Anda di halaman 1dari 13

Pendahuluan

Penyakit hipotiroidisme kongenital merupakan salah satu penyakit yang paling sering terjadi pada anak, yaitu 1
dari 3000 kelahiran hidup. Umumnya bersifat sporadik dan jarang berulang terjadi pada saudara kandung berikutnya. 1
Hipotiroidisme kongenital atau kretinisme dapat diakibatkan oleh kekurangan produksi hormon tiroid atau defek pada
reseptornya yang nampak sejak lahir. Apabila gejala muncul setelah periode fungsi tiroid terlihat normal, maka kelainan
tersebut merupakan kelainan yang didapat atau hipotiroid juvenilis.2 Apabila hipotiroidisme pada janin atau bayi baru lahir
tidak diobati, menyebabkan kelainan intelektual dan atau fungsi neurologik yang menetap, ini menunjukan betapa
pentingnya peran hormon tiroid dalam perkembangan otak saat masa tersebut. Oleh karena itu, betapa pentingnya diagnosa
dini pada bayi baru lahir untuk mencegah hal tersebut.

Anamnesis
Pada anamnesis kasus anak kita tentu tidak bisa langsung bertanya kepada pasien anak tersebut apalagi anak yang masih di
bawah umur, maka itu kita lakukan aloanamnesis yaitu anamnesis kita tanyakan kepada orang tua anak tersebut ataupun
orang yang menjaga anak tersebut. Hal-hal yang bisa kita tanyakan adalah sebagai berikut;
 Keluhan apa yang dirasakan sang anak?
 Apakah sang anak dehidrasi, anoreksia, muntah, mual, diare, kejang, ataupun terjadi gangguang kesadaran?
 Apakah sang anak sakit kepala, lelah, letargi, kurang nafsu makan, bagaimana asupan makanan selama ini?
 Lalu kita tanyakan juga pertumbuhan badan sang anak, apakah normal atau terganggu?
 Lalu kita tanyakan juga riwayat obat-obatan? (steroid mengganggu pertumbuhan)
 Adakah riwayat keluarga yang menderita penyakit yang sama?
 Apakah berasal dari daerah endemik ?
 Apakah ibu memiliki struma dan sudah menjalani pengobatan?
 Bagaimana riwayat struma dalam keluarga?
 Bagaimana perkembangan anak sejak lahir?1

Pemeriksaan Fisik
 Gejala hipotiroid yang dapat diamati adalah konstipasi, lidah besar, kulit kering, hernia umbilical, ubun ubun
besar,lebar atau terlambat menutup, kutis marmomata, suara serak, bayi kurang aktif.
 Penampilan fisik sekilas seperti sindroma down , namun pada sindroma down bayi lebih aktif.
 Pada saat ditemukan pasien pada umumnya tampak pucat.
 Pada anak yang lebih besar mungkin ditemukan wajah bodoh, lidah membesar, retardasi pertumbuhan dan tanda-
tanda retardasi mental. Pada remaja, pubertas prekok dapat terjadi, dan mungkin ada pembesaran sella tursika di
samping postur tubuh pendek.

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan fungsi tiroid T4 dan TSH dilakukan untuk memastikan diagnosis, apabila ditemukan kadar T4
rendah disertai kadar TSH yang meningkat, maka diagnosis dapat ditegakkan.
Nilai cut-off adalah 25µU/ml. Bila nilai TSH <25µU/ml dianggap normal; kadar TSH >50 µU/ml dianggap
abnormal dan perlu pemeriksaan klinis dan pemeriksaan TSH dan T4 plasma. Bila kadar TSH tinggi > 40
µU/ml dan T4 rendah, < 6 µg/ml, bayi diberi terapi tiroksin dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Bayi dengan
kadar TSH diantara 25-50 µU/ml, dilakukan pemeriksaan ulang 2-3 minggu kemudian.3
 Pemeriksaan darah perifer lengkap
 Apabila ibu dicurigai menderita hipotiroid maka bayi perlu diperiksa antibody antitiroid. Kadar TBG diperiksa
bila ada dugaan defisiensi TBG yaitu bila dengan hormone tiroid tidak ada respon.

2. Pemeriksaan Radiologis
 USG
Dapat menunjukkan retardasi perkembangan tulang pada sekitar 60% bayi hipotiroidisme kongenital dan
menunjukkan beberapa kehilangan hormon tiroid selama kehidupan intrauterin. Misalnya, epifisis femoris distal, yang
normalnya ada pada saat lahir, seringkali tidak ada. Pada penderita yang tidak diobati, ketidaksuksesuaian antara usia
kronologis dan perkembangan tulang bertambah. Epifisis sering memiliki banyak fokus penulangan (disgenesis epifisis
dan deformitas/retak) vetebra thorakalis 12 atau lumbalis 1 atau 2 adalah biasa. Roentgenogram tengkorak menunjukkan
fontanella besar dan sutura lebar; tulang antar sutura (wormian) biasanya ada. Sella tursika sering membesar dan bulat;
pada keadaan yang jarang mungkin ada erosi dan penipisan. Keterlambatan pada pembentukan dan erupsi gigi dapat
terjadi. Pembesaran jantung atau efusi perikardium dapat ada.
 Skintigrafi
Dapat membantu memperjelas penyebab yang mendasari pada bayi dengan hipotiroidisme kongenital, tetapi
pengobatan tidak boleh terlalu lambat karena penelitian ini. 123I-natrium yodida lebih unggul daripada 99mTc-natrium
pertekhnetat untuk tujuan ini. Pemeriksaan ultrasuara tiroid atau kadar Tg serum bukan alternatif yang dapat dipercaya
untuk skenning radionuklida. Peragaan jaringan tiroid ektopik diagnostik disgenesis tiroid dan membutuhkan pengobatan
seumur hidup dengan T4. Kegagalan memperagakan suatu jaringan tiroid menunjukkan adanya aplasia tiroid tetapi juga
terjadi pada neonatus dengan TRBAb dan pada bayi dengan defek penangkapan yodium. Kelenjar tiroid yang terletak
normal dengan ambilan radionuklid kuat atau normal menunjukkan defek pada biosintesis hormon tiroid.
 Elektrokardiogram (EKG)
Dapat menunjukkan gelombang P dan T voltase rendah dengan amplitudo kompleks QRS yang menurun dan
menunjukkan fungsi ventrikel kiri jelek dan adanya efusi pericardium. Elektroensefalogram sering menunjukkan voltase
rendah. Pada anak di atas umur 2 tahun, kadar kolesterol serum biasanya meningkat. 4

Working Diagnosis (Hipotiroid Kongenital)


Hipotiroid artinya kekurangan hormon tiroid, yaitu hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar tiroid atau kelenjar
gondok. Hipotirod kongenital merupakan penyebab retardasi mental yang tersering dan dapat diobati. Disebabkan karena
tidak adekuatnya produksi hormone tiroid pada bayi baru lahir karena defek anatomik kelenjar tiroid, inborn error
metabolism tiroid atau defisiensi yodium. Hipotiroid kongenital adalah kekurangan hormon tiroid sejak dalam kandungan.
kira-kira satu dari 3000 bayi lahir dengan Hipotiroid kongenital, meskipun kelainan ini jarang tetapi mungkin saja terjadi
pada bayi ibu.5

Gejala Klinis
Gambaran klinis klasik (lidah besar, suara tangisan serak, wajah sembab, hernia umbilikalis, hipotonia, klit
belang belang, akral dingin,letargi) tidak jelas.
Dicurigai adanya hipotiroid bila skor Apgar hipotiroid kongenital > 5; tetapi tidak adanya gejala atau tanda yang
tampak, tidak menyingkirkan kemungkinan hipotiroid kongenital.
Tabel : Skor Apgar pada hipotiroid kongenital

Gejala klinis Skore

Hernia umbilicalis 2

Kromosom Y tidak ada (wanita) 1

Pucat, dingin, hipotermi 1

Tipe wajah khas edematus 2

Makroglosi 1

Hipotoni 1

Ikterus lebih dari 3 hari 1

Kulit kasar, kering 1

Fontanella posterior terbuka (>3cm) 1

Konstipasi 1

Berat badan lahir > 3,5 kg 1

Kehamilan > 40 minggu 1

Total 14
Tabel 1. Skor Apgar pada hipotiroid congenital3

Gejala non spesifik yang menyokong yaitu umur kehamilan lebih dari 42 minggu, ikterus eonatorum yang lama,
kesulitan meminum, konstipasi, hipotermia atau distress respirasi pada bayi dengan berat lebih dari 2.500 kg. bayi yang
lahir dengan hipotiroidime congenital pada saat lahir ukurannya normal, namun demikian bilamana diagnosis terlambat
makaakan terjadi gagal tumbuh. Apabila ditemukan jaringan tiroid pada palpasi menyokong adanya kelainan
hormogenesis kerja hormone tiroid.
Gambar 1. Bayi hipotiroidisme congenital dengan kretinisme, hipotonia, kulit wajah nampak kasar dan
hernia umbilical.6

Pengenalan skrining rutin terhadap bayi baru lahir untuk TSH dan Tq telah menjadi keberhasilan besar dalam
diagnosis dini hipotiroidisme neonatus. T4 serum di bawah 6 µg/dL atau TSH serum di atas 30 μU/mL indikatif adanya
hipotiroidisme neonatal. Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan bukti radiologis adanya retardasi umur tulang.3
Epidemiologi
Hipotiroid kongenital merupakan kelainan endokrin kongenital yang paling sering, dapat terjadi pada 1 dari 3000
sampai 4000 bayi baru lahir. Penyakit ini dapat terjadi secara transient, namun lebih sering terjadi secara permanen.
Hipotiroid, termasuk yang kongenital, paling sering terjadi karena defisiensi iodine. Hipotiroid neonatal disebabkan oleh
disgenesis pada 80-85%, karena dishormogenesis pada 10-15%, dan antibodi TSH-R pada 5% populasi. Kelainan ini
terjadi dua kali lebih sering pada anak perempuan. Hipotiroid kongenital biasanya bersifat sporadik, namun sampai 2%
dari disgenesis tiroid bersifat familial, dan hipotiroid kongenital yang disebabkan oleh defek organifikasi biasanya
diturunkan resesif. Mutasi yang menyebabkan hipotiroid kongenital semakin banyak ditemukan, namun penyebab dari
sebagian besar populasi masih tidak diketahui.2

Etiologi
Etiologi hipotiroid congenital menetap2,4
 Disgenesis Tiroid
Merupakan penyebab terbesar Hipotiroidisme Kongenital non endemik, kira-kira 85-90% merupakan akibat dari
tidak adanya jaringan tiroid total (agenesis) atau parsial (hipoplasia) yang dapat terjadi akibat gagalnya penurunan kelenjar
tiroid ke leher (ektopik), disini dapat terjadi agenesis unilateral atau hipoplasia. Faktor genetik dan lingkungan mungkin
berperan pada disgenesis tiroid, namun demikian sebagian besar penyebabnya belum diketahui.
 Inborn Errors of Tyroid Hormonogenesis
Merupakan kelainan terbanyak kongenital karena kelainan genetik. Defek yang didapatkan adalah :
o Kegagalan mengkonsentrasikan yodium
o Defek organifikasi yodium karena kelainan enzim TPO atau pada H2O2 generating system
o Defek pada sintesis atau transport triglobulin
o Kelainan katifitas iodotirosin deidonase
 Resisten TSH
Sindrom resistensi hormone, bermanifestasi sangat luas, sebagai akibat dari berkurang atau tidak adanya respon
“end organ” terhadap hormone yang biologis aktif. Hal ini dapat disebabkan karena defek pada reseptor atau post reseptor,
TSH resisten adalah suatu keadaan kelenjar tiroid refakter terhadap rangsang TSH. Hilangnya fungsi reseptor TSH, akibat
mutasi reseptor TSH defek molekuler pada sebagian keluarga kasus dengan resisten TSH yang ditandai dengan kadar
serum TSH tinggi, dan serum hormon tiroid normal atau menurun, disertai kelenjar tiroid normal atau hipoplastik.
 Sintesis atau sekresi TSH berkurang
Hipotiroidism sentral disebabkan karena kelainan pada hipofisis atau hipotalamus. Pada bayi sangat jarang
dengan prevalensi antara 1 : 25.000 sampai 1: 100.000 kelahiran.
 Menurunnya transport T4 seluler
Sindrom ini terjadi akibat mutasi monocarboxylate transporter 8 (MCT8), merupakan fasilitator seluler aktif
transport hormone tiroid ke dalam sel. Biasanya pada laki laki menyababkan hipotiroidisme dengan kelainan neurologi
seperti kelambatan perkembangan menyeluruh, distonia hipotoniasentral , gangguan pandangan mata serta kadar T3
meningkat.
 Resistensi hormone tiroid
Merupakan sindrom akibat dari tidak responsifnya jaringan target terhadap hormone tiroid, ditandai dengan
meningkatnya kadar FT4 dan FT3 dalam sirkulasi dengan kadar TSH sedikit meningkat atau normal.

Etiologi hipotiroid congenital transien2,4


 Defisiensi yodium atau yodium yang berlebihan
Pada janin maupun pada bayi yang baru lahir sangat peka pengaruh nya pada tiroid, sehingga harus dihindarkan
penggunannya yodiu pada ibu selama kehamilan, sumber sumber yodium termasuk obat-obatan (kalium yodia,
amidarone), bahan kontras radiologi( untuk pyelogram intra vena, cholecytogram) dan larutan antiseptic (yodium
povidon) yang digunakan membersihkan kulit dan vagina, dapat berpengaruh.
 Pengobatan ibu dengan obat antitiroid
Dapat terjadi pada ibu yang diberikan obat antitiroid (PTU atau karbimasol atau metimasil) untuk penyakit
graves, bayi nya ditandai oleh pembesaran kelenjar tiroid, sehingga dapat mengakibatkan gangguan prnafasan, khususnya
bila diberikan obat yang dosisnya tinggi.

 Antibody reseptor tirotropin ibu


Reseptor TSH (TSHR) meruoakan pasangan protein G merupakan reseptor berbentuk seperti jangkar terhadap
permukaan sel epitel tiroid (Tirosid) yang mengatur sintesis dan lepasnya hormone tiroid . bila memblok TSH endogen
dapat mengakibatkan hipotiroidisme.

Patofisiologis

Kelenjar tiroid adalah kelenjar kecil yang berbentuk seperti


kupu-kupu, terletak pada bagian depan leher tepat di bawah kedua sisi
laring dan terletak di sebelah anterior trakea. Kelenjar ini mensekresi dua
hormon tiroid yaitu tiroksin atau T4 dan triiodotironin atau T3, dan
hormon-hormon itu khusus dibuat di dalam kelenjar tiroid. Produksi T3
dan T4 merupakan proses yang kompleks dan dapat dikatakan unik untuk
kelenjar tiroid. Iodium merupakan unsur utama yang diperlukan untuk
membuat hormon tiroid. Iodium adalah zat gizi mikro yang diperoleh
tubuh kita dari makanan termasuk garam beriodium.

Gambar 3. Anatomi kelenjar tiroid

Tidak adanya sekresi tiroid sama sekali biasanya menyebabkan


laju metabolisme turun sekitar 40 persen di bawah normal dan sekresi
tiroksin yang berlebihan sekali dapat menyebabkan laju metabolisme
basal meningkat setinggi 60 sampai 100 persen di atas normal. Sekresi
tiroid terutama diatur oleh hormon perangsang tiroid yang disekresi oleh
kelenjar hipofisis anterior.
Fungsi kelenjar tiroid dikendalikan oleh suatu hormon lain yaitu TSH yang dibuat dalam kelenjar hipofisis, suatu
kelenjar yang terletak di otak. TSH mutlak diperlukan untuk suatu fungsi tiroid yang baik. Hormon tiroid memainkan
peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. jika kelenjar tiroid tidak berkembang sempurna, maka tidak
akan menghasilkan hormon yang cukup untuk pertumbuhan bayi dan perkembangan otak yang normal. Hormon tiroid di
dalam tubuh diperlukan untuk mengoptimalkan kerja semua jaringan dan organ. Pada keadaan kekurangan hormon tiroid
maka berbagai proses kehidupan akan terhambat karena pada bayi jaringan otak sedang berkembang sangat cepat, maka
jumlah hormon tiroid yang normal amat sangat penting untuk tumbuh kembang mereka.

Kelenjar hipofisis dan tiroid berkembang dari kavum bukofaringeal antara minggu ke –4 dan 10 masa gestasi. Tiroid
berkembang dari kantong brakial ke-4 dan berakhir sebagai organ berlobus pada leher. Dari masa gestasi 10 – 11 minggu ,
tiroid fetal dapat menghasilkan hormon tiroid. Dari masa gestasi 18-20 minggu , level T4 darah dapat mencapai nilai
normal.
o Disgenesis tiroid. Kesalahan formasi dan migrasi dari jaringan tiroid dapat menyebabkan aplasia tiroid,
displasia dan ektopik. Defek perkembangan (disgenesis tiroid) merupakan 90% dari bayi yang terdeteksi
hipotiroidisme; pada sekitar sepertiga, bahkan sken radionuklid sensitif tidak dapat menemukan sisa jaringan
tiroid (aplasia). Pada duapertiga bayi yang lain, jaringan tiroid tidak sempurna ditemukan pada lokasi ektopik,
dari dasar lidah (tiroid lidah) sampai posisi normalnya dileher. Kebanyakan bayi dengan hipotiroidisme
kongenital pada saat lahir tidak bergejala walaupun ada agenesis total kelenjar tiroid. Situasi ini dianggap berasal
dari perpindahan transplasenta sejumlah sedang tiroksin ibu (T4), yang memberikan kadar janin 25-50% normal
pada saat lahir. Kadar T4 serum yang rendah ini dan secara bersamaan kadar hormon perangsang tiroid (TSH)
meningkat, memungkinkan menskrining dan mendeteksi kebanyakan neonatus hipotiroidisme.

Sintesis Hormon Tiroid:


Iodium non organik diambil dari sel folikel tiroid dengan transport aktif dan dioksidasi dengan tiroid peroksidase .
o Defek Pengangkutan Yodium.
Ini adalah defek yang jarang yang telah dilaporkan pada 9 bayi dari sekte Hutterite, dan separuh dari kasus
adalah berasal dari Jepang. Dahulu, hipotiroidisme klinis dengan atau tanpa gondok sering berkembang pada
umur beberapa bulan pertama, tetapi baru-baru ini, keadaan ini telah dideteksi pada program skrining neonatus.
Namun, di Jepang penderita yang tidak diobati menderita gondok dan hipotiroidisme setelah umur 10 tahun,
mungkin karena amat tingginya kandungan yodium pada diet orang Jepang. Mekanisme tergantung-energi untuk
mengkonsentrasikan yodium adalah kurang sempurna pada tiroid dan kelenjar ludahnya. Berbeda dengan defek
sintesis hormon tiroid lain, ambilan radioyodium dan pertekhnetate rendah; rasio 123 I ludah: serum mungki
diperlukan untuk menegakkan diagnosis

Organifikasi pada iodium terdapat pada molekul tiroksin yang melekat pada tiroglobulin, membentuk MIT dan DIT.
Koupling dari 2 molekul DIT : tetraiodotironin dan 1 molekul MIT dan 1 molekul DIT membentuk 3 tiroglobulin, terikat
T3 dan T4 terdapat pada folikel lumen.
o Defek Organifikasi dan pasangan Tiroid Peroksidase.
Ini merupakan defek sintesis tiroksin yang paling lazim. Setelah yodium terperangkap oleh tiroid, ia segera
dioksidasi menjadi yodium reaktif, yang kemudia digabung kedalam unit tiroksin. Proses ini memerlukan
generasi H2O2 ,tiroid peroksidase, dan hematin(kofaktor enzim); defek dapat melibatkan masing-masing
komponen ini, dan ada heterogenitas klinis dan biokimia yang besar. Pada program skrining neonatus Belanda,
23 bayi ditemukan dengan defek organifikasi total (1 dari 60.000), tetapi prevalensinya pada daerah lain belum
diketahui. Temuan khas pada semua penderita defek ini adalah menurunnya radioaktivitas tiroid bila perkhlorat
atau thiosianat diberikan 2 jam setelah pemberian dosis uji radioyodium. Pada penderita ini, perkhlorate
mengeluarkan 40-90% radioiyodium dibanding dengan kurang dari 10% pada individu normal. Beberapa mutasi
gen TPO telah dilaporkan pada anak penderita hipotiroidisme kongenital. Penderita dengan sindro Pedred,
gangguan meliputi gondok dan tuli sensorineural, juga memiliki cairan perkhlorat yang positif, tetapi defek
biokimianya tiap orang-orang ini belum diketahui.

TSH aktif melepaskan T3 dan T4 yang tersedia pada tiroglobulin. Pada beberapa situasi, T4 adalah hormon utama untuk
memproduksi dan melepaskannya dari glandula tiroid. Pada cacat bawaan, hipotiroidisme kongenital dapat timbul pada
anak – anak dengan bentuk kelenjar tiroid normal. T4 adalah tironin primer yang dihasilkan kelenjar tiroid. T3 adalah
mediator primer pada hormon tiroid dan berinteraksi dengan reseptor inti.
o Defek Sintesis Tiroglobulin.
Pada karier protein utama, hormon tiroid yang bersirkulasi adalah TBG,TBPA, dan albumin sehingga anak –
anak dengan nilai TBG yang rendah memiliki nilai T4 rendah pula walaupun secara psikologik normal. Kelainan
TBG kongenital dapat timbul sebagai X link resesif atau autosomal resesif.

Penatalaksanaan Non-Medikamentosa
 Edukasi orang tua mengenai penyakit pada anak, perjalanan penyakit, dan pengobatan yang dianjurkan
 Memberi cukup yodium dalam setiap makanan. Yodium mudah rusak pada suhu tinggi. Padahal kita selama ini
memasak makanan pada suhu yang panas saat menambah garam yang mengandung yodium, sehingga yodium
yang kita masak sudah tidak berfungsi lagi karena rusak oleh panas. Untuk itu, sebaiknya kita menambahkan
garam pada saat makanan sudah panas dan cukup dingin sehingga tidak merusak kandungan yodium yang ada
pada garam.
 Makan makanan yang tidak mengandung pengawet juga diperlukan. Asupan kalori disesuaikan apabila berat
badan perlu dikurangi. Apabila pasien mengalami letargi dan defisit perawatan diri, perawat perlu memantau
asupan makanan dan cairan.
 Meng-evaluasi metode diagnosis perinatal dan pengobatan.
 Penilaian respon klinis apakah ada perubahan pada gejala klinis dan memeriksa tumbuh kembang berjalan
normal apa tidak.
 Monitor perkembangan anak.

Penatalaksanaan Medikamentosa
Pengobatan hipotiroidisme kongenital membutuhkan hormon tiroid eksogen. Hormon Na-L-tiroksin merupakan
obat terpilih karena potensinya yang seragam dan penyerapannya yang baik. 4 Hormon tiroid penting untuk perkembangan
otak normal pada bulan-bulan awal pascalahi dan pengobatan yang efektif harus segera dimulai untuk mencegah
kerusakan otak yang ireversibel.2 Jika menggunakan Na-L-tiroksin untuk pengobatan, dokter harus menyesuaikan T4
serum ke rentang normal atas, yang saat itu kadar T3 serum mungkin normal atau agak meningkat. Set-point umpan balik
hormon tiroid pada bayi dengan hipotiroidisme kongenital tampaknya mengalami perubahan, sehingga konsentrasi TSH
serum tetap sedikit tinggi pada penggantian T4 yang adekuat, dengan kadar T4 serum yang normal atau bahkan meningkat.
Dosis awal Na-L-tiroksin yang lazim untuk bayi hipotiroid adalah 10-15; biasanya butuh 3-4 minggu sebelum efek
maksimal dari dosis konstan dapat diamati.

Umur µg/kg/hari Rentang Dosis (µg)


1-12 bln 7-15 25-50
1-5 th 5-7 50-100
5-10 th 3-5 100-500
10-20 th 2-4 100-200
Tabel 2. Dosis Penggantian Na-L-Tiroksin Pada Masa Bayi dan Kanak-Kanak4
Dosis Na-L-tiroksin yang adekuat pada tahun pertama biasanya memiliki rentang antara 25 dan 50 per hari. Laju
pertumbuhan seharusnya meningkat setelah pengobatan dimulai, dan setiap defisit pertumbuhan biasanya pulih dalam
beberapa bulan. Umur tulang merupakan suatu indeks defisiensi tiroid yang sensitif; maturasi tulang yang terlambat
mengusulkan pemberian dosis yang tidak adekuat bila tanda-tanda hipotiroidisme lainnya telah dihilangkan.
Terapi berlebihan menyebabkan timbulnya tanda patologis, seperti takikardia, kegelisahan berlebihan,
terganggunya pola tidur, dan temuan lain yang mengarah tirotoksikosis. Dosis berlebihan dalam jangka waktu yang lebih
panjang menyebabkan timbulnya osteoporosis, sinostosis pramatur sutura tengkorak, serta kemajuan umur tulang yang
tidak semestinya. pelepasan lanugo secara cepat dan pada bayi yang usianya lebih tua, terjadinya devitalisasi rambut
kepala merupakan konsekuensi normal pengobatan dan tidak diindikasikan pengurangan dosis .4

Komplikasi
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Pada waktu lahir tidak ditemukan ada kelainan, namun
pada beberapa bulan kemudian bayi terlihat lambat untuk tengkurap dan gejala perkembangan yang terhambat lainnya.
Selain itu anak terlihat cebol dengan kepala besar, raut muka seperti orang bodoh, dan lidah besar terjulur keluar.
Kekurangan hormon tiroid sejak lahir bila tidak diketahui dan diobati sejak dini akan mengakibatkan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan. Selain itu juga dapat mengalami retardasi mental apabila tidak segera diberikan hormon
tiroid setelah dideteksi. Pemberian hormon tiroid yang tidak teratur dan terkontrol, anak tidak akan tumbuh dan
berkembang secara normal dan selayaknya serta terjadi defisit IQ (Intelligence Quotient).2,4

Prognosis
Dengan adanya program skrining neonatus untuk mendeteksi hipotiroidisme kongenital, prognosis untuk bayi
yang terkena adalah baik. Diagnosis awal dan pengobatan yang cukup sejak umur minggu-minggu pertama
memungkinkan pertumbuhan linier yang normal dan inteligensinya setingkat dengan saudara kandung yang tidak terkena.
Tanpa pengobatan, bayi yang terkena akan menjadi cebol dengan defisiensi mental. Hormon tiroid penting untuk
perkembangan otak normal pada bulan-bulan awal pasca lahir.2

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawakan pendek dapat disebabkan oleh variasi genetik, penyakit intrauterin, atau berbagai malformasi atau
penyakit kronis.. Pertumbuhan linear secara umum dianggap sangat menurun ketika tinggi anak turun lebih dari -2,5 SD
dibawah mean tinggi menurut usia, ketika laju pertumbuhan anak menurun, atau ketika anak tersebut kecil menurut ukuran
midparenteral (penghitungan statik tinggi keluarga secara kasar). 1

a. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang pertama kali dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium seperti darah lengkap,
serologic urea dan elektrolit, calcium, fosfatase dan alkali fosfatase, T4 dan TSH, GH (growth Hormone) atas
indikasi, analisa khromosom, serta pemeriksaan psikologik/psikiatrik.1,2,4
1. Evaluasi growth hormon
Evaluasi sekresi cadangan GH adalah penting untuk penilaian terhadap anak-anak dengan postur pendek dan pada
orang dewasa tersangka hipopituitarisme. Uji provokasi perlu dilakukan karena kadar basal GH biasanya rendah dan
tidak dapat membedakan antara orang normal dan orang dengan defisiensi GH. 5
2. Hipoglikemia akibat pemberian insulin (insuline tolerance test)
Pada ITT ini, insulin disuntikan secara intravena dengan dosis 0.1 U/kg (menit 0) untuk menurunkan kadar
glukosa serum <40 mg/Dl (2.2 mmol/L). Kadar glukosa dapat dimonitor dengan sampel kapiler setiap 15 menit
hingga gejala hipoglikemi timbul. Insulin dengan dosis yang sama dapat diberikan kembali apabila hipoglikemi tidak
didapatkan dalam waktu 30-60 menit. Kadar glukosa dan Growth Hormone (GH) serum diukur pada menit ke 0, 15,
30, 60, 90, dan 120 setelah pemberian insulin. Diagnosis defisiensi GH apabila puncak kadar GH <5.1 μg/L. Karena
10% orang normal tidak memberi respon terhadap hipoglikemia, uji perangsang lain mungkin diperlukan. 5
3. Uji-uji dengan levodopa, arginin dan perangsangan lain
GH juga akan meningkat setelah pemberian levodopa, suatu prekursor dari dopamin dan norepinefrin yang dapat
menembus sawar darah otak. Kira-kira 80% dari orang normal memberi respon GH lebih besar. Percobaan ini lebih
aman daripada uji hipoglikemia akibat pemberian insulin pada pasien lebih tua.1,5
 Puncak kadar GH <11.1 μg/L pada pasien dengan BMI < 25.
 Puncak kadar GH <8.1 μg.L pada pasien dengan 25 ≤ BMI < 30.
 Puncak kadar GH < 4.1μg/L pada pasien ≥30.
4. Tes Urin

Evaluasi ekskresi GH melalui urin merupakan metode noninvasif untuk menilai status GH. Tetapi,
metode ini jarang digunakan karena adanya variasi ekskresi GH setiap harinya. Terlebih lagi, rendahnya sensitifitas
dan spesifisitas dari tes ini.
5. MRI
MRI daerah hipotalamus-hipofisis dapat dilakukan untuk mengetahui apakah adanya kelainan anatomis dan juga
apabila terdapat tumor.
6. Hand X-Ray
Pemeriksaan ini dilakukan pada tangan kiri untuk menentukan umur tulang. Normal, ukuran dan
bentuk tulang berubah seiring pertumbuhan seseorang. Apabila ada perbedaan pada umur tulang dengan usia anak,
mengindikasikan adanya gangguan pertumbuhan.3

Defisiensi Growth Hormone

Defisiensi hormon pertumbuhan (GHD) adalah kondisi medis, disebabkan oleh masalah yang timbul di kelenjar
hipofisis, di mana tubuh tidak cukup memproduksi hormon pertumbuhan (GH). Hormon pertumbuhan, juga disebut
somatropin, adalah polipeptida hormon yang merangsang pertumbuhan dan reproduksi sel. Hormon pertumbuhan
diperlukan untuk pertumbuhan normal pada anak-anak.1

Pada orang dewasa, hormon pertumbuhan diperlukan untuk mempertahankan jumlah tepat dari lemak tubuh, otot, dan
tulang. Pada orang dewasa, hormon pertumbuhan yang rendah atau tidak ada juga dapat menyebabkan gejala
emosional, seperti kelelahan dan kurangnya motivasi. Kolesterol juga dapat terpengaruh. Orang dewasa dengan
defisiensi hormon pertumbuhan biasanya memiliki riwayat tumor hipofisis yang mungkin telah diobati dengan
pembedahan atau radiasi.1

Defisiensi growth hormon kongenital

Defisiensi GH kongenital bermanifestasi dengan panjang tubuh yang normal saat dilahirkan tetapi terjadi penurunan
kecepatan pertumbuhan segera setelah kelahiran. Kelainan ini dapat diketahui dengan melakukan pengukuran yang
teliti ditahun pertama dan akan menjadi makin jelas pada usia 1-2 tahun. Pasien-pasien yang menderita defisiensi GH
klasik akan nampak sebagai postur pendek, obesitas dengan gambaran fasial imatur, suara melengking tinggi dan
imatur, dan keterlambatan maturasi skeletal.2

Bentuk yang kurang parah dari defisiensi GH parsial. Pria yang mungkin mengalami defisiensi GH mungkin
mengalami mikrofalus, terutama bila keadaan ini diikuti dengan defisiensi gonadotropin releasing hormone (GnRH). 2

Defisiensi GH pada neonatus atau anak-anak dapat pula menyebabkan hipoglikemia simptosomatik dan kejang-
kejang. Bila disertai defisiensi ACTH hipoglikemia biasanya terjadi dengan lebih hebat. Diagnosis banding
hipoglikemia neonatus pada bayi cukup bulan yang tidak mengalami trauma kelahiran adalah hipopituitarisme
neonatal. Jika ada mikrofalus (pada pria), hipoplasia optikus, atau defek garis tengah fasial lain atau sistem saraf pusat
harus dicatat, diagnosisnya mengarah ke defisiensi GH kongenital.2

Defisiensi GH kongenital secara statistik berhubungan dengan dengan kelahiran sungsang. Intelegensia normal pada
defisiensi GH kecuali bila terjadi pula hipoglikemia parah berulang yang menghambat perkembangan otak. Bila
terdapat pula defisiensi thyrotropin releasing hormon (TRH) mungkin juga ditemukan tanda-tanda tambahan
hipotiroidisme. Hipotiroidisme sekunder atau tersier tidak selalu berhubungan dengan retardasi mental. Tapi sedikit
kasus dari defisiensi TRH terisolasi dan retardasi mental telah dilaporkan.2

Defisiensi GH kongenital dapat muncul berupa defek anatomi di”garis tengah”. Hipoplasia optikus disertai defek
visual yang berkisar nistagmus sampai kebutaan telah digambarkan dalam hubungannya dengan defisiensi
hipoyalamus yang bervariasi, mencakup pula diabetes insipidus, kira-kira limapuluh persen pasien tidak adanya
septum pelusidum pada CT scan atau MRI, mengarah pada diagnosis displasia septo-optik. Palatum yang terbelah
atau bentuk-bentuk lain dari disrafisme berhubungan dengan defisiensi GH pada 7% kasus sehingga anak-anak ini
memerlukan lebih dari sekedar suportif nutrisi untuk memperbaiki pertumbuhannya. 1
Tidak adanya hipopisis secara kongenital yang ditemukan dalam pola autosomal resesif, mengakibatkan hipopituitari
berat, termasuk hipoglikemia dan hipopituitarisme, pasien yang terkena memiliki sella tursika yang dangkal atau tidak
ada, defek ini termasuk jarang.1

Defisiensi GH herediter digambarkan dalam berbagai cara. Teknik biokimia terbaru telah menemukan berbagai
macam defek genetik pada keluarga yang terkena. Pasien dengan gen GH abnormal atau tidak ada awalnya memberi
respon pada pemberian hGH eksogen, tapi kemudian terbentuk titer antibodi tinggi yang mengakhiri efek terapi,
namun satu macam yang telah dilaporkan bahwa dia tetap tumbuh dan tidak terbentuk antibodi penghambat. 1

Defisiensi GH tipe IA diturunkan secara autosomal resesif, dan pasien memiliki defek pada genom GH, tidak seperti
pada defisiensi GH sporadis klasik, beberapa anak digambarkan memiliki panjang lahir pendek. Pasien tipe IB
memiliki gen autosomal resesif defisiensi GH tapi bukan deplesi gen. Pasien tipe II adalah autosomal dominan, pasien
tipe III adalah tipe terangkai X.1

Defisiensi growth hormon didapat

Awitan defisiensi GH yang terjadi pada masa anak-anak lanjut atau adolesen terutama bila disertai dengan defisiensi
hormon hipofisis lain mungkin disebabkan oleh Tumor hipotalamus-hipofisis. Adanya defisiensi hipofisis anterior
menyebabkan hal tersebut lebih sering terjadi.2

Sindroma sella kosong lebih sering berhubungan dengan abnormalitas hipotalamus-hipofisis pada masa kanak-kanak
daripada dewasa, jadi defisiensi GH dapat ditemukan pada pasien yang terkena. Beberapa pasien terutama anak laki-
laki dengan keterlambatan konstitusional pada pertumbuhan dan adolesensi mungkin mengalami defisiensi GH
transien dengan pengujian sebelum awitan pubertas sebenarnya, ketika konsentrasi testoteron mulai meningkat pada
pasien ini sekresi GH dan kecepatan pertumbuhan juga meningkat. 2

Penyinaran kranial regio hipotalamus-hipofisis untuk mengobati tumor otak atau leukemia limfoblastik dapat
menyebabkan defisiensi GH 6-24 bulan kemudian, sehubungan dengan kerusakan hipotalamus atau mungkin
hipofisis karena induksi penyinaran. Pasien-pasien ini harus dengan cermat di observasi untuk gagal pertumbuhan
setelah penyinaran.2

Radiasi abdominal untuk tumor wilm dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan dengan perkiraan kehilangan
tinggi dari megavolt terapi 10 cm untuk terapi 1 tahun umur dan 7 cm dari terapi 5 tahun umur. Lainnya menerima
penyinaran gonadal atau kemoterapi telah mengalami kegagalan fungsi gonad dan keterlambatan awitan atau progresi
pubertas dan lonjakan pertumbuhan pubertas.2

Defisiensi Growth Hormon Tipe lain

Yaitu kelainan produksi atau kerja GH lain tidak bermanifestasi sebagai suatu bentuk klasik dari defisiensi GH.
Dwarfisme Laron ditandai dengan GH yang tinggi dalam plasma. Kecepatan pertumbuhan tidak meningkat dan nilai
IGF 1 tidak meningkat pada pemberian hGH eksogen. Namun pemberian IGF 1 meningkatkan kecepatan
pertumbuhan dan menekan konsentrasi GH.2

Defek dasarnya berupa ketidakmampuan untuk memproduksi IGF 1 dalam respon terhadap growth hormon karena
kegagalan atau tidak adanya reseptor GH. GHBP tidak ada dalam serum. Keadaan ini diturunkan dalam bentuk
autosomal resesif.Anak tampak sangat pendek, pertumbuhan buruk dengan keterlambatan maturasi skeletal, nilai GH
dan IGF 1 normal, dan tidak ada tanda-tanda penyakit organik yang memberi respon terhadap terapi GH berupa
kenaikan kecepatan pertumbuhan yang sebanding dengan pasien defisiensi GH sebenarnya. 2 Pasien-pasien ini bisa
memiliki berbagai variasi keterlambatan konstitusional dalam pertumbuhan atau postur pendek genetik, abnormalitas
yang hampir sama dalam sekresi GH mungkin didapat. Dalam era dimana banyak sekali pasokan GH, ada
peningkatan tekanan untuk mengobati banyak anak terutama anak laki-laki yang tidak pendek sekali dan tumbuhnya
tidak terlalu pelan serta keterlambatan umur tulang yang tidak terlalu besar. Sementara studi kontrol terapi anak-anak
ini sedang berlangsung sedikit informasi dari data tidak terkontrol saat ini menyebutkan bahwa tinggi akhir dapat
dicapai dengan terapi seperti diatas.2

Pigmi (kerdil) mempunyai kadar GH yang normal dalam plasma, IGF 1 yang rendah dan IGF 2 yang normal. Pasien-
pasien ini tidak memberi respon terhadap pemberian GH eksogen berupa membaiknya percepatan pertumbuhan.
Pasien-pasien ini diduga mengalami ketidakmampuan kongenital untuk memproduksi IGF 1 yang lebih berperan
besar pada pertumbuhan dibanding dengan IGF 2. Anak kerdil dilaporkan terdapat kekurangan dalam lonjakan
pertumbuhan pubertas, menunjukkan bahwa pigmiEfe, pigmi terpendek lahir paling pendek secara signifikan di
daerah Afrika dan sekitarnya serta pertumbuhan lebih lambat pada masa kanak-kanak, menunjukkan postur secara
progresif berada pada simpangan baku dibawah rata-rata. Diduga teapi IGF 1 akan meningkatkan kecepatan
pertumbuhan dalam populasi ini selama anak-anak dan pubertas, tapi terapi semacam itu belum pernah dilaporkan.

b. Etiologi
Gangguan hipotalamus dapat menyebabkan defisiensi GH dengan menggangu sekresi GRF (GHRH), sedangkan lesi
hipofisis atau tangkai hipofisis dapat menyebabkan defisiensi GH secara langsung. Lokasi pasti dari lesi penyebab
sering sulit ditentukan. Dari sekian banyak penyebab defisiensi GH, hipopituarism idiopatik sejauh ini merupakan
penyebab tersering. Kegagalan pertumbuhan secara tipikal didiagnosis pada anak dengan kelainan tersebut pada akhir
tahun pertama kehidupannya.1

Hingga 70% anak dengan hipopituarism idiopatik memiliki riwayat gangguan perinatal sehingga dinyatakan bahwa
hipoksia akibat perdarahan maternal, persalinan sungsang, atau asfiksia selama proses kelahiran menyebabkan
disfungsi hipotalamus bayi. Akan tetapi, studi pencitraan magnetik (MRI) telah menunjukkan suatu kelainan tangkai
hipofisis pada sekurang kurangnya 30% pasien ini, dan sekarang banyak diyakini bahwa beberapa anak yang disebut
mengalami hipopituarism idiopatik sebenarnya memiliki kelainan perkembangan hipofisis dan hipotalamus. 1

Kelainan genetik. Beberapa kelainan herediter yang jarang dengan transmisi resesif autosomal. Kelainan yang paling
sering adalah delesi pada gen GH.1

Tabel 1. Penyebab Dwarfisme Hipofisis.1

Penyakit hipofisis

Sindrom genetik: aplasia, hipoplasia, delesi gen GH, panhipopituarism familial

Tumor intraselar: kraniofaringioma, adenoma

Ganggaun hipotalamus-defisiensi GRF

Idiopatik: sering berhubungan dengan trauma lahir dan bentuk lain gangguan perinatal.

Bentuk familial:

Cacat perkembangan pada garis tengah SSP dan wajah

Tumor hipotalamus

Gangguan ketanggapan GH (GH tinggi, somatomedin rendah)

Abnormalitas reseptor

Malnutris energi-protein

c. Epidemiologi
Insiden defisiensi GH diperkirakan mendekati 1: 10000 diseluruh dunia. Kebanyakan pasien dengan defisiensi GH
idiopatik mengalami kekurangan GRH. Beberapa pasien yang diautopsi mempunyai somatotrop hipofisis dalam
jumlah adekuat yang memiliki persediaan GH yang cukup; perawatan lama pasien-pasien ini dengan GRH dapat
menyebabkan pelepasan GH dan meningkatkan pertumbuhan.3

Pasien-pasien yang mempunyai tumor-tumor hipopisis atau pasien lain yang jarang dijumpai yaitu yang tidak
mempunyai somatotrop dalam hipopisis kongenital. Beberapa kelainan serupa telah digambarkan bahwa terdapat
kekurangan gen GH yang bertanggungjawab atas produksi GH.3
Sebelum tahun 1986, metode klinis satu-satunya terapi untuk defisiensi GH adalah memberikan GH manusia (hGH)
sebagai pengganti yang berasal dari donor kadaver. Tahun 1985 dan sesudahnya, penyakit Creutzfeldt-Jakob, sebuah
penyakit degeneratif jarang pada pasien yang sangat muda, telah didiagnosis pada pasien yang telah mendapat hGH
natural 10-15 tahun sebelumnya.3

Karena kemungkinan adanya kontaminasi dari donor kelenjar pituitari ditransmisi kepasien defisiensi GH dan
menyebabkan kematian. Seluruh sumber GH natural telah dipindahkan dari distribusinya.Teknologi rekombinan
DNA sekarang bertanggungjawab sebagai pemasok Growth hormon.3

Growth hormon yang komersial sekarang tersedia dalam rangkaian asam 191-amino natural (somatropin) dan bentuk
asam 192-amino metionil (somatrem). Tidak ada bukti pasti bentuk yang satu secara klinis lebih baik dari yang
lainnya. Sekarang GH tersedia dalam jumlah tidak terbatas, sehubungan penemuan regimen maka terapi tidak lagi
langka. Namun GH disalahgunakan oleh para atlet dan anak normal yang mana orangtuanya menginginkan anak
tumbuh lebih tinggi dari yang sewajarnya.4

GRF pertama diisolasi dari tumor pankreas yang melepaskan, merangkai dan mensintesa GH, tapi GRH hipotalamik
memiliki stuktur yang sama dengan GRH dari tumor pankreas. GRH berpotensi dalam diagnosis dan terapi GH
defisiensi; pasien defisiensi GH memperlihatkan sekresi GH rendah atau tidak ada setelah pemberian episodik dosis
GRH telah memperbaiki sekresi GH, produksi insulin like growth hormone, dan pertumbuhan pada anak dengan
idiopatik GH defisiensi.kemampuan pemberian GRH dalam merangsang sekresi GH lebih jauh menyokong konsep
bahwa defisiensi GH idiopatik adalh penyakit primer hipotalamus, bukan karena kelenjar hipofisis. 4

IGF 1 (dahulu somatomedin C) sekarang dihasilakan dari teknologi rekombinan DNA. Walaupun tidak ada program
terapi manusia jangka lama yang pernah dilaporkan. Kajian pertama menunjukkan bahwa IGF 1 bisa berguna untuk
terapi postur tubuh pendek, terutama pada dwarfisme Laron (pigmi, orang kerdil afrika) dimana tidak ada terapinya. 3

d. Patofisiologi
Hormon pertumbuhan (GH;somatotropin) adalah polipeptida dengan 191-asam amino (BM 21.500) yang disintesis
dan disekresi oleh somatotrof hipofisis anterior. Hormon pertumbuhan berasal dari prekursor peptida yang lebih
besar, pre-GH (BM 28.000) yang juga disekresi tetapi secara fisiologis tidak berguna. 1-4

Fungsi utama hormon pertumbuhan (somatotropin) adalah meningkatkan pertumbuhan linier. Hasil ini dicapai dari
pengaruh metabolisme dasarnya, tetapi pengaruh meningkatkan pertumbuhan terutama diperantarai insulin like
growth factor-I (IGF-1;juga dikenal sebagai somatomedin C).1,2

Hormon pertumbuhan via somatomedin meningkatkan sintesis protein dengan meningkatkan masukan asam amino
dan langsung mempercepat transkripsi dan translasi mRNA. Selain itu, GH cenderung menurunkan katabolisme
protein dengan mobilisasi lemak sebagai sumber bahan bakar yang berguna. Secara langsung GH membebaskan asam
lemak dari jaringan lemak dan mempercepat perubahan menjadi asetil-KO yang merupakan asal energi. Pengaruh
penghematan terhadap protein adalah mekanisme yang paling penting dimana GH meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan.1-3

GH juga mempengaruhi metabolisme karbohidrat pada keadaan berlebihan, akan meningkatkan penggunaan
karbohidrat dan mengganggu ambilan glukosa kedalam sel. Resistensi terhadap insulin karena GH tampak
berhubungan dengan kegagalan postreseptor pada kerja insulin. Kejadian ini mengakibatkan intoleransi glukosa dan
hiperinsulinisme sekunder.1

GH beredar terutama tidak terikat dalam plasma dan mempunyai waktu paruh 20-50 menit. Ada orang dewasa normal
sekresinya kurang lebih 400 µg/hari (18,6 nmol/hari) sebaliknya orang dewasa muda mengekskresikan 700 µg/d (32,5
nmol/hari). Pada orang dewasa konsentrasi GH pada pagi hari pada keadaan puasa kurang dari 5ng/ml (232 pmol/L)
dan kadang-kadang kurang dari 2 ng/ml (93 pmol/L). Tidak terdapat perbedaan nyata antara kedua jenis kelamin. 2

Kadar IGF-1ditentukan dengan cara radioreceptor assay maupun dengan cara radioimmunoassay. Penentuan kadar
mediator kerja GH ini menghasilkan penilaian aktivitas biologis GH lebih akurat.1

Sekresi GH diperantarai oleh dua hormon hipotalamus yaitu growth hormone releasing hormone (GRH) dan
somatostatin ( Growth hormone inhibiting hormone). Pengaruh hipotalamus ini diatur dengan ketat melalui integrasi
sistem saraf, metabolisme dan faktor hormonal. Karena baik GRH maupun somatostatin tidak dapat diperiksa secara
langsung. Hasil akhir setiap faktor terhadap sekresi GH harus dianggap merupakan jumlah efek terhadap hipotalamus
ini.

a. GRH
Kedua bentuk GRH 40- dan 44-asam amino dijumpai pada hipotalamus manusia namun makna fisiologisnya belum
jelas. GR merangsang produksi cAP melalui somatotrof dan merangsang sintesis mapun sekresi GH. Efek GRH
sebagian dihambat oleh somatostatin. Pemberian GRH pada manusia normal akan mengakibatkan pelepasan GH
secara cepat (dalam beberapa menit) kadar puncak dicapai dalam 30 menit dan bertahan untuk 60-120 menit.
Hormon peptida lainnya seperti ADH, ACTH dan α-MSH, bila terdapat dalam jumlah farmakologis yang cukup
dapat bertindak sebagai GH-releasing factor. Bahkan tirotropin-releasing (TRH dan GnRH) sering menyebabkan
sekresi GH pada pasien akromegali, tetapi belum jelas apakah efek ini diperantarai hipotalamus atau efek langsung
terhadap somatotrof.1,4
b. Somatostatin
Suatu tetradekapeptida, adalah suatu inhibitor poten sekresi GH. Somatostatin menurunkan produksi c-AMP dalam
GH-secreting cell dan menghambat sekresi GH basal serta yang dirangsang. Peningkatan kadar GH dan IGF-1
meningkatkan sekresi somatostatin. sebuah analog somatostatin kerja panjang, okreotida asetat, telah digunakan
terapi dalam penatalaksanaan kelebihan GH dan kondisi-kondisi seperti tumor pankreatik dan karsinoid yang
menyebabkan diare.1,4
c. Pengaturan saraf
Pengaturan saraf terhadap sekresi basal GH menimbulkan pengeluaran ireguler dan intermiten yang berhubungan
tidur dan berbeda-beda menurut umur. Kadar tertinggi terjadi 1-4 jam setelah mulai tidur (Selama stadium 3 dan 4).
Sekresi puncak pada malam hari waktu tidur mencapai kurang lebih 70% dari sekresi GH sehari, jumlahnya lebih
besar pada anak-anak dan makin berkurang apda orang tua. Masukan glukosa tidak akan menghambat pengeluaran
ini. Stres, emosi, fisik dan kimia termasuk pembedahan, trauma, gerak tubuh, tetapi elektrosyok dan pemberian zat
pirogen merangsang pengeluaran GH dan penurunan sekresi yang menyebabkan kegagalan pertumbuhan, telah
dibuktikan pada anak-anak disertai defisiensi pertumbuhan mental yang kuat.1
d. Pengaturan metabolisme
Faktor-faktor yang mempengaruhi sekresi GH adalah semua bahan pokok energi: karbohidrat, protein dan lemak.
Pemberian glukosa peroral atau intravena, merendahkan kadar GH pada orang normal dan ini merupakan tindakan
sederhana yang berguna pada diagnosis akromegali. Sebaliknya hipoglikemia merangsang pengeluaran GH. Efek ini
tergantung pada glikopenia intrasel, karena pada pemberian 2-deoksiglukosa (analog glukosa yang menyebabkan
defisiensi glukosa intrasel) juga meningkatkan GH. Respon hipoglikemia ini tergantung pada kecepatan perubahan
glukosa dalam darah dan dicapainya nilai absolut. Protein makanan atau pemberian asam amino intravena
menyebabkan pelepasan GH. Sebaliknya pada keadaan malnutrisi protein-kalori juga menyebabkan peningkatan GH,
mungkin karena berkurangnya produksi somatomedin dan berkurangnya umpan balik negatif. Asam lemak menekan
respon GH terhadap beberapa rangsangan, termasuk arginin dan hipoglikemia. Puasa merangsang sekresi GH
mungkin sebagai cara untuk mobilisasi lemak untuk sumber energi dan pencegahan hilangnya protein. 1,2,4
e. Pengaruh hormon lain
Respon terhadap rangsangan dihambat pada keadaaan kortisol berlebihan dan selama hipo dan hipertiroidisme
walaupun estrogen meningkatkan sekresi GH sebagai akibat rangsangan, estradiol dipakai pada terapi akromegali
karena menurunkan produksi somatomedin.1,2
f. Efek zat-zat neurofarmakologis
Banyak neurotransmiter dan zat neurofarmakologis yang mempengaruhi sekresi GH. Agonis dan antagonis biogenik
amina bekerja pada tingkat hipotalamus dan mengubah pengeluran GRH atau somatostatin. Agen dopaminergik, alfa
adrenergik, dan serotonergik semuanya merangsang pengeluaran GH. Agonis dopaminergik seperti levodopa,
apomorfin dan bromokriptin juga meningkatkan sekresi GH, sedangkan antagonis dopaminergik seperti fenotiazin
menghambat GH. Efek levodopa suatu prekursor norepinefrin dan dopamin, mungkin diperantarai oleh
perubahannya menjadi norepinefrin karena pengaruhnya dihambat oleh fentolamin antagonis alfa adrenergik.
Bahkan fentolamin menekan pengeluaran GH terhadap rangsangan lain, seperti hipoglikemia, olah raga dan arginin,
menerangkan pentingnya mekanisme alfa adrenergik dalam mengatur mekanisme sekresi GH. Agonis beta
adrenergik menghambat GH dan antagonis beta adrenergik seperti propanolol meningkatkan sekresi sampai
memprovokasi rangsangan.
e. Manifestasi Klinik
Gejala defisiensi GH pada anak-anak meliputi:1,2

 Bertubuh Pendek. Anak-anak dengan kekurangan hormon pertumbuhan memiliki tingkat pertumbuhan yang
lambat, biasanya kurang dari 2 inci per tahun. Pertumbuhan lambat mungkin tidak muncul sampai anak 2 atau 3
tahun. Bahkan defisiensi GH kongenital biasanya tidak mengganggu pertumbuhan panjang sampai setelah
beberapa bulan pertama kehidupan.
 Kecepatan (speed) pertumbuhan untuk usia pubertas rendah dan bertahap. Defisiensi GH menyebabkan
pematangan fisik tertunda sehingga pematangan tulang dan pubertas mungkin beberapa tahun tertunda.
 Peningkatan jumlah lemak di sekitar pinggang
 Anak akan terlihat lebih muda daripada anak-anak lain seusia nya walaupun demikian fungsi intelektualnya tidak
terganggu
 Pertumbuhan gigi tertunda dan kematangan seksual tertunda

f. Komplikasi
- Osteoporosis
- Gangguan psikiatrik
- resistensi insulin
- penyakit kardiovaskular prematur
- obesitas dan semua resiko penyertanya

g. Penatalaksanaan
1. Pemberian hormon pengganti

Anak-anak defisiensi GH memerlukan somatropin biosintetik (natural sequence GH) dengan dosis 0,18-0,3
mg/kg/minggu atau somatrem (GH metionil) dengan dosis 0,3 mg/kg/minggu yang diberikan satu dosis 6-7 kali
seminggu selama masa aktif pertumbuhan sebelum fusi epifisis. Peningkatan percepatan pertumbuhan paling jelas
pada terapi tahun pertama. Anak lebih tua yang tidak memberi respon sedemikian baik dan memerlukan dosis lebih
besar. GH tidak akan meningkatkan kecepatan pertumbuhan tanpa nutrisi adekuat dan status eutiroid. 2

Antibodi terhadap GH dalam jumlah yang dapat diukur diserum anak yang mendapat GH, sementara itu antibodi
lebih sering pada anak yang diterapi dengan somatrem daripada somatropin, titer antibodi penghambat dengan
kapasitas pengikat signifikan jarang ditemukan dan hanya sedikit pasien yang dilaporkan mengalami henti
pertumbuhan temporer pada terapi somatrem.2

GH menimbulkan efek anti insulin. Walaupun diabetes klinis tidak mungkin terjadi akibat terapi GH, efek jangka
panjang yang tidak diketahui berupa sedikit kenaikan kadar glukosa pada anak yang dikira sehat. Resiko potensial
lainnya berupa kecenderungan dapat terjadi pergeseran epifisis kaput femur dengan terapi. Organomegali dan
perubahan skeletal seperti itu ditemukan pada akromegali sebagai efek samping yang potensial terjadi pada
kelebihan terapi GH.

Penemuan kasus leukemia pada orang dewasa yang dahulu diterapi dengan GH cukup mengkhawatirkan, tapi
sekarang tidak ada hubungan sebab dan efek terbukti. GH tidak meningkatkan angka rekurensi keberadaan tumor
sebelum terapi; jadi pasien dengan kraniofaringioma, sebagai contoh, bisa menerima GH jika indikasikan, setelah
penyakit ini secara klinis stabil, tanpa kecemasan bermakna akan kemungkinan GH akan mencetuskan rekurensi.
Para klinisi biasanya menunggu 1 tahun setelah menyelesaikan terapi tumor sebelum memulai terapi GH pada pasien
tumor.1,2

2. Penanganan psikologis dan konsekuensi

Penelitian pada keadaan psikologis pasien dengan postur pendek bercacat karena kehilangan metode yang konsisten
untuk investigasi dan kehilangan studi terkontrol, tapi beberapa hasilnya tampak menarik. Anak-anak defisiensi GH
paling banyak dipelajari mereka lebih memiliki trait kepribadian pasif daripada anak sehat. Anak-anak ini
mengalami keterlambatan pematangan emosional dan menderita perlakuan kekanak-kanakan dari orangtua, guru dan
kawan-kawannya.2

Kemampuan akademik umumnya dibawah standar walau intelegensia normal, hal ini berhubungan dengan
terlambatnya maturitas emosi atau citra diri buruk, dan postur pendek. Namun banyak anak-anak ini ketinggalan
disekolah karena ukuran tanpa memperhatikan kemampuan akademiknya. Beberapa tetap mengalami pencitraan diri
bahwa tubuhnya pendek walau tinggi normal telah dicapai dengan terapi.depresi dan tingkah laku bunuh diri dapat
terjadi pada orang dewasa yang terkena karena stress psikologis dari tubuh pendek dan keterlambatan
perkembangan.2

Jadi cara individu pasien defisiensi GH menangkap dunianya tampak menjadi kepentingan primer dalam
konsekuensi psikologis, lingkungan sosial “tinggi” menilai bentuk fisik dan menjadikannya potensi menuju sukses,
menjadi sebuah kepercayaan yang tidak dapat hilang pada pasien. Sebuah lingkungan suportif dianjurkan pada
pasien defisiensi GH dimana pasien tidak diijinkan bertingkah lebih muda dari umurnya ataupun mendapat “tempat
khusus” dalam keluarga.2

Pertolongan psikologis diindikasikan pada kasus depresi berat atau penyesuaian salah dan ini sangat membantu pada
kasus yang lebih ringan.2

h. Prognosis
Pada umumnya, prognosis short stature sangat baik. Pemberian suplemen zinc yang dikombinasi dengan GH dapat
memperbaiki pertumbuhan penderita short stature menjadi normal sesuai dengan usia mereka. Selain itu, short stature
tidak berhubungan dengan risiko penyakit kardiovaskuler dan kematian.

Anda mungkin juga menyukai