Bab IV Baru Revisi
Bab IV Baru Revisi
Data curah hujan harian dari ke 3 stasiun diatas terlampir, dan selanjutnya
dilakukan penentuan hujan kawasan.
IV-1
Tabel 4.2 Data Luasan Pengaruh Stasiun Curah Hujan
Luasan
No Nama Stasiun Curah Hujan
(Km2)
1. Sta. Gunung Nago (A) 7,214
2. Sta. Ladang Padi (B) 74,116
3. Sta. Simpang Alai (C) 92,921
Total 174,25
Berikut adalah contoh perhitungan Metode Poligon Thiessen, untuk tahun 2004
tanggal 6 bulan Mei :
IV-2
Hasil perhitungan curah hujan dari metode Poligon Thiessen ini akan
digunakan untuk perhitungan Distribusi probabilitas berikutnya.
1. Metode Normal
Perhitungan hujan rencana berdasarkan distribusi probabilitas normal, jika
data yang dipergunakan adalah berupa sampel, dilakukan dengan rumus-rumus
berikut:
̅ +KT. S
XT = X
Dimana:
XT = Hujan rencana dengan periode ulang T tahun
̅
X = Nilai rata-rata
S = Standar Deviasi
KT = Faktor frekuensi, nilainya bergantung dari T (Nilai Variabel Reduksi
Gauss)
Hitungan Parameter Statistik data:
a. Nilai rata-rata
∑ni=1 Xi
̅ =
X
n
854,26
=
10
= 85,426 mm
b. Standar Deviasi (S)
n 2
̅
S =√∑i=1 (Xi-X)
n-1
IV-3
12274,26
S =√ = 36,93
10 -1
c. Hitung nilai KT
Nilai KT dihitung berdasarkan nilai T dari lampiran nilai Variabel reduksi
Gauss, didapat untuk T = 2 maka nilai KT = 0.
IV-4
2. Metode Log Normal
Perhitungan hujan rencana berdasarkan probabilitas Log Normal, jika data
yang digunakan adalah berupa sampel, dilakukan dengan rumus-rumus sebagai
berikut:
̅̅̅̅̅̅̅ + K T . SLogX
LogX T = LogX
Dimana:
LogXT = Nilai Logaritma Hujan rencana dengan periode ulang T tahun
̅̅̅̅̅̅̅
LogX = Nilai rata-rata dari Log X
S Log X = Standar deviasi dari Log X
KT = Faktor frekuensi, nilainya tergantung dari T (Lampiran Nilai
Variabel Reduksi Gauss).
Hitungan Parameter Statistik data:
a. Nilai rata-rata
∑ni=1 Log Xi
̅̅̅̅̅̅̅̅
Log X =
n
19,00
=
10
= 1,90 mm
b. Standar Deviasi (S)
n ̅ 2
SLog X=√∑i=1 (Log Xi - LogX)
n-1
0,2535
SLog X=√ = 0,17
10 -1
c. Hitung nilai KT
Nilai KT dihitung berdasarkan nilai T dari lampiran 5 tabel nilai Variabel
reduksi Gauss, didapat untuk T = 2 maka nilai KT = 0.
3. Metode Gumbel
Jika data hujan yang digunakan dalam perhitungan adalah berupa sampel
(populasi terbatas), maka perhitungan hujan rencana berdasarkan Distribusi
Probailitas Gumbel Dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
̅+SxK
XT= X
IV-6
Dimana:
X T = Hujan rencana dengan periode ulang T tahun
X = Nilai rata-rata
S = Standar deviasi
K = Faktor frekuensi Gumbel
YT -Yn
K =
Sn
YT = Reduced Variate
n ̅ 2
S=√∑i=1 (Xi-X)
n-1
12274,26
S=√ = 36,93
10 -1
c. Hitung nilai KT
Dengan jumlah data (n) = 10 maka didapat:
Yn : 0,4952 (lihat tabel Nilai Reduced Mean)
Sn : 0,9497 (lihat tabel Nilai Reduced Deviation)
Dengan Periode ulang (T) = 2 tahun didapat:
[
Yt = -Ln -Ln
T-1
T
]
[
Yt = -Ln -Ln
2-1
2
]
Yt = 0,3665
Dengan Yn, Sn, dan Yt yang sudah didapat di atas maka nilai K adalah:
Yt -Yn
K =
Sn
0,3665 -0,4952
K =
0,9497
K = -0,136
d. Hitung hujan rencana dengan periode ulang T
X2 = 85,43 + 36,93 x -0,136 = 80,42 mm
IV-8
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Distribusi Gumbel
No Tahun Yn Sn YT YT - Yn KT XT
1 2 0,4952 0,9497 0,3665 -0,129 -0,136 80,42
2 5 0,4952 0,9497 1,4999 1,005 1,058 124,49
3 10 0,4952 0,9497 2,2504 1,755 1,848 153,68
4 25 0,4952 0,9497 3,1255 2,630 2,770 187,71
5 50 0,4952 0,9497 3,9019 3,407 3,587 217,90
6 100 0,4952 0,9497 4,0061 3,511 3,697 221,95
Sumber : Hasil Perhitungan
n ̅ 2
SLog X=√∑i=1 (Log Xi - LogX)
n-1
0,2535
SLog X=√ = 0,17
10 -1
IV-9
c. Menentukan nilai Cs atau G
Log X )3
n ∑ni=1 ( Log Xi- ̅̅̅̅̅̅̅̅
Cs =
(n-1)(n-2)(S Log X)3
10 x 0,024432
Cs = = 0,7
9 x 8 x 0,173
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Parameter Metode Log Person Type III
Xi LogXi ̅̅̅̅̅̅̅)2
(LogXi - LogX ̅̅̅̅̅̅̅)3
(LogXi - LogX
d. Hitung nilai KT
Nilai KT dihitung berdasarkan nilai T dan nilai Cs atau G dari Lihat tabel
Faktor Frekuensi Kt, didapat untuk T = 2 dan Cs = 0,7 maka nilai
KT = -0,116
e. Hitung hujan rencana dengan periode ulang T
Log X2 = 1,90 + -0,116 x 0,17 = 1,88
X2 = 101,88 = 76,03 mm
IV-10
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Distribusi Log Person Type III
No. Tahun KT S LogX ̅̅̅̅̅̅̅
LogX KT x Slog LogXT XT
1 2 -0,116 0,17 1,90 -0,02 1,88 76,03
2 5 0,79 0,17 1,90 0,13 2,03 107,90
3 10 1,333 0,17 1,90 0,22 2,12 133,10
4 25 1,967 0,17 1,90 0,33 2,23 170,05
5 50 2,407 0,17 1,90 0,40 2,30 201,57
6 100 2,824 0,17 1,90 0,47 2,37 236,82
Sumber : Hasil Perhitungan
Dari hasil perhitungan analisis distribusi frekuensi hujan harian maksimum
tersebut didapat hasil seperti berikut :
Dimana:
IV-11
χ² = Parameter chi kuadrat terhitung
Ef = Frekuensi yang diharapkan sesuai dengan pembagian kelasnya
Of = Frekuensi yang diamati pada kelas yang sama
n = Jumlah sub kelompok
Derajat nyata atau drajat kepercayaan (∝ ) tertentu yang sering diambil
adalah 5%. Drajat kebebasan (Dk) dihitung dengan rumus :
Dk = k – (p + 1)
K = 1 + 3,3 log n
Dimana:
Dk = Drajat kebebasan
P = Banyaknya paremeter, untuk Chi kuadrat adalah 2
K = Jumlah kelas distribusi
n = Banyaknya data
Selanjutnya distribusi probabilitas yang dipakai untuk menentukan curah
hujan rencana adalah distribusi probabilitas yang mempunyai simpangan
maksimum terkecil dan lebih kecil dari simpangan kritis.
χ² < χ² kritis
Dimana:
χ² = parameter Chi kuadrat terhitung
χ²cr= parameter Chi kuadrat kritis
IV-12
Curah Hujan Harian
No Maksimum (mm) setelah
diurutkan
7 60,65
8 59,71
9 52,17
10 49,77
Sumber : Hasil Perhitungan
IV-13
5) Menghitung interval kelas
a. Distribusi Probabilitas Normal
Nilai KT berdasarkan T dari Tabel Nilai Variabel reduksi Gaus (lampiran 5
tabel Nilai Variabel Reduksi Gauss)
T = 5 Maka KT = 0,84
T = 2,5 Maka KT = 0,25
T = 1,67 Maka KT = -0,25
T = 1,25 Maka KT = -0,84
̅
X = 124,3 mm
S = 18,32
Interval kelas :
XT = ̅
X + KT x S
XT = 85,43 + 36,93 x KT
Sehingga :
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Distribusi Probabilitas Normal
T KT ̅
X S XT
5 0,84 85,43 36,93 116,45
2,5 0,25 85,43 36,93 94,66
1,67 -0,25 85,43 36,93 76,19
1,25 -0,84 85,43 36,93 54,41
Sumber : Hasil Perhitungan
b. Distribusi Probabilitas Log Normal
Nilai KT berdasarkan T dari Tabel Nilai Variabel reduksi Gaus (tabel Nilai
Variabel Reduksi Gauss)
T = 5 Maka KT = 0,84
T = 2,5 Maka KT = 0,25
T = 1,67 Maka KT = -0,25
T = 1,25 Maka KT = -0,84
IV-14
̅̅̅̅̅̅̅̅
Log X = 1,90 mm
S Log X = 0,17
Interval kelas :
LogX T ̅̅̅̅̅̅̅ + K T . SLogX
= LogX
LogXT = 1,90 + 0,17 x KT
Sehingga,
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Distribusi Probabilitas Log Normal
T KT ̅̅̅̅̅̅̅̅
Log X SLog X Log X XT
5 0,84 1,90 0,17 2,04 110,01
2,5 0,25 1,90 0,17 1,94 87,58
1,67 -0,25 1,90 0,17 1,86 72,19
1,25 -0,84 1,90 0,17 1,76 57,47
Sumber : Hasil Perhitungan
IV-15
d. Distribusi Probabilitas Log Person Type III
Nilai K T dihitung berdasarkan nilai Cs = 0,7
Dan nilai T untuk berbagai periode ulang
T=5 maka KT = 0,790
T = 2,5 maka KT = 0,035
T = 1,67 maka KT = 0,000
T = 1,25 maka KT = 0,000
KT diperoleh dengan menggunakaan tabel 2.5 faktor frekuensi KT untuk
distribusi log pearson tipe III (G atau Cs negatif). Dengan Cs = 0,7
̅̅̅̅̅̅̅
LogX = 1,90
SlogX = 0,17
Interval kelas :
LogXT = ̅̅̅̅̅̅̅
LogX + K T . Slog
Sehingga :
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Distribusi Log Pearson Type III
T KT ̅̅̅̅̅̅̅̅
Log X SLog X Log X XT
5 0,79 1,90 0,17 2,03 107,90
2,5 0,035 1,90 0,17 1,91 80,60
1,67 0 1,90 0,17 1,90 79,51
1,25 0 1,90 0,17 1,90 79,51
Sumber : Hasil Perhitungan
IV-16
Tabel 4.19 Perhitungan Nilai χ² untuk Distribusi Log Normal
( Of-Ef )2
Kelas Interval Ef Of Of-Ef
Ef
1 > 110,01 2 2 0 0
2 87,58 - 110,01 2 2 0 0
3 72,19 - 87,58 2 2 0 0
4 57,47 - 72,19 2 2 0 0
5 < 57,47 2 2 0 0
10 10 0
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 4.20 Perhitungan Nilai χ² untuk Distribusi Gumbel
( Of-Ef )2
Kelas Interval Ef Of Of-Ef
Ef
1 > 124,49 2 1 -1 0,5
2 92,29 - 124,49 2 2 0 0
3 69,70 - 92,29 2 3 1 0,5
4 47,66 - 69,70 2 4 2 2
5 < 47,66 2 0 -2 2
10 10 5
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 4.21 Perhitungan Nilai χ² untuk Distribusi Log Pearson Type III
( Of-Ef )2
Kelas Interval Ef Of Of-Ef
Ef
1 > 107,90 2 2 0 0
2 80,60 - 107,90 2 2 0 0
3 79,51 - 80,60 2 1 -1 0,5
4 79,51 - 79,51 2 0 -2 2
5 < 79,51 2 5 3 4,5
10 10 7
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 4.22 Rekapitulasi Nilai χ² dan χ²cr
X2
Distribusi Probabilitas X2cr Keterangan
terhitung
Normal 1 5,991 Oke
Log Normal 0 5,991 Oke
Gumbel 5 5,991 Oke
Log Person Type III 7 5,991 Tidak Oke
Sumber : Hasil Perhitungan
IV-17
Berdasarkan Tabel 4.22 maka distribusi yang dipilih adalah distribusi Metode
Gumbel karena nilai χ² hitung < dari χ² kritis.
Keterangan :
Kolom (1) = nomor urut data
Kolom (2) = data hujan diurut dari besar ke kecil (mm)
Kolom (3) = peluang empiris (dihitung dengan persamaan weibull)
i
P(Xi) =
n+1
n : banyak data = 10
IV-18
Dimana KT = f(t)
̅
X = 85,43
S = 36,93
Untuk nilai f(t) = 2,33 maka luas wilayah di bawah kurve normal adalah
0,8925, sehingga nilai kolom (5) baris (1) = 1 – 0,9901 = 0,0099
Demikian seterusnya untuk baris berikutnya dengan cara yang sama.
Kolom (6) = ΔP = Kolom (5) – Kolom (3)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa :
a. Simpangan maksimum (ΔP max) = 0,11
b. Jumlah data (n) = 10, dan derajat kepercayaan (α) adalah 5% maka nilai
Δp kritis 0,410
c. Jadi Δp max < Δp kritis, maka Distribusi Probabilitas Normal dapat
diterima untuk menganalisis data hujan.
= 1,99
Kolom (5) = peluang teoritis = 1 – luas di bawah kurve normal
sesuai dengan nilai f(t), yang ditentukan dengan tabel.
Contoh :
Untuk nilai f(t) = 1,99 maka luas wilayah di bawah kurve normal (tabel Luas
Wilayah dibawah Kurva Normal) adalah 0,9767, sehingga nilai kolom (5)
baris (1) = 1 – 0,9767 = 0,0233
IV-20
Demikian seterusnya untuk baris berikutnya dengan
cara yang sama
Kolom (6) = ΔP = Kolom (5) – Kolom (3)
Keterangan :
Kolom (1) = nomor urut data
Kolom (2) = data hujan diurut dari besar ke kecil (mm)
Kolom (3) = peluang empiris (dihitung dengan persamaan
weibull)
IV-21
i
P(Xi) =
n+1
n : banyak data = 10
Kolom (4) = untuk distribusi Probabilitas Gumbel
Kolom (4) = untuk distribusi Probabilitas Normal
̅ + KT. S , sehingga
XT = X
KT = XT – ̅
X atau KT = Xi – ̅
X
S S
Dimana KT = f(t)
̅
X = 85,43
S = 36,93
IV-22
4) Untuk Distribusi Probabilitas Log Pearson Type III
Tabel 4.26 Perhitungan Uji Distribusi Log Pearson Tipe III dengan Metode
Smirnov Kolmogorof
I LogXi P(Xi) f(t) P'(X) Δp
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 2,23 0,09 1,99 0,039 -0,05
2 2,07 0,18 0,99 0,163 -0,02
3 1,99 0,27 0,51 0,293 0,02
4 1,96 0,36 0,33 0,352 -0,01
5 1,90 0,45 -0,01 1 0,55
6 1,89 0,55 -0,06 1 0,45
7 1,78 0,64 -0,70 1 0,36
8 1,78 0,73 -0,74 1 0,27
9 1,72 0,82 -1,09 1 0,18
10 1,70 0,91 -1,21 1 0,09
Sumber : Hasil Perhitungan
Keterangan :
Kolom (1) = nomor urut data
Kolom (2) = data hujan diurut dari besar ke kecil (mm)
Kolom (3) = peluang empiris (dihitung dengan persamaan weibull)
i
P(Xi) =
n+1
n : banyak data = 10
Kolom (4) = untuk distribusi Probabilitas Normal
Log XT = ̅̅̅̅̅̅̅
Log X + KT. S log X , sehingga
KT = Log XT – ̅̅̅̅̅̅̅
Log X atau KT = Log Xi – ̅̅̅̅̅̅̅
Log X
S Log X S Log X
Dimana KT= f(t)
̅̅̅̅̅̅̅̅
Log X = 1,90
S Log X = 0,17
Cs = 0,7
IV-23
Contoh untuk kolom (4) baris (1) :
f(t) = 2,23 – 1,90
0,17
= 1,99
Kolom (5) = ditentukan berdasarkan nilai Cs, KT atau f(t)
Contoh angka kolom (5) baris (1):
f(t) = 1,99 dan Cs = 0,7 , diperoleh persentase peluang teoritis terlampaui
P'(x) dengan cara diinterpolasi nilai.
Maka dengan f(t) = 1,99 dan Cs = 0,7 , diperoleh 3,9 % = 0,039.
Demikian seterusnya dengan cara yang sama.
Kolom (6) = ΔP = Kolom (5) – Kolom (3)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa :
a. Simpangan maksimum (ΔP max) = 0,545
b. Jumlah data (n) = 10, dan derajat kepercayaan (α) adalah 5% maka
nilai Δp kritis 0,410 (dilihat dari lampiran 8)
c. Jadi Δp max > Δp kritis, maka Distribusi Probabilitas Log Person Type
III tidak dapat diterima untuk menganalisis data hujan.
IV-24
Tabel 4.28 Rekapitulasi Hasil Uji Tingkat Kepercayaan Distribusi
Curah Hujan Rencana
Periode
Metode Distribusi Porbabilitas
No. Ulang
Log Log Person
(T) Normal Gumbel
Normal Type III
1 2 85,43 79,51 80,42 76,03
2 5 116,45 110,01 124,49 107,90
3 10 132,70 130,40 153,68 133,10
4 25 143,41 145,87 187,71 170,05
5 50 161,13 175,60 217,90 201,57
6 100 171,47 195,66 221,95 236,82
Uji Chi – Kuadrat
Chi – Kuadrat Hitung (χ²) 1,000 0,000 5,000 7,000
Chi – Kuadrat Kritis (χ²cr) 5,991 5,991 5,991 5,991
Hipotesa Oke Oke Oke Tidak Oke
Uji Smirvov – Kolmogorov
Smirnov- Hitung (Δp mak) 0,11 0,112 13,075 0,545
Smirnov – Kritis (Δp kritis) 0,410 0,410 0,410 0,410
Hipotesa Oke Oke Tidak Oke Tidak Oke
Sumber : Hasil Perhitungan
IV-25
4.1.4 Intensitas Hujan
Untuk menentukan intensitas curah hujan dalam hubungannya dengan lama
waktu terjadinya hujan (tc). Untuk suatu periode ulang tertentu dipakai metode
mononobe dengan persamaan sebagai berikut:
R24 24 2/3
I= ( )
24 tc
Waktu konsentrasi (tc) adalah waktu yang diperlukan air untuk mengalir dari
permukaan tanah sampai saluran terdekat. Waktu konsentrasi dihitung dengan
ruus Kirpich :
0.385
0.87 x L2
tc= [ ]
1000 x S
IV-26
Tabel 4.30 Perhitungan Kemiringan Saluran
∆H L S
Jenis Saluran Ruas Total total Total
(m) (m)
S.Tersier T1A-T2A 0,400 302 0,0013
S.Tersier T2A-T3A 0,280 252 0,0011
S.Tersier T1C-T2C 0,290 410 0,0007
S.Tersier T2B-T3B 0,615 415 0,0015
S.Tersier T1B-T2B 0,368 400 0,0009
S.Sekunder S1A-S2A 0,635 460 0,0014
S.Sekunder S2A-S3A 0,532 450 0,0012
S.Sekunder SIB-S2B 0,330 390 0,0008
S.Sekunder S2B-S3B 0,081 145 0,0006
S.Sekunder S3B-S4B 0,090 160 0,0006
S.Sekunder S1C-S2C 0,130 400 0,0003
S.Sekunder S2C-S3C 0,179 150 0,0012
S.Primer P1-P2 0,580 775 0,0007
S.Primer P2-P3 0,140 258 0,0005
Jenis L S Tc I
Ruas
Saluran (Km) (jam) (mm/jam)
S.Tersier T1A-T2A 0,30 0,00132 0,34 144,85
S.Tersier T2A-T3A 0,25 0,00111 0,31 151,98
S.Tersier T1C-T2C 0,41 0,00071 0,55 105,23
S.Tersier T2B-T3B 0,42 0,00148 0,41 126,56
S.Tersier T1B-T2B 0,40 0,00092 0,48 114,06
S.Sekunder S1A-S2A 0,46 0,00138 0,46 117,84
S.Sekunder S2A-S3A 0,45 0,00118 0,48 114,51
S.Sekunder SIB-S2B 0,39 0,00085 0,49 113,09
S.Sekunder S2B-S3B 0,15 0,00056 0,27 169,28
S.Sekunder S3B-S4B 0,16 0,00056 0,29 161,18
S.Sekunder S1C-S2C 0,40 0,00033 0,72 87,21
S.Sekunder S2C-S3C 0,15 0,00119 0,21 202,32
S.Primer P1-P2 0,78 0,00075 0,87 76,88
S.Primer P2-P3 0,26 0,00054 0,42 124,81
IV-27
4.1.5 Debit banjir rencana
A. Debit Air Hujan
Perhitungan debit air hujan berdasarkan intensitas hujan dengan menggunakan
metode rasional,dengan rumus sebagai berikut:
Qah =0,278 x C x I x A
Dimana:
Qah = debit air hujan (m3/dt)
C = koefisien penyebaran air hujan, dalam perhitungan ini memakai nilai
0,75
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
A = luas daerah pengaliran (km2)
Untuk perhitungan lebih selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.32 Perhitungan Debit Air Hujan
I A Qah
Jenis Saluran Ruas F C total total total
mm/jam (Km2) (m3/dt)
S.Tersier T1A-T2A 0,278 0,75 144,85 0,011 0,33
S.Tersier T2A-T3A 0,278 0,75 151,98 0,009 0,29
S.Tersier T1C-T2C 0,278 0,75 105,23 0,021 0,47
S.Tersier T2B-T3B 0,278 0,75 126,56 0,039 1,03
S.Tersier T1B-T2B 0,278 0,75 114,06 0,036 0,86
S.Sekunder S1A-S2A 0,278 0,75 117,84 0,081 1,99
IV-28
I A Qah
Jenis Saluran Ruas F C total total total
mm/jam (Km2) (m3/dt)
S.Sekunder S2A-S3A 0,278 0,75 114,51 0,091 2,17
S.Sekunder SIB-S2B 0,278 0,75 113,09 0,079 1,86
S.Sekunder S2B-S3B 0,278 0,75 169,28 0,029 1,03
S.Sekunder S3B-S4B 0,278 0,75 161,18 0,004 0,13
S.Sekunder S1C-S2C 0,278 0,75 87,21 0,101 1,83
S.Sekunder S2C-S3C 0,278 0,75 202,32 0,019 0,80
S.Primer P1-P2 0,278 0,75 76,88 0,158 2,53
S.Primer P2-P3 0,278 0,75 124,81 0,005 0,13
IV-29
C. Laju Pertumbuhan Geometrik
Proyeksi jumlah penduduk di kawasan Rasak Bungo Karang Putih untuk
tahun 2020 yang akan datang adalah sebagai berikut:
Pt = Po (1+r)n
Dimana:
Pt = jumlah penduduk tahun terkhir
Po = jumlah penduduk tahun sebelumnya
r = laju pertumbuhan penduduk
n = jumlah selisih tahun peninjauan
Pt = Po (1+r)n
P2020 = 7803 (1 + 0,0306)3
Pt = 8541,46 ≈ 8542 jiwa
Setelah didapat perkiraan/proyeksi jumlah penduduk maka perkiraan jumlah
debit air buangan sudah dapat dihitung. Perkiraan debit air buangan/debit air
kotor dapat dihitung sebagai berikut:
Qak = Pt x 1,3889 x 10-3 x A
Perhitungan debit air buangan pada saluran tersier ruas T1A – T2A
Qak = 8542 x 1,3889 x 10-3 x 0,011
Qak = 0,13 m3/dt
IV-30
Penduduk A Qak
Jenis
Ruas Konstanta Konstanta Tertinggi total Total
Saluran
(jiwa) (Km2) (m3/dt)
S.Sekunder SIB-S2B 1,3889 0,001 8542 0,079 0,93
S.Sekunder S2B-S3B 1,3889 0,001 8542 0,029 0,35
S.Sekunder S3B-S4B 1,3889 0,001 8542 0,004 0,05
S.Sekunder S1C-S2C 1,3889 0,001 8542 0,101 1,20
S.Sekunder S2C-S3C 1,3889 0,001 8542 0,019 0,22
S.Primer P1-P2 1,3889 0,001 8542 0,158 1,88
S.Primer P2-P3 1,3889 0,001 8542 0,005 0,06
IV-31
4.2 Analisa Hidraulika
a. Perhitungan Saluaran Drainase
Dalam menghitung dimensi saluran drainase untuk kawasan simpang
rumbio direncanakan penampang saluran yang berbentuk segi empat pada
saluran tersier, sekunder dan primer. Dengan pertimbangan saluran ini dapat
mengalirkan air dengan pertimbangan saluran ini dapat mengalirkan air
dengan cepat serta mudah dalam pemeliharaannya.
Dalam menghitung dimensi saluran digunakan asumsi sebagai berikut :
1. Besarnya jagaab ideal yang dipakai pada perencanaan yaitu 5% s/d
30% dari tinggi muka air
2. Nilai koefisien kekasan manning dipakai 0,020 (pasangan batu kali
dengan adukan semen dan diplester)
3. Nilai kemiringan dasar saluran berdasarkan masing-masing ruas
Data :
Q : 0,46 m3/dt
n : 0,020
S : 0,0013
b :2h
= 2h x h = 2h2
= 2h + 2h = 4h
IV-32
A 2h2 1
Jari-Jari Hidrolis (R) = = = h
P 4h 2
1 2 1
Q = x R3 x S 2 x A
n
Sehingga :
2
1 1 3
Q= x [ h] x 0,0013 1/2 x 2h2
0,020 2
2
1 3
0,46 =1,82 x [ h] x 2h2
2
2
0,46 1 3
= [ h] x 2h2
1,82 2
2
1 3
0,25 = [ h] x 2h2
2
2
13
0,25 = [ ] x [h]2/3 x 2 (h2 )
2
0,25
h 8/3 =
1,26
0,25 3/8
h =[ ]
1,26
h = 0,55 m
IV-33
lebar saluran (b) = 2 x h = 2 x 0,55 = 1,10 m
IV-34
Tabel 4.35 Perhitungan Dimensi Saluran
Q
Jenis h B F H A P R V
Ruas Rencana N S
Saluran (m) (m) (m) (m) (m2) (m) (m) (m/dt)
(m3/dt)
S.Tersier T1A-T2A 0,75 0,020 0,0013 0,55 1,10 0,16 0,71 0,60 2,20 0,27 0,77
S.Tersier T2A-T3A 0,66 0,020 0,0011 0,54 1,08 0,16 0,70 0,58 2,15 0,27 0,69
S.Tersier T1C-T2C 2,26 0,020 0,0007 0,95 1,89 0,28 1,23 1,79 3,79 0,47 0,81
S.Tersier T2B-T3B 4,79 0,020 0,0015 1,08 2,16 0,32 1,41 2,34 4,33 0,54 1,28
S.Tersier T1B-T2B 4,07 0,020 0,0009 1,12 2,24 0,34 1,45 2,50 4,47 0,56 1,03
S.Sekunder S1A-S2A 9,37 0,020 0,0014 1,42 2,83 0,42 1,84 4,01 5,66 0,71 1,48
S.Sekunder S2A-S3A 15,27 0,020 0,0012 1,75 3,50 0,53 2,28 6,13 7,00 0,88 1,57
S.Sekunder SIB-S2B 4,42 0,020 0,0008 1,17 2,35 0,35 1,52 2,75 4,69 0,59 1,02
S.Sekunder S2B-S3B 7,36 0,020 0,0006 1,53 3,05 0,46 1,98 4,65 6,10 0,76 0,99
S.Sekunder S3B-S4B 20,92 0,020 0,0006 2,27 4,54 0,68 2,95 10,33 9,09 1,14 1,29
S.Sekunder S1C-S2C 9,28 0,020 0,0003 1,88 3,75 0,56 2,44 7,04 7,51 0,94 0,86
S.Sekunder S2C-S3C 13,26 0,020 0,0012 1,67 3,34 0,50 2,17 5,58 6,68 0,84 1,53
S.Primer P1-P2 31,28 0,020 0,0007 2,51 5,01 0,75 3,26 12,57 10,03 1,25 1,59
S.Primer P2-P3 46,86 0,020 0,0005 3,09 6,19 0,93 4,02 19,14 12,37 1,55 1,56
IV-35
Tabel 4.36 Perhitungan Dimensi Saluran Hasil Pembulatan
Jenis h B H
Ruas
Saluran (m) (m) (m)
S.Tersier T1A-T2A 0,5 1,1 0,7
S.Tersier T2A-T3A 0,5 1,1 0,7
S.Tersier T1C-T2C 0,9 1,9 1,2
S.Tersier T2B-T3B 1,1 2,2 1,4
S.Tersier T1B-T2B 1,1 2,2 1,5
S.Sekunder S1A-S2A 1,4 2,8 1,8
S.Sekunder S2A-S3A 1,8 3,5 2,3
S.Sekunder SIB-S2B 1,2 2,3 1,5
S.Sekunder S2B-S3B 1,5 3,1 2,0
S.Sekunder S3B-S4B 2,3 4,5 3,0
S.Sekunder S1C-S2C 1,9 3,8 2,4
S.Sekunder S2C-S3C 1,7 3,3 2,2
S.Primer P1-P2 2,5 5,0 3,3
S.Primer P2-P3 3,1 6,2 4,0
F = 0.20
H = 0.70
h = 0.50
b = 1.10
IV-36