Anda di halaman 1dari 72

BAB 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan
pelayanan primer yang komprehensif, kontinu, mengutamakan pencegahan, koordinatif,
mempertimbangkan keluarga, komunitas, dan lingkungannya yang dilandasi oleh
keterampilan dan keilmuan yang sudah di pelajari. Ilmu kedokteran keluarga merupakan
ilmu yang mempelajari secara keseluruhan spektrum ilmu kedokteran yang dasarnya
adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan pada tingkat pertama yang
berkesinambungan dan menyeluruh kepada perorangan, keluarga, dan masyarakat
dengan mepertimbangkan faktor-faktor lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya [IDI,
1982].
Salah satu kasus yang paling sering dijumpai pada pelayanan kesehatan strata
pertama ini adalah hipertensi. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik 
140 mmHg atau tekanan darah diastolik  90 mmHg dalam pemeriksaan dua kali dalam
jangka waktu lima menit dalam keadaan tenang / cukup istirahat. [Longo DL et all,
2013]. Hipertensi ini jumlahnya terus menigkat karena berbagai faktor. Hipertensi juga
merupakan salah satu penyakit penyebab kematian di dunia. Tahun 2014 data jumlah
orang dengan peningkatan tekanan darah dalam World Health Organization (WHO) di
Amerika sebanyak 18%. Prevalensi hipertensi di negara dengan pendapatan rendah,
menengah ke bawah, dan menengah ke atas cenderung konsisten, yaitu sekitar 40%.
Sedangkan prevalensi pada negara berpendapatan tinggi hasilnya lebih rendah yaitu
35%. Prevalensi penyakit hipertensi di Asia Tenggara pada tahun 2015 sebesar 24,7%
[GHO, WHO, 2015].
Tahun 2013 secara nasional terdapat 25,8% penduduk Indonesia yang menderita
penyakit hipertensi. Prevalensi hipertensi tahun 2013 di provinsi Banten memiliki
22,5% [Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013]. Penyakit hipertensi pada
tahun 2014 di Kabupaten Tangerang adalah yang tertinggi dengan 26.442 kasus. Di
wilayah Puskesmas Cikupa, hipertensi selalu masuk dalam 10 besar penyakit di setiap
tahunnya. Total pasien hipertensi pada tahun 2016 sebesar 1357 pasien. Untuk tahun

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 1
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
2017, dari bulan Januari – April di dapatkan kasus baru 381. [Puskesmas Cikupa,
2016,2017].
Salah satu penderita hipertensi yang ada di Puskesmas Cikupa adalah Ny. S
yang datang dengan Hipertensi Grade II tidak terkontrol. Hipertensi ini sudah diderita
oleh Ny. S sejak 7 bulan lalu. Namun dilihat dari rekam medis pasien, tekanan darah
pasien selalu tinggi pada saat pemeriksaan di puskesmas. Oleh karena itu dilakukan
kunjungan dengan pendekatan kedokteran keluarga, dengan dasar pemikiran bila tidak
dikunjungi dikhawatirkan akan terjadi krisis hipertensi dan terjadi komplikasi lainnya.
1.2 Pernyataan Masalah
Tidak terkontrolnya tekanan darah Ny. S dengan Hipertensi grade II.
1.3 Pertanyaan Masalah
1. Apakah faktor risiko yang menyebabkan tekanan darah Ny. S tinggi?
2. Apakah faktor internal dan eksternal menurut Mandala of Health yang
menyebabkan tidak turunnya tekanan darah Ny. S sejak 7 bulan lalu?
3. Apakah alternatif jalan keluar untuk mengatasi masalah yang dihadapi Ny.S?
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan umum
Terkontrolnya tekanan darah Ny. S sehingga diharapkan tidak terjadi komplikasi.
1.4.2 Tujuan khusus
1. Diketahuinya faktor risiko penyebab hipertensi pada Ny.S.

2. Diketahui faktor internal dan eksternal menurut Mandala of Health yang


menyebabkan tidak turunnya tekanan darah Ny.S sejak 7 bulan yang lalu.

3. Diketahuinya alternatif jalan keluar untuk mengatasi masalah yang dihadapi


Ny.S.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 2
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
BAB 2
Tinjauan Pustaka

2.1 Kedokteran Keluarga


Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan spesialis yang luas yang bertitik
tolak dari suatu pokok ilmu yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu lainnya
terutama ilmu penyakit dalam, ilmu kesehatan anak, ilmu kebidanan dan kandungan,
ilmu bedah serta ilmu kedokteran jiwa yang secara keseluruhan membentuk suatu
kesatuan yang terpadu, diperkaya dengan ilmu perilaku, biologi dan ilmu – ilmu klinik,
dan karenanya mampu mempersiapkan setiap dokter mempunyai peranan yang unik
dalam menyelenggarakan penatalaksanaan pasien, penyelesaian masalah, pelayanan
konseling serta dapat bertindak sebagai dokter pribadi yang mengkoordinasikan seluruh
pelayanan kesehatan [Azwar, 1997].
Dokter Keluarga adalah seorang dokter memberikan pelayanan kesehatan yang
berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, tidak hanya memandang
penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak
hanya menanti pasien secara pasif tetapi bila perlu secara aktif mengunjungi penderita
atau keluarganya [IDI, 1982].
Definisi Kedokteran Keluarga adalah disiplin ilmu kedokteran yang mencakup
seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya untuk memberikan pelayanan
kesehatan di tingkat pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada kesatuan
individu, keluarga, masyarakat, dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan,
ekonomi, dan sosial budaya. [Danakusuma M, 1996].
Menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDI), karakteristik pelayanan dokter keluarga
adalah sebagai berikut [IDI, 1982] :
a) Yang melayani penderita tidak hanya sebagai orang perorang, melainkan
sebagai anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat
sekitarnya.
b) Yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan memberikan
perhatian kepada penderita secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jumlah
keseluruhan yang disampaikan.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 3
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
c) Yang mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan
seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta
menghindari penyakit sedini mungkin.
d) Yang mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan
berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya
e) Yang menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama
dan bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan.
Ruang lingkup pelayanan dokter keluarga secara umum dibedakan menjadi dua macam:
a. Kegiatan yang dilaksanakan
Pelayanan harus memenuhi satu syarat pokok yaitu pelayanan kedokteran yang
menyeluruh (comprehensive medical services). Dokter keluarga yang
menyelenggarakan pelayanan kedokteran yang tidak menyeluruh bukanlah
dokter keluarga yang baik [Azwar, 1997].
b. Sasaran Pelayanan
Sasaran pelayanan kedokteran harus sesuai dengan batasannya yang
dimiliki,yaitu keluarga sebagai satu unit. Pelayanan kedokteran harus
memperhatikan kebutuhan dan tuntutan kesehatan keluarga sebagai satu
kesatuan, pengaruh masalah kesehatan yang dihadapi keluarga, dan pengaruh
keluarga terhadap masalah kesehatan yang dihadapi [Azwar, 1997].

Pendekatan dokter keluarga, meliputi [Azwar, 1997] :

1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif


Pelayanan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Memandang pasien sebagai manusia yang seutuhnya, bukan hanya bagian
tubuhnya yang sakit.
2. Pelayanan kesehatan yang kontinu
Pelayanan yang kontinu dimaksudkan adalah mempunyai rekam medis yang
diisi dengan cermat. Selain itu dianjurkan untuk berpraktek pada tempat yang
sama, tidak berpindah-pindah

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 4
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
3. Mengutamakan pencegahan
Pelayanan yang mengutaman pencegahan seperti : melayani KIA, KB dan
vaksinasi; mendiagnosis dan mengobati penyakit sedini mungkin, mencegah
kecacatan; merujuk pasien tepat pada waktunya.
4. Koordinatif dan kolaboratif
Pelayanan yang bekerja sama secara profesional dengan semua pihak yang
berikaitan dengan kesehatan agar dicapai pelayanan kesehatan yang bermutu.
Bekerja sama bukan hanya dengan tenaga kesehatan, melainkan dengan pasien
itu sendiri atau dengan keluarga pasien.
5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarga
6. Mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja dan lingkungan tempat tinggal
Dokter keluarga harus mempertimbangkan pengaruh keluarga, budaya dari
masyarakat yang ada di tempat tinggal pasien.
7. Menjunjung tinggi etika dan hukum
Dokter keluarga harus mempertimbangkan etika dalam setiap tindakan medis.
Meminta ijin (inform consent) pada pasien setiap melakukan tindakan medis dan
memberitahukan tentang penyakit pasien. Dokter keluarga harus menyadari
bahwa setiap kelalaian dalam tindakannya dapat menjadi masalah hukum.
8. Dapat diaudit dan dipertanggunjawabkan
Dokter keluarga harus lengkap dalam pengisian rekam medis, sehingga dapat
menjadi bukti yang kuat. Selain itu harus menyediakan SOP dalam setiap
tindakan yang dilakukan.
9. Sadar biaya dan mutu
Mempertimbangkan segi cost-effectiveness dalam merancang tindakan untuk
pasien. Dapat mengelola dan mengembangkan pelayanan kesehatan pada sebuah
klinik Dokter Keluarga sehingga tetap menjaga mutu pelayanan kesehatannya,
10. Tanpa membedakan gender

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 5
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
2.2 Hipertensi
2.2.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik  140 mmHg atau tekanan darah
diastolik  90 mmHg dalam pemeriksaan dua kali dalam jangka waktu lima menit
dalam keadaan tenang / cukup istirahat. [Longo DL et all, 2013].

2.2.2 Epidemologi

Prevalensi hipertensi di Indonesia yang di ukur pada usia  18 tahun sebesar 25,8%
(2013). Prevalensi tertinggi pada provinsi Bangka Belitung sebesar 30,9% diikuti
provinsi Kalimantan Selatan 30,8%, Kalimantan Timur 29,6% , dan Jawa Barat 29,4%.
Prevalensi terendah didapatkan di provinsi Papua sebesar 16,8%. Perbedaan ini bisa
terjadi mungkin karena berbagai faktor, seperti gaya hidup masyarakat, genetik dll.
Penyakit hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis pada
tenaga kesehatan sebesar 9,4%, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum
obat 9,5%. Jadi, ada 0,1% yang dalam masa pengobatan [Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2013].

2.2.3 Klasifikasi

Berdasarkan etiologi, dibagi menjadi 2 :

 Hipertensi Primer / Essensial


Hipertensi Primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan
merupakan hipertensi terbanyak. Sekitar 80 – 95% dari pasien hipertensi
merupakan hipertensi primer. Hipertensi ini cenderung akibat dari riwayat
keluarga. Hipertensi ini meningkat seiring bertambahnya usia. Bila saat usia
muda sudah memiliki tekanan darah yang tinggi, saat berisiko di kemudia hari
menderita hipertensi primer [Longo DL et all, 2013].
 Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pasien
dengan hipertensi sekunder jumlahnya hanya sedikit, sekitar 5 - 20% dari pasien
hipertensi [Longo DL et all, 2013].

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 6
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
Penyebab hipertensi ini dapat disebabkan oleh [Longo DL et all, 2013] :

 Peningkatan cardiac output (peningkatan sekunder dalam tahanan


pembuluh darah), yang terjadi karena :
1. Uremia dengan cairan yang overload/
2. Acute Renal Disease (glomerulonefritis, krisis skleroderma)/
3. Hyperaldosteron primer.

 Peningkatan resistensi pembuluh darah, yang terjadi karena :


1. Renovaskular Hipertensi (Renal Artery Stenosis) /
2. Pheochromosytoma /
3. Obat – obatan (seperti : kokain atau obat yang berinteraksi dengan
monoamine oxidase inhibitors),
4. Cerebrovascular Disease (infark, intracranial, atau subarachnoid
hemorrhagic).

Berdasarkan bentuk hipertensi dibagi menjadi 3 :


 Hipertensi Diastolik (Diastolic Hypertension)
Hipertensi Diastolik (Diastolic Hypertension), yaitu peningkatan tekanan
diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Hipertensi diastolik terjadi
apabila pembuluh darah arteriol menyempit secara tidak normal, sehingga
memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya sehingga dapat
meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan
tekanan dalam arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi diantara 2
denyutan. Hipertensi diastol biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa
muda [Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013].

 Hipertensi Campuran (Sistol dan Diastol yang Meninggi)


Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi) yaitu peningkatan
tekanan darah pada sistol dan diastol. Tekanan darah sistolik menjadi prediksi
angka kesakitan yang lebih baik dibandingkan dengan tekanan darah diastolik
[Longo DL et al, 2012].

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 7
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
 Hipertensi Sistolik Terisolasi(Isolated Systolic Hypertension).
Hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai > 140 mmHg, tetapi
tekanan diastolik < 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran
normal. Hipertensi sistolik terjadi pada saat jantung berdenyut terlalu kuat
sehingga dapat meningkatkan angka sistolik. Tekanan sistolik berkaitan dengan
tingginya tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi. Hipertensi ini sering
ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hamper setiap
orang mengalami peningkatan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat
sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60
tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
tegang [Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013].
Jenis hipertensi ini pada umumnya disebabkan oleh karena: umur,
mengonsumsi tembakau,diabetes melitus, dan diet yang salah. Pada hipertensi
ini, arteri menjadi kaku sehingga menyebabkan sistolik (tekanan darah saat
jantung berkontraksi) sangat tinggi sedangkan diastolik (tekanan darah saat
jantung berrelaksasi) normal. Biasanya tekanan darah pada jenis ini berkisar
antara 160/80 mmHg. Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar
meningkat salah satunya disebabkan karena penumpukan lemak dalam
pembuluh darah yang biasa terjadi pada orang obesitas. Perubahan ini
menyebabkan penurunan compliance aorta dan pembuluh darah
besardan mengakibatkan peningkatan tekanan darah sistolik. Kekakuan arteri
juga bisa disebabkan karena stres, yang mana stres dapat mempengaruhi saraf
simpatis sehingga otot-otot pembuluh darah menjadi lebih tegang [Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2013].

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 8
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
Klasifikasi menurut JNC 7 :

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal <120 dan <80
Prehipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi stage 2 ≥160 atau ≥100

Tabel 1. Classification of Blood Presure in Adults (age ≥18 years) [Prevention,


Detection, Evaluation and Treatment High Blood Presure: updated JNC 7]

2.2.4 Faktor Risiko


Hipertensi merupakan suatu penyakit multifaktorial yang mempunyai berbagia macam
faktor risiko. Faktor risiko hipertensi dapat di bagi menjadi 2 yaitu faktor risiko yang
tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi.
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi [Yogiantoro M, 2014]:
 Faktor Genetik (Riwayat Keluarga)
Hipertensi merupakan penyakit yang dapat diturunkan dari keluarga. Anak dari
orang tua yang mempunyai hipertensi akan berisiko lebih tinggi untuk menjadi
hipertensi di kemudian hari.
 Ras
Hipertensi dapat terjadi pada semua ras. Orang –orang yang hidup di masyarakat
barat mengalami hipertensi secara merata yang lebih tinggi dari pada orang
berkulit putih. Hal ini kemungkinan disebabkan karena tubuh mereka mengolah
garam secara berbeda.
 Usia
Hipertensi sangat berpengaruh pada usia. Usia yang lebih tua akan labih berisiko
terkena hipertensi. Hal ini dikarenakan hilangnya fleksibilitas pembuluh darah
sepanjang betambahnya usia yang mengakibatkan meningkatnya tekanan yang
diberikan oleh darah.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 9
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi [Yogiantoro M, 2014]:
 Diet
Asupan makanan yang kadar garamnya tinggi sangat mempengaruhi hipertensi.
Karena ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah
bertambah dan memyebabkan daya tahan pembuluh meningkat.
 Obesitas
Obesitas mempunya pengaruh kuat dalam terjadinya hipertensi. Orang yang
obesitas akan terjadi peningkatan kerja pada jantung untuk memompa darah agar
dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh tersebut. Berat badan yang
berlebihan menyebabkan bertambahnya volume darah dan perluasan sistem
sirkulasi. Bila bobot ekstra dihilangkan, TD dapat turun lebih kurang 0,7/1,5
mmHg setiap kg penurunan berat badan.
 Aktivitas fisik
Aktivitas yang kurang akan berpengaruh terhadap berat badan sehingga mudah
terjadinya overweight/obesitas.
 Merokok
Merokok dapat menyebabkan tekanan darah meningkat. Kandungan rokok yang
mempengaruhi tekanan darah tersebut adalah Nikotin. Nikotin akan
menyebabkan pembuluh darah menyempit sehingga tekanan darah meningkat.
 Alkohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap kenaikan tekanan darah, terutama
konsumsinya berlebihan. Alkohol lebih baik bila konsumsinya disesuaikan.
 Stress psikis
Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi
meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila stress berkepanjangan
dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Secara fisiologis apabila
seseorang stress maka kelenjar pituitari otak akan menstimulus kelenjer
endokrin untuk mengahasilkan hormon adrenalin dan hidrokortison kedalam
darah sebagai bagian homeostasis tubuh. Penelitian di AS menemukan enam
penyebab utama kematian karena stress adalah PJK, kanker, paru-paru,
kecelakan, pengerasan hati, dan bunuh diri.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 10
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
2.2.5 Patofisiologi [Yogiantoro M, 2014]
Ada empat faktor yang mendominasi terjadinya hipertensi :
1. Peran volume intravaskular
2. Peran kendali saraf autonom
3. Peran Renin Angiotensin Aldosteron (RAA)
4. Peran dinding vaskular pembuluh darah
Peran volume intravaskular
Menurut Kaplan tekanan darah tinggi adalah hasil interaksi antara Cardiac Output
(CO) dan Total Peripheral Resistance (TPR) yang masing-masing dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Bila asupan NaCl meningkat, maka ginjal akan berespon untuk
ekskresi garam bersamaan urine. Tetapi bila eskresi NaCl melebihi batas ambang
kemampuan ginjal, ginjal akan mertensi H2O sehinga volume intravaskular meningkat.
Gilirannya CO akan meningkat, sehingga terjadi ekspansi volume intra vaskular, yang
akibatnya tekanan darah akan meningkat. Bila TPR vasodilatasi tekanan darah akan
menurun, bila TPR vaskontriksi tekanan darah akan meningkat. [Yogiantoro M, 2014]
Peran kendali saraf autonom
Persarafan autonom ada dua macam, yaitu pertama adalah sistem saraf simpatis, dimana
saraf ini akan menstimulasi saraf viseral (termasuk ginjal) melalui neurotransmiter :
katekolamin, epinefrin, maupun dopamin. Kedua adalah saraf parasimpatis, yang
tugasnya adalah menghambat stimulasi saraf simpatis. [Yogiantoro M, 2014]
Pengaruh lingkungan seperti genetik, stres kejiwaan, rokok akan terjadi aktivasi
sistem saraf simpatis berupa kenaikan katekolamin, nor epinefrin (NE) dll. Kenaikan
neurotranmiter ini akan meningkatkan denyut jantung lalu diikuti kenaikan CO
sehingga tekanan darah akan meningkat. Namun kenaikan neurotransmiter NE
mempunyai efek negatif terhadap jantung karena di jantung terdapat reseptor α1, β1, β2,
yang akan memicu kerusakan mikard, hipertrofi dan aritmia dengan akibat progresivitas
dari hipertensi aterosklerosis. [Yogiantoro M, 2014]
Pada dinding pembuluh darah terdapat reseptor α1, maka bila NE meningkat hal
tersebut akan memicu vasokontriksi. Pada ginjal NE juga berpengaruh negatif, karena
dalam ginjal terdapat α1 dan β1 yang menicu terjadi retensi natrium, mengaktivasi
sistem RAA, memicu vasokontriksi pembuluh darah. [Yogiantoro M, 2014]
Peran sistem renin angiotensin aldosteron

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 11
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
Refleks baroreseptor dipicu jika tekanan darah menurun. Selanjutnya secara fisiologis,
sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAA) akan dipicu sehingga pada akhirnya renin
akan disekresi, lalu angiotensin I (A I), angiotensin II (A II) dan seterusnya sampai
tekanan darah meningkat kembali. [Yogiantoro M, 2014]
Proses pembentukan renin dimulai dari pembentukan angiotensinogen yang
dibuat di hati. Selanjutnya angiotensinogen akan dirubah menjadi angiotensin I oleh
renin yang dihasilkan oleh macula densa apparatus juxta glomerulus ginjal. Lalu
angiotensin I akan diubah menjadi angiotensin II oleh Angiotensin Converting Enzyme
(ACE). Akhirnya angiotensin II akan bekerja pada reseptor-reseptor terkait. [Yogiantoro
M, 2014]
Peran dinding vaskular pembuluh darah
Disfungsi endotel merupakan sindrom klinis yang bisa langsung berhubungan dengan
dan dapat memprediksi peningkatan risiko kejadian kardiovaskular. Akibat faktor risiko
yang tidak dikelola mengakibatkan hemodinamika tekanan darah makin berubah,
hipertensi makin meningkat serta vaskular biologi berubah, dinding pembuluh darah
makin menebal dan pasti berakhir dengan kejadian kardiovaskular. [Yogiantoro M,
2014]
Terdapat dua faktor risiko yaitu tradisional dan non tradisional yang bila
bergabung dengan faktor-faktor lokal atau yang lain serta faktor genetika maka vaskular
biologi akan berubah menjadi makin tebal karena mengalami kerusakan berupa lesi
vaskular dan remodeling, antara lain akibat inflamasi, vasokonstriksi, trombosis, ruptur
plak/erosi. [Yogiantoro M, 2014]
Disfungsi endotel merupakan risiko akibat adanya semua faktor risiko. Penanda
adanya disfungsi endotel dapat dilihat di retina mata dan glomerulus ginjal, yaitu
ditemukan mikroalbuminuria pada pemeriksaan urin. [Yogiantoro M, 2014]

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 12
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
Gambar 1. Patofisiologi Hipertensi
2.2.6 Diagnosis
Umumnya penderita hipertensi tidak mempuyai gejala. Hipertensi adalah the silent
killer. Penderita baru mempunyai keluhan setelah mengalami komplikasi di TOD.
Diagnosis pasiennya hipertensi tidak hanya dengan pemeriksaan tekanan darah,
melainkan harus dilakukan anamnesa terhadap pasien, riwayat penyakit dahulu, riwayat
penyakit keluarga, pmeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang [Yogiantoro M, 2014].

Anamnesa, meliputi [Yogiantoro M, 2014] :


1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2. Indikasi adanya hipertensi sekunder

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 13
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
3. Faktor-faktor risiko
4. Gejala kerusakan organ (komplikasi)
a. Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient
ischemic attack, defisit sensoris atau motoris.
b. Jantung : palpitasi, nyeri dada, sesak, kaki bengkak, tidur dengan bantal
tinggi.
c. Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuria, hipertensi yang disertai kulit
pucat anemis, gagal ginjal.
d. Arteri perifer (Pembuluh Darah) : ekskremitas dingin, klausikasio
interminten.
5. Pengobatan anti hipertensi sebelumnya
6. Faktor-faktor pribadi, keluarga dan lingkungan.
Pemeriksaan fisik [Yogiantoro M, 2014] :
Pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada penderita yang dalam keadaan nyaman dan
relaks dan dengan tidak tertutup pakaian/tertekan pakaian.
Pemeriksaan penunjang :
1. Tes darah rutin
2. Glukosa darah
3. Kolesterol total
4. Kolesterol LDL dan HDL
5. Trigliserida
6. Asam urat
7. Kreatinin
8. Kalium
9. Hemoglobin
10. Hematokrit
11. Urinalisis
12. Elektrokardiogram

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 14
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
2.2.7 Tatalaksana
Tatalaksana hipertensi bertujuan untuk menurunkan tekanan darah sesuai target yang
ditentukan. Pada risiko rendah dan sedang target tekanan darahnya <140/90 mmHg;
untuk yang bereisko tinggi (diabetes dan penyakit ginjal) targetnya <130/80 mmHg.
Selain menurunkan tekanan darah, tatalaksan terhadap faktor risiko yang sangat
mempengaruhi tekanan darah juga harus diobati sehingga target lebih cepat tercapai.
[Yogiantoro M, 2014]
Tatalaksana non farmakologis :
1. Diet
Mengikuti DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension), yaitu suatu pola
makan berdasarkan penelitian klinis tentang zat gizi pada bahan makanan yang
saling terkait sebagai sebuah pendekatan dietetis untuk membantu menurunkan
tekanan darah tinggi dimana diet yang direkomendasikan adalah makanan yang
mengandung banyak serat dari buah-buahan dan sayuran, tinggi mineral (K, Mg,
Ca), tinggi akan susu bebas atau rendah lemak, serta rendah natrium, asam
lemak jenuh, kolesterol dan lemak total, dengan prinsip sebagai berikut [US
Departement and Health of Human Service, 2006] :
- Karbohidrat : 55% dari total energi,
- Protein : 18 % dari total energi,
- Total lemak : 27% dari total energi,
- Lemak jenuh : 6 % dari total energi,
- Kolesterol : 150 mg,
- Kalium : 4.700 mg,
- Kalsium : 1.250 mg,
- Magnesium : 500 mg,
- Serat : 30 gr, dan
- Na : 2300 mg
2. Penurunan berat badan
3. Mengurangi stress
4. Tidak merokok
5. Tidak meminum alkohol dalam jumlah yang berlebihan
6. Berolahraga

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 15
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
Rata – rata
Modifikasi Rekomendasi
Penurunan TDS
Dietary Approaches to Stop Diet, seperti : buah, sayuran, 8 – 14 mmHg
Hypertension (DASH) produk rendah lemak, dengan
jumlah lemak total dan lemak
jenuh yang rendah
Pembatasan asupan Kurangi hingga < 100 mmol 2 – 8 mmHg
natrium per hari (2,0 g Natrium atau 6,5
g NaCl atau 1 sendok teh
garam perhari)
Aktivitas fisik aerobik Aktivitas fisik aerobik yang 4 – 9 mmHg
teratur (misalnya : jalan cepat)
30 menit sehari, hampir setiap
hari dalam seminggu
Stop Alkohol 2 – 4 mmHg

Tabel 2. Penurunan Tekanan Darah berdasarkan Modifikasi Gaya Hidup yang Berkaitan
dengan Diet [Sumber : AbidinZ, IDI, 2014]

Tatalaksana farmakologis

Terapi farmakologis yang dianjurkan JNC 8, antara lain [Muhadi, 2016]:


 Diuretik, terutama jenis Thiazide atau Aldosterone Antagonist
 Beta Blocker (BB)
 Calcium Channel Blocker (CCB) atau Calcium Antagonist
 Angiostensin Converting Enzim Inhibitor (ACE-I)
 Angiostensin II Receptor Blocker atau AT1 Receptor Antagonist/ Blocker (ARB)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 16
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
Klasifikasi Terapi Obat Awal
Tekanan TDS TDD Perbaikan Tanpa Indikasi Dengan
Darah (mmHg) (mmHg) Pola yang Memaksa Indikasi yang
Hidup Memaksa
Normal < 120 dan < 80 dianjurkan
Prehipertensi 120 - 139 atau 80 – Ya Tidak indikasi Obat – obatan
89 obat untuk indikasi
yang memaksa
Hipertensi 140 - 159 atau 90 - Ya Diuretik jenis Obat – obatan
derajat I 99 Thiazide untuk untuk indikasi
sebagian besar yang memaksa
kasus, dapat Obat
dipertimbangka antihipertensi
n ACE-I, ARB, lain (diuretika,
BB, CCB atau ACE-I, ARB,
kombinasi BB, CCB)
sesuai
kebutuhan
Hipertensi ≥ 160 atau ≥ Ya Kombinasi 2
derajat II 100 obat untuk
sebagian besar
kasus umumnya
diuretic jenis
Thiazide dan
(ACE-I, ARB,
BB atau CCB)

Tabel 3. Tatalaksana hipertensi menurut JNC 7

Kontraindikasi
Kelas Obat Indikasi
Mutlak Tidak Mutlak
Diuretika Gagal jantung Gout Kehamilan
(Thiazide) kongestif, usia
lanjut, Isolated
systolic
hypertension, ras
Afrika
Diuretika (Loop) Insufisiensi ginjal,
gagal jantung
kongestif
Diuretika (anti Gagal jantung Gagal ginjal,
aldosterone) kongestif, pasca hiperkalemia
infark miokardium

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 17
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
Kontraindikasi
Kelas Obat Indikasi
Mutlak Tidak Mutlak
Beta Blocker Angina pectoris, Asma, Penyakit Penyakit
pasca infark paru obstruktif pembuluh darah
miokardium, gagal menahun, A-V perifer,
jantung kongestif, block (derajat 2 intoleransi
kehamilan, atau 3) glukosa, atlit atau
takiaritmia pasien yang aktif
secara fisik
Calcium Usia lanjut, Takiaritmia,
Antagonist isolated systolic gagal jantung
(Dihydropiridine) hypertension, kongestif
Angina Pectoris,
penyakit pembuluh
darah perifer,
aterosklerosis
karotis, kehamilan
Calcium Angina Pectoris, A-V Block
Antagonist aterosklerosis (derajat 2 atau 3),
(Verapamil, karotis, takikardia gagal jantung
diltiazem) supraventikuler kongestif
ACE - Inhibitor Gagal jantung Kehamilan,
kongestif, disfungsi hiperkalemia,
ventrikel kiri, pasca stenosis arteri
infark miokardium, renalis bilateral
non-diabetik
nefropati, nefropati
DM tipe 1,
proteinuria
Antagonist II Nefropati DM tipe Kehamilan,
Receptor 2, hiperkalemia,
Antagonist mikroalbuminuria stenosis arteri
diabetik, renalis bilateral
proteinuria,
hipertrofi ventrikel
kiri, batuk karena
ACE I
Alfa Blocker Hiperplasia prostat Hipotensi Gagal jantung
(BPH), ortostatis kongestif
hiperlipidemia

Tabel 4. Indikasi dan Kontra Indikasi Kelas – kelas Utama Obat Antihipertensi
2.2.8 Tatalaksana di Puskesmas
Puskesmas merupakan tempat pelayanan kesehatan strata pertama yang mampu
memberikan kontribusi besar dalam bidang kesehatan masyarakat. Sarana dan prasana
saat ini di puskesmas sangat dapat untuk mendeteksi dan mendiagnosis hipertensi,

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 18
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
termasuk mendeteksi kemungkinan adanya kerusakan organ atau komplikasi lainnya.
Keberadaan Posbindu yang dilakukan di desa-desa setiap bulannya merupakan bagian
terdepan untuk mendeteksi adanya hipertensi. Sehingga bila didapatkan kenaikan
tekanan darah dapat segera dibawa ke puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut [Gondodiputro, S. 2007].
Keberadaan Posbindu di masyarakat lebih tepat untuk mengendalikan faktor
risiko penyakit tidak menular seperti obesitas, hiperkolestrol, hipertensi, hiperglikemi,
diet tidak sehat, kurang aktivitas, dan merokok. Kegiatan deteksi dini pada Posbindu
penyakit tidak menular dilakukan melalui monitoring faktor risiko secara terintegrasi,
rutin, dan periodik. Kegiatan monitoring mencakup kegiatan minimal yaitu hanya
memantau masalah kosumsi sayur/buah dan lemak, aktifitas fisik, indeks massa tubuh
(IMT), dan tekanan darah dan kegiatan monitoring lengkap yaitu memantau kadar
glukosa darah, dan kolesterol darah. Tindak lanjut dini berupa peningkatan pengetahuan
masyarakat tentang cara mencegah dan mengendalikan faktor risiko penyakit tidak
menular dilakukan melalui penyuluhan/dialog interaktif secara terintegrasi pada
individu dengan faktor risiko, sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kasus faktor risiko
penyakit tidak menular yang ditemukan serta tidak dapat dikendalikan melalui
konseling dirujuk ke fasilitas pelayanan dasar setempat (Puskesmas, klinik swasta, dan
dokter keluarga) [Gondodiputro, S. 2007].
Pada pelaksanaan kegiatan Posbindu oleh Kader Posyandu, Puskesmas dalam
hal ini berperan menyediakan tenaga kesehatan yang berkompeten untuk terlibat
langsung dalam kegiatan tersebut. Petugas Puskesmas yang ditunjuk tersebut berperan
dalam mengedukasi masyarakat serta menanggulangi permasalahan kesehatan anggota
masyarakat yang memiliki faktor risiko tinggi penyakit tersebut, bahkan terhadap
penderita yang telah terdiagnosis penyakit tidak menular (PTM). Selain itu, pembinaan
terhadap Kader Posyandu yang melakukan kegiatan Posbindu tersebut patut dilakukan
secara rutin, melalui pertemuan serta evaluasi hasil kegiatan Posbindu yang telah
dilaksanakan. Upaya pengendalian penyakit dalam aspek pencegahan dan deteksi dini
penyakit tidak menular (PTM) di wilayah kerja Puskesmas tersebut diharapkan mampu
menjangkau masyarakat luas serta dapat diharapkan melibatkan peran aktif masyarakat
itu sendiri [Gondodiputro, S. 2007].

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 19
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
2.3 Kerangka Teori

Faktor risiko yang


Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi :
dapat dimodifikasi :  Diet
 Ras  Obesitas 
 Usia Aktivitas fisik
 Faktor genetik  Merokok
 Alkohol
 Stress

HIPERTENSI

Komplikasi

Mata :
Retinopati hipertensi
Otak :
 Stroke
Jantung :  TIA
 Gagal jantung
 Iskemik
miokard Pembuluh darah
 Klausikasio
Ginjal interminten
 Gagal ginjal

Gambar 2. Kerangka Teori

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 20
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
BAB 3
Data Klinis

3.1 Identitas
Nama : Ny. S
Nama kepala keluarga : Tn. J
Umur pasien : 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Dukuh, RT/RW 007/002, Kecamatan Cikupa
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan terakhir : Sekolah Menengah Atas
Status : Menikah dan mempunyai 2 orang anak
Pekerjaan : Penjual rempeyek
Pekerjaan suami : Buruh pabrik
3.2 Anamnesa
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis sebanyak dua kali di rumah pasien pada
tanggal 20 Mei dan 27 Mei 2017.
3.2.1 Keluhan utama
Sakit kepala sejak 4 hari yang lalu.
3.2.2 Keluhan tambahan
Kaki terasa dingin, pundak pegal
3.2.3 Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang berobat ke balai pengobatan Puskesmas Cikupa dengan keluhan sakit
kepala sejak 4 hari yang lalu. Keluhan sakit kepala ini dirasakan oleh Ny. S hilang
timbul. Sakit kepala terasa bila Ny. S sedang bekerja atau sedang kelelahan dan timbul
hampir setiap hari dengan lama serangan tidak menentu. Sakit kepala membaik jika Ny.
S istirahat dan badan sudah terasa relax. Ny. S mengatakan sebenarnya sakit kepala
membaik juga bila meminum obat yang diberikan oleh puskesmas. Sekitar tujuh bulan
yang lalu, tepatnya bulan November Ny. S pertama kali merasakan keluhan sakit kepala
yang hebat. Saat itu Ny. S berobat ke klinik yang ada di dekat rumahnya, dan dari hasil
pemeriksaan tekanan darah Ny. S didapatkan tekanan darahnya 180/100 mmHg,

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 21
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
sehingga pasien didiagnosis Hipertensi. Pasien lupa saat itu mendapatkan obat apa dari
dokter klinik yang dekat rumahnya. Sejak minum obat itu, keluhan pasien membaik
sehingga pasien tidak kontrol kembali ke dokter klinik tersebut. Riwayat hipertensi pada
orang tua pasien disangkal oleh pasien. Orang tua pasien keduanya sudah meningggal.
Ayah pasien meninggal karena penyakit hati pada tahun 1995. Ibu pasien meninggal
mendadak pada tahun 2004 yang kemungkinan disebabkan oleh jantung (infark
miokard).
Sebulan setelah itu, pasien merasakan keluhan sakit kepala kembali dan
berobat ke puskesmas karena sedang berjualan di puskesmas. Saat di puskesmas, hasil
pemeriksaan pasien didapatkan tekanan darah 170/100 mmHg dan mendapatkan obat
Captopril 25 mg 1-0-0 dan Paracetamol 500 mg 1-1-1. Pasien diminta untuk kembali ke
puskesmas jika obatnya habis untuk kontrol tekanan darahnya. Namun pasien tidak
kembali ke puskesmas jika obat habis dikarenakan sibuk jualan rempeyek keliling dari
desa ke desa sehingga pasien tidak rutin untuk kembali ke puskesmas. Sedangkan
pasien menerima obat dari puskesmas hanya untuk 10 hari setiap kali kunjungan. Pasien
kembali ke puskesmas jika pasien sedang berjualan di daerah puskesmas sekitar 2 – 3
bulan kemudian.
Pasien mengatakan bahwa sering kepikiran terhadap usaha keluarga
besarnya. Pasien takut jika usaha keluarganya itu bangkrut, karena sebulan terakhir
pasien hanya diberikan sedikit keuntungan dari usaha tersebut. Pasien tidak tahu tentang
usaha keluarganya itu, karena usaha tersebut berada di Jawa. Hampir setiap hari pasien
memikirkan hal tersebut, namun pasien tidak mau menceritakan kepada suami dan anak
pasien. Di tambah lagi, usaha penjualan rempeyek sedikit menurun. Setiap hari
penjualan rempeyek tidak selalu habis.
Pasien pernah mengalami keguguran pada tahun 1997 pada kehamilan
kedua pasien. Saat itu umur kehamilan pasien 13 minggu, dan mengalami perdarahan
hebat. Pasien sudah pergi ke dokter kandungan untuk melakukan pemeriksaan dan
sudah dinyatakan bersih oleh dokter. Jarak anak pertama pasien dan anak kedua pasien
cukup jauh, yaitu 12 tahun. Saat kehamilan anak pertama dan ketiga tidak mengalami
masalah dan tekanan darah pasien selalu normal serta rutin pemeriksaan ke bidan desa.
Proses lahiran dilakukan secara normal dan tidak ada penyulit saat proses kelahiran.
Bayi lahir langsung menangis dan perkembangannya baik. Saat ini pasien masih

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 22
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
mengikuti program KB pil setelah kehamilan anak ketiga, namun pasien tidak
meminumnya secara rutin setiap hari. Selama minum pil KB 13 tahun , pasien tidak ada
keluhan apapun.
Keluhan kaki dingin dirasakan pasien sejak 4 hari yang lalu. Kaki dingin
terasa saat pasien sedang beristirahat dan dirasakan pada kedua kaki. Untuk mengurangi
dingin, pasien memakai kaos kaki. Keluhan ini hampir setiap hari dirasakan pasien.
Keluhan ini hilang jika pasien rutin minum obat hipertensi. Jika berhenti minum obat,
keluhan akan muncul dalam beberapa hari.
Keluhan pundak pegal dirasakan pasien sejak satu bulan terakhir ini.
Keluhan pundak pegal ini dirasakan hilang timbul dan durasinya bervariasi. Saat ini
pasien hanya menggunakan minyak angin atau balsem untuk mengurangi pundak yang
pegal. Namun pasien tidak merasakan adanya perbaikan menggunakan minyak angin
atau balsem tersebut.
Pola makan pasien setiap harinya adalah 3 kali makan dan 2 kali selingan
pada sore hari. Untuk makan pagi, pasien kadang membeli nasi uduk dekat rumahnya
dengan telur, tahu dan tempe, atau lontong sayur atau masak mie instan. Sedangkan
untuk makan siang dan malam pasien masak sendiri berupa nasi putih, ikan tongkol
goreng atau ikan asin, sayur kacang panjang atau tumis kangkung, kadang ditambah
dengan tempe atau tahu. Makanan selingan pasien berupa pisang goreng atau tahu isi
sayur atau singkong goreng. Pasien jarang mengonsumsi buah-buahan. Pasien mengaku
bahwa sebelum mengetahui memiliki hipertensi, hampir setiap hari pasien
mengonsumsi ikan asin sekitar ¼ ekor (10 gram). Namun sekarang pasien hanya
konsumsi ikan asin 1-2x seminggu. Pasien suka mengosumsi makanan asin sejak lama,
tepatnya pasien kurang tahu. Pasien mengaku tidak merokok, tidak minum alkohol, dan
tidak minum kopi.
Aktivitas fisik pasien hanya berjualan rempeyek keliling dari desa ke desa.
Pasien keliling desa dengan menggunakan sepeda motor. Pasien mengaku tidak pernah
mengikuti kegiatan olahraga karena sibuk membuat rempeyek. Aktivitas pasien di
rumah adalah menyapu, mengepel, masak dan cuci piring. Mencuci pakaian dan
menggosok dilakukan oleh anak kedua pasien. Sehingga tubuh pasien sekarang menjadi
cukup gemuk. Tubuh pasien berubah menjadi gemuk sejak kehamilan ketiga. Pasien
biasa tidur pukul 22.00 WIB dan terbangun pada pukul 04.00 WIB (sekitar 6 jam).

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 23
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
Suami pasien bekerja sebagai buruh pabrik sepatu. Anak pertama pasien bekerja sebagai
karyawan di perusahaan ban dan anak kedua pasien masih bersekolah di tingkat Sekolah
Menengah Pertama (SMP).

3.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat darah tinggi : disangkal
Riwayat kencing manis : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit paru : disangkal

3.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat darah tinggi : disangkal
Riwayat kencing manis : disangkal
Riwayat obesitas : disangkal
Riwayat penyakit paru : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat stroke : disangkal
Riwayat alergi : disangkal

3.2.6 Riwayat Obstetri


Pasien mengaku sudah 3 kali hamil, namun kehamilan yang kedua pasien mengalami
keguguran. Kehamilan pertama dan ketiga tidak ada masalah dan rutin melakukan
pemeriksaan. Anak pertama dan kedua proses kelahirannya dibantu oleh bidan desa dan
tidak mengalami penyulit.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 24
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
kehamilan Tanggal Jenis Cara Berat Penyulit Pembantu catatan
lahir kelamin persalinan badan selama persalinan
lahir kehamilan
I 10/5/ ♂ Normal 2900 Tidak ada Bidan Hidup
1992 gram desa
II Keguguran saat usia kehamilan 13 minggu (1997)
III 24/1/ ♂ Normal 3000 Tidak ada Bidan Hidup
2004 gram desa

Tabel 5. Riwayat Obstetrik


Sumber: Hasil wawancara penulis
Keterangan:
♂ : Laki-laki
♀ : Perempuan
3.2.7 Riwayat keluarga berencana
Saat ini pasien mengikuti program KB pil yang diminum setiap hari. Namun pasien
tidak meminum secara rutin, pasien meminum pil KB beberapa hari sebelum
berhubungan dan beberapa hari setelah berhubungan.
3.2.8 Riwayat kebiasaan
Pola makan pasien setiap hari nya adalah 3 kali makan dan 2 kali selingan pada sore
hari. Untuk makan pagi, pasien kadang membeli nasi uduk dekat rumahnya dengan
telur, tahu dan tempe, atau lontong sayur atau masak mie instan. Sedangkan untuk
makan siang dan malam pasien masak sendiri berupa nasi putih, ikan tongkol goreng
atau ikan asin, sayur kacang panjang atau tumis kangkung, kadang di tambah dengan
tempe atau tahu. Makanan selingan pasien berupa pisang goreng atau tahu isi sayur atau
singkong goreng. Pasien jarang mengonsumsi buah. Pasien mengaku bahwa sebelum
mengetahui memiliki hipertensi, hampir setiap hari pasien mengkonsumsi ikan asin
sekitar ¼ ekor (10 gram). Namun sekarang pasien hanya konsumsi ikan asin 1-2x
seminggu. Pasien mengaku tidak merokok, tidak minum alkohol dan kopi.
Aktivitas pasien setiap harinya berjualan rempeyek keliling dari desa ke desa
dengan menggunakan sepeda motor. Pasien mengaku tidak pernah mengikuti kegiatan
olahraga karena sibuk membuat rempeyek. Pasien biasa tidur pukul 22.00 WIB dan
terbangun pada pukul 04.00 WIB (sekitar 6 jam).

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 25
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
3.2.9 Riwayat sosio ekonomi
Pekerjaan pasien adalah penjual rempeyek dan pekerjaan suami pasien adalah buruh
pabrik sepatu. Pekerjaan anak pertama karyawan di perusahaan ban. Biaya pengobatan
pasien di puskesmas menggunakan biaya umum.
3.3 Pemeriksaan Fisik
Tanggal : 20 Mei 2017
Pukul : 13.00
Tempat : Rumah pasien
Keadaan umum : Tidak tampak sakit
Kesadaran : Compos mentis
Status Generalis
Tekanan darah : 170/100 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu : 37oC

Data Antropometri
Berat badan : 65 kg
Tinggi badan : 155 cm
Lingkar lengan atas : 34 cm
IMT : 27,03 (overweight)
Status Internis
1. Kepala : bentuk normal, tidak teraba benjolan, rambut hitam
terdistribusi merata
2. Mata : pemeeriksaan mata dapat dilihat pada tabel berikut :

Jenis pemeriksaan Oculo Dextra (OD) Oculo Sinistra (OS)


Posisi mata
-Corneal reflex image Normal Normal
- Cover uncover test Orthotopia Orthotopia
Gerakan bola mata Simetris Simetris

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 26
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
Jenis pemeriksaan Oculo Dextra (OD) Oculo Sinistra (OS)

Lapang pandang

Palpebra Edema - Edema -


Superior , inferior Xantelasma - Xantelasma -
Hiperemis - Hiperemis -
Ptosis - Ptosis -
Lagothalmos - Lagothalmos -
Ectropion – Ectropion –
Entropion - Entropion -
Bulu mata Trikiasis – Trikiasis –
Superior, inferior Madarosis – Madarosis –
Krusta - Krusta -
Apparatus lakrimalis
- Sakus lakrimalis Hiperemis - , edema -, fistel – Hiperemis - , edema -, fistel –
- Punctum lakrimalis Eversi -, discharge - Eversi -, discharge–

Konjungtiva bulbi Warna transparan Warna transparan


Vaskularisasi injeksi siliar - & Vaskularisasi injeksi siliar -
injeksi konjungtiva – & injeksi konjungtiva –
Nodul – Nodul –
Edema – Edema –
Pinguekula - Pinguekula -

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 27
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
Jenis pemeriksaan Oculo Dextra (OD) Oculo Sinistra (OS)
Konjungtiva tarsal Hiperemis – Hiperemis –
Anemis - Anemis -
Folikel – Folikel –
Papillae – Papillae –
Korpus alineum - Korpus alineum -
Sklera Putih, Ikterik –, Inflamasi - Putih, Ikterik –, Inflamasi -
Kornea Jernih Jernih
Defek : Arcus senilis + Defek : Arcus senilis +
Reflek kornea + Reflek kornea +
Inflitrat – Inflitrat –
Edema - Edema -
Pupil Bulat, isokor, Ø 3 mm, Bulat, isokor, Ø 3 mm,
simetris, RCL +, RCTL + simetris, RCL +, RCTL +
Lensa Keruh -, luksasio -, afakia -, Keruh-, luksasio -, afakia -,
IOL - IOL -

Limfenodus Preaurikuler Tidak membesar Tidak membesar


Visus(hitung jari)
6/6 6/6
Tidak ada snellen chart
Tabel 6. Hasil pemeriksaan fisik mata Ny. S

3. Telinga : pemeriksaan telinga dapat dilihat pada tabel berikut :

Jenis
Auricular Dextra (AD) Auricular Sinistra (AS)
pemeriksaan
Bentuk Normotia Normotia
Daun telinga Fistel preaurikuler – Fistel preaurikuler –
Fistel retroaurikuler – Fistel retroaurikuler –
Abses mastoiditis – Abses mastoiditis –
Peradangan – Peradangan –
Sikatrik - Sikatrik -

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 28
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
Nyeri tekan tragus – Nyeri tekan tragus –
Nyeri tekan mastoid - Nyeri tekan mastoid -
Nyeri tarik aurikuler – Nyeri tarik aurikuler –
Liang telinga Serumen + (sedikit) Serumen + (sedikit)
Lapang Lapang
Hiperemis – Hiperemis –
Sekret – Sekret –
Furunkel – Furunkel –
Jaringan granulasi - Jaringan granulasi -
Korpus alienum – Korpus alienum –
Massa tumor – Massa tumor –
Membran
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
timpani

Tabel 7. Hasil pemeriksaan fisik telinga Ny. S

4. Hidung :
 Hidung luar: bentuk simetris, septum nasi di tengah, tidak ada deviasi, mukosa
tidak hiperemis, sekret -/-, frognose -, ragaden -, udara pernafasan simetris, nyeri
tekan hidung dan SPN –
 Vestibulum nasi : Furunkel -, laserasi -, bekuan darah -
 Kavum nasi dextra et sinistra : lapang, sekret-/-, konka nasi inferior normal,
meatus nasi inferior normal, septum nasi normal, mukosa hidung merah muda,
benda asing -/-, massa tumor -/- , konka nasi media normal, meatus nasi media
normal.

5. Mulut : tonsil T1-T1, uvula di tengah, faring tidak hiperemis


6. Leher : trakea di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba membesar,
kelenjar getah bening tidak teraba

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 29
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
7. Thorax :
 Paru-paru

Jenis Paru Belakang


Posisi Paru Depan
pemeriksaan
INSPEKSI Kanan Bentuk dada depan simetris pada Bentuk dada belakang
Kiri posisi statis dan dinamis, sternum simetris pada posisi statis dan
& klavikula tidak ada kelainan dinamis, posisi skapula kiri
bentuk, RR = 18 x/’, sifat dan kanan simetris, tidak
pernafasan thorako-abdominal, tampak gibus, skoliosis,
irama pernapasan reguler, SpO2 lordosis, kifosis.
= 97%, retraksi intercostal dan
supraclavicular (-).

PALPASI Kanan Nyeri tekan (-), benjolan (-), Nyeri tekan (-),benjolan (-)
Kiri KGB di supraklavikula, pergerakan dinding thorax
infraklavikula, dan aksila(-) simetris & tidak ada yang
perbesaran, letak trakea normal, tertinggal, stem fremitus
deviasi (-), pergerakan dinding sama kuat antara kanan dan
thorax simetris & tidak ada yang kiri
tertinggal, stem fremitus sama
kuat antara kanan dan kiri
PERKUSI Kanan Sonor pada semua lapang paru Sonor pada semua lapang
Kiri paru

AUSKULTASI Kanan Suara dasar vesikuler +/+, Suara dasar vesikuler +/+,
Kiri Wheezing-/-, Wheezing-/-,
Rhonki -/-. Rhonki -/-.
Kesan : dalam batas normal

Tabel 8. Hasil pemeriksaan fisik paru Ny. S

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 30
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
 Jantung
Inspeksi : tidak tampak pulsasi iktus kordis
Palpasi : teraba pulsasi iktus kordis ICS VII midclavicular line
sinistra
Perkusi :
batas kiri :ICS VI midclavicular line sinistra
batas kanan :ICS II sternal line dextra
Auskultasi : bunyi jantug I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Kesan : dalam batas normal

8. Abdomen :
 Inspeksi :perut membuncit dengan kulit yang bergelambir, simetris, tidak
ada massa, bekas luka (-), striae putih (+) di RUQ dan LUQ, distensi vena (-
), umbilicus : inflamasi (-), hernia (-), ekskoriasi (-)
 Auskultasi : peristaltik usus positif normal, bruit aorta (-), bruit a.renalis (-/-
), a. iliaca (-/-), a. femoralis (-/-). Friction rub (-), bising usus = 8 x/menit.
 Perkusi : timpani di seluruh abdomen, castle sign (-), nyeri ketok CVA (-
/-), ascites (-).
 Palpasi : supel, nyeri tekan (-) dan nyeri lepas (-), nyeri di epigastrium
(+), hepar dan lien tidak teraba membesar, ballotement ginjal kiri (-/-),
kandung kemih tidak teraba, pulsasi aorta tidak teraba.
Kesan : dalam batas normal

9. Alat reproduksi : tidak dilakukan


10. Ekstremitas : pemeriksaan ekskremitas dapat dilihat pada tabel berikut :

EKSTREMITAS Superior Inferior


Petekhiae -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Pitting Edema -/- -/-
Genu Varus (O) -/- -/-
Genu Valgus (X) -/- -/-

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 31
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
EKSTREMITAS Superior Inferior
Hiperpigmentasi -/- -/-
Thopus Jari - Jari -/- -/-
Clubbing Finger -/- -/-
Akral Dingin -/- -/-
Akral Sianosis -/- -/-
Crt < 2 detik < 2 detik
Kuku Spoon nails - Spoon nails -

Tabel 9. Hasi pemeriksaan fisik ekskremitas Ny. S

Kesimpulan : dalam batas normal

Status Neurologis
1. Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15, E4V5M6
2. Rangsang meningeal :(-)
a. Kaku kuduk :(-)
b. Brudzinsky I :(-)
c. Brudzinsky II :(-)
d. Brudzinsky III :(-)
e. Brudzinsky IV :(-)
f. Laseque :(-)
g. Kernig :(-)
3. Nervus kranialis : baik
4. Kekuatan motorik:
a. Trofi (lengan, tungkai) : Normotrofi
b. Tonus (lengan, tungkai) : Normotoni
c. Kekuatan : 5555 5555
5555 5555
5. Sensorik :
a. Eksteroseptif :
Raba halus : baik (kanan = kiri)
Raba tajam : baik (kanan = kiri)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 32
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
b. Propioseptif :
Posisi : baik (kanan = kiri)
6. Sistem otonom : baik
7. Fungsi cerebellum & koordinasi :
a. Telunjuk-hidung : baik
b. Tumit-lutut : baik
8. Fungsi luhur : baik
9. Reflek fisiologis:
a. Biceps : +/+
b. Triceps : +/+
c. Patella : +/+
d. Achilles : +/+
10. Reflek patologis :
a. Hoffman tromner :(-)
b. Babinski :(-)
c.Chaddock :(-)
d. Schaefer :(-)
e. Gordon :(-)
f. Oppenheim :(-)
g. Klonus paha :(-)
h. Klonus kaki :(-)
11. Tanda regresi & dementia: ( - )
12. Test keseimbangan Romberg dan Romberg dipertajam : ( - / - )
Kesan : dalam batas normal

3.4 Pemeriksaan Penunjang


Pasien mengaku belum pernah melakukan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium
dan radiologi

3.5 Diagnosis Kerja di Puskesmas


Diagnosis utama : Hipertensi grade II

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 33
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
3.6 Terapi yang telah diberikan oleh Puskesmas Kecamatan Cikupa
Terapi diberikan pada tanggal 2 Maret 2017, 15 Mei 2017.
Terapi farmakologis :
 Captopril 25 mg 1-0-0 pc diberikan untuk 10 hari.
 Paracetamol 500 mg 1-1-1 pc diberikan untuk 3 hari.
Terapi non-farmakologis
 Mengurangi makanan asin.
 Terapi rutin dan kontrol.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 34
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
BAB 4
Data Keluarga dan Lingkungan

4.1 Struktur Keluarga


Pasien merupakan seorang perempuan berusia 50 tahun dengan status anak pertama dari
empat bersaudara. Saat ini pasien tinggal bersama suami dan kedua anaknya.
No. Nama L/P Umur Pekerjaan Pendidikan Hubungan Ket.
terakhir dengan pasien
1. Tn. J L 49 tahun Buruh SMA Suami
pabrik
2. Ny. S P 50 tahun Pedagang SMA Pasien
rempeyek
3. An. P L 25 tahun Pegawai SMA Anak pasien
swasta
4. An. R L 13 tahun Pelajar SMP Anak pasien
Tabel. 10 Struktur Keluarga Ny. S
Sumber : hasil wawancara penulis dengan pasien

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 35
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
4.2 Genogram

Gambar 3. Genogram keluarga Ny. S


Sumber : modifikasi penulis

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 36
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
4.3 Riwayat Imunisasi Keluarga
Daftar Jenis Umur Vaksinasi
Keluarga Kelamin (tahun) Campak BCG DPT Polio HB
Tn. J L 49 Lupa Lupa Lupa Lupa Lupa
Ny. S P 50 Lupa Lupa Lupa Lupa Lupa
An. P L 25 1x 1x - 3x -
An. R L 13 1x 1x 1x 4x 1x
Tabel 11. Riwayat imunisasi keluarga Ny. S
Sumber : hasil wawancara penulis
Keterangan :
BCG : Bacille-Calmette Guerin
DPT : Diphteria Pertussis Tetanus
HB : Hepatitis B
L : Laki-laki
P : Perempuan

4.4 Kondisi Ekonomi


Penghasilan keluarga pasien berasal dari suami pasien yang bekerja sebagai buruh
pabrik, dari pasien yang menjual rempeyek dan dari anak pertama pasien yang sebagai
karyawan di perusahaan ban.
Penghasilan sebulan :
Penghasilan suami perbulan Rp. 3.000.000,-
Penghasilan penjualan rempeyek sebulan Rp. 2.000.000,-
Penghasilan anak pertama sebulan Rp. 4.000.000,- +

Total Rp. 9.000.000,-


Kebutuhan keluarga sebulan
Modal Rempeyek Rp. 1.500.000,-
Listrik Rp. 200.000,-
Kebutuhan pangan keluarga Rp. 3.000.000,-
Biaya transportasi Rp. 300.000,-

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 37
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
Pulsa Rp. 400.000,-
Biaya sekolah An. R Rp. 250.000,-
Kebutuhan lain-lain Rp. 500.000,- +

Total Rp. 6.150.000,-


Kesan : status ekonomi cukup.
4.5 Pola Berobat
Pasien tidak rutin berobat ke Puskesmas Cikupa dikarenakan kesibukan pasien
berjualan rempeyek keliling desa. Pasien biasa datang ke puskesmas menggunakan
kartu umum, walaupun pasien mempunyai kartu BPJS.
4.6 Pola Makan Sehari-hari
Makan pagi pasien dibeli di warung, untuk makan siang dan malam pasien biasanya
masak sendiri di rumah. Bahan makanan pasien membeli di pasar. Pasien juga sering
membeli cemilan seperti kue-kue atau gorengan di pasar.
Pola makan pasien dan keluarga pasien sehari-hari (variasi makanan) :
Makan pagi : nasi uduk/lontong sayur + tempe orek + telur cabe + teh
manis
Makan siang : nasi putih + ikan tongkol goreng/ayam goreng + tumis
kacang panjang/tumis kangkung/tumis buncis + ikan
asin/cumi asin + tahu bacem/pepes tahu
Makan malam : nasi putih + sop ayam wortel kentang / sate ayam /
ayam bakar/ + tempe goreng/tahu goreng / tumis jamur /
jamur goreng kering
Makanan selingan : pisang goreng/keripik singkong/rempeyek/pastel/kue
pisang / singkong goreng

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 38
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
MENU
Sumber Sumber Sayur- Buah-
Kalori Protein sayuran buahan
Makan Pagi Nasi uduk, Tempe, telur - -
Teh manis

Makan Siang Nasi putih Ikan tongkol, Kacang -


ikan asin, tahu panjang
Makan Malam Nasi putih, Ayam, tempe wortel Apel
kentang
Makan Selingan Pisang - - pepaya
goreng

Tabel 12. Menu dan pola makan keluarga Ny. S


Makanan pagi : nasi uduk + telur cabe + tempe orek + teh manis
Berat URT Energi Protein Lemak Karbohidrat
(g) (kkal) (g) (g) (g)
Beras 50 ½ gls 174,5 3,4 0,35 39,45
Telur 50 1 btr 79 6,4 5,75 0,35
Tempe 50 1 ptg 80 9,15 2 6,35
Minyak 10 1 sdm 90 0 10 0
Gula 30 2 sdm 112,8 0 0 28,2
Subtotal 536,3 18,95 2,3 74,35

Selingan 1 : rempeyek
Berat URT Energi Protein Lemak Karbohidrat
(g) (kkal) (g) (g) (g)
Rempeyek 50 1 mkk 225,5 5,6 10,1 29,8
Subtotal 225,5 5,6 10,1 29,8

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 39
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
Makanan siang : nasi + ikan tongkol goreng + tumis kacang panjang + ikan asin + tahu
bacem
Berat URT Energi Protein Lemak Karbohidrat
(g) (kkal) (g) (g) (g)
Beras 100 1 gls 349 6,8 0,7 78,9
Ikan 100 ½ ekor 97 22 1 0
tongkol
Ikan 25 ½ mkk 45,5 10,5 0,375 0
asin kcl
Kacang 50 1 mkk 22,5 1,35 0,15 3,8
panjang kcl
Tahu 50 1 ptg 39,5 3,9 2,3 0,8
Minyak 20 2 sdm
Subtotal 733,5 44,55 24,52 83,5

Selingan 2 : pisang goreng


Berat URT Energi Protein Lemak Karbohidrat
(g) (kkal) (g) (g) (g)
Pisang 50 1 ptg 55 0,6 0,1 12,9
Telor 10 1 sdm 15,8 1,3 1,1 0,07
Tepung 5 1 sdm 17,85 0,4 0,06 3,86
Gula 5 ½ sdm 18,8 0 0 4,7
Minyak 10 1 sdm 90 0 10 0
Subtotal 197,45 2,3 11,26 21,53

Makanan malam : nasi + sop ayam wortel kentang + tempe goreng


Berat URT Energi Protein Lemak Karbohidrat
(g) (kkal) (g) (g) (g)
Beras 100 1 gls 349 6,8 0,7 78,9
Ayam 100 1 ptg 298 18,2 25 0
Wortel 25 ½ mkk 11,5 0,3 0,075 2,375
kcl

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 40
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
Berat URT Energi Protein Lemak Karbohidrat
(g) (kkal) (g) (g) (g)
Kentang 25 ½ mkk 21,25 0,5 0,075 4,775
kcl
Tempe 50 1 ptg 21,25 0,5 0,025 6,35
Minyak 5 ½ sdm 45 0 5 0
Subtotal 746 34,95 79,055 92,4
Total 2438,75 106,35 59,22 301,58
Tabel 13. Dietary recall pasien [perhitungan nilai gizi diambil dari daftar analisis bahan
makanan, Oey Kam Nio, 2012]
 Penilaian status gizi pasien :
BB = 65 kg, TB = 165 cm
IMT  65 kg / (1,552) m2 = 27,03 kg/ m2
 Kebutuhan energi berdasarkan Harris-Benedict
655,1 + (9,56 x BB) + (1,85 x TB) – (4,7 x U)
655,1 + (9,56 x 65) + (1,85 x 155) – (4,7 x 50)
655,1 + 621,4 + 286,75 -235 = 1328,25 kkal/hr  55,34 kkal/jam
 Perhitungan pengeluaran energi :
Tidur 6 jam x 1 x 55,34 = 332,04
Kegiatan dasar 2 jam x 1,4 x 55,34 = 154,95
Kegiatan ringan 5 jam x 1,7 x 55,34 = 470,39
Berdiri dengan tenang 3 jam x 1,5 x 55,34 = 249,03
Berjalan 1 jam x 3,4 x 55,34 = 188,15
Duduk 2 jam x 1,4 x 55,34 = 154,95
Melakukan tugas rumah tangga 4 jam x 2,5 x 55,34 = 553,4
Lain – lain 1 jam x 1,4 x 55,34 = 77,47 +

= 2180,38 kkal/hr
= 2200 kkal/hr
= 90,84 kkal/jam
 BMR ganda = 90,84 / 55,34 = 1,64  aktivits sedang

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 41
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
 Karena pasien ini berstatus overweight maka kebutuhan energi harus dikurangi
500 kkal, maka total yang diberikan 1700 kkal/hr
 Kebutuhan makro nutrien
Kebutuhan protein : 1 g/KgBB/hari  65 x 1 g = 65 g
P/E ratio = (65 x 4) : 1700 x 100% = 15,29%

Kebutuhan lemak : 25% total energi  25% x 1700 kkal = 425 kkal/hr 
47,22g

Kebutuhan karbohidrat : 100% - protein – lemak


= 100% - 15,29% - 25% = 59,71%
= 59,71% x 1700 kkal = 1015 : 4 = 253,76 g

Yang dikonsumsi Pengeluaran energi Selisih


Energi (kkal) 2438,35 2180,38 +257,62
Protein (g) 106,35 65 +41,35
Lemak (g) 59,22 60,56 -1,34
Karbohidrat (g) 301,58 343,84 -42,26
Tabel 14. Selisih asupan dan kebutuhan nutrien Ny. S per hari

4.7 Kondisi Rumah


4.7.1 Perumahan
 Status : Milik Pribadi
 Luas Tanah : 78m² (6 m x 13 m )
 Luas Bangunan :63,6 m2 (6 m x 10,6 m), tinggi 4 m
 Rumah terdiri dari : 1 lantai
o Teras dan garasi :2mx6m
o Ruang tamu :3mx4m
o Ruang TV : 3 m x 4,6 m
o Kamar tidur 1 :3mx4m
o Kamar tidur 2 :3mx4m
o Kamar tidur 3 :2mx 2m

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 42
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
o Kamar mandi 1 : 0,6 m x 0,6 m
o Dapur :2mx4m
o Gudang dan tempat jemur pakaian :1mx6m

4.7.2 Kondisi Bangunan


 Kebersihan rumah cukup baik
 Bagian dalam rumah dipisahkan oleh tembok menjadi 3 bagian. Bagian depan
terdapat ruang tamu, Bagian tengah terdapat ruang tv yang di dalamnya terdapat
1 buah sofa, 1 buah karpet, 1 buah kulkas, 1 buah meja televisi dan televisi,
terdapat juga 2 buah kamar tidur, sedangkan pada bagian belakang terdapat 1
buah kamar tidur, 1 buah kamar mandi dan 1 buah dapur.
 Setiap kamar tidur di dalamnya terdapat kasur kapuk, lemari pakaian, hanya dua
kamar yang memiliki jendela namun semuanya memiliki ventilasi.
 Dinding rumah seluruhnya terbuat dari tembok yang baru saja ditinggikan dan
atapnya yang terbuat dari plafon yang baru dipasang tampak belum tercat
seluruhnya.
 Seluruh lantai di rumah menggunakan keramik.
 Di depan rumah terdapat garasi mobil panjang 2 m dan lebar 2,5 m yang biasa
dipakai oleh saudara Ny. S.
 Di belakang rumah terdapat gudang lebar 1 m panjang 3 m untuk menyimpan
barang dan tempat untuk menjemur pakaian lebar 1 m panjang 3 m
 Jumlah orang dalam rumah terdiri dari 1 orang

Kesimpulan: kondisi bangunan rumah pasien cukup memenuhi kriteria


rumah sehat
4.7.3 Lokasi
Jarak rumah ± 4 km dari Puskesmas Cikupa, rumah terletak di Jl. Dukuh RT 007
RW ; 002 No. 128 desa Dukuh, kecamatan Cikupa. Jalan sekitar rumah dapat dilalui
kendaraan roda empat. Letak rumah dengan tetangga saling berdekatan.

Kesimpulan: Lokasi rumah pasien terjangkau

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 43
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
4.7.4 Ventilasi
Ventilasi rumah terdiri dari :

 Ventilasi Insidentil
o Pintu depan : 2 m x 1m = 2 m²
o Pintu Kamar 1 : 2m x 1m = 2 m²
o Pintu Kamar 2 dan 3 : 2 (2m x 1 m) = 4 m²
o Pintu menuju gudang : 2m x 1m = 2 m2
o Jendela depan : 2 (1,5 m x 0,5 m) = 1,5 m²
o Jendela ruang tv : 2 (1,5 m x 0,5 m) = 1,5 m2
o Jendela kamar : 2 (1,5 m x 0,5 m) = 1,5 m²
o Jendela dapur : 1,5 m x 0,6 m = 0,9 m²
Total Ventilasi Insidentil : luas/ luas bangunan x 100%

15,4m² / 63,6 m² x 100 % = 24,21%

 Ventilasi Permanen
o Lubang angin di atas pintu depan : 5 x (0,3 x 0,2) = 0,3 m²
o Lubang angin di jendela kamar : 4 x (0,3 x 0,2) = 0,24 m2
o Lubang angin atas jendela ruang tv : 3 x (0,3 x 0,2) = 0,18m²
o Lubang angin atas jendela dapur : 3 x (0,3 x 0,2) = 0,18 m²
o Lubang angin atas pintu menuju gudang : 1 m x 0,3 m = 0,3 m2
Total Ventilasi Permanen : 1,2 m²/ 63,6 m² x 100 % = 1,89 %

Kesimpulan :

 Total ventilasi di rumah Ny. S kurang ideal. Meskipun ventilasi insidentil sudah
memenuhi syarat, namun jumlah ventilasi permanen masih sangat minim
 Ventilasi insidentil secara fisik dan fungsional sudah cukup ideal, Ny. S selalu
membuka pintu dan jendela setiap pagi hari.

4.7.5 Pencahayaan
Pencahayaan rumah Ny. S telah menggunakan listrik sebesar 900 watt. Pagi hari
pintu dan siang depan dan jendela depan dibuka sehingga pencahayaan dari cahaya
matahari dapat masuk. Setiap ruangan masing-masing terpasang lampu yang cukup

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 44
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
terang. Waktu malam hari Ny. S dapat membaca dengan jelas dan terang pada jarak
30 cm.

Kesimpulan: pencahayaan memenuhi kriteria rumah sehat


4.7.6 Alat Kesejahteraan dalam Keluarga
Keluarga Ny. S memiliki 1 buah televisi Flat ukuran 21 inchi, 1 buah kompor gas, 2
buah rice cooker, 1 unit kulkas satu pintu ukuran sedang, 1 buah mesin cuci, 1 buah
mesin pompa air listrik, 1 buah sepeda dan 2 buah sepeda motor.

Kesimpulan: kebutuhan tersier tercukupi

4.7.7 Penggunaan Air


 Penggunaan air bersih
Penggunaan air untuk mandi dan mencuci diperoleh dari air tanah yang telah
di lengkapi pompa air listrik, dimana semua sudah menggunakan kran air
dan kamar mandi menggunakan 1 buah ember besar untuk menampung air
dan 1 buah dayung. Air cukup bersih, jernih, tidak berwarna dan tidak
berbau
 Kebiasaan Minum
Air minum sehari-hari didapatkan dengan cara memasak air yang berasal
dari kran.
 Kebiasaan Mandi
Pasien mandi dua kali sehari dengan menggunakan sabun mandi.

Kesimpulan: Air yang digunakan pasien memenuhi kriteria air bersih dan kriteria air
minum
4.7.8 Pembuangan Sampah
Sampah rumah tangga Ny. S dikumpulkan di kantong plastik kemudian dibuang ke
tempat sampah yang lebih besar tidak jauh dari rumahnya, lalu sampah diambil
setiap 3 hari sekali oleh petugas kebersihan untuk dibuang ke tempat pembuangan
umum.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 45
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
4.7.9 Pembuangan Limbah
Air kotor yang berasal dari dapur serta kamar mandi dialirkan melalui pipa
pembuangan yang berada di dalam tanah. Aliran air lancar dan kamar mandi tidak
ada yang tersumbat
Kesimpulan : sistem pembuangan limbah baik.

4.7.10 Kamar Mandi


Terdapat 1 kamar mandi dengan 1 ember besar dengan tutup dan 1 jamban dengan
posisi jongkok. Tinja disalurkan menuju septic tank yang berjarak 10-15 meter dari
sumber air.

Kesimpulan: kamar mandi dan jamban Ny. S memenuhi syarat.

4.7.11 Lingkungan
Tempat tinggal pasien berdekatan dengan tetangga, lingkungan sekitar rumah cukup
bersih dan teratur. Di depan rumah pasien dapat melintas kendaraan roda empat dan
roda dua.

Kesimpulan: Lingkungan sekitar rumah pasien cukup ramai

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 46
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
4.8 Denah Lokasi

Gambar 4. Denah Lokasi

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 47
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
4.9 Denah Rumah

Denah Rumah Ny. S

6m
10,6 m

Gambar 5. Denah Rumah


4.10Mandala of Health
Body
 Ny. S, 50 tahun, IMT = 27,03 kg/m2 (overweight), dan hipertensi grade II.
Mind
 Pasien menganggap penyakitnya tidak berbahaya.
Spirit
 Pasien berharap sembuh agar dapat beraktivitas seperti biasa.
 Pasien sholat 5 waktu.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 48
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
Level 1
Human biology
 Aging process, diduga adanya faktor genetik pada pasien (ibu pasien meninggal
secara mendadak yang diduga karena penyakit jantung)

Family
 Pasien tinggal bersama suami dan dua orang anak
Personal behavior
 Pasien jarang mengonsumsi buah
 Kepatuhan berobat dan meminum obat pasien sangat kurang di karena pasien
lebih mementingkan pekerjaannya
 Pasien sering mengonsumsi makanan yang asin dan digoreng
Pshyco-socio-economic environment
 Pasien termasuk dalam golongan ekonomi yang cukup
 Komunikasi pasien dengan tetangga baik
Physical environment
 Pasien tinggal di rumah yang cukup memenuhi kriteria rumah sehat dan
kebersihannya cukup terjaga
 Ventilasi udara rumah pasien 24,21%
Level 2
Sick care system
 Kurangnya penyuluhan tentang penyakit hipertensi
 Tidak adanya kunjungan tenaga kesehatan ke rumah pasien
 Jarak ke puskesmas 4 km, ada akses menuju puskesmas dengan sepeda motor
Work
 Pasien bekerja sebagai pedagang rempeyek
 Pasien juga bekerja sebagai ibu rumah tangga
Lifestyle
 Pasien tidak pernah berolahraga.
 Pasien mempunyai kebiasaan makan makanan asin dan yang di goreng.
 Pasien mulai mengurangi konsumsi makanan asin sejak didiagnosis hipertensi

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 49
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
Level 3
Community
 Pasien sesekali berkumpul dengan tetangga pasien di teras rumah.
Human made environment
 Lingkungan rumah pasien cukup padat, tidak terpapar polusi dan sirkulasi udara
dalam rumah baik.
Culture

 Masyarakat beranggapan bahwa selama tidak ada gejala, tidak perlu berobat ke
tenaga kesehatan dan minum obat.
Biosphere
 Global warming

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 50
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
Culture
Masyarakat beranggapan bahwa selama tidak ada gejala, tidak perlu berobat ke tenaga kesehatan dan minum obat

Community
Pasien sesekali berkumpul dengan tetangga pasien di teras rumah

Life style
Pasien tidak pernah olahraga dan suka makan yang di goreng
Personal behavior
Pasien kurang mengonsumsi buah Pasien mulai mengurangi konsumsi makanan asin sejak didiagnosis
Pasien sering mngonsumsi makanan asin dan hipertensi
digoreng
Kepatuhan berobat dan meminum obat pasien sangat Family
kurang di karena pasien lebih mementingkan Pasien tinggal bersama suami dan dua orang anak Pshyco-socio-ecomonic environment
pekerjaannya Pasien termasuk dalam golongan ekonomi yang cukup
Komunikasi pasien (Ny.S) dengan tetangga baik
Body
Ny. S, 50 th, IMT = 27,03kg/m2,
Hipertensi grade II
Sick care system
-Kurangnya penyuluhan tentang penyakit
hipertensi Work
-Tidak ada kunjungan tenaga kesehatan ke Mind Spirit Pasien bekerja sebagai penjual
rumah pasien Pasien menganggap Pasien berharap dapat sembuh dan rempeyek dan ibu rumah tangga
-jarak ke puskesmas 4 km, ada akses. penyakitnya tidak berbahaya dapat beraktivitas kembali
Pasien shalat 5 waktu

Human biology Physical environment


Pasien tinggal di rumah yang cukup memenuhi kriteria rumah sehat dan
Diduga adanya faktor genetik
kebersihannya cukup terjaga
pada pasien, aging process Ventilasi udara rumah pasien 24,21%

Human made environment


Lingkungan rumah pasien cukup padat, tidak terpapar polusi dan sirkulasi rumah baik

Biosphere
Global warming
Gambar 6. Mandala of Health

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 51
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
BAB 5
Diagnostik Holistik

5.1 Ringkasan
Pasien datang ke Puskesmas Cikupa dengan keluhan sakit kepala sejak 4 hari yang lalu,
hilang timbul, membaik dengan minum obat dari puskesmas, frekuensi setiap hari
dengan durasi setiap serangan yang tidak menentu. Pasien pertama kali didiagnosis
hipertensi di klinik dekat rumah pada bulan November 2016 dan pasien lupa saat itu
mendapatkan obat apa. Pasien juga sering mengeluhkan kakinya terasa dingin setiap
hari terutama saat istirahat sehingga pasien memakai kaos kaki. Namun keluhan kaki
dingin dirasakan berkurang jika pasien meminum obat hipertensi. Pasien juga mengeluh
pundaknya pegal sejak satu bulan terakhir. Pegal dirasakan hilang timbul dan durasinya
tidak menentu. Pasien memiliki kebiasaan tidak rutin kontrol ke puskesmas sehingga
tidak minum obat setiap hari. Selain itu, pasien suka mengonsumsi makanan asin.
Pasien merasakan kalau badannya berlebih sejak melahirkan anak kedua. Pasien pada
tanggal 15 Mei 2017 didiagnosis oleh Puskesmas Cikupa menderita Hipertensi grade II
dan diberikan obat Captopril 25 mg 1-0-0 dan Paracetamol 500 mg 1-1-1.
Hasil pemeriksaan fisik pada 20/5/2017 (kunjungan ke rumah pasien),
didapatkan tekanan darah 170/100 mmHg (Hipertensi grade II Tidak Terkontrol), BB =
65 kg, TB = 155, IMT = 27,03 didapatkan overweight. Pemeriksaan fisik lainnya dalam
batas normal.
5.2 Diagnostik Holistik
 Axis I (Aspek Personal)
o Sakit kepala
o Kaki terasa dingin
o Pundak pegal
 Axis II (Klinis)
o Diagnosis utama : Hipertensi grade II tidak terkontrol
o Diagnosis tambahan : overweight
 Axis III (Aspek Internal)
o Kurangnya pengetahuan mengenai penyakit hipertensi
o Tidak pernah olahraga

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 52
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
o Pasien suka mengonsumsi makanan asin dan makanan yang digoreng.
o Pasien jarang mengonsumsi buah
o Tidak teratur kontrol dan tidak berobat rutin
o Stress
o Proses degenartif (aging process) sehingga menyebabkan berkurangnya
elastisitas pembuluh darah

 Axis IV (Aspek Eksternal)


o Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit hipertensi
o Kurangnya penyuluhan dari tenaga kesehatan tentang hipertensi
o Tidak ada kunjungan tenaga kesehatan ke rumah pasien.
 Axis V (Aspek Status Fungsional)
o Tidak ada hambatan dalam aktivitas sehari-hari. Status fungsional pasien
bernilai 5.
5.3 Diagnosis Keluarga
5.3.1 Bentuk Keluarga
 Keturunan : Patrilinear
 Perkawinan : Monogami
 Pemukiman : Neolokal
 Jenis anggota keluarga : Nuclear family
 Kekuasaan : Patriakal
5.3.2 Fungsi Keluarga
 Holistik
o Biologis : keadaan biologis keluarga pasien tidak terganggu
o Psikologis : keadaan psikologis keluarga pasien baik
o Sosio ekonomi : keadaan sosio ekonomi keluarga pasien baik

 Fisiologis
Aspek Penilaian 0 1 2

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 53
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
(jarang/tidak (kadang- (sering/selalu)
sama sekali) kadang)
Adaptation 2
Kemampuan adaptasi dengan anggota
keluarga lain serta penerimaan,
dukungan, dan saran dari anggota
keluarga lain
Partnership 2
Komunikasi, saling berbagi, saling isi
antar anggota keluarga dalam segala
masalah yang dialami keluarga.
Growth
Dukungan keluarga terhadap hal-hal 1
baru yang dilakukan anggota keluarga
lain.
Affection 2
Hubungan kasih sayang dan interaksi
antar anggota keluarga.
Resolve 1
Kepuasan anggota keluarga tentang
kebersamaan dan waktu yang
dihabiskan bersama anggota keluarga
yang lain.
Total 8
Tabel 15. Score APGAR keluarga Ny. S
Sumber : hasil analisis penulis
Kesimpulan : fungsi keluarga baik, saling mendukung satu sama lain.

 Patologis
o Sosial : Interaksi dengan tetangga sekitar baik

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 54
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
o Culture : pasien dan keluarga menghormati dan menghargai
budaya, dan memiliki perhatian terhadap sopan santun dalam
bermasyarakat
o Religious : Keluarga Ny.S taat beribadah dan rajin sholat 5 waktu
o Economic : Status ekonomi keluarga Ny.S baik.
o Educational : Pendidikan terakhir pasien, suami pasien dan anak
pertama pasien di tingkat sekolah menengah atas, anak kedua saat ini di
tingkat sekolah menengah pertama.
o Medical : Ny.S berobat dengan biaya sendiri, walaupun pasien
mempunyai BPJS.

5.3.3 Siklus keluarga

1. Tahap awal perkawinan


1 2. Tahap keluarga dengan
2 bayi
8 3. Tahap keluarga dengan
3
anak usia pra-sekolah
4 4. Tahap keluarga dengan
anak usia sekolah
5. Tahap keluarga dengan
5 anak usia remaja
6. Tahap keluarga dengan
7
6 anak meninggalkan
keluarga
7. Tahap orang tua usia
menengah
8. Tahap keluarga jompo

Gambar 7. Siklus keluarga

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 55
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
BAB 6
Rencana Penatalaksanaan Holistik dan Komprehensif

6.1 Axis I (Aspek Personal)


 Sakit kepala
o Farmakologi : Ibuprofen tab 400 mg 3 x 1, jika sakit kepala
o Non Farmakologi :
 cukup istirahat
 hindari stress
 kontrol ke puskesmas jika keluhan tidak
membaik.
 Kaki dingin
o Farmakologi :-
o Non Farmakologi : rendam dengan air hangat dan memakai kaos
kaki
 Pundak pegal
o Farmakologi : Ibuprofen tab 400 mg 3 x 1, jika pegal
o Non Farmakologi :
 Istirahat yang cukup
 Kontrol ke puskesmas jika keluhan tidak
membaik.
 Lakukan pemeriksaan darah (kolestrol
lengkap)
6.2 Axis II (Klinis)
 Diagnosis Utama : Hipertensi grade II Tidak Terkontrol
o Farmakologi : Captopril 25 mg 1-0-0
o Non Farmakologi :
 Menjelaskan pasien untuk kontrol dan minum obat secara rutin.
 Menganjurkan melakukan pemeriksaan penunjang Rontgen Thorax
Posterior Anterior (PA) untuk mengetahui apakah adanya pembesaran
pada jantung.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 56
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
 Diagnosis tambahan : overweight
o Farmakologi :-
o Non farmakologi :
 Menganjurkan pasien untuk berolahraga santai seminggu 3 kali
dengan durasi 30 – 45 menit
 Mengurangi makanan yang berlemak, berminyak dan
karbohidrat.

MENU
Sumber Sumber Sayur- Buah-
Kalori Protein sayuran buahan
Makan Pagi Nasi putih Telur dadar, tahu Tauge -
Selingan pagi - - - Pisang
ambon
Makan Siang Nasi putih Ikan kakap tim, Brokoli Jeruk
tempe bacem
Selingan sore Ubi jalar - -

Makan malam Nasi putih Ayam bakar, Bayam, Jeruk


tahu bacem jagung

Tabel 16. Contoh anjuran menu Ny. S untuk satu hari


Menu pagi : nasi putih + telur dadar + tumis tauge tahu
Berat URT Energi Protein Lemak Karbohidrat
(g) (kkal) (g) (g) (g)
Beras 50 ½ gls 174,5 3,4 0,35 39,45
Telur 50 1 btr 79 6,4 5,75 0,35
Tauge 100 1 mkk 29 2,9 0,2 4
Tahu 50 1 ptg 39,5 3,9 2,3 0,8
Minyak 5 ½ sdm 45 0 5 0
Subtotal 367 16,6 13,6 44,6

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 57
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
Selingan pagi : pisang ambon
Berat URT Energi Protein Lemak Karbohidrat
(g) (kkal) (g) (g) (g)
Pisang 150 2 buah 165 1,8 0,3 38,7
ambon
Subtotal 165 1,8 0,3 38,7

Makan siang : nasi putih + tim kakap + tumis brokoli + tempe bacem + jeruk
Berat URT Energi Protein Lemak Karbohidrat
(g) (kkal) (g) (g) (g)
Beras 100 1gls 349 6,8 0,7 78,9
Ikan 50 1 ptg 43 10 0,35 0
kakap
Brokoli 100 1 mkk 32 2,4 0,2 5,2
Tempe 50 1 ptg 80 9,15 2 6,35
Minyak 5 ½ sdm 45 0 5 0
Jeruk 100 1 buah 51 0,9 0,2 11,4
Subtotal 600 29,25 8,45 101,85

Selingan sore : ubi jalar kukus


Berat URT Energi Protein Lemak Karbohidrat
(g) (kkal) (g) (g) (g)
Ubi 150 2 ptg 153,1 3,1 0,2 36,4
Subtotal 153,1 3,1 0,2 36,4

Makan malam : nasi putih + ayam bakar + sop bayam jagung + tahu bacem + jeruk
Berat URT Energi Protein Lemak Karbohidrat
(g) (kkal) (g) (g) (g)
Beras 50 ½ gls 174,5 3,4 0,35 39,45
Ayam 100 1 ptg 95 18,2 2,5 0
Bayam 100 1 mkk 12 1,5 0,2 1,9
Jagung 50 ½ mkk 54 1,65 0,65 12,55

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 58
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
Berat URT Energi Protein Lemak Karbohidrat
(g) (kkal) (g) (g) (g)
Tahu 50 1 ptg 39,5 3,9 2,3 0,8
Jeruk 100 1 buah 51 0,9 0,2 11,4
Subtotal 426 29,55 6,2 66,3

Tabel 17. Contoh hasil dietary recall menu anjuran Ny. S untuk satu hari [perhitungan
nilai gizi diambil dari daftar analisis bahan makanan, Oey Kam Nio, 2012]

Yang dikonsumsi Yang dianjurkan Selisih


Energi (kkal) 1711,7 1700 +11,7
Protein (g) 80,3 65 +15,3
Lemak (g) 28,75 47,22 -18,47
Karbohidrat (g) 287,85 253,76 +34,09
Tabel 18. Selisih asupan dan kebutuhan nutrient Ny. S per hari

6.3 Axis III (Internal)


 Kurangnya pengetahuan pasien mengenai penyakit hipertensi
o Rencana penatalaksanaan : memberikan edukasi mengenai hipertensi
yang mencakup definisi, tanda dan gejala , faktor resiko, pengobatan,
komplikasi, jadwal kontrol, pola makan yang benar.
 Tidak pernah berolahraga
o Rencana penatalaksanaan : menganjurkan pasien untuk rutin
berolahraga, minimal seminggu 3x, olahraga yang di anjurkan seperti lari
pagi atau bersepeda.
 Pasien suka mengonsumsi makanan asin dan makanan yang digoreng
o Rencana penatalaksaanan : menganjurkan pasien untuk mengurangi
makanan asin dan mengurangi makan makanan yang digoreng.
Menganjurkan untuk makan makanan yang direbus atau dikukus.
 Pasien jarang mengonsumsi buah
o Rencana penatalaksanaan : menganjurkan pasien untuk mengonsumsi
buah setiap harinya.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 59
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
 Tidak teratur kontrol dan tidak berobat rutin
o Rencana penatalaksanaan : menganjurkan pasien untuk kontrol jika
obat habis atau minimal kontrol sebulan sekali di puskesmas atau
posbindu. Jika obat telah habis tetapi pasien tidak dapat kontrol,
dianjurkan pasien untuk membeli obat tambahan sehingga pasien tetap
dapat meminum obat secara rutin.
 Stress
o Rencana penatalaksanaan : menganjurkan pasien untuk cukup
istirahat dan menyelesaikan masalah pada usaha keluarga dengan
keluarga lainnya.

6.4 Axis IV (Eksternal)


 Kurangnya pengetahuan keluarga tentang hipertensi
o Rencana penatalaksanaan : mengedukasi keluarga pasien tentang
penyakit hipertensi yang mencakup definisi, tanda dan gejala , faktor
resiko, pengobatan, komplikasi, jadwal kontrol, pola makan yang benar.
 Kurangnya penyuluhan dari tenaga kesehatan tentang hipertensi
o Rencana penatalaksanaan : menganjurkan puskesmas untuk mengadakan
penyuluhan mengenai hipertensi baik di desa pasien maupun di desa-
desa lainnya.
 Tidak ada kunjungan tenaga kesehatan ke rumah pasien
o Rencana penatalaksanaan : menyarankan ke pihak puskesmas, terutama
ke bidan desa untuk mengunjungi ke rumah pasien untuk memantau
perkembangan pasien.
6.5 Axis V (Fungsional)
 Tidak ada hambatan dalam melakukan aktivitas sehari – hari.
o Rencana penatalaksanaan : tidak dilakukan intervensi.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 60
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
BAB 7
Intervensi, Hasil Intervensi, dan Prognosis

7.1 Intervensi dan Hasil Intervensi


Kunjungan ke rumah pasien dilaksanakan dalam beberapa kali yaitu pada tanggal
 Kunjungan ke-1 : 20 Mei 2017 pukul 12.30 (170/100 mmHg)
 Kunjungan ke-2 : 27 Mei 2017 pukul 12.30 (170/100 mmHg)
 Kunjungan ke-3 : 3 Juni 2017 pukul 13.00 (140/90 mmHg)
 Kunjungan ke-4 : 9 Juni 2017 pukul 14.00 (130/80 mmHg)
 Kunjungan ke-5 : 19 Juni 2017 pukul 14.00 (120/80 mmHg)
Setiap kunjungan ke rumah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pengamatan keadaan di dalam dan di luar rumah. Intervensi dilakukan pada tanggal 27
Mei dan 3 Juni 2017. Pengamatan hasil intervensi dilakukan pada tanggal 19 Juni 2017.
7.1.1 Axis I (Aspek Personal)
 Sakit kepala
o Farmakologi : Ibuprofen tab 400 mg 3 x 1, jika sakit kepala
(seizin dokter Puskesmas Cikupa)
o Non Farmakologi :
 cukup istirahat
 hindari stress
 kontrol ke puskesmas jika keluhan tidak
membaik.
o Hasil intervensi : sakit kepala sudah tidak dirasakan pasien lagi.
 Kaki dingin
o Farmakologi :-
o Non Farmakologi : rendam dengan air hangat dan memakai kaos
kaki
o Hasil intervensi : kaki dingin sudah tidak dirasakan pasien lagi.
 Pundak pegal
o Farmakologi : Ibuprofen tab 400 mg 3 x 1, jika pegal (seizin
dokter Puskesmas Cikupa)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 61
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
o Non Farmakologi :
 Istirahat yang cukup
 Kontrol ke puskesmas jika keluhan tidak
membaik.
 Lakukan pemeriksaan darah (kolestrol
lengkap)
o Hasil intervensi :
 Pundak pegal sudah tidak dirasakan pasien
kembali
 Pasien sudah melakukan pemeriksaan
darah, yaitu kolestrol total pada tanggal 6
Juni 2017 dengan hasil 280 mg/dl (pasien
dianjurkan untuk konsultasi ke dokter
Puskesmas Cikupa)

7.1.2 Axis II ( Klinis)


 Diagnosis Utama : Hipertensi grade II Tidak Terkontrol
o Farmakologi : Captopril 25 mg 1-0-0
o Non Farmakologi :
 Menjelaskan pasien untuk kontrol dan minum obat secara rutin.
 Menganjurkan melakukan pemeriksaan penunjang Rontgen
Thorax Posterior Anterior (PA) untuk mengetahui apakah adanya
pembesaran pada jantung.
o Hasil Intervensi : tekanan darah pasien pada kunjungan ke 5
didapatkan 120/80 mmHg

 Diagnosis tambahan : overweight


o Farmakologi :-
o Non farmakologi :
 Menganjurkan pasien untuk berolahraga santai seminggu 3 kali
dengan durasi 30 – 45 menit

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 62
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
 Mengurangi makanan yang berlemak, berminyak dan
karbohidrat.
o Hasil Intervensi :
 Pasien sudah melakukan olahraga santai dengan cara berjalan
kaki dari rumah ke tempat penggorengan rempeyek yang berjarak
sekitar 500 m
 Pasien sudah mengurangi makanan yang berlemak dan makanan
digoreng serta mengurangi jumlah nasi yang dimakan. Dalam
satu bulan ini berat badan pasien sudah turun 1 kg.

No. Tanggal Tekanan darah Keterangan


Kunjungan
1. 20 Mei 2017 170/100 Anamnesis
2. 27 Mei 2017 170/100 Anamanesis, mulai intervensi
(pemberian obat )
3. 3 Juni 2017 140/90 Intervensi
Evaluasi : tekanan darah mengalami
penurunan
4. 9 Juni 2017 130/80 Intervensi
Evaluasi : tekanan darah mengalami
penurunan
5. 19 Juni 2017 120/80 Evaluasi : tekanan darah mengalami
penurunan
Tabel 19. Kegiatan Kunjungan Keluarga
7.1.3 Axis III (Aspek Internal)
 Kurangnya pengetahuan pasien mengenai penyakit hipertensi
o Rencana penatalaksanaan : memberikan edukasi mengenai hipertensi
yang mencakup definisi, tanda dan gejala , faktor resiko, pengobatan,
komplikasi, jadwal kontrol, pola makan yang benar.
o Hasil intervensi : pasien telah mendapatkan edukasi mengenai hipertesi
dan mengerti mengenai penyakitnya.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 63
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
 Tidak pernah berolahraga
o Rencana penatalaksanaan : menganjurkan pasien untuk rutin
berolahraga, minimal seminggu 3x, olahraga yang di anjurkan seperti lari
pagi atau bersepeda.
o Hasil intervensi : Pasien sudah melakukan olahraga santai dengan cara
berjalan kaki dari rumah ke tempat penggorengan rempeyek yang
berjarak sekitar 500 m
 Pasien suka mengonsumsi makanan asin dan makanan yang digoreng
o Rencana penatalaksaanan : menganjurkan pasien untuk mengurangi
makanan asin dan mengurangi makan makanan yang digoreng.
Menganjurkan untuk makan makanan yang direbus atau dikukus.
o Hasil intervensi : pasien telah mengurangi makanan asin seperti ikan asin
dan mengurangi makanan yang digoreng. Pasien saat ini lebih memilih
untuk makan makanan yang dikukus.
 Pasien jarang mengonsumsi buah
o Rencana penatalaksanaan : menganjurkan pasien untuk mengonsumsi
buah setiap harinya.
o Hasil intervensi : pasien sudah mengonsumsi buah seperti pisang, pepaya
dan apel seminggu 3 kali.
 Tidak teratur kontrol dan tidak berobat rutin
o Rencana penatalaksanaan : menganjurkan pasien untuk kontrol jika
obat habis atau minimal kontrol sebulan sekali di puskesmas atau
posbindu. Jika obat telah habis tetapi pasien tidak dapat kontrol,
dianjurkan pasien untuk membeli obat tambahan sehingga pasien tetap
dapat meminum obat secara rutin.
o Hasil intervensi : pasien sudah teratur kontrol ke puskesmes atau
posbindu dan rutin minum obat setiap hari. Pasien juga membeli obat
tambahan jika pasien tidak dapat kontrol ke puskesmas atau posbindu.
 Stress
o Rencana penatalaksanaan : menganjurkan pasien untuk cukup
istirahat dan menyelesaikan masalah pada usaha keluarga dengan
keluarga lainnya.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 64
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
o Hasil intervensi : pasien telah istirahat yang cukup dan pasien akan
mencoba untuk menyelesaikan masalah usaha keluarga pada saat
lebaran.

7.1.4 Axis IV (Aspek Eksternal)


 Kurangnya pengetahuan keluarga tentang hipertensi
o Rencana penatalaksanaan : mengedukasi keluarga pasien tentang
penyakit hipertensi yang mencakup definisi, tanda dan gejala , faktor
resiko, pengobatan, komplikasi, jadwal kontrol, pola makan yang benar.
o Hasil intervensi : keluarga pasien telah mendapat edukasi mengenai
hipertesi dan mengerti mengenai penyakit hipertensi.
 Kurangnya penyuluhan dari tenaga kesehatan tentang hipertensi
o Rencana penatalaksanaan : menganjurkan puskesmas untuk mengadakan
penyuluhan mengenai hipertensi baik di desa pasien maupun di desa-
desa lainnya.
o Hasil intervensi : pihak puskesmas, terutama bidan desa akan melakukan
penyuluhan mengenai hipertensi pada saat dilaksanakannya posbindu.
 Tidak ada kunjungan tenaga kesehatan ke rumah pasien
o Rencana penatalaksanaan : menyarankan ke pihak puskesmas, terutama
ke bidan desa untuk mengunjungi ke rumah pasien untuk memantau
perkembangan pasien.
o Hasil intervensi : pihak puskesmas, terutama bidan desa akan melakukan
kunjungan ke rumah pasien untuk memantau perkembangan pasien.
7.1.5 Axis V (Fungsional)
 Tidak ada hambatan dalam melakukan aktivitas sehari – hari.
o Rencana penatalaksanaan : tidak dilakukan intervensi.
o Hasil intervensi : tidak ada
7.2 Prognosis
 Ad vitam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad bonam
 Ad functionam : dubia ad bonam

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 65
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
BAB 8
Kesimpulan dan Saran

8.1 Kesimpulan
 Dapat disimpulkan bahwa kemungkinan faktor risiko Hipertensi grade II pada
Ny. S (50 tahun) adalah stress, pola makan, tidak pernah olahraga, minum obat
tidak teratur, jarang kontrol dan faktor usia.
 Faktor internal berdasarkan mandala of health yang menyebabkan tekanan darah
Ny. S selalu tinggi adalah
o Kurangnya pengetahuan mengenai penyakit hipertensi
o Tidak pernah olahraga
o Pasien suka mengonsumsi makanan asin dan makanan yang digoreng.
o Pasien jarang mengonsumsi buah
o Tidak teratur kontrol dan tidak berobat rutin
o Stress
o Proses degenartif (aging process) sehingga menyebabkan berkurangnya
elastisitas pembuluh darah
 Faktor eksternal berdasarkan mandala of health yang menyebabkan tekanan
darah Ny. S selalu tinggi adalah
o Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit hipertensi
o Kurangnya penyuluhan dari tenaga kesehatan tentang hipertensi
o Tidak ada kunjungan tenaga kesehatan ke rumah pasien.Diketahuinya
alternatif jalan keluar atas tekanan darah Ny. S yang selalu tinggi
 Diketahuinya alternatif jalan keluar untuk permasalahan internal dan eksternal :
o Dilakukannya edukasi terhadap pasien dan keluarga mengenai penyakit
hipertensi
o Menganjurkan pasien untuk berolahraga sebanyak 2-3 kali seminggu,
dengan durasi 30 menit.
o Menganjurkan pasien untuk mengurangi makanan asin, makanan yang
digoreng, karbohidrat (nasi) dan memperbanyak asupan buah.
o Menganjurkan pasien untuk rutin kontrol dan teratur minum obat.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 66
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
o Menganjurkan kepada pihak puskesmas untuk melakukan penyuluhan
tentang penyakit hipertensi dan kunjungan ke keluarga pasien.
8.2 Saran untuk Pasien dan Keluarga Pasien
 Memberitahu pasien untuk rutin meminum obat hipertensi agar tekanan darah
pasien tetap terkontrol dan menjaga pola makan sesuai yang telah dianjurkan
 Memberitahu pasien untuk meluangkan waktu pergi ke puskesmas atau
posbindu untuk mengontrol tekanan darah
 Memotivasi keluarga untuk memberi dukungan kepada pasien
8.3 Saran untuk Tim selanjutnya
 Melakukan kunjungan ke pasien secara berkala untuk memantau tekanan darah
pasien dan melakukan intervensi yang telah dilakukan
8.4 Saran untuk Puskesmas
 Menyarankan kepada petugas kesehatan di puskesmas agar melakukan penyuluhan
tentang penyakit hipertensi di setiap desa wilayah kerja Puskesmas Cikupa.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 67
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
DAFTAR PUSTAKA

Azwar A. (1997) Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga, Cetakan ke-2, Yayasan


Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta: h.3-5.

Danakusuma, M. (1996) Pengantar Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran


Komunitas, IDI, Jakarta.

Gondodiputro S. (2007) Perencanaan Promosi Kesehatan Pencegahan Penyakit Tidak


Menular di Puskesmas, Diambil dari: http://www.indonesian-
publichealth.com/peran-fungsi-dan-konpetensi-kader-posbindu-ptm/ (update
terakhir: 2 November 2006, Diakses: 22 November 2016)

Ikatan Dokter Indonesia. (1982) Hasil Muktamar IDI ke – 18, PB-IDI, Jakarta.

Muhadi. (2016) JNC 8: Evidence-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi


Dewasa, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta.

Oey Kam Nio. (2015) Daftar Analisis Bahan Makanan, Badan Penerbit FK UI, Jakarta.

United State Depatement of Health and Human Service. (2003) Prevention, Detection,
Evaluation And Treatment High Blood Presure. National Institutes of Health
National Heart, Lung and Blood Institute. NIH Publication, USA.

______________________________________________. (2006) What is the Dietary


Approach to Stop Hypertension (DASH) eating plan?, In: Your Guide to Lowering High
Blood Pressure With DASH, no.:06-4082. NIH Publication, USA: p.5-27. Diambil dari:
https://www.nhlbi.n ih. gov /files/docs/public/heart/new_dash.pdf (Diakses : 27
Oktober 2016,

World Health Organization. (2015) Global Health Observatory Data. Diambil dari:
http://www.who.int. (last update: 2016, April, Accessed: 3 November 2016)

Yogiantoro, M. (2014) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Keenam, Interna
Publishing, Jakarta.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 68
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
LAMPIRAN

Lampiran 1. Tampak depan rumah

Lampiran 2. Tampak
samping kanan rumah

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 69
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
Lampiran 4. Tampak ruang
Lampiran 3. Tampak keluarga
belakang rumah

Lampiran 5. Tampak dapur

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 70
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
Lampiran 6. Tampak
kamar mandi Lampiran 7. Tampak
kamar tidur utama

Lampiran 8. Tampak
kamar tidur anak 2
Lampiran 9. Tampak
kamar tidur anak 1

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 71
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017
Lampiran 10. Edukasi ke
pasien

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 72
Periode 8 Mei – 15 Juli 2017

Anda mungkin juga menyukai