Anda di halaman 1dari 3

MERAWAT KEBHINEKAAN DALAM KERANGKA NEGARA REPUBLIK

INDONESIA (NKRI) BAGI ASN

Keberagaman dalam kehidupan bangsa Indonesia yang ditandai letak geografis terdiri atas
berbagai pulau dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Rote - merupakan
sebuah anugerah yang jarang ditemui di dunia. Ini sekaligus menunjukkan bahwa
kita sebagai bangsa yang dikodratkan hidup dalam lingkungan plural, rukun, aman, nyaman
dan damai. Dalam kehidupan yang pluralitas ini tidak hanya sebatas geografis, namun
keberagaman ditunjukkan dengan beraneka suku, adat, tradisi budaya, bahasa etnis
maupun agama, termasuk para penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
tersebar di masing-masing tempat

Melihat kondisi demikian, banyak orang asing/luar Indonesia sangat terkagum dengan
kehidupan yang penuh keanekaragaman tersebut. Presiden ke-44 Amerika Serikat, Barack
Obama dalam pidatonya dalam Kongres Diaspora Indonesia yang digelar di The Hall
Kasablanka, Jakarta menyebutkan pentingnya menjaga toleransi. Keutuhan dan kedaulatan
Indonesia sebagai sebuah negara kian menghadapi tantangan yang berat. Persoalan politik
dan sosial dewasa ini, bermain peran begitu hebat dalam menentukan wajah negara bangsa
yang menganut berbeda-beda tapi tetap satu pada masa depan. Semangat negara ini
(Indonesia) adalah toleransi. Semangat itu adalah salah satu pembeda Indonesia, karakter
penting yang harus dicontoh semua negara, 'Bhinneka Tunggal Ika'", ujar Obama
(Kompas.com - 01/07/2017, 20:24 WIB). Kalau bangsa lain saja menghargai dan
mengapresiasi tentang keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia, pastinya kita yang
secara langsung merupakan bagian didalamnya, disamping bangga memiliki karakter
demikian. juga patut untuk merawat serta menjaganya jangan sampai ada pihak-pihak
tertentu hendak meretakkan nilai persatuan dan kesatuan yang sudah tertanam sejak para
pahlawan dari berbagai suku di nusantara ini berjuang hingga meraih kemerdekaan.

Dalam telaah berperspektif sejarah, betapa berterima kasihnya kita kepada kegigihan
serta jiwa besar para founding fathers, para ulama, para tokoh agama, dan para pejuang
kemerdekaan dari seluruh nusantara sehingga terbangun kesepakatan dalam masyarakat
majemuk yang dapat mempersatukan kita sebagai bangsa Indonesia, kita menyadari
sepenuhnya bahwa definisi Bhineka Tunggal Ika adalah kesatuan (unity) walaupun dalam

1 | Lindungi Kebhinekaan Melalui Toleransi


keragaman bukan keseragaman dalam keragaman (unifomity). Ini yang menyebabkan pada
Proklamasi 1945 ditambah dan dipertegas dengan kalimat ”Bhineka Tunggal Ika” sebagai
semboyan hidup berbangsa. Negara harus memperkuat pemahaman kehidupan kita
beragam, bukan seragam. Membangun kebhinekaan bukan hal yang mekanistis teknis,
melainkan suatu hal yang dinamis.

Hal yang tak bisa dilupakan tentunya dasar pijakan sebagai ideologi dalam menjalani
kehidupan berbangsa dan bernegara yang telah tercakup dalam nilai-nilai Pancasila sebagai
hasil dari rangkaian proses panjang yang disampaikan oleh Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945.

”Bhinneka Tunggal Ika” itu tentu memiliki dasar yang kuat, antara lain historis, sosial, politik,
ekonomi, militer, keagamaan dan cabang-cabangnya. Dasar yang kuat itu berisikan berbagai
motivasi dan dimensi yang baik, yang mengarah pada kelestarian kehidupan bersama semua
pihak dan semua komponen bangsa. Sebagai penerus cita-cita bangsa, tentunya kita wajib
merawat serta menjaganya serta meneguhkan komitmen untuk mendalami, menghayati,
dan mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai dasar berbagai giat sehari-hari dalam
bidang apapun. Demikian pula proses perkembangan atas nama demokrasi (sejak reformasi)
hingga kini tengah berlangsung masih cenderung belum menampakkan citranya. Dilihat dari
perkembangan maupun dinamika sosial yang terjadi -- masih ditengarai rentan terhadap
konflik, fragmentasi dan polarisasi social.

Namun, di tengah jalan, upaya melestarikan kehidupan yang harmonis ini mendapat batu
sandungan berupa lahirnya berbagai upaya dari sekelompok masyarakat yang ingin
mendapatkan pengakuan identitasnya, baik secara lokal maupun nasional. Usaha
memperoleh pengakuan tersebut begitu masif sehingga rawan menimbulkan konflik antar
kelompok. Seperti halnya beberapa lembaga sosial dan politik yang ada selama ini masih
belum menampakkan perubahan paradigma dalam berdemokrasi. Di kalangan partai politik,
organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, dan lainnya masih menampakkan
konfliknya. Munculnya kubu-kubuan di kalangan parpol di parlemen, dan juga adanya
koalisi-koalisi yang nampak selama ini menandakan adanya pengkotak-kotakan atau
pertarungan kepentingan. Dan jika masing-masing parpol tidak mampu mengkonsolidasi diri
bisa jadi akan berdampak lebih luas. Tak terkecuali menyangkut kerukunan umat beragama
(atau menurut penulis: kerukunan umat Berketuhanan Yang Maha Esa) yang belakangan ini
sering digelar, dilakukan diberbagai kesempatan, dialog antar tokoh umat, semuanya
bertujuan untuk mencegah terjadinya konflik antar umat. Terlebih menjelang/memasuki
tahun politik di tahun 2019 ini tidak menutup kemungkinan agama akan disusupi
kepentingan politik tertentu.

Identitas kelompok ini berisi data-data individu yang sangat banyak. Dengan banyaknya
individu dalam sebuah kelompok, maka akan semakin mudah untuk memaksakan kehendak
atas nama kepentingan kelompoknya itu. Berdasarkan kenyataan ini, berbagai upaya
mereka lakukan untuk memperoleh pengakuan dari pihak lain agar bisa dipahami sebagai
upaya menonjolkan identitas kelompoknya semata.

2 | Lindungi Kebhinekaan Melalui Toleransi


Lalu pertanyaannya, bagaimana mengatasi masalah tersebut????

Kita sebagai warna Negara Indonesia pada umumnya dan ASN pada khususnya harus
berkomitmen untuk selalu menjaga, merawat dan menjunjung kebhinekaan, menjadi
bangsa yang berjati diri, santun, jiwa gotong royong, penuh toleransi sebagaimana telah
tercakup dalam nilai-nilai luhur Pancasila, demi keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).

Kita perlu bertanya pada diri sendiri, nasionalisme seperti apa yang kita anut? Pancasila
yang mana dan versi siapa yang kita hayati selama ini? Jangan sampai atas nama
nasionalisme, justru yang terjadi adalah menjual negara dan bangsa kepada asing untuk
kepentingan kelompok dan pribadi. Ibarat kata, jika muslim maka jadilah muslim Indonesia.
Jika kristiani, maka jadilah kristiani yang Indonesia. Begitu seterusnya. Kita semua memiliki
perbedaan sekaligus juga memiliki persamaan. Jika yang ditekankan hanya kesamaan atau
perbedaan, maka itu tidak adil terhadap rakyat yang majemuk itu sendiri.

Kita sebagai ASN mengajak semua pihak untuk melakukan redefinisi dan reaktualisasi
tentang nasionalisme, demokrasi dan seterusnya, dalam konteks keindonesiaan
kontemporer. Tentunya dalam satu kesepakatan bahwa Pancasila, UUD 1945, Bhinneka
Tunggal Ika, Merah Putih dan NKRI, merupakan kesepakatan politik nasional yang bersifat
final. Kita sebagai ASN harus seoptimal mungkin memainkan peran strategis dalam
memelihara dan menjaga keutuhan bangsa dan negara.
“Lindungi Kebhinekaan Kita Melalui Toleransi”

3 | Lindungi Kebhinekaan Melalui Toleransi

Anda mungkin juga menyukai