“Jeeedddddaaaaarrrr” Terdengar suara gemuruh petir.
Aku terbangun dari malam yang sunyi setelah mendengar gemuruh petir yang sangat keras. Kedua kakiku bergegas ke toilet untuk buang air kecil. Rasanya tubuhku langsung menggigil sesaat dan kembali lagi ke tempat tidur. Entah kenapa badan ini terasa ringan dan lemas, mungkin saja aku belum makan apa-apa dari kemarin. Tanpa disadari saat membuka mataku terik matahari menyambutku dan berlari menuju ke rumah sahabat dekatku. Sahabatku ini suka hal-hal yang sederhana dan suka berbicara tentang kehidupan. Aku sering mendapatkan nasehat dari dia sembari kita bermain sampai lelah. Ketika sampai di rumah Bagas, dalam pikiranku hanya mengajaknya bermainlah yang ada. Pada saat itu dia mondar-mondir seperti sedang memikirkan sesuatu yang menuruku rumit. “Gas, lagi ngapain?” Tanya Aku. “Nggak lagi ngapa-ngapain. Emang kenapa?” Kata Bagas. “Main yook” Kata Aku sambil bersemangat. “Hmm…oke deh, lagian gak ada kerjaan juga lagipula ada tempat yang bagus buat main nih” Kata Bagas. *** Kedua sepasang kaki berjalan bersama yang melawan arah matahari ini terasa hangat. Kami melangkahkan kaki sambil mengobrol mengenai apa yang terjadi, tetapi aku tidak ingat apapun tentang kemarin. Aku pun langsung mengalihkan hal itu. “Gas, kita mau kemana nih?” Tanya Aku dengan penasaran. “Udah ikutin aja, dijamin seru deh” Kata Bagas. Hal itu terus membuatku penasaran kemana Bagas mengajakku bermain.Setelah meengikutinya tanpa disadari bahwa ada tempat seluas ini untuk bermain. Disana ada banyak orang-orang yang sedang bermain layangan dan ada juga yang berlarian kesana kemari mengejar layangan putus. Untung saja disana ada yang menjual layangan dan kami memilih layangan dengan gambar beruang dengan warna dasar biru. Seperti biasa Aku memegang benang dan Bagas memegang layangannya. Sampai beberapa kali percobaan baru layangan kami bisa terbang tinggi dengan layangan lainnya. Bagas pun duduk disampingku sambil melihat layangan yang kami tebangkan dan sekawanan burung menambah warna langit yang biru itu. “Wih banyak banget burungnya, andai aja guabisa menjadi salah satu dari mereka” Kata Bagas dengan pelan. “Emang burung bisa apa? Paling cuman terbang doang” Kata Aku. “Yehh, lagian ada bagusnya juga jadi burung. Gua bisa pergi kemanapun yang jauh tanpa ada beban dan orang yang menghalangi“ Kata Bagas. “Malah gua nggak mau jadi burung. Mungkin jauh dari rumah itu pasti ada hal yang membuat kangen. Itu menurut gua sihh” Kata Aku. Setelah mengobrol sampai puas dan waktu juga sudah petang kami memutuskan pulang ke rumah. Namun, di dalam benak hatiku merasa mengapa waktu ini berjalan sangat cepat padahalaku masih ingin bermiain dengannya. UntungnyaBagas saat itu mengatakan tadi pagi menonton berita bahwa nanti malam ada hujan meteor atau bintang jatuh. Kami pun setuju untuk menyaksikan fenomena alam langka itu. Jadi, aku pun masih bisa bermain dengannya nanti malam walau hari libur ini terasa singkat.Kami pun setuju untuk menyaksikan fenomena alam langka itu. *** Tepat jam 8 malam Aku bergegas menuju rumah Bagas dan dia sudah rapi sekali. Kami pun mengadakan lomba lari dadakan siapa yang sampai duluan dia yang akan ditraktir minuman. Lomba dadakan pun selesai, pemenangnya tentulah Aku dan Bagas membelikan sebotol air. Kami duduk di tengah tanah lapang dan melihat sekeliling yang datang hanya beberapa orang. Menurut berita tersebut hujan meteor dimualai jam 9 malam. Setelah menunggu, waktu menunjukkan jam 9 malam dan pertujukkan pun dimalai. “Wihh, pas banget nihh buat permohonan” Kata Bagas. Setelah mebuat permohonan Aku pun langsung bertanya kepada Bagas. “Permohonan lu apaan?” Tanya Aku. “Kasih tau nggak ya…? Hm.. Semoga orang yang mengenal gua bisa hidup bahagia tanpaku. Nah lu udah bahagia belom?” Kata Bagas. “Liat muka lu aja udah bahagia kok” Kata Aku. “Nah sekarang permohonan lu apaan? Kata Bagas. “Nggak beda jauh si sama lu. Permohonan gw sih kita berdua bisa seperti ini sampe tua nanti” Kata Aku dan Bagas pun matanya memerah terkihat menahan air matanya. “Mungkin itu terlalu indah buat kenyataan, tapi gua harap itu terjadi” Kata Bagas. “Oiya terima kasih ya udah nemenin gua seharian main” Kata Aku. “Mungkin waktu gua juga nggak banyak, jadi gua mau ngucapin terima kasih telah menjadi sahabat gua” Kata Bagas. *** Melalui pembicaaraan itu kami pun langsung bahagia sambil melihat wajah satu sama lain. Di lain sisi, Aku merasa seperti hati ini mau menangis seakan-akan hati ini mau meledak saat itu juga. Namun kenapa kebahagiaan ini malah membuat mata ini ingin meneteskan air mata. Setelah hal itu terjadi, dalam pikiranku ada orang yang seperti mengetuk pintu. Lama- kelamaan mata ini buram dan badan terasa berat sekali. Terdengar suara ketukan pintu dan Aku pun langsung bangun ternyata itu orangtuaku. Pada saat itu juga Ibuku menghampiriku dan membangunkanku. “De bangun udah siang ini. cepetan bangun!” Kata Ibuku. “Emang ada apaan sih, Bu? Masih ngantuk ini” Kata Aku yang masih setengah sadar. “Ibu dapet kabar dari tangga temenmu Bagas meninggal, Inalillahi wainnailaihiraji’un”. Kata Ibuku “Ha siapa yang meninggal? Kata Aku yang masih mengumpulkan tenaga buat bangun. “Astagfirullahaladzim temenmu Bagas itu” Kata Ibuku. “Haa? Bagas nggak mungkin, Bu. Tadi aja barusan ketemu sehat sehat aja si Bagas” Kata Aku. “Ketemu tadi dimana? Ade kan kemaren nggak main sama dia.” Kata Ibuku. Setelah mendengar perkataan Ibuku tadi Aku mencoba menerka-nerka apa yang terjadi hari ini. Setelah beberapa menit mencerna apa yang terjadi, sontak hal itu tidak mungkin terjadi. Memahami ketidakpasian yang terjadi ini membuatku bingung dan aku pun bertanya pada Ibuku penyebab meninggalnya Bagas. “Bu, Bagas meninggal penyebabnya apa? Kata Aku. “Ibu denger sih penyebabnya anemia akut” Kara Ibuku. Aku pun belum yakin sepenuhnya tentang kematian Bagas. Kalau hal itu terjadi Aku belum bisa melepaskannya pergi dan saat itu juga hpku berdering. Aku pun melihat bahwa yang menelpon itu Bagas dan segera mengangkatnya. “Halo, Gas lu baik baik aja,..” Kata Aku dan juga terdengar suara tangisan. “Ohh, kamu temennya Bagas ya.. Ini Ibunya. Maaf ya… Bagas sudah tiada” Kata Ibunya Bagas sambil menangis. “Oh iya Bu, saya jiga udah denger berita itu. Nanti saya ke rumah Bagas ya Bu” Kata Aku. “Terima kasih ya nak” Kata Ibunya Bagas. Ternyata hal itu pun terjadi bahwa Bagas telah tiada di dunia menjadi kesedihan yang mendalam. Teman semasa kecilku itu dia selalu bisa membuatku tersenyum. Mungkin saja Aku tidak bisa menemukan orang yang bisa mengembalikan senyumanku ini. Salah satu hal yang terberat dalam hidupuku adalah merelakannya pergi dari kehidupanku untuk selama- lamanya. Beberapa menit berlalu, Aku pun masih menangis di kamar dan sesuatu muncul di dalam pikiranku. Munkin saja yang terjadi hari itu bisa saja mimpi. Seolah-olah mimpi itu kali terakhirnya Aku bermain dengannya. Disitu juga Bagas memiliki permohonannya agar Aku bisa bahagia tanpanya, namun hal itu sulit bagiku. Tapi Aku akan mencobanya dan Aku akan menyimpan semua kenangan kita di dalam hatiku. Satu hal yang menyangkut dikepalaku, meskipun itu hanya mimpi mengapa hal itu terasa sangat nyata bagiku.