kebisingan di sekitar
areal penambagan yaitu meningkatnya suhu udara mikro, meningkatnya partikulat debu
serta kualitas suara yang bersumber dari proses pengisian sirtu, pengangkutan sirtu,
operasional alat – alat mekanik dan bertambahnya ruang terbuka tanpa vegetasi. Namun
demikian dampaknya terhadap masyarakat relative kecil, selain itu di sekitar lokasi terdapat
beberapa tanaman yang akan mampu menetralisir kualitas udara dan sangat jauh dari
lingkungan permukiman penduduk.

Adapun terhadap tingkat kebisingan relative kecil, karena lokasi penambangan jauh
dari pemukiman di samping itu dilakukan pemeliharaan peralatan terutama alat pembuangan
gas buangan.

4.4 Kualitas Perairan dan Tata air

Di sekitar areal penambangan tidak terdapat sumber irigasi, sumber mata air maupun
perairan terbuka lainnya, sehingga tidak akan terjadi dampak negatif. Dampak negatif akan
terjadi terhadap tata air terutama dilokasi penambangan, yaitu proses peresapan air hujan
kedalam lapisan bumi akan sedikit tertahan.

Untuk mengantisipasi dampak tersebut maka penggalian galian golongan C (sirtu)


dibatasi kedalamannya, yaitu tidak melakukan penggalian kearah lebih dalam (perut bumi)
akan tetapi hanya mengoptimalkan permukaan sirtu yang ada di dasar galian serta perbaikan
di sekitar dinding galian.

16
4.5 Lingkungan Hayati

Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu upaya dan pendekatan dalam


pemanfaatan sumber daya alam yaitu suatu pembangunan yang berusaha memenuhi
kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhan mereka.

Pembangunan industri pada sektor usaha bidang pertambangan batubara juga suatu
upaya pemerintah dalam meningkatkan devisa negara dan bila ditinjau dari segi pola
kehidupan masyarakat sangat berhubungan langsung dengan peningkatan kebutuhan barang
dan jasa, pemakaian sumber-sumber energi, dan sumber daya alam. Penggunaan sumber
daya alam secara besar-besaran dengan mengabaikan lingkungan dapat mengakibatkan
berbagai dampak negatif yang terasa dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
(A.H. Mubarok)

Salah satu masalah kerusakan lingkungan akibat petambangan batubara adalah


degradasi lahan yang besar, yang apabila tidak ditanggulangi secara cepat dan tepat akan
menjadi lahan kritis sampai akhirnya menjadi gersang.

17
Penutup

Dari penyajian data fokus penelitian dan hasil pembahasan yang telah dilakukan,
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan
Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dalam dokumen pengelolaan lingkungan,
pelaksanaannya harus sesuai dengan harapan untuk mengetahui, memperkirakan dan
merumuskan dampak penting yang terjadi pada lingkungan sekitar lokasi kegiatan
eksploitasi batuan yang dilaksanakan oleh Kami, sehingga dengan adanya dampak tersebut
baik itu dampak positif maupun dampak negatif harus dilakukan upaya untuk memulihkan
kondisi yang ada atau meminimalisir dampak yang terjadi.

Peraturan yang harus dilaksanakan dalam kegiatan tersebut yaitu SK Menaker


No.SE.01/MEN/1999, tentang Kualitas Udara di Ruang Kerja (sebesar 84 dBA), SK Meg
LH No.48/1999, tentang Kebisingan di Ruang Kerja (sebesar 70 dBA), sehingga
pelaksanaannya harus sesuai dengan peraturan tersebut, supaya keamanan, kenyamanan di
tempat kerja dapat mengurangi resiko kecelakaan yanga akan menimbulkan kerugian baik
fisik maupun materi.

Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan


Lingkungan (UPL) dalam bentuk laporan dokumen pengelolaan lingkungan, tentunya
laporan ini masih banyak kekurangan-kekurangannya, untuk itu kami siap menerima kritik
dan saran yang membangun demi penyempurnaan isi dari laporan ini dimasa yang akan
datang.

18
Daftar Pustaka

- Manik, J. D. N. (2013). Pengelolaan Pertambangan Yang Berdampak Lingkungan Di


Indonesia. PROMINE, 1(1).
- Suprapto, S. J. (2008). Tinjauan Reklamasi Lahan Bekas Tambang dan Aspek
Konservasi Bahan Galian. Buletin Sumber Daya Geologi, 3(1), 21-34.
- Mubarok, A. H., & Ciptomulyono, U. (2012). Valuasi Ekonomi Dampak Lingkungan
Tambang Marmer di Kabupaten Tulungagung dengan Pendekatan Willingness to pay
dan Fuzzy MCDM. Jurnal Teknik ITS, 1(1), D119-D121.
- Ferayanto, Saban. 2010. UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL) DAN UPAYA
PEMANTAUAN LINGKUNGAN (UPL), diakses dari :
http://ibandvangeancebriliand.blogspot.com/2015/10/upaya-pengelolaan-lingkungan-ukl-
dan.html (12/17/2018, 18.05 WIB)
- Purnama, Indra. 2017. UKL – UPL GALIAN, diakses dari :
https://kupdf.net/download/ukl-upl-galian-h-deny-
darmatin_58cfd657dc0d607e39c34695_pdf (12/17/2018, 19.35 WIB)
- Undang – undang Nomor 11 Tahun 1997 tentang konservasi Sumber Daya Alam Hayati
beserta ekosistemnya ;
- Undang – undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang ;
- Undang – undang Nomor 23 Tahun 1997 tengan Pengelolaan Lingkungan Bahan Galian
C;
- Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Pengelolaan Lingkungan Bahan
Galian C ;
- Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang analisis Mengenai Dampak
Lingkungan ;
- Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-112/ Men LH / 3 / 1994
tentang Ketentuan Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Penmantauan
Lingkungan ;
- Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 1991 tentang Pedoman Usaha
Pertambangan Bahan Galian Golongan C ;
- Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1989 tentang Pengelolaan Lingkungan
Lahan Usaha Pertambahan Bahan Galian C ;

19
- Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pengelolaan
Lingkungan Lahan Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C.

20

Anda mungkin juga menyukai