Disusun oleh :
ADI GUNAWAN
17.1289.S
2A
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. pH tali pusat, tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status praasidosis,
tingkat rendahmenunjukkan gangguan asfiksia bermakna.
2. Hemoglobin mencapai 15 sampai 20g. Hematokrit berkisar antara 43%
sampai 61%.
3. Tes coombs langsung pada daerah tali pusat menentukan adanya kompleks
antigen-antibodi pada membran sel darah merah yang menunjukkan
kondisi hemolitik.
4. Bilirubin Total sebanyak 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1
sampai 2 hari dan 12 mg/dl pada 3 sampai 5 hari.
F. PENATALAKSANAAN
1. Pemotongan tali pusat
Dalam melakukan pemotonngan tali pusat di perlukan langkah – langkah
untuk mempertahankan kebersihan pada saat memotong tali pusat, yaitu:
a. Mencuci tangan dengan langkah yang baik dan benar dengan
mengggunakan air bersih dan dan sabun, serta mengenakan sarung
tangan sebelum menolong persalinan. Pastikan bahwa sarung tangan
anda masih bersih. Ganti sarung tangan anda bila ternyat sudah kotor.
b. Letakkan bayi yang telah di bungkus tersebut diatas permukaan yang
bersih dan hangat. Potonglah tali pusatnya dengan tali pusatnya dengan
pisau silet, jika masih dalam bungkusnya yang asli, atau dengan pisau
atau gunting yang steril atau telah didisinfeksi tingkat tinggi.
c. Pakailah hanya alat dan bahan yang steril.
d. Jangan mengoleskan salep apapun, atau zat lain ke bagian tali pusat
e. Hindari pembungkusan tali pusat ( tindakan membungkus tali pusat
akan membuat tali pusat tetap lembab, yang akan memperlambat
proses penyembuhan dan meningkatkan resiko terjadinya infeksi.
Sebaliknya, tunggu talin pusat yang tidak tertutup akan mongering dan
terlepas lebih cepat dengan komplikasi yang lebih sedikit.
2. Pencegahan kehilangan panas
Saat lahir, mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada BBL, belum
berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya
pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami
hipotermia. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam
keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan di selimuti walaupun
berada di dalam ruangan yang relatif hangat.
a. Mekanisme kehilangan panas
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara- cara
beriikut:
1. Evaporasi
Adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Jika saat lahir tubuh bayi
tidak segera dikeringakan dapat terjadi kehilangan panas akibat penguapan
cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri.
Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan
tubuhnya tidak segera dinkeringkan dan di selimuti.
2. Konduksi
Adalah kehilangan panas tubuh mealui kontak langsung antara tubuh
bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan
yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas
tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan diatas
benda – benda tersebut.
3. Konveksi
Adalah kehialangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara
sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam
ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan
panas juga terjadi jika ada aliran udara dingin dari kipas angin, hembusan
udara dingin melalui ventilasi/pendingin ruangan.
4. Radiasi
Adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat
benda – benda yang mempinyai suhu tubuh bayi. Bayi dapat kehilangan
panas dengan cara ini karena benda – benda tersebut menyerap radiasi
panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
b. Mencegah Kehilangan Panas
1. Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
Keringkan bayi (tanpa membersihkan verniks) mulai dari muka, kepala
dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan. Verniks akan membantu
menghangatkan tubuh bayi. Ganti handuk basah dengan handuk atau kain
kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.
2. Letakkan bayi di dada ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkuarap di dada ibu. Luruskan dan usahakan ke dua bahu
bayi menempel di dada atau di perut ibu. Usahakan kepala bayi berada
diantara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari putting
payudara ibu.
3. Selimuti ibu dan bayi dan pasang topi di kepala bayi
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala
bayi. Bagian kepala bayi nmemiliki luas permukaan yang relative luas dan
bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak
tertutup.
4. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit bayi dan bayi selesai
IMD. Karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama
jika tidak berpakaian). Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat
setelah kondisi stabil yaitu umumnya, tidak kurang dari 6 jam setelah lahir.
Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat
menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan BBL.
5. Tempatkan bayi di lingkungan hangat
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. Idealnya BBL di tempatkan
secara aman di tempat tidur yang sama dengan ibunya. Ini adalah cara
yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu
segera menyusui bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.
6. Bayi jangan di bedong ketat
Bayi jangan di bedong ketat, karena membedong bayi dengan ketat akan
membatasi gerakan sehingga aktivitas otot berkurang dengan demikian
tidak menghasilkan panas tubuh sehingga dapat membuat kedinginan.
pemakaian gurita dapat menekan lambung sehingga dapat menyebabkan
muntah serta membatasi pernapasan.
3. Pemberian Asi
a. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat di potong, letakkan bayi
tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi kontak ke kulit ibu. Biarkan
kontak kulit ke kulit ini menetap selam astidaknya 1 jam bahkan lebih
sampai bayi dapat menyusu sendiri.
Langkah inisiasi menyusu dini (IMD)
1. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit dengan ibunya
segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam.
2. Bayi harus dibiaarkan untuk melakukan IMD dan ibu dapat
mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberi
bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuann jika
diperlukan.
3. Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilkukan kepada BBL
hinggga inisiasi menyusu selesai dilakukan, prosedur tersebut
seperti: pemberian salep/tetes mata, pemberian
4. vitamin K1 , menimbang dan lain – lain.
b. Keuntungan IMD untuk Ibu dan Bayi
1. Keuntungan untuk ibu
Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu. Pengaruh
oksitosin bagi ibu antara lain:
a. Membantu kontraksi uterus sehingga menurunkan resiko perdarahan
pasca persalinan.
b. Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produk ASI
c. Membantu ibu mengatasi stres sehingga ibu merasa lebih tenang dan
tidak nyeri pada saat placenta lahir dan prosedur pasca persalinan
lainnya.
Pengaruh prolaktin bagi ibu antara lain:
a. Meningkatkan produksi ASI
b. Menunda ovulasi
2. Keuntungan untuk bayi
a. Mempercepat keluarnya kolostrum yaitu makanan dengan kualitas
dan kuantitas optimal untuk kebutuhan bayi
b. Mengurangi infeksi dengan kekebalan pasif (melalui kolostrum)
maupun aktif c. Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari
kebawah
d. Meningkatkan keberhasilan menyusu secara eksklusif dan lamanya
bayi disusui membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan isap,
telan, dan napas. Refleks menghisap awal pada bayi paling kuat
dalam beberapa jam pertama setelah lahir.
e. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dengan bayi
f. Mencegah kehilangan napas.
4. Pemberian ASI selanjutnya
Rangsangan isapan bayi pada puting susu ibu akan di teruskan oleh
serabut syaraf ke hiposife anterior untuk mengeluarkan hormone
prolaktin. Hormone ini akan memacu payudara untuk menghasilkan ASI.
Pada hari – hari pertama kelahiran bayi, apabila pengisapan putting susu
cukup adekuat maka akan di hasilkan secara bertahap 10 – 100 mL ASI.
Produksi ASI akan optimal setelah hari 10-14. Bayi sehat akan
mengkonsumsi 700 – 800 mL ASI/hari. Setelah 6 bualan pertama
produksi ASI akan menurun menjadi 400 – 700 mL sehingga di perlukan
makanan pendamping ASI. Setelah 1 tahun, produksi ASI hanya sekitar
300 – 500 mL sehingga makanan padat menjadi makanan utama.
Pada bayi, terdapat 3 jenis refleks yang berhubungan dengan proses
menyusu, yaitu:
a. Releks mencari puting susu (rooting reflex)
BBL akan menoleh kea rah pipi yang disentuh. Bayi akan
membuka mulutnya apabila bibirnya disenntuh dan berusaha
untuk menghisap benda yang di sentuhkan tersebut.
b. Refleks menghisap (suckling reflex)
Rangsang putting susu pada langit – langit bayi menimbulkan
refleks menghisap. Isapan ini akan menyebabkan aerola dan
putting susu ibu tertekan gusi , lidah dan langit – langit bayi,
sehingga sinus laktiferus di bawah aerola tertekan dan ASI
terpancar keluar.
c. Refleks menelan (swallowing reflex)
ASI dalam mulut bayi akan didorong oleh lidah kea rah farin,
sehingga menimbulkan refleks menelan.
5. Pencegahan Infeksi Mata
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata di berikan setelah
proses IMD dan bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi mata
tersebut mengandung tetrasiklin 1% atau antibiotic lain. Upaya
pencegahan infeksi mata kuranng efektif jika diberikan > 1 jam setelah
kelahiran.
Cara pemberian salep atau tetes mata antibiotic:
1. Cuci tanngan (gunakan sabun dan air bersih mengalir )
kemudian keringkan.
2. Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan
pemberian obat tersebut.
3. Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian
mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian
luar mata atau tetes mata.
4. Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh
menyentuh mata bayi.
5. Jangan menghapus salep atau tetes mata dari mata bayi dan
anjurkan keluarga untuk tidak menghapus obat – obat tersebut.
6. Pencegahan Perdarahan
Semua BBL harus di beri vitamin K 1 (Phytomendione) injeksi 1 mg intra
muskuler setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu untuk mencegah
perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh
sebagian BBL
Cara menyuntikan vitamin K1 :
1. Gunakan semprit sekali pakai steril 1 mL (semprit tuberculin)
2. Jika menggunakan sediaan 10 mg/mL, maka masukkan
vitamin K1 kedalam semprit sebanyak 0,5 mL. Suntikkan
secara intramuscular di paha kiri bayi bagian anterolatelar
sepertiga tengah banyak 0,1 mL ( 1 mg dosis tungggal )
3. Jika menggunakan sediaan 2 mg/mL maka masukkan vitamin
K1 kedalam semprit sebanyak 0,75 mL. Suntikkan secara
intramuscular dip aha kiri bayi bagian anterolateral sepertiga
tengah sebanyak 0,5 mL ( 1 mg dosis tunggal) .
G. KOMPLIKASI
1. Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badanya
saat lahir kurang dari 2.500 gram sampai dengan 2.499 gram.
(Prawironardjo, 2006)
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir
rendah di bedakan dalam :
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1.500 – 2.500 gram
b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1.500
gram
c. Bayi Berat Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), berat lahir < 1.000
gram
Bayi ini mempunyai sifat premature dan matur. Beratnya seperti bayi
matur akan tetapi sering timbul masalah seperti yang dialami bayi
premature misalnya gangguan pernapasan, hiperbilirubinemia dan
daya isap yang lemah
2. Bayi Prematur Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)
Banyak istilah ya ng di pergunakan untuk menunjukkan bahwa bayi
KMK ini dapat menderita gangguan pertumbuhan di dalam uterus
(intrauterine growth retardation = IUGR) seperti pseudopremature,
small for dates, dysmature, fetal malnutrition syndrome, chronis fetal
distress, IUGR dan small for gestational age (SGA).
Ada dua bentuk IUGR menurut renfield, (1975), yaitu:
a) Proportionate IUGR
Janin menderita distress yang lama, gangguan pertumbuhan terjadi
berminggu- minggu sampai berbulan – bulan sebelum bayi lahir.
Sehingga berat, panjang dan lingkaran kepala dalam proporsi yang
seimbang, akan tetapi keseluruhnnya masih di bawah masa gestasi
yang sebenarnya.
b) Disproportinate IUGR
Terjadi akibat distress sub akut. Gangguan terjadi beberapa minggu
beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan
lingkar kepala normal, akan tetapiberat tidak sesuai dengan masa
gestasi. Tanda – tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit,
kulit kering, keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan
lebih panjang.
3. Asfeksia Neonatorium
Asfiksia neonatorium adalah keadaann diman bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir (Sarwono, 2007).
Asfiksia neonatorium adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas
spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin
meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan
lebih lanjut.
Beberapa faktor yang dapat menimbulkan gawat janin(asfiksia)
1. Ganguan sirkulasi menuju janin, menyebabkan gangguan aliran
pada tali pusat seperti: lilitan tali pusat, simpul tali pusat,
tekanan pada tali pusat, ketuban telah pecah, kehamilan lewat
waktu, pengaruh obat, karena narkoba saat persalinan.
2. Faktor ibu, misalnya gangguan HIS : tetania uterihipertoni,
turunnya tekanan darah dapat mendadak : perdarahan placenta
previa dan solusio placenta, vaso kontriksi arterial: hipertensi
pada kehamilan dan gestosis preeclampsia – eklampsia :
gangguan pertukaran nutrisi/O2: solusio placenta.
4. Sindrom Gangguan Pernapasan
Respiratory Distress Syndrome (Respirasi Dystress syndrome)
didapatkan sekitar 5 – 10 % kurang bulan, 50 % pada bayi dengan
berat 501 – 1500 gram. Respiratory Distress Syndrome (Respirasi
Dystress syndrome) disebut juga Hyaline Membrane Disease
(HMD), merupakan syndrome gawat napas yang di sebabkan
defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa
getasi kurang.
5. Ikterus
Ikterus adalah menguningnya sclera, kulit atau jarinngan lain
akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh atau akumulasi bilirubin
dalam darah lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam, yang menandakan
terjadinya gangguan fungsional hepar, system biliary, atau system
hematologi. Ikterus dapatb terjadi baik karena peningkatan
bilirubin indirek (unconjugated) dan direk (conjugated).
Hiperbilirubinemia dapat di sebabkan oleh bermacam – macam
keadaan. Penyebab yang tersering ditemukan disini adalah
hemolisis ini juga dapat timbul akibat inkompabilitas golongan
dara ABO atau definisi enzim G6PD.
6. Perdarahan Tali Pusat
Perdarahan tali pusat dapat di sebabkan oleh trauma, ikatan tali
pusat yang longgar, atau kegagalan pembentukan thrombus yang
normal. Kemungkinan lain sebab perdarahan adalah penyakit
perdarahan pada neonatus dan infeksi lokal maupun sistemik. Tali
puasat harus diawasi terus – menerus pada hari pertama agar
perdarahan yang terjadi dapat di tanggulangi secepatnya.
Perdarahan tali pusat dapat di sebabkan oleh robekan umbilicus.
Perdarahan umbilicus mungkin dapaat terjadi karena tersayatnya
dinding umbilicus atau placenta sewaktu seksio sesarea. Robekan
umbilicus di sebabkan pula oleh Hematoma, varises dan aneurisme
pembuluh darah, tetapi pada sebagian kasus tanpa penyebab yang
jelas.
H. PENGKAJIAN FOKUS
1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak semi
koma saat tidur ; meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan
gerakan mata cepat, tidur sehari rata-rata 20 jam.
b. Pernapasan dan Peredaran Darah
Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai status
kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernapasan dan peredaran darah
dapat digunakan metode APGAR Score. Namun secara praktis dapat
dilihat dari frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta wajah,
ekstremitas dan seluruh tubuh, frekwensi denyut jantung bayi normal
berkisar antara 120-140 kali/menit (12 jam pertama setelah kelahiran),
dapat berfluktuasi dari 70-100 kali/menit (tidur) sampai 180 kali/menit
(menangis). Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60kali/menit
warna ekstremitas, wajah dan seluruh tubuh bayi adalah kemerahan.
Tekanan darah sistolik bayi baru lahir 78 dan tekanan diastolik rata-rata
42, tekanan darah berbeda dari hari ke hari selama bulan pertama
kelahiran. Tekanan darah sistolik bayi sering menurun (sekitar 15 mmHg)
selama satu jam pertama setelah lahir. Menangis dan bergerak biasanya
menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik.
c. Suhu Tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,5 C-37C. Pengukuran
suhu tubuh dapatdilakukan pada aksila atau pada rektal.
d. Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan padat dengan
sedikit pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki dan
selangkangan. Kulit biasanya dilapisi dengan zat lemak berwarna putih
kekuningan terutama di daerah lipatan dan bahu yang disebut verniks
kaseosa.
e. Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas
Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan jumlah
atau tidak sama sekali pada semua anggota tubuh dari ujung rambut
sampai ujung kaki juga lubang anus (rektal) dan jenis kelamin.
f. Tali Pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis. Keadaan tali
pusat harus kering, tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan di
sekitarnya.
g. Refleks
Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang
mengagetkan akan terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.
Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan
dirangsang akan memberi reaksi seperti menggenggam. Plantar
graps, bila telapak kaki dirangsang akan memberi reaksi.
Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada bidang
datang atau diangkat akan bergerak seperti berjalan.
Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan menoleh
kepalanya ke sisi yang disentuh itu mencari puting susu.
Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke dalam
mulut bayi akan membuat gerakan menghisap.
h. Berat Badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan fisiologis. Namun
harus waspada jangan sampai melampaui 10% dari berat badan lahir. Berat
badan lahir normal adalah 2500 sampai 4000 gram.
i. Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna gelap
hitam kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar dalam 24 jam
pertama.
j. Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas
dan panjang badan dengan menggunakan pita pengukur. Lingkar kepala
fronto-occipitalis 34cm, suboksipito-bregmantika 32cm,mento occipitalis
35cm. Lingkar dada normal 32-34 cm. Lingkar lengan atas normal 10-11
cm. Panjang badan normal 48-50 cm.
k. Seksualitas
Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda
vagina/himen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau rabas
berdarah sedikit mungkin ada.
Genetalia pria ; Testis turun, skrotum tertutup dengan rugae, fimosis biasa
terjadi.
I. FOKUS INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan jalan
nafas.
2. Resiko tinggi hypotermi berhubungan dengan usia ekstrem.
3. Resiko tinggi infeksi tali pusat berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan
Intervensi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
CatatanPerkembangan
No. Tanggal Implementasi Evaluasi
1 27 Juni 2013 Pukul 08.30 wib Pukul 09.10 wib
Mengobservasi adanya S : Ny. N.S mengatakan bayi
pernafasan cuping hidung, tidak sesak dan dapat
retraksi dada dan pernafasan menyusu dengan baik.
mendengkur. O : Bayi tampak tenang, tidak
Pukul 08.35 wib sesak, RR=36x/menit.
Mengauskultasi suara paru. Tidak ada tanda – tanda
Pukul 08.50 wib hypoksia. Kulit hangat dan
Membersihkan jalan nafas dan kemerahan.
lendir sedikit – sedikit. A : Masalah teratasi.
Pukul 09.00 wib P : hentikan tindakan
Mengobservasi warna kulit keperawatan
terhadap sianosis.
Peningkatan
insisible water lass
Resiko tnggi
kekurangan
DAFTAR PUSTAKA
cairan
Muslimatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita.Yokyakarta:
Fitramaya
Rukiyah, Ai yeyeh dan Lia Yulianti. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita. Jakarta: CV. Trans Info Media
Saputra, Dr.Lyndon. 2009. Pengantar Asuhan Neonatus, Bayi, Dan Balita.
Tanggerang selatan: BINARUPA AKSARA
Wiknjosastro, Gulardi H. 2014. Asuhan Persalinan Normal, Asuhan Esensial Bagi
Ibu Bersalin Dan Bayi Baru Lahir.