Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU HIJAUAN MAKANAN TERNAK


Acara Germinasi

Disusun oleh :
Kelompok VI

Devi Ima Kurniasari PT/06887


Rhizal Dziki Nuva PT/06926
Mahardika Daru Pratama PT/06972
Wafa Nizhom Muhammad PT/06972
Denita Ariesti PT/07012
Yanisha Talita Pribadi PT/07097

Asisten Pendamping: Nino Sugiyanto

LABORATORIUM HIJAUAN MAKANAN TERNAK DAN PASTURA


DEPARTEMEN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
BAB I
GERMINASI

TINJAUAN PUSTAKA
Germinasi
Germinasi adalah bentuk awal dari embrio yang berkembang
menjadisesuatu yang baru yang merupakan tanaman anakan sempurna.
Germinasi jugamerupakan proses tumbuhnya embrio atau keluarnya
radicle dan plumulae dari kulit biji. Rangkaian proses-proses fisiologis
yang berlangsung pada perkecambahan adalahpenyerapan air secara
imbibisi dan osmose, pencernaan atau pemecahan senyawa menjadi
molekul yang lebih kecil, sederhana, larut dalam air, dandapat diangkut,
kemudian pengangkutan hasil pencernaan, asimilasi atau penyusunan
kembali senyawa hasil pencernaan, pernafasan ataurespirasi yang
merupakan perombakan cadangan makanan, dan pertumbuhan pada titik-
titik tumbuh (Himam, 2008). Faktor yang mempengaruhi germinasi yaitu
kondisi benih yang meliputi kemasan biji atau benih, kerusakan mekanik
dan fisik, serta kadar air biji dan faktor luar benih yang meliputi suhu,
cahaya, oksigen, kelembaban nisbi serta komposisi udara disekitar biji
(Mudiana, 2006).
Campbell (2003) menyatakan bahwa dorman ialah “tidur” atau
“istirahat”. Dormansi pada biji meningkatkan peluang bahwa
perkecambahan akan terjadi di waktu dan tempat yang paling
menguntungkan bagi pertumbuhan biji tersebut. Pengakhiran periode
dormansi umumnya memerlukan kondisi lingkungan tertentu. Suyantoro
(2010) menyatakan bahwa dormansi dapat dibedakan menjadi tiga
macam berdasarkan asal penghambatnya yaitu kondisi lingkungan yang
berubah, dormansi apical dan hambatan korelatif, dan yang terakhir yaitu
kondisi pada waktu yang lebih awal menyebabkan perubahan jaringan.
Yuniarti (2013) menyatakan bahwa pada prinsipnya terdapat dua
metode pematahan dormansi berdasarkan sifat dormansinya, yaitu sifat
dormansi eksogen dan dormansi endogen. Dormansi eksogen terjadi
karena kurang tersedianya komponen penting dalam perkecambahan,
biasanya dilakukan dengan skarifikasi mekanik seperti pengamplasan,
pengikiran. Pemotongan, peretakkan, dan skarifikasi kimiawi untuk
melunakkan benih. Dormansi endogen yang disebabkan oleh sifat-sifat
tertentu pada benih, dilakukan dengan pemberian penggunaan hormon.

Metode Germinasi
Tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses
penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari
protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan-kegiatan sel dan
enzim- enzim serta naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga
merupakan tahap di mana terjadi penguraian bahan-bahan seperti
karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan
ditranslokasikan ke titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari
bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah yang mudah
menggandakan atau membelah diri (meristematik) untuk menghasilkan
energi bagi pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru.
Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses
pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik tumbuh.
Sementara daun belum dapat berfungsi sebagai organ untuk fotosintesa
maka pertumbuhan kecambah sangat tergantung pada persediaan
makanan yang ada dalam biji (Sutopo,2000).

Viabilitas biji
Viabilitas benih atau biji diartikan sebagai kemampuan benih untuk
tumbuh menjadikecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya
kecambah benih,persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih.
Viabilitas benih merupakandaya kecambah benih yang dapat ditunjukkan
melalui gejala metabolisme ataugejala pertumbuhan, selain itu daya
kecambah juga merupakan tolok ukurparameter viabilitas potensial benih
(Sadjad, 1994). Perkecambahan benihmempunyai hubungan erat dengan
viabilitas benih dan jumlah benih yangberkecambah dari sekumpulan
benih yang merupakan indeks viabilitas benih. Manfaat mengetahui
viabilitas benih yaitu untuk mengetahui kemampuan benih tumbuh normal
dan metode pengujian viabilitas ada beberapa macam yaitu pengujian
pemotongan, tetrazolium, pemotongan embrio, dan pengujian hydrogen
peroksida (Yuniarti,2016).
MATERI DAN METODE

Materi
Alat. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain
pinset, petridisc, pisau scapel, gunting kuku, kertas amplas, oven, botol
semprot, penggaris, dan kamera digital.
Bahan. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara
lain biji tanaman rumput dan legume. Kapas basah, larutan H2SO4, air
hangat, dan kertas kerja praktikum.
Metode
Biji diskarifikasi dengan lima perlakuan yaitu diamplas, dilukai
dengan gunting kuku, direndam dengan larutan H2SO4 , direndam
dengan air hangat, dan dioven suhu 55 0 C selama 10 menit, kemudian
biji degerminasikan pada petridisc dengan media kapas selama minggu,
pengamatan pertumbuhan dilakukan dengan cra mengukur tinggi
kecambah menggunakan penggaris, hasil pengamatan dicatat, kemudian
tanaman disiram dengan air secukupnya hingga keadaannya media
lembab dan cukup air.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Praktikum germinasi bertujuan untuk mengetahui faktor
perkecambahan, proses perkecambahan, efek berbagai perlakuan
skarifikasi terhadap pertumbuhan dan perkecambahan biji. Biji yang
digunakan saat praktikum yaitu biji Sorghum bicolor. Pengataman
dilakukan selama 10 hari berturut-turut terhitung setelah praktikum
dilakukan. Hal-hal yang diamati meliputi hari berkecambah, panjang
tanaman dan jumlah daun.Fitri (2015) menjelaskan bahwa skarifikasi
adalah perlakuan terhadap kulit benih yang keras, biasanya dengan
perlakuan mekanis, air panas atau perlakuan kimia menggunakan larutan
asam kuat, guna meningkatkan permeabilitasnya terhadap air dan gas.
Hari Berkecambah
Hasil pengamatan hari berkecambah pada biji tanaman sebagai
berikut.
Tabel 1. Hari berkecambah
Perlakuan Hari berkecambah
Kontrol 2
Dilukai 4
Diamplas 4
Direndam air hangat 4
Direndam H2SO4 4
Dioven 55°C 2
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat
diketahui biji kontrol, dilukai dan diamplas, direndam H2SO4, dan Dioven
55°C berkecambah pada hari ke-6. Berdasarkan pengamatan tersebut
diketahui yang memiliki kemampuan germinasi yang baik adalah biji yang
diberi perlakuan dioven 55°C dan biji kontrol, karena kedua jenis
perlakuan biji tersebut telah berkecambah pada hari kedua sedangkan biji
dengan perlakuan yang lain yaitu direndam air hangat, H2SO4 , dilukai,
dan diamplas berkecambah pada hari ke empat.
Pencelupan dengan air panas juga mempercepat proses imbibisi
atau penyerapan air karena suhu memegang peranan penting karena
memberikan tekanan untuk masuknya air kedalam biji. Kaya et al. (2013)
menjelaskan bahwa air panas mematahkan dormansi fisik melalui
tegangan yang menyebabkan keretakan sehinggan O 2 dan air dapat
masuk kedalam biji. Fitri (2015) menambahkan bahwa perendaman
dengan bahan kimia seperti asam sulfat (H2SO4) merupakan cara supaya
terdapat celah agar air dan gas udara untuk perkecambahan dapat masuk
kedalam biji. Perlakuan dengan menggunakan bahan kimia sering
digunakan untuk memecah dormansi pada benih. Tujuannya adalah
menjadikan kulit benih atau biji menjadi lebih mudah diserap air pada
proses imbibisi, larutan yang asam mampu menyebabkan biji menjadi
lunak. Berasarkan literatur tersebut hasil yang didapatkan tidak sesuai
dengan literatur. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
germinasi diantaranya kualitas biji dan kondisi lingkungan dari
pertumbuhan biji tersebut.
Kaya et al. (2013) menjelaskan bahwa proses perkecambahan
terjadi proses inhibisi, aktivitas enzim, insiasi pertumbuhan embrio,
retaknya kulit biji dan munculnya kecambah. Faktor genetik yang
berpengaruh adalah komposisi kimia, enzim dalam benih dan susunan
fisik atau kimia dari kulit biji. Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah
air, gas, suhu dan cahaya.
Panjang tanaman
Biji Sorgum bicolor. Hasil pengukuran panjang tanaman
Sorghum bicolor sebagai berikut.
Tabel 2. Pengukuran panjang tanaman
Tinggi tanaman (cm)
Hari kontrol Direndam
ke- Direndam Dioven
Dilukai Diamplas air
H2SO4 55°C
hangat
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0
6 3,6 0,5 3,75 0 2 0
8 4,2 3,4 3,78 0 2,8 4,1
10 11 6,9 4,0 0 4,5 7,4

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dilaksanakan biji


Sorghum bicolor pada pengamatan hingga hari ke-10 dengan perlakuan
kontrol panjang tanaman adalah 11 cm, dilukai 6,9 cm, diamplas 4 cm,
direndam air hangat 0 cm, direndam H2SO4 4,5 cm dan dioven 55°C
adalah 7,4 cm. Berdasarkan pengamatan tersebut hasil yang paling baik
adalah biji kontrol dan dioven 55°C, karena kedua perlakuan biji tersebut
mengalami perkecambahan paling panjang diantara yang lainnya. Yanti
(2011) menjelaskan bahwa perlakuan mekanis (skarifikasi) pada kulit biji,
dilakukan dengan berbagai cara yaitu penusukan, pengoresan,
pemecahan, pengikiran atau pembakaran dengan bantuan pisau , jarum,
kertas gosok atau lainnya adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi
dormansi fisik sehingga seluruh permukaan kulit bijidapat menjadikan titik
penyerapan air. Mudiana (2006) menyatakan bahwa proses
perkecambahan merupakan tahap awal dari proses terbentuknya individu
baru pada tumbuhan berbiji dikarenakan didalam biji terdapat berbagai
komposisi kimia yang berperan sebagai embrio yang dapat aktif tumbuh
menjadi individu baru apabila berada pada kondisi lingkungan yang
sesuai. Kondisi lingkungan yang sesuai meliputi kesesuaian kadar air,
udara, cahaya dan panas. Hasil yang diperoleh pada saat praktikum
sesuai dengan literatur dikarenakan biji tidak berkecambah karena adanya
faktor ketidaksesuain antara biji dengan lingkungan.

12
kontrol
10
8 dilukai

6
diamplas
4
2 direndam air
hangat
0 direndam
2 3 4 6 8 10 H2SO4
Grafik 1. Perbandingan tinggi tanaman Sorghum bicolor berbagai
perlakuan
Jumlah daun
Biji Sorghum bicolor. Hasil pengamatan jumlah daun pada biji
tanaman Sorghum bicolor sebagai berikut.
Tabel 3. Perhitungan jumlah daun
Jumlah daun
Hari kontrol Direndam
ke- Direndam Dioven
Dilukai Diamplas air
H2SO4 55°C
hangat
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0
8 2 2 0 0 0 2
10 2 2 0 0 0 2
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan hingga hari ke
10 hasil yang didapatkan biji Sorgum bicolor yang diberi perlakuan
diamplas, direndam air hangat dan direndam H2SO4 tidak keluar daun
sama sekali sedangkan biji dengan perlakuan dilukai, dioven 55°C jumlah
daun yang keluar adalah 2. Mudiana (2006) menyatakan ada dua faktor
yang mempengaruhi perkecambahan benih yaitu kondisi benih yang
meliputi kemasakan biji, kerusakan mekanik dan fisik serta kadar air biji
sedangkan faktor luar meliputi suhu, cahaya, oksigen, kelembaban serta
komposisi udara di sekitar biji. Kehadiran jamur patogen yang
mengkontaminasi biji pun dapat menurunkan viabilitas biji serta
menurunkan daya kecambah dari biji tersebut.
Pertumbuhan tumbuhan dari waktu ke waktu tidak pernah sama.
Faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan besar batang dan
daun adalah intensitas cahaya matahari. Tanaman di daerah gelap
cenderung untuk mempunyai batang yang panjang dan lemah, daun yang
tidak tumbuh dengan jaringan tidak berklorofil. Tanaman yang tumbuh
dengan cukup cahaya, daunnya mempunyai epidermis dan lapisan
palisade yang tebal dnegan ruang antar sel (Jumhana, 2012).
Berdasarkan literatur tersebut pengamatan jumlah daun yang didapatkan
telah sesuai dengan literatur. Tidak munculnya daun diakibatkan karena
jamur, cahaya dan lingkungan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan daun
biji tersebut.

2.5
kontrol
2
dilukai
1.5
diamplas
1
direndam air
0.5 hangat
direndam
0 H2SO4
2 3 4 6 8 10

Grafik 2. Grafik perbandingan jumlah daun berbagai perlakuan

Perhitungan viabilitas biji


Viabilitas biji adalah kemampuan biji untuk tumbuh menjadi
kecambah. Istilah lain untuk viabilitas biji adalah daya kecambah biji,
presentase kecambah biji atau daya tumbuh biji. Berdasarkan praktikum
yang telah dilaksanakan dapat diketahui nilai viabilitas biji tanaman
Sorghum bicolor adalah 55,5%. Yuniarti (2016) menjelaskan bahwa
viabilitas biji merupakan daya kecambah biji yang ditunjukkan melalui
gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah
juga merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial biji. Berdasarkan
hasil yang didapatkan viabilitas pada tanaman Sorghum bicolor sudah
cukup baik. Hal ini dikarenakan pada biji Sorghum bicolor dari 18 biji yang
ditanam hanya 10 biji yang tumbuh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas biji yaitu faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal dapat mempengaruhi
viabilitas biji yaitu kondisi lingkungan pada saat memproduksi biji, saat
panen, pengolahan, penyimpanan dan lingkungan tempat pengujian biji.
Kondisi tersebut seperti kemasan biji, suhu, komposisi gas dan
kelembaban ruang simpan. Faktor internal yang dapat mempengaruhi
viabilitas biji yaitu struktur genetik biji, kondisi kulit biji dan kadar air biji
(Yuniarti,2016).
Rumus perhitungan viabilitas biji :
Jumlah biji yang tumbuh × 100%
Jumlah biji yang ditanam
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan
bahwa hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur untuk hari
berkecambah sedangkan untuk panjang tanaman dan jumlah daun sudah
sesuai dengan literatur. Faktor genetik yang berpengaruh dalam proses
perkecambah adalah komposisi kimia, enzim dalam benih dan susunan
fisik atau kimia dari kulit biji. Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah
air, gas, suhu dan cahaya. Nilai viabilitas biji Sorghum bicolor adalah
55,5%. Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas biji yaitu faktor
eksternal dan faktor internal.
Daftar Pustaka
Campbell, N.A., J.B. Reece. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II.
Erlangga. Jakarta.
Fitri, N. 2015. Sripsi. Pengaruh skarifikasi dengan perendaman dalam,
aquades, air panas dan asam sulfat terhadap perkecambahan biji
dan pertumbuhan awal lamtoro. Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin. Makasar.
Himam, R. 2008. Pengujian dan Peretasan Benih. Universitas Brawijaya.
Malang.
Jumhana, N. 2012 ,Modul Berbagai Fungsi Tumbuhan. diakses tanggal 12
maret 2012
Kaya, M. E., H. Rehatta. 2013. Pengaruh perlakuan pencelupan terhadap
perkecambahan benih sengon. Agrologia. Vol 2. No: 1. Hal: 10-16.
Mudiana, D. 2006. Germination Syzygiumcumini (L.) Skeels. Fakultas
MIPA UNS. Surakarta. Vol 8 No: 1. Hal: 39-42.
Suryantoro, S. 2010. Kultur Jaringan Tanaman Skala Rumah
Tangga. Lily Publisher. Yogyakarta.
Sutopo, L. 2000. Teknologi Benih (Edisi Revisi). Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya. Malang.
Yanti, S. D. 2011. Dormansi. Avaiable at
http://www.gobookee.com/get_book.php. Diakses pada tanggal 18
Maret 2013 pukul 16.00 WIB.
Yuniarti, N. 2013. Peningkatan viabilitas benih kayu afrika
denganberbagai perlakuan pendahuluan. Balai Penelitian
Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan. Bogor.
Yuniarti, N. 2016. Teknik penanganan benih yang tepat untuk peningkatan
viabilitas benih kayu afrika (Maesopsis eminii). Balai Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Perbenihan Hutan. Vol 2 No: 1. Hal: 37-
42.

Anda mungkin juga menyukai