Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Hari/Tanggal : Sabtu, 19 Desember 2015


Waktu : 01.00 pm - 03.00 pm
Tempat : Laboratorium Kimia Analitik Fakultas MIPA Universitas Mataram

A. Tujuan
1. Mengukur kadar glukosa dalam darah dengan metode spektofotometri
2. Mengukur kadar glukosa dalam urin

B. Tinjauan Pustaka
a. O-Toluidin
Terdapat dua metode utama yang digunakan untuk mengukur kadar glukosa
dalam darah. Metode yang pertama adalah metode kimiawi yang memanfaatkan sifat
mereduksi dari glukosa, dengan bahan indikator yang akan berubah warna apabila
tereduksi. Akan tetapi metode ini tidak spesifik karena senyawa-senyawa lain yang
ada dalam darah juga dapat mereduksi. Contoh metode kimiawi yang masih
digunakan untuk pemeriksaan glukosa saat ini adalah metode toluidin, karena murah,
cara kerja sederhana, dan bahan mudah didapat. Sebagian besar pengukuran dengan
metode kimia yang didasarkan atas kemampuan reduksi sudah jarang dipakai karena
spesifitas pemeriksaan kurang tinggi.
Prinsip pemeriksaan, yaitu proses kondensasi glukosa dengan akromatik amin
dan asam asetat glasial pada suasana panas, sehingga terbentuk senyawa berwarna
hijau kemudian diukur secara fotometri.
Beberapa kelemahan atau kekurangan dari metode kimia adalah memerlukan
langkah pemeriksaan yang panjang dengan pemanasan, sehingga memungkinkan
terjadinya kesalahan besar bila dibandingkan dengan metode enzimatik. Selain itu,
reagen-reagen pada metode kimiawi ini bersifat korosif pada alat laboratorium. Dan
gula selain glukosa dapat terukur kadarnya sehingga menyebabkan hasil tinggi palsu.
Pada penderita gagal ginjal, kadar ureum tinggi akan terjadi hasil pengukuran kadar
glukosa yang lebih tinggi. Demikian juga pada bayi yang baru lahir, akan tetapi
penyebabnya kadar bilirubin yang tinggi. Peningkatan kadar glukosa pada bayi yang
baru lahir karena terbentuk biliverdin yang berwarna hijau dan pada metode kimiawi
ini hasil reaksi antara glukosa dan reagen adalah warna hijau.

b. Benedict
Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai
glikogen dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam
hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah : insulin,
glukagon, dan somatostatin.
Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan
mengendap dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan
aldehid atau keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat
(basa yang tidak begitu kuat) berguna untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa
memberikan reaksi negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/keton
bebas). Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari
karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka.
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula pereduksi.
Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti
laktosa dan maltosa. Uji benedict menggunakan larutan fehling ataupun benedict yang
berfungsi memeriksa kehadiran gula pereduksi dalam suatu cairan.
Larutan benedict yang mengandung tembaga alkalis akan direduksi oleh gula
yang mempunyai gugus aldehida dengan membentuk kuprooksida yang berwarna
hijau, kuning atau merah. Fehling yang terdiri dari campuran CuSO4 dan asam tartat
dan basa, akan direduksi gula pereduksi sehingga Cu akan menjadi Cu2O yang
berwarna merah bata.
Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit
menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan
warna dari seluruh larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat
sedikit endapan pada dasar tabung. Uji benedict lebih peka karena benedict dapat
dipakai untuk menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar
glukosa memberikan warna yang berlainan.
Nama Benedict merupakan nama seorang ahli kimia asal Amerika, Stanley
Rossiter Benedict (17 Maret 1884-21 Desember 1936). Benedict lahir di Cincinnati
dan studi di University of Cincinnati. Setahun kemudian dia pergi ke Yale University
untuk mendalami Physiology dan metabolisme di Department of Physiological
Chemistry.
Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali
aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun
fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton,
maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan
memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict. Satu liter pereaksi Benedict dapat
dibuat dengan menimbang sebanyak 100 gram sodium carbonate anhydrous, 173
gram sodium citrate, dan 17.3 gram copper (II) sulphate pentahydrate, kemudian
dilarutkan dengan akuadest sebanyak 1 liter.
Untuk mengetahui adanya monosakarida dan disakarida pereduksi dalam
makanan, sample makanan dilarutkan dalam air, dan ditambahkan sedikit pereaksi
benedict. Dipanaskan dalam waterbath selamaa 4-10 menit. Selama proses ini larutan
akan berubah warna menjadi biru (tanpa adanya glukosa), hijau, kuning, orange,
merah dan merah bata atau coklat (kandungan glukosa tinggi). Sukrosa (gula pasir)
tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict. Sukrosa mengandung dua monosakrida
(fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui ikatan glikosidic sedemikian rupa
sehingga tidak mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi keton. Sukrosa
juga tidak bersifat pereduksi. Uji Benedict dapat dilakukan pada urine untuk
mengetahui kandungan glukosa. Urine yang mengandung glukosa dapat menjadi
tanda adanya penyakit diabetes. Sekali urine diketahui mengandung gula pereduksi,
test lebih jauh mesti dilakukan untuk memastikan jenis gula pereduksi apa yang
terdapat dalam urine. Hanya glukosa yang mengindikasikan penyakit diabetes.

C. Alat, Bahan dan Cara Kerja


a. Tes O-Toluidine
Alat dan Bahan
Alat
 6 Tabung reaksi
 Mikro pipet
 Alat sentrifuge
 Gelas ukur
 Label
 Spidol
 Spektrofotometer

Bahan
 Serum pasien
 TCA (Trichloroasetate)
 Reagen O-Toluidine
 Glukosa standar
 Aquadest

Cara Kerja
 Menyiapkan alat dan bahan
 Menyiapkan 3 tabung reaksi dan memberi tanda tabung tersebut dengan label A, B,
dan C
 Setelah itu masing-masing tabung diisi TCA sebanyak 1 ml dengan menggunakan
gelas ukur
 Masing-masing tabung kemudian diisi dengan 0,2 ml serum pasien (tabung A), 0,2 ml
glukosa standar (tabung B), dan 0,2 ml aquadest (tabung C) yang diambil dengan
menggunakan mikropipet
 Mengkocok secara pelan ketiga tabung sampai homogen
 Memasukkan ketiga tabung ke dalam alat sentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan
1000 rpm
 Setelah itu akan terbentuk 2 bagian cairan dalam tabung. Endapan di bawah yang
terbentuk merupakan ikatan TCA dengan protein dari serum pasien.
 Mengambil cairan di atas endapan tersebut dengan menggunakan mikropipet
sebanyak 1 ml dari masing-masing ketiga tabung tersebut ke dalam 3 tabung reaksi
yang lain
 Memasukkan reagen o-toluidine sebanyak 3 cc ke dalam tiga tabung tersebut dengan
menggunakan gelas ukur
 Mengocok secara pelan ketiga tabung sampai homogen
 Ketiga tabung kemudian dipanaskan di dalam air mendidih selama 8 menit
 Setelah itu didinginkan dengan air mengalir sampai hangat
 Selanjutnya menghitung absorbansi masing-masing di alat spektrofotometer

b. Tes Benedict
Alat dan Bahan

Alat
 4 tabung reaksi
 Pipet
 Mikropipet
 Label
 Spidol

Bahan
 Urin
 Glukosa 0,5%
 Glukosa 2%
 Glukosa 5%
 Reagen benedict

Cara Kerja
 Menyiapkan alat dan bahan
 Menyiapkan 4 tabung reaksi dan memberi tanda tabung tersebut dengan label A, B, C,
dan D.
 Memasukkan reagen benedict ke dalam 4 tabung reaksi masing-masing sebanyak 4 cc
menggunakan gelas ukur
 Memasukkan urin sebanyak masing-masing 2 tetes ke dalam 4 tabung reaksi dengan
menggunakan pipet
 Memasukkan glukosa 0,5% sebanyak 2 tetes ke dalam tabung B, glukosa 2%
sebanyak 2 tetes ke dalam tabung C, dan glukosa 5% sebanyak 2 tetes ke dalam
tabung D. Tabung A hanya berisi urin
 Mengkocok keempat tabung secara perlahan sampai homogen
 Memanaskan keempat tabung reaksi di dalam air mendidih selama 8-10 menit sampai
terjadi perubahan warna
 Mendinginkan tabung reaksi di bawah air mengalir, kemudian menunggu sampai
perubahan warna berhenti
 Menilai warna dengan referensi yang ada
BAB II
PEMBAHASAN

A. Interpretasi Pemeriksaan Glukosa Menggunakan O-Toluidin


Dari hasil pemeriksaan didapatkan kadar gula darah 170 mg/dL. Berikut
adalah nilai normal gula darah menurut WHO:
 Gula darah puasa normal adalah 4-7 mmol/L atau setara dengan 72-126 mg/dL.
 Gula darah sewaktu (90 menit setelah makan) nomal adalah 10 mmol/L atau setara
dengan 180 mg/dL.
 Pada malam hari kadar gula darah normal 8 mmol/L atau setara dengan 144 mg/dL.

Pemeriksaan glukosa darah adalah prosedur skrining yang menunjukan


ketidakmampuan sel penkreas memproduksi insulin, ketidakmampuan usus halus
mengabsorbsi glukosa, ketidakmampuan sel mempergunakan glukosa secara efisien
atau ketidakmampuan hati mengumpulkan dan memecahkan glikogen.
Peningkatan gula darah (hiperglikemia) atau intoleransi glukosa (nilai puasa >
120 mg/dL) dapat menyertai penyakit cushing sindrom, stress akut, feokromasitoma,
penyakit hati kronik, defisiensi kalium dan sepsis. Obat-obatan golonngan
kortokosteroid dan anastetik dapat meningkatkan kadar gula darah menjadi >200
mg/dL.

B. Interpretasi hasil pengamatan uji Benedict


Tabel Hasil :
Hasil Uji Keterangan
Senyawa Sebelum Setelah
Pemanasan Pemanasan
Urin (2 tetes) Biru Biru
Glukosa (0,5%) Biru Hijau
Glukosa (2%) Biru Hijau lumut
Glukosa (5%) Biru Oranye

a. Interpretasi hasil pengamatan uji Benedict setelah dipanaskan selama 8 menit:


Pada praktikum uji Benedict dengan campuran urin sebanyak 2 tetes, tidak
menunjukkan perubahan warna. Namun, apabila terjadi perubahan warna, ini dapat
disebabkan oleh adanya glukosa dalam urin, ini dapat dinyatakan berdasarkan sifat
glukosa yang dapat mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan alkalis. Terdapat
berbagai macam metode pemeriksaan glukosa urin berdasarkan reaksi reduksi, tetapi
hingga saat ini metode Benedict masih sebagai metode yang banyak digunakan di
laboratorium sederhana untuk memeriksa glukosa urin.
Pada praktikum uji benedict ketiga tabung reaksi yang menggunakan
campuran glukosa 0,5 %, 2 %, dan 5 % menunjukkan perubahan warna yang
meningkat seiring dengan semakin tingginya kadar glukosa yang di uji. Hal ini
disebabkan karena pereaksi benedict yang mengandung Kuprisulfat dalam suasana
basa akan tereduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas.
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan RI, 2005
Ngili, Yohanis. 2009. Biokimia Struktur dan Fungsi Biomolekul. Graham Ilmu.
Yogyakarta.
Retno, Sri Iswani. 2006. Biokimia. Graha ilmu: Yogyakarta.

Lampiran
Sampel urin serum darah

Pipet mikro glukosa murni

Tabung reaksi alat sentrifuge

Alat Spektrofotometer
Tabung reaksi berisi sampel urin alat pemanas

o-toluidin gula 0,5%

Gula 2 % TCA 10%

Gula 5% Reagen benedic

Anda mungkin juga menyukai