Anda di halaman 1dari 5

Permasalahan lingkungan dan dampak dari

efektivitas usaha furniture (studi kasus)


Pendahuluan:
Indonesia adalah negara yang sangat kaya dengan sumber daya alam. Sehingga tak
heran kalau Indonesia terkenal sebagai negara eksportir komoditi berbagai macam
bahan baku seperti kayu dan rotan sebagai bahan baku furniture. Namun hal tersebut
bisa menuai dampak yang signifikan pada sekitar ruang lingkup industri
tersebut. Dampak tersebut cukup dirasakan disekitar industri tersebut.

Sumber Gambar: dinantikasalsabila.blogspot.com

Deskripsi Perusahaan:
PD. SEJAHTERA merupakan suatu usaha dagang yang memproduksi berbagai macam
furniture sebagai bahan dalam pembangunan rumah, gedung, dan lain-lain. Hasil
produksi tersebut antara lain kusen kayu, pintu kayu, jedela kayu, kursi, lemari, dan
lain-lain. Setiap harinya perusahaan tersebut selalu memproduksi berbagai macam jenis
pesanan furniture. Perusahaan tersebut terletak didaerah kuningan, Jakarta selatan
yang lingkungan sekitarnya padat penduduk. Perusahaan tersebut beroprasi mulai pukul
08.00 wib sampai dengan 16.00 wib. Sebelum adanya perusahaan ini lahan yang
digunakan untuk mendirikan usaha ini yaitu berupa tanah kosong, yang dikelilingi oleh
pemukiman warga yang cukup padat penduduk.

Proses Produksi:
Berikut ini adalah siklus aliran pada proses produksi pembuatan produk kusen, pintu,
dan jendela. Pada kotak yang ditandai hitam merupakan sumber munculnya suatu
limbah.

Gambar: Siklus Proses Produksi

Berikut ini merupakan point-point timbulnya limbah pada siklus proses produksi:
1. Pemotongan
2. Penyerutan
3. Pengeboran
4. Pemahatan
5. Penghalusan
6. Pengecatan

Limbah Pabrik Kayu

Limbah utama yang dihasilkan oleh pabrik kayu yaitu berupa potongan-potongan kecil
dan serpihan kayu dari hasil pemotongan dan hasil penyerutan. Limbah tersebut sangat
sulit dikurangi, hanya bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin menjadi barang lain yang
memiliki nilai ekonomis. Beberapa limbah lain dari sebuah
industri furniture sebenarnya memiliki peran yang besar pada sebuah 'costing' serta
dampak lingkungan sehingga akan sangat bermanfaat apabila bisa dikurangi.
Selain itu terdapat pula limbah yang dihasilkan seperti hasil dari finishing peralatan
lainnya, biasnya banyak perusahaanfurniture yang belum banyak menyadari pentingnya
menjaga lingkungan sekitar sehingga banyak yang membuang sisa-sisa dari limbah
tersebut ke sungai atau ke saluran air sekitarnya, sisa-sisa bahan finshing tersebut
biasanya yaitu sisa dari pemakaian tiner.

Penanggulangan Limbah

Adanya limbah dimaksud menimbulkan masalah penanganannya yang selama ini


dibiarkan membusuk, ditumpuk dan dibakar yang kesemuanya berdampak negatif
terhadap lingkungan sehingga penanggulangannya perlu dipikirkan. Salah satu jalan
yang dapat ditempuh adalah memanfaatkannya menjadi produk yang bernilai tambah
dengan teknologi aplikatif dan kerakyatan sehingga hasilnya mudah disosialisasikan
kepada masyarakat.

Hasil evaluasi menunjukkan beberapa hal berprospek positif sebagai contoh teknologi
aplikatif dimaksud dapat diterapkan secara memuaskan dalam mengkonversi limbah
industri pengolahan kayu menjadi arang serbuk, briket arang, arang aktif, arang kompos
dan soil conditioning.

Penerapan teknologi aplikatif dan kerakyatan ini dapat dikembangkan menjadi skala
besar baik secara teknis maupun ekonomis. Lebih lanjut keberhasilan pemanfaatan
limbah dapat memberi manfaat antara lain dari segi kehutanan dan industri kayu dapat
mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku konvensional (kayu) sehingga
mengurangi laju penebangan/kerusakan hutan dan mengoptimalkan pemakaian kayu
serta menghemat pengeluaran bulanan keluarga dan meningkatkan kesuburan tanah.
Namun demikian mengubah pola kebiasaan masyarakat tidak mudah, diperlukan proses
yang panjang.

Keterkaitan dengan ISO 14001 Terhadap Limbah dari Industri Kayu

Perencanaan:
a. Aspek Lingkungan: Pemakaian Bahan Baku, Emisi ke udara, dan pemakaian energi.
b. Persyaratan Hukum:
1) Undang-undang No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Ø Pasal 6 ayat (1) : “setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan
hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup”.
Ø Pasal 14 ayat (1) : “untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup, setiap usaha
dan/ atau kegiatan dilarang melanggar baku mutu dan kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup”.
Ø Pasal 14 ayat (2) : “ketentuan mengenai baku mutu lingkungan hidup, pencegahan dan
penanggulangan pencemaran serta pemulihan daya tampungnya diatur dengan
pengaturan pemerintah”.
Ø Pasal 15 ayat (1) : “setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki
analisis mengenai dampak lingkungan hidup”.
Ø Pasal 16 ayat (1) : “Setiap penanggung jawab usaha dan/ atau kegiatan wajib melakukan
pengelolaan limbah hasil usaha dan/ kegiatan”.
Ø Pasal 18 ayat (1) : “Setiap usaha dan/ atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar
dan penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki analisis dampak lingkungan
untuk memperoleh izin melakukan usaha dan/ atau kegiatan.
Ø Pasal 18 ayat (3) : “dalam izin sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dicantumkan
persyaratan dan kewajiban untuk melakukan upaya pengendalian dampak lingkungan
hidup”.
Ø Pasal 20 ayat (1) : “tanpa suatu keputusan izin, setiap orang dilarang melakukan
pembuangan limbah ke media lingkungan hidup”.
Ø Pasal 22 ayat (1) : “Menteri melakukan pengawasan terhadap penataan penanggung
jawab usaha dan/ atau kegiatan atas ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan di bidang lingkungan hidup”
2) Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Ø Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/ atau
komponen lain ke dalam udara ambient oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara
ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak dapat
memenuhi fungsinya.
Ø Pengendalian pencemaran udara adalah upaya pencegahan dan/ atau penanggulangan
pencemaran udara serta pemulihan mutu udara.
Ø Sumber pencemar adalah setiap usaha dan/ atau kegiatan yang mengeluarkan bahan
pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak dapat berfungsi sebagaimana
menstinya.
Ø Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada
di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi
kesehatan manusia, makhluk hidup, dan unsure lingkungan hidup lainnya.
Ø Pengendalian pencemaran udara adalah upaya pencegahan dan/ atau penanggulangan
pencemaran udara serta pemulihan mutu udara (pasal 1 butir 2)
c. Tujuan Lingkungan:
· Mengurangi pemakaian bahan baku sebanyak 15% sampai desember 2011.
· Mengurangi pencemaran udara diseluruh kawasan industri sebanyak 50% sampai
desember 2011.
· Mengurangi pemakaian energi secara keseluruhan sebesar 25% sampai desember 2011.
d. Sasaran Lingkungan:
· Mengurangi pemakaian bahan baku di unit produksi sampai dengan 10% hingga oktober
2011.
· Mengurangi adanya skrap atau serbuk dari bahan baku sampai dengan 15% hingga
November 2011.
· Mengurangi pencemaran udara di sekitar lokasi industri sebesar 50% hingga November
2011.
· Mengurangi pemakaian energi pada unit produksi sebesar 25% hingga oktober 2011.
e. Program Manajemen Lingkungan :
· Melakukan pengenalan terhadap dampak limbah yang dihasilkan dari industri furniture.
· Melakukan penanggulangan limbah seperti, menjadikan potonga-potongan kayu atau
serbuk kayu yang ada menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomis.
· Penerapan terhadap penanggulangan limbah yang telah dilakukan.
· Evaluasi terhadap usaha penanggulangan limbah yang telah dilakukan.

Daftar Pustaka

http://embundaun.wordpress.com/2008/11/14/pengolahan-limbah-industri-pengolahan-
kayu/
http://fuadbahsin.wordpress.com/2009/01/26/kebijakan-pemerintah-dan-masalah-
pencemaran-udara/
http://www.tentangkayu.com/2007/12/limbah-dari-industri-kayu.html

http://ilmu-kuliah-umum.blogspot.com/2015/05/permasalahan-lingkungan-dan-dampak-dari.html

Anda mungkin juga menyukai