Anda di halaman 1dari 4

Xerostomia adalah keluhan mulut kering secara subyektif, sedangkan

hiposalivasi adalah penurunan aliran saliva secara objektif. Kedua jenis DM, DM tipe
1 dan DM tipe 2, telah dikaitkan sebelumnya dengan xerostomia. Terdapat beberapa
penelitian yang menunjukkan penurunan aliran saliva pada pasien DM dibandingkan
dengan pasien non-DM. Alasan untuk masalah ini bisa karena kerusakan pada
kelenjar parenkim, perubahan dalam mikrosirkulasi ke kelenjar saliva, dehidrasi, dan
gangguan dalam kontrol glikemik (López-Pintor et al., 2016). Xerostomia jika
dibiarkan dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan berbagai komplikasi
pada rongga mulut, seperti gingivitis diabetika, periodontitis, kandidiasis, angular
cheilitis, karies gigi dan sindrom mulut kering, sehingga penderita DM yang
mengalami xerostomia akan mengalami gangguan baik secara fisik maupun psikis
(Ilyas, 2009).
Edgar & Mullane mengemukakan, gejala subjektif xerostomia meliputi
keinginan minum meningkat, kesulitan dalam berbicara, kesulitan merasakan
makanan, kesulitan mengunyah makanan, kering saat menelan, rasa terbakar pada
lidah, sering menenggak air terutama saat makan dan saat tidur dan kesulitan
menggunakan gigi tiruan (Edgar dan Mullane, 1996). Durasi waktu menderita DM
berkaitan dengan terjadinya xerostomia, karena adanya perubahan atropi pada
kelenjar saliva sesuai dengan pertambahan umur yang akan menurunkan produksi
saliva dan mengubah komposisinya. Seiring dengan meningkatnya usia, terjadi proses
aging. Terjadi perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar saliva, dimana kelenjar
parenkim hilang dan akan digantikan oleh jaringan ikat dan lemak. Keadaan ini
mengakibatkan pengurangan jumlah aliran saliva. Perubahan atropik yang terjadi di
kelenjar submandibula sesuai dengan pertambahan usia juga akan menurunkan
produksi saliva dan mengubah komposisinya (Walukow, 2013).
Edgar WM, Mullane DM. Saliva and Oral Health. 2nd ed. Great Britain:Thanet press
limited;1996.

Ilyas, EI. Olaraga bagi Diabetes. Dalam:Soegondo S, Soewondo P, Subekti I, editor.


Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta:FKUI;2009,h,69-110.

López-Pintor, R. M., Casañas, E., González-Serrano, J., Serrano, J., Ramírez, L., de
Arriba, L., & Hernández, G. (2016). Xerostomia, hyposalivation, and salivary flow in
diabetes patients. Journal of diabetes research, 2016.

Walukow, W. G. (2013). Gambaran Xerostomia pada Penderita Diabetes Melitus


Tipe 2 di Poliklinik Endokrin RSUP. Prof dr. RD Kandou Manado. e-GIGI, 1(2).
Patologi oral terkait DM Patogenesis Perawatan dan
Pencegahan
Penyakit periodontal Akumulasi AGE pada Penilaian perkembangan
jaringan periodontal, penyakit risiko, tinjauan
menurunkan regenerasi berkala, saran diet dan
periodontal dan terapi periodontal
menurunkan regulasi imun
Mulu kering Menurunkan laju saliva Kontrol diabetes dan
akibat poliuria dan dental hygiene
dehidrasi
Karies Resorpsi gingiva dan Menggunakan pasta
menurunkan laju saliva berflouride, perawatan
restorasi. Kontrol
glycemic untuk
mencegah progresivitas.
Candidiasis oral Disfungsi saliva, Antifungal nystatin atau
hiperglikemi, dan perawatan miconazole.
terganggunya sistem imun Kontrol glycemic.
Nekrosis pulpa dan abses Iskemia terkait kerusakan Perawatan endodontik
periodontal pembuluh darah pulmonal dan kontrol diabetes.
akibat diabetes
Penyembuhan luka yang Disfungsi vascular dan Pencegahan dengan
tertunda dan menurunnya sistem imun menggunakan antibiotic
peningkatan insiden dan control glikemik.
infeksi setelah operasi

Selama bertahun-tahun, penelitian tentang diabetes telah mengeksplorasi banyak


implikasi klinis penyakit yang sangat umum ini. Kontrol periodontal diperlukan
karena kerusakan jaringan dapat dipercepat di antara penderita diabetes, dan
manajemen awal infeksi oral akan menghindari memperburuk ketidakseimbangan
metabolik yang ada. Telah ditemukan bahwa seorang individu dengan diabetes yang
tidak terkontrol menunjukkan risiko infeksi yang lebih tinggi, serta waktu
penyembuhan yang tidak normal yang berkepanjangan yang akan membahayakan
kesehatan rongga mulut.

Burning mouth syndrome (BMS) ditandai dengan sensasi terbakar di mukosa mulut
dan tidak adanya tanda-tanda klinis. Etiologinya termasuk faktor sistemik, lokal, dan
psikologis (stres, kecemasan dan depresi). Ini lebih sering terjadi pada wanita, dan
usia rata-rata pasien SBA khas adalah 50 hingga 60 tahun. Pasien dengan diabetes
sering memiliki sindrom terbakar mulut, tetapi hubungan yang jelas antara DM dan
BMS belum diidentifikasi.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Chavez et al., kecenderungan untuk
aliran saliva menurun diamati ketika nilai HbA1c meningkat. Sebuah penelitian
terbaru membandingkan karakteristik saliva pada 30 pasien dengan diabetes
dibandingkan dengan 30 subyek sehat. Delapan puluh persen pasien DM
menunjukkan xerostomia, tetapi hanya 10% dari subyek sehat. Selanjutnya, kadar
urea dan glukosa dalam air liur secara signifikan lebih tinggi pada penderita diabetes
daripada subyek sehat. Hal ini menunjukkan bahwa DM dapat menyebabkan
xerostomia dan bahwa mungkin ada korelasi yang signifikan antara tingkat
xerostomia dan kadar glukosa dalam air liur. Selain itu, peningkatan glukosa saliva
meningkatkan proliferasi dan kolonisasi bakteri dalam rongga mulut, dan glukosa
adalah dasar untuk pengembangan Candida dan menurunkan aktivitas neutrofil.
Studi lain dari 102 pasien menunjukkan hubungan yang signifikan antara DM1 dan
xerostomia tetapi hasilnya menunjukkan bahwa status klinis dan kondisi saliva tidak
mempengaruhi kehadiran xerostomia. Carda et al., dalam sebuah penelitian
terhadap 33 pasien, menemukan persentase xerostomia yang lebih tinggi secara
bermakna pada pasien dengan DM dibandingkan pada kelompok kontrol (masing-
masing 76,4% dan 18,7%). Namun penelitian lain belum menemukan perbedaan
yang signifikan dalam aliran saliva antara penderita diabetes dan non-diabetes.

Obradors, E. M., Devesa, A. S., Salas, E. J., Vinas, M., & Lopez, J. L.. 2017. Oral
manifestations of Diabetes Mellitus. A systematic
review. Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 2017 Sep; 22(5): e586–e594.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5694181/

Anda mungkin juga menyukai