Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia yang
cerdas. Masalah kurang gizi merupakan masalah komplek yang terjadi di Indonesia.
Pada hakikatnya anak Indonesia lahir dengan berat badan dan panjang badan yang
normal, namun seringkali terjadi keterlambatan pertumbuhan yang dapat terlihat
secara nyata pada usia enam bulan sampai dua tahun. Anak yang kurang gizi akan
tumbuh kecil, kurus dan pendek. Gizi kurang pada anak usia dini juga berdampak
pada rendahnya kognitif dan kecerdasan anak serta berpengaruh terhadap menurunnya
produktivitas anak (USU, 2014).
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2014, negara di
regional asia selatan yang menduduki angka tertinggi kurang gizi yaitu India (43,5%),
Bangladesh (36,8%) , Afganistan (32,9%) , Pakistan (31,6%). Berdasarkan hasil
Riskesdas pada Tahun 2013 menyebutkan bahwa prevalensi gizi kurang pada balita
memberikan gambaran yang fluktuatif, dimana terjadi penurunan kasus dari 18,4% di
tahun 2007 menjadi 17,9% di tahun 2010, kemudian mengalami peningkatan kembali
menjadi 19,6% di tahun 2013. Angka tersebut terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9%
gizi kurang (Riskesdas 2013). Bappenas dalam Riskesdas Tahun 2013, menyatakan
bahwa untuk mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDG’s) tahun 2015
yaitu 15,5% maka prevalensi gizi buruk dan gizi kurang secara nasional harus
diturunkan sebesar 4,1% dalam periode 2013 sampai 2015. Diantara 34 provinsi di
Indonesia, 18 provinsi memiliki prevalensi gizi buruk dan kurang di atas angka
standar prevalensi nasional yaitu berkisar antara 21,2% sampai dengan 33,1%.
Provinsi yang prevalensinya sangat tinggi adalah Nusa Tenggara Timur (NTT) 33,1%
dan Papua Barat 32% (Riset Kesehatan Dasar, 2013).
Kabupaten Belitung juga merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung yang masih memiliki permasalahan balita dengan gizi
kurang walaupun secara statistik angka kejadian gizi kurang menurun sampai
dengan 15,5% dan sesuai dengan standar pencapaian MDGs (Riskesdas, 2013).
Angka kejadian gizi kurang tersebut dibuktikan dengan jumlah kasus gizi kurang di

1
2

Kabupaten Belitung pada Tahun 2016 sebanyak 68 anak dengan status gizi Bawah
Garis Merah (BGM). Hasil screening Bayi dan Balita di wilayah kerja Puskesmas
Sijuk yang dilakukan pada Tahun 2016, didapatkan sebanyak 46 anak dengan status
gizi kurang dan 9 anak dengan status gizi buruk dari 140 bayi dan balita yang di
screening dengan penilaian menggunakan Standar Berat Badan menurut Umur
(BB/U).
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi status gizi kurang pada anak
diantaranya adalah faktor biologis, faktor ekonomi, gangguan psikososial,
pengetahuan keluarga tentang makanan bergizi, kesalahan informasi,
ketidakmampuan makan, ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan
mengabsorpsi nutrient, kurang asupan makanan dan dukungan sosial (Nanda, 2015-
2017).
Secara umum terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang gizi makro dan
kurang gizi mikro. Kurang gizi makro pada dasarnya merupakan gangguan kesehatan
yang disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein sehingga menyebabkan
ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh dengan asupan energi dan protein.
Kekurangan zat gizi makro umumnya disertai dengan kekurangan zat gizi mikro.
Dengan ungkapan lain status gizinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang
dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP
(Kurang Energi Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai
pada balita (Settyaningrum, 2014).
Terkait dengan data-data diatas penulis tertarik untuk mengetahui sejauh mana
asuhan keluarga terhadap masalah kurang gizi dalam lingkup asuhan keperawatan
keluarga dalam bentuk “Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada salah satu anggota keluarga dengan Gizi
Kurang”.

B. Rumusan masalah
Bagaimana gambaran Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada salah satu anggota keluarga dengan Gizi
Kurang?
3

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui
gambaran mengenai Asuhan Keperawatan Keluarga dengan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada salah satu
anggota keluarga dengan Gizi Kurang.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :
a. Memberikan gambaran mengenai pengkajian Asuhan Keperawatan
b. Keluarga dengan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
Tubuh pada salah satu anggota keluarga dengan Gizi Kurang.
c. Memberikan gambaran mengenai intervensi Keperawatan Keluarga
dengan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada
salah satu anggota keluarga dengan Gizi Kurang.
d. c. Memberikan gambaran mengenai implementasi Keperawatan Keluarga
dengan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada
salah satu anggota keluarga dengan Gizi Kurang.
e. Memberikan gambaran mengenai evaluasi Keperawatan Keluarga dengan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada salah satu
anggota keluarga dengan Gizi Kurang.

D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dari segi keilmuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan
memberikan konstribusi untuk mengembangkan asuhan keperawatan pada
balita dengan Gizi Kurang.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
1) Meningkatkan keterampilan pada penulisan asuhan keperawatan
keluarga khususnya masalah Gizi Kurang.
2) Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang Gizi Kurang serta
penatalaksanaannya.
4

b. Bagi institusi pendidikan


Sebagai gambaran dan referensi tentang ilmu keperawatan keluarga dan
sebagai wacana serta pengetahuan tentang perkembangan ilmu
keperawatan keluarga mengenai Gizi Kurang.
c. Bagi Puskesmas
Sebagai contoh dan acuan dalam melakukan proses keperawatan keluarga
khususnya keluarga dengan masalah Gizi Kurang.

Anda mungkin juga menyukai