Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN RETENSI URIN

A. Masalah Keperawatan
Pasien dengan Retensi Urin

B. Pengertian

Retensi Urin adalah pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap.


(Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 tahun 2016. Hal: 115)
Retensi Urin adalah penumpukan urin akibat ketidakmampuan pengosongan
kandung kemih. Normalnya, produki urin mengisi kandung kemi dan mencegah
aktivasi reseptor sampai terjadi distensi dengan ketegangan tertentu. (Fundamental of
Nursing buku 3 Edisi 7. Hal: 347)

C. Patofisiologi
Proses penyakit yang memengaruhi eliminasi urin akan memengaruhi fungsi
ginjal (perubahan volume cairan atau kualitas urine), aksi eliminasi urin, atau
keduanya. Kondisi yang memengaruhi volume dan kualitas urin dikategorikan
sebagai prerenal, renal, atau pascarenal
Pria lansia sering menderita hyperplasia prostatic jinak (benign prostatic
hyperplasia/BPH) yang membuat mereka rentan terhadap retensi dan inkomtinensia
urin. Pada retensi urin, kandung kemih tidak mampu merespon rleks miksi sehingga
tidak terjadi tidak terjadi pengosongan. Urine terus berkumpul di dalam kandung
kemih dan membuat dindingnya tegang sehingga timbul perasan tertekan, tidak
nyaman, nyeri simfisis pubis, kegelisahan, dan diaforesik
Dengan berlanjutnya retensi, terjadi retensi dengan aliran overflow. Tekanan
di kndung kemih mencapai di mana sfingter uretra eksternal tidak mampu menahan
urine. Sfingter akan terbuka untuk memungkinkan urine keluar dalam jumlah sedikit
(25 sampai 60 ml). Saat urine keluar, tekanan kandung kemih berkurang sehingga
sfingter dapat menutup kembali. Pasien dengan retensi dapat mengeluarkan urine
dengan jumlah kecil 2-3 kali dalam 1 jam, tetapi terasa tidak nyaman. Periksa
abdomen untuk melihat adanya distensi kandung kemih dan nyeri. Retensi terjadi
sebagai akibat obstruksi uretra, trauma operatif atau persalinan, perubahan saraf
motoric dan sensorik pada kandung kemih, efek samping obat, atau ansietas.

D. Gejala dan Tanda


Retensi Urin
a. Mayor
1. Subjektif :
a) Sensasi penuh pada kandung kemih
2. Objektif
a) Disuria/anuria
b) Distensi kandung kemih
b. Minor
1. Subjektif
a) Dribbling
2. Objektif
a) Inkonensia berlebih
b) Residu urin 150 ml atau lebih

E. Faktor Berhubungan
1. Peningkatan tekanan uretra
2. Kerusakan arkus reflex
3. Blok spingter
4. Disfungsi neurologis (mis. Trauma, penyakit saraf)
5. Efek agen farmakologis (mis. Atropine, belladonna, psikotropik,
antihistamin, opiate)

F. Kondisi Klinis
1. Benigna prostat hyperplasia
2. Pembekakan perineal
3. Cedera medulla spinalis
4. Rektokel
5. Tumor di saluran kemih

G. Pohon Masalah

H. Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada retensio urine adalah
sebagai berikut:
– Pemeriksaan specimen urine (Pengambilan: steril, random, midstream.
– Penagmbilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, KEton, Nitrit.
– Sistoscopi
– IVP.
I. Penatalaksanaan Medis
1. Kateterisasi urethra.
2. Dilatasi urethra dengan boudy.
3. Drainase suprapubik.

4. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
Identitas pasien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, status, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, no CM, diagnosa medis, sumber biaya.
Identitas penanggung jawab meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, status,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Alasan Masuk Rumah Sakit
2) Keluhan Utama
3) Kronologi Keluhan
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
c. Riwayat Kesehatan Keluarga

5. Daftar Masalah Keperawatan

Retensi urine
 Definisi:pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap.
 Penyebab :
1) Peningkatan tekanan uretra.
2) Kerusakan arkus refleks.
3) Blok spingter.
4) Disfungsi neurologis (mis. Trauma, penyakit saraf).
5) Efek agen farmakologis (mis. Atripine, antihistamin, opiate).
6) Sumbatan saluran kemih.
 Tanda dan gejala
Subjektif :
 Ketidak nyamanan daerah pubis.
 Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
 Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
 Meningkatnya keinginan berkemih dan resah
 Ketidaksanggupan untuk berkemih
 Sensasi penuh pada kandung kemih

Objektif :

 Disuria/anuria
 Distensi kandung kemih
 Inkontinesia berlebih
 Residu urin 150 ml atau lebih

 Kemungkinan data yang ditemukan:


1) Tidak tuntasnya pengeluaran urine.
2) Distensi bladder.
3) Hipertropi prostat.
4) Kanker.
5) Infeksi saluran kemih.
6) Pembedahan besar abdomen.
 Tujuan yang diharapkan:
1) Pasien dapat mengontrol pengeluaran bladder setiap 4 jam.
2) Tanda dan gejala retensi urine tidak ada.
1. Intervensi Keperawatan

Gangguan eliminasi : Retensi urine

No. Tujuan Intervensi Rasional

1 Setelah dilakukan Irigasi kandung Irigasi berfungsi


tindakan kemih membersihkan area,
keperawatan
selama 1 x 8 jam (menggunakan menghantarkan obat,
diharapkan pasien akuades, saline atau memberikan
retensi urine dapat
atau cairan suhu hangat/atau
melakukan
aktivitasnya antiseptic) ingin pada jaringn
dengan kriteria yang terluka
hasil :
1. Status
kenyamanan : Manajemen cairan Memonitor
fisik (mengukur intake keseimbangan cairan

2. Tingkat Nyeri dan output cairan)


(nyeri Monitor cairan Menjaga deficit
berkurang) cairan
3. Keparahan Perawatan selang : Mencegah adanya
gejala (tanda perkemihan infeksi yang masuk
dan gelaja ke saluran kemih
retensi urin Kateterisasi Urin
berangsur
hilang)
4. Kontinensia Bantuan perawatan Meningkatkan fungsi

urin diri ginjal dan bladder

(Kontinensia
urin normal) Terapi relaksasi Relaksasi pikiran

2. Referensi
Carpenito, Lynda Juall.2013. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Hidayat,A.Aziz Alimul & Muzrifatul Uliyah.2008. Keterampilan Dasar Praktik
Klinik Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat,A.AzizAlimul.2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2.Jakarta :
Salemba Medika.
Nanda International. 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi. 2009-
2011. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Potter & Perry. 2010. Fundamental Keperawatan Edisi 4 Volume 2. Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Edisi 4.Jakarta : Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
definisi dan indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai