Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dimasa sekarang ini E-Commerce berkembang sangat pesat, semakin beragam

dan kompetitif, laju perkembangan sangat sulit diprediksi sehingga memiliki strategi

yang tepat adalah kunci bagi suatu perusahaan agar dapat terus bersaing dan bertahan.

Pertumbuhan transaksi jual beli online hingga tahun 2018 mencapai Rp 144 triliun

(Menurut kompas.com)

Dalam perkembangan tersebut, perindustrian di Indonesia harus dapat

menjawab tantangan tersebut dan mampu menjangkau perubahan sekitar yang berlaku

maupun nanti yang akan berlaku. Hal ini berlaku untuk seluruh sub sector industry

termasuk industry makanan di Indonesia. Industri makanan adalah salah satu industry

yang berkembangan pesat di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Berbagai jenis

makanan dengan tampilan menarik terus di produksi demi meningkatkan nilai estetika

dan daya tarik konsumen. Hal ini tentu saja dimaksudkan agar mendapat margin

keuntungan yang tinggi yang mana dalam pemasarannya pun tentu harus memenuhi

hal tersebut.

Untuk meningkatkan daya tarik konsumen peningkatan pendapatan, tentu

memerlukan strategi pemasaran yang baik dan mengikuti arus globalisasi atau

perkembangan zaman. Dalam arus globalisasi, jenis-jenis pemasaran sudah beragam.

Salah satu yang paling sering diperbincangkan adalah pemasaran secara online baik

melalui website tertentu atau melalui aplikasi tertentu.


Solusi pemanfaatan teknologi tepat guna adalah berbisnis dengan teknologi yang

dimiliki. Di dunia internet istilah “bisnis online” atau “technopreneur” saat ini

sangatlah tidak asing. Peluang-peluang positif yang menarik tersebar diberbagai

website di Internet. Internet membuat channel baru untuk komunikasi interaktif antara

konsumen, penjual, dan rekan bisnis lainnya. Hal ini memungkinkan perusahaan

berinteraksi dan bekerja sama secara terus menerus dalam pengembangan produk,

pemasaran, pengiriman, pelayanan, dan dukungan teknik.

E-Commerce belakangan ini digemari oleh kalangan produsen baik besar maupun

kecil serta penjual eceran umumnya. Hal ini karena promosi melalui media online

lebih mudah menjangkau konsumen dalam hal memperkenalkan atau menjual

produknya. E-Commerce mempermudah antara konsumen dan produsen dalam

melakukan transaksi.

Lifestyle atau gaya hidup personal ataupun kelompok merupakan sintesis dari

interaksi komunikasi baik verbal ataupun non verbal. Lifestyle seseorang bergulir

seiring dengan detak perubahan informasi yang terakses individu tanpa ada yang

dapat membatasi. Budaya dasar, keyakinan dan agama akan berperan sebagai

penyaring utama interaksi yang terjadi sebelum membentuk interpretasi. Masyarakat

perkotaan secara harfiah dipahami sebagai masyarakat yang berdomisili di wilayah

kota. Perkembangan informasi menuju perubahan sosial merupakan ciri yang melekat

pada sebuah kota. Cepatnya perkembangan informasi menjadikan masyarakat kota

terpola dengan budaya informasi yang berkembang. Suka atau tidak, sengaja atau

tidak informasi tetap bergulir dan menerpa individu maupun kelompok yang pada

akhirnya membangun perilaku dan budaya.


Keragaman gaya hidup dalam masyarakat perkotaan yang terlihat dihiasi juga dengan

adanya gaya hidup yang tampil sebagai wujud dari panggilan jiwa seseorang. Sebagai

hasil dari banyaknya melihat ketimpangan perilaku sosial terhadap lingkungan,

kerusakan dan ketidakteraturan lingkungan hidup yang sudah berdampak

membahayakan kehidupan. Semakin gencarnya propaganda konservasi lingkungan

dan kajian mendalam lainnya secara tidak sengaja membangun tekad beberapa

kelompok masyarakat perkotaan untuk menekuni kehidupan berwawasan lingkungan.

Kelompok masyarakat perkotaan yang memiliki gaya hidup berkelanjutan yang

diperoleh dari dorongan diri hampir dijumpai pada setiap kota yang ada dengan

kategori yang berbeda-beda. Informan penelitian ini memulai gaya hidup

berkelanjutan dari keluarga dengan membiasakan keluarganya dekat lingkungan

berperilaku dengan menghargai lingkungan. Pandangan dan gaya hidup informan ini

sangat menarik karena hampir tidak terpengaruh oleh “hingar bingar” kehidupan

modern. Hidup dengan pola-pola sederhana, hormat pada lingkungan, berusaha untuk

menciptakan kehidupan yang berwawasan lingkungan, dengan menanam pohon

mengajak anak menanam pohon dalam skala kecil, hemat dalam menggunakan energi,

senantiasa menanamkan nilai pada anak untuk lebih banyak berbuat untuk sesama

dari pada menuntut. Dijumpai juga kelompok masyarakat yang membangun jejaring

komunitas lingkungan dan melakukan tindakan preventif dengan cara mendidik anak-

anak akan pentingnya lingkungan hidup. Kelompok masyarakat yang mebentuk

komunitas dan melakukan tindakan preventif dengan berbagai cara mulai dari

mengembangkan pembelajaran luar sekolah dalam bentuk sekolah lingkungan,

kegiatan propaganda ingkungan hidup secara luas baik dengan menggunakan.


Ketika basis konservasi dan penghormatan terhadap lingkungan sudah

mendasari budaya maka hakikatnya proses pembelajaran lingkungan agar menjadi

gaya hidup tidak merupakan suatu hal yang sulit untuk diimplentasikan.

Berdasarkan survei yang dilakukan Paypal, 42% penjual yang melakukan

transaksi E-Commerce berumur 21-30 tahun. Usia ini merupakan yang terbesar

dibandingkan kelompok lainya. Selanjutnya, penjual berumur 31-40 tahun memiliki

proporsi 38%, dan 11% berusia 41 tahun ke atas. Dalam survei ini juga menunjukkan

menunjukkan, sekitar 9% penjual dalam transaksi digital bahkan berusia di bawah 20

tahun, masih berstatus pelajar dan mahasiswa. Survei ini dilakukan terhadap 4.000

konsumen dan 1.400 merchant di tujuh pasar (Tiongkok, India, Hong Kong,

Singapura, Indonesia, Thailand, dan Filipina). PayPal adalah pioner pembayaran

transaksi digital di dunia.

E-Commerce Indonesia Paling Diminati pada Triwulan IV 2018 Tokopedia

dan Bukalapak merupakan e-commerce dengan pengunjung terbanyak, lebih dari 100

juta per bulan pada triwulan IV 2018. Berdasarkan data iPrice, Tokopedia merupakan
situs perdagangan elektronik asal Indonesia yang paling diminati dengan 168 juta

pengunjung, mengalahkan jumlah kunjungan e-commerce lainnya. Jumlah

pengunjung e-commerce yang didirikan oleh Willian Tanuwijaya tersebut naik 9,35%

dari triwulan sebelumnya dan melonjak 45% dari triwulan yang sama tahun

sebelumnya. Adapun Bukalapak berada di urutan kedua dengan 116 juta pengunjung.

Seperti diketahui, kedua startup tersebut kini telah menjelma menjadi unicorn dengan

valuasi lebih dari US$ 1 miliar (Rp 14 triliun). Menurut Andrew, Head of Content

Marketing iPrice ada dua hal yang membuat Tokopedia makin diminati. Pertama,

kerja sama dengan OVO sehingga memberikan kemudahan bagi pengguna dalam

bertransaksi. Kedua, Tokopedia mendapat tambahan modal US$ 1,1 miliar dari

SoftBank pada akhir 2018

Apalagi saat ini orang-orang dengan usia produktif sangatlah erat hubungannya

dengan teknologi, juga gaya hidup dikota-kota besar maupun kota yang sedang

berkembang, membuat gaya hidup serba berorientasi kepada teknologi. Sebagai

pelaku usaha kuliner sangat merasakan dampak dari perkembangan e-commerce

tersebut. Setiap perusahaan yang berorientasi mencari laba harus dapat mengelola
perusahaan tersebut dengan seefektif dan seefisien mungkin sehingga dapat

meminimalisasikan kemungkinan terjadinya kerugian dan memaksimalisasikan

keuntungan yang dapat menunjang kemajuan dari kehidupan usaha tersebut dengan

mengikuti perkembangan zaman yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan yang telah penulis paparkan maka beberapa masalah yang dapat

dirumuskan sebagai berikut

 Apakah Perkembangan E-Commerce berpengaruh terhadap Peningkatan

Penjualan di The Cornelia’s Surabaya?

 Apakah Lifestyle berpengaruh terhadap Peningkatan Penjualan di The

Cornelia’s Surabaya?

 Apakah Perkembangan E-Commerce dan Lifestyle secara bersamaan

berpengaruh signifikan terhadap Peningkatan Penjualan di The Cornelia’s

Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian

 Untuk mengetahui seberapa besar Perkembangan E-Commerce berpengaruh

terhadap Peningkatan Penjualan di The Cornelia’s Surabaya

 Untuk mengetahui apakah Lifestyle berpengaruh Peningkatan Penjualan di

The Cornelia’s Surabaya

 Untuk mengetahui apakah Perkembangan E-Commerce dan Lifestyle secara

bersamaan akan berpengaruh terhadap Peningkatan Penjualan secara signifika


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis : Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah

pengetahuan dan untuk mengembangkan pengetahuan manajemen khususnya

konsentrasi pemasaran mengenai hubungan E-Commerce dan Lifestyle

1.4.2 Manfaat Praktis : Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi

The Cornelia’s Surabaya agar dapat mengevaluasi perkembangan E-Commerce agar

dapat meningkatkan penjualan lebih berlipat lagi dimasa mendatang


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Judul : Strategi Memanfaatkan E-Commerce Dalam Memasarkan

Makanan Khas Bangka (Studi Kasus : Aneka Citra Snack)

Nama Peneliti : Hilyah Magdalena dan Widya Ellyani

Universitas : STMIK Atma Luhur, Pangkalpinang

Metode Penelitian : Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

AHP untuk mementukan

faktor–faktor pendukung terbesar pemanfaatan E-Commerce dalam mendorong

penjualan UKM

di Bangka Belitung. AHP adalah metode pengambilan keputusan yang

dikembangkan oleh

Thomas L.Saaty, AHP mampu menganalisa multi kriteria faktor yang disusun

secara

hirarki[19]. Metode AHP memberikan bobot untuk tiap kriteria dan alternatif yang

telah disusun

secara hirarkis, selanjutnya bobot antar kriteria akan dibandingkan dengan skala

tertentu yang

disebut menjamin hasil perhitungan mempunyai konsistensi yang tinggi. Masih


menurut

Thomas L.Saaty, AHP adalah teori pengambilan keputusan yang berdasarkan

pada hasil

perbandingan berpasangan yang sumbernya berasal dari penilaian para pakar

untuk menemukan

skala prioritas sebuah pertimbangan keputusan

Hasil Penelitian : Dari hasil hirarki analitik faktor – faktor yang mendukung

keberhasilan pemanfaatan

E-Commerce pada UKM ternyata masih banyak kendala dalam penguasaan teknologi

informasi.

Dan usaha yang paling banyak dipilih adalah usaha produksi makanan khas Bangka

Belitung

yang umumnya memanfaatkan hasil laut sebagai bahan baku utama.

Setelah mendapatkan hasil analisa AHP, maka tahap kedua dari penelitian ini adalah

mendesain sistem informasi berbasis web untuk memperluas pangsa pasar dan

meningkatkan

volume penjualan UKM di Bangka Belitung.

Judul : PERAN E-COMMERCE TERHADAP PENJUALAN USAHA PADA

INDUSTRI PAKAIAN JADI DI PROVINSI BALI

Nama Peneliti : I Gusti Ngurah Adi Setyawan1

I Wayan Sukadana2

Made Detriasmita Saientisna

Universitas : Udayana Bali


Metode Penelitian : Teknik analisis data yang digunakan untuk memecahkan

permasalahan

dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi. Metode regresi yang digunakan

adalah Metode Instrumental Variabel (IV). Metode IV adalah suatu metode

Peran E-commerce Terhadap ....[I Gusti Ngurah Adi Setyawan, I Wayan

Sukadana]

2448

penelitian untuk mengatasi masalah seperti penelitian seperti endogenity dan

omitted variable. Didalam penelitian ini terdapat omitted variable atau variabel

yang terabaikan, omitted variabel tersebut adalah variabel wawasan bisnis.

Variabel ini dianggap sebagai variabel yang omitted oleh karena variabel ini

sangat sulit untuk didata secara tepat. Adapun persamaan regresi awal adalah

sebagai berikut:

Log (Y) = β0 + β1X1 + β2X2 + e ............................................................(1)

Keterangan: Y = Penjualan

X1 = E-commerce

X2 = Wawasan Bisnis (omitted variabel)

e = Error

Menurut Wooldridge (2016) Salah satu cara untuk mengatasi omitted

variable adalah dengan variabel instrumental yaitu dengan memindahkan omitted

variable ke error, dan menggunakan variabel instrumental. Dalam penelitian ini,

calon variabel instrumental adalah tingkat pendidikan. syarat IV dalam penelitian

ini yang pertama adalah tingkat pendidikan tidak berkorelasi dengan wawasan
bisnis.

Hasil Penelitian : Implikasi hasil penelitian ini menekankan pada manfaat dari

hasil penelitian

yang dapat dijadikan sebagai strategi untuk menciptakan kesempatan untuk

mengembangkan usaha menjadi lebih baik dan pemasaran yang lebih luas pada

industri pakaian jadi di Provinsi Bali. Beberapa implikasi dari hasil penelitian ini

pertama, penggunaan e-commerce berpengaruh terhadap penjualan. dalam

penelitian ini pengusaha yang menggunakan e-commerce mempunyai nilai

penjualan 258 persen lebih besar dibandingkan dengan pengusaha yang tidak

menggunkan e-commerce. Pengusaha pada industri pakaian jadi di Provinsi Bali

masih banyak yang belum menggunakan e-commerce, sebagian besar dikarenakan

masih tidak menguasai internet. Jika pengusaha mampu menggunakan ecommerce

maka usaha yang dijalani akan semakin banyak diketahui masyarakat

secara online dan akan berdampak kepada penjualan usaha tersebut.

Judul : PENGARUH SHOPPING LIFE STYLE DAN FASHION

INVOLVEMENT TERHADAP IMPULSE BUYING BEHAVIOR

MASYARAKAT HIGH INCOME SURABAYA

Nama Peneliti : Edwin Japarianto dan Sugiono Sugiharto

Universitas : Kristen Petra Surabaya

Metode Penelitian : Metode pengumpulan data ialah teknik atau


cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu kata

yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda,

tetapi hanya dapat dilihatkan penggunaannya melalui

angket, wawancara, pengamatan, uji tes, dokumentasi, dan lainnya. Dalam penelitian ini,

metode

pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

angket. Instrumen yang digunakan adalah questionnaire.

Judul : PENGARUH BIAYA PROMOSI TERHADAP PENINGKATAN

PENJUALAN MEBEL JATI “AMIR” DI PALEMBANG

Nama Peneliti : Hj. Azizah Karim

Universitas : STIE Aprin Palembang

Metode Penelitian : Indentifikasi Variabel Berdasarkan permasalahan yang telah

dirumuskan, maka variable-variabel yang akan dianalisis adalah sebagai berikut:

1. Variabel tergantung atau dependent variable (Y) yaitu penjualan 2. Variabel

bebas atau independent variable (X) yaitu biaya promosi Jenis dan sumber data

Data yang dilakukan dalam penelitian ini dapat digolongkan menjadi dua jenis,

yaitu: a. Data Primer Yaitu penelitian yang dilakukan langsung ke lapangan,

wawancara dengan pimpinan perusahaan serta karyawan . b. Data Sekunder Yaitu

dengan mempelajari buku-buku yang erat kaitannya dengan masalah yang dibahas

serta literatur - literatur lainnya.

Hasil Penelitian : yang diukur dengan promosi ditemukan nilai signifikansi (sig) sebesar
0,000 sedangkan tingkat kesalahan yang ditoleransi adalah sebesar 0,01 berarti nilai

signifikansi atau probabilitas yang diperoleh di bawah nilai kesalahan yang ditoleransi.

Maka keputusannya Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

biaya promosi berpengaruh signifikan terhadap pen ingkatan penjualan.

Judul : PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP NIAT PEMBELIAN

SEPEDA

MOTOR SPORT HONDA YANG DIMEDIASI OLEH SIKAP

Nama Peneliti : I Made Widya Suraputra 1

I Gede Ketut Warmika

Universitas : Udayana Bali

Metode Penelitian : Kuisioner

Hasil Penelitian : Hasil uji parsial menunjukan bahwa gaya hidup berpengaruh

positif dan

signifikan secara tidak langsung terhadap niat pembelian melalui sikap konsumen

pada sepeda motor sport Honda di Kota Denpasar. Hasil ini menunjukkan bahwa

variabel sikap konsumen secara signifikan memediasi pengaruh gaya hidup

terhadap niat pembelian serta hasil ini mendukung hipotesis ke-4. Hasil ini selaras

dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Tong et al. (2015), bahwa sikap dapat

memediasi secara positif dan signifikan hubungan antara gaya hidup terhadap niat

pembelian produk hijau dan halal di Malaysia. Penelitian lainnya dilaksanakan

oleh Qing et al. (2012), menyatakan bahwa niat pembelian konsumen terhadap

buah segar di China dipengaruhi oleh kelompok-kelompok gaya hidup dan peran
sikap dalam memediasi juga memberikan pengaruh positif terhadap niat beli

konsumen untuk buah segar di China. Semakin besar peran gaya hidup seseorang

maka niat pembeliannya akan semakin tinggi, dengan adanya mediasi dari sikap

konsumen hal tersebut dapat memberikan dorongan terhadap konsumen untuk

lebih memperkuat dalam melakukan keputusan pembelian

2.2 Landasan Teori

2.2.1 E-Commerce

2.2.1.1 E-Commerce Definition

Menurut Kalakota dan Whinston pengertian E-commerce adalah aktivitas

belanja online dengan menggunakan jaringan internet serta cara transaksinya

melalui transfer uang secara digital.

Keduanya meninjau pengertian E-Commerce dari empat perspektif, yaitu:

Perspektif Komunikasi; Pengertian E-Commerce adalah sebuah proses

pengiriman barang, layanan, informasi, atau pembayaran melalui jaringan

komputer ataupun peralatan elektronik lainnya.

Perspektif Proses Bisnis; Defenisi E-Commerce adalah aplikasi dari sebuah

teknologi menuju otomatisasi dari transaksi bisnis dan aliran kerja.


Perspektif Layanan; E-Commerce adalah alat yang dapat memenuhi

keinginan perusahaan, manajemen, dan konsumen untuk mengurangi biaya

layanan (service cost) ketika meningkatkan kualitas barang dan meningkatkan

kecepatan layanan pengiriman.

Perspektif Online; E-Commerce menyediakan kemudahan untuk menjual dan

membeli produk serta informasi melalui layanan internet maupun sarana

online yang lainnya

2.2.1.2 Jenis-Jenis E-commerce

Ada beberapa jenis transaksi di dalam e-commerce ini, antara lain bisnis

ke bisnis, bisnis ke konsumen, konsumen ke konsumen atau konsumen ke

bisnis. Karena itu, istilah e-commerce dan e-business selalu dikaitkan.

1. E-Commerce Business to Business (B2B)

Transaksi e-commerce ini dilakukan oleh dua belah pihak yang sama-sama

memiliki kepentingan bisnis. Dua belah pihak ini saling mengerti dan

mengetahui bisnis yang dijalankan.

Umumnya bisnis tersebut dilaksanakan secara berkesinambungan, atau secara

sederhana berlangganan. Contoh sederhana dari B2B ini yaitu produsen dan
suplier yang saling bertransaksi secara online baik untuk konsultasi kebutuhan

barang, hingga proses pembayarannya.

2. E-commerce Business to Consumer (B2C)

Business to consumer dilakukan oleh pelaku bisnis dan konsumen. Transaksi

e-commerce ini terjadi layaknya jual-beli biasa. Konsumen mendapatkan

penawaran produk dan melakukan pembelian secara online.

3. E-commerce C2C (Konsumen Ke Konsumen)

Untuk C2C, traksaksi dilakukan oleh konsumen ke konsumen. Kalau Anda

sering menggunakan Tokopedia, Bukalapak, OLXdan sejenisnya, maka inilah

yang dinamakan B2C e-commerce.

Transaksi jual beli di lakukan secara online melalui marketplace. Jadi C2C

disini menjadi perantara antara penjual dan pembeli.

4. Consumen to Busines (C2B)

C2B adalah kebalikan B2C yang mana konsumen terakhir bertindak sebagai

penjual dan perusahaan bertindak sebagai pembeli.

5. Media atau Aplikasi E-commerce

Seperti yang dijelaskan dalam pengertian e-commerce diatas, transaksi bisnis

ini bergantung pada sejumlah aplikasi dan media online (baca: pengertian
media online) lainnya, misalnya katalog, email, shopping carts, eb service,

EDI dan file transfer protocol. Hal ini tentunya melibatkan kegiatan B2B

(business to business).

2.2.1.3 Dampak Positif dan Negatif E-commerce

E-commerce memberikan keuntungan tersendiri bagi mereka yang

memanfaatkannya. Namun, di sisi lain ternyata e-commerce juga punya

dampak negatif.

Dampak Positif E-commerce

Munculnya aliran penghasilan baru yang mungkin lebih menjanjikan yang

tidak ada pada sistem jual-beli dengan cara tradisional

E-commerce memberikan peluang untuk meningkatkan market exposure

Berpotensi untuk memperluas jangkauan secara global (global reach)

Kesempatan untuk mengurangi biaya operasional (operating cost)

Kemudahan dalam membangun dan meningkatkan customer loyality

Meningkatkan mata rantai pendapatan (value chain)

Membantu mempersingkat waktu produksi

Dapat meningkatkan supplier management

Dampak Negatif E-commerce

Potensi terjadinya penipuan dimana seseorang kehilangan dari segi finansial

karena kecurangan pihak lain.


Kemungkinan terjadinya pencurian data dan informasi rahasia dan berharga

yang dapat mengakibatkan kerugian besar kepada korban

Potensi terjadinya kehilangan kesempatan bisnis atau kerugian pelanggan

yang diakibatkan oleh gangguan sistem, misalnya human error dan gangguan

listrik tiba-tiba.

Kemungkinan terjadinya akses yang dilakukan orang lain tanpa autorisasi,

misalnya hacker yang membobol sistem perbankan.

Kampanye negatif via internet yang dilakukan kompetitor yang dapat

berakibat buruk bagi sebuah bisnis

Potensi kerugian yang bisa terjadi akibat kesalahan manusia baik itu sengaja

atau tidak sengaja, dan juga kerusakan sistem elektronik

2.2.2 Lifestyle

Gaya hidup menurut Kotler (2002, p. 192) adalah pola hidup seseorang di

dunia yang iekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup

menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan

lingkungannya. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam

beraksi dan berinteraksi di dunia. Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya

hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas),

apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang

orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). Gaya hidup adalah

perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya

yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya.


Plummer (1983) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan

oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka

anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan

tentang dunia sekitarnya. Adler (dalam Hall & Lindzey, 1985) menyatakan bahwa

gaya hidup adalah hal yang paling berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang

dalam hubungannya dengan 3 hal utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan,

persahabatan, dan cinta sedangkan Sarwono (1989) menyatakan bahwa salah satu

faktor yang mempengaruhi gaya hidup adalah konsep diri.Gaya

hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan

lingkungannya (Kottler dalam Sakinah,2002). Menurut Susanto (dalam

Nugrahani,2003) gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan

harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma

yang berlaku. Oleh karena itu banyak diketahui macam gaya hidup yang

berkembang di masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup

metropolis, gaya hidup global dan lain sebagainya.

Menurut Lisnawati (2001) gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku

sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisikfisik, mental dan

social berada dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur,

makan, pengendalian berat badan, tidak merokok atau minum-minuman

beralkohol, berolahraga secara teratur dan terampil dalam mengelola stres yang

dialami. Sejalan dengan pendapat Lisnawati, Notoatmojo (2005) menyebutkan

bahwa perilaku sehat (healthy behavior) adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-

kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan


kesehatan. Untuk mencapai gaya hidup yang sehat diperlukan pertahanan yang

baik dengan menghindari kelebihan dan kekurangan yang menyebabkan

ketidakseimbangan yang menurunkan kekebalan dan semua yang mendatangkan

penyakit (Hardinger dan Shryock, 2001).

Jadi pada kesimpulannya, gaya hidup adalah suatu pola atau cara individu

mengekspresikan atau mengaktualisasikan, cita-cita, kebiasaan / hobby, opini, dsb

dengan lingkungannya melalui cara yang unik, yang menyimbolkan status dan

peranan individu bagi linkungannya. Gaya hidup dapat dijadikan jendela dari

kepribadian masing-masing invidu.Setiap individu berhak dan bebas memilih

gaya hidup mana yang dijalaninya, baik itu gaya hidup mewah (glamour), gaya

hidup hedonis, gaya hidup punk, gaya hidup sehat, gaya hidup sederhana, dsb.

2.2.2.1 Bentuk-bentuk Gaya Hidup

Menurut Chaney (dalam Idi Subandy,1997) ada beberapa bentuk gaya hidup,

antara lain : :

a. Industri Gaya Hidup

Dalam abad gaya hidup, penampilan-diri itu justru mengalami estetisisasi,

“estetisisasi kehidupan sehari-hari” dan bahkan tubuh/diri (body/self) pun justru

mengalami estetisisasi tubuh. Tubuh/diri dan kehidupan sehari-hari pun menjadi

sebuah proyek, benih penyemaian gaya hidup. “Kamu bergaya maka kamu ada!”

adalah ungkapan yang mungkin cocok untuk melukiskan kegandrungan manusia

modern akan gaya. Itulah sebabnya industri gaya hidup untuk sebagian besar

adalah industri penampilan.


b. Iklan Gaya Hidup

Dalam masyarakat mutakhir, berbagai perusahaan (korporasi), para politisi,

individu-individu semuanya terobsesi dengan citra. Di dalam era globalisasi

informasi seperti sekarang ini, yang berperan besar dalam membentuk budaya

citra (image culture) dan budaya cita rasa (taste culture) adalah gempuran iklan

yang menawarkan gaya visual yang kadang-kadang mempesona dan memabukkan.

Iklan merepresentasikan gaya hidup dengan menanamkan secara halus (subtle)

arti pentingnya citra diri untuk tampil di muka publik. Iklan juga perlahan tapi

pasti mempengaruhi pilihan cita rasa yang kita buat.

c. Public Relations dan Journalisme Gaya Hidup

Pemikiran mutakhir dalam dunia promosi sampai pada kesimpulan bahwa dalam

budaya berbasis-selebriti (celebrity based-culture), para selebriti membantu dalam

pembentukan identitas dari para konsumen kontemporer. Dalam budaya

konsumen, identitas menjadi suatu sandaran “aksesori fashion”. Wajah generasi

baru yang dikenal sebagai anak-anak E-Generation, menjadi seperti sekarang ini

dianggap terbentuk melalui identitas yang diilhami selebriti (celebrity-inspired

identity)-cara mereka berselancar di dunia maya (Internet), cara mereka gonta-

ganti busana untuk jalan-jalan. Ini berarti bahwa selebriti dan citra mereka

digunakan momen demi momen untuk membantu konsumen dalam parade

identitas.

d.Gaya hidup mandiri

Kemandirian adalah mampu hidup tanpa bergantung mutlak kepada sesuatu yang
lain. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengenali kelebihan dan

kekurangan diri sendiri, serta berstrategi dengan kelebihan dan kekurangan

tersebut untuk mencapai tujuan. Nalar adalah alat untuk menyusun strategi.

Bertanggung jawab maksudnya melakukan perubahan secara sadar dan

memahami betuk setiap resiko yang akan terjadi serta siap menanggung resiko

dan dengan kedisiplinan akan terbentuk gaya hidup yang mandiri. Dengan gaya

hidup mandiri, budaya konsumerisme tidak lagi memenjarakan manusia. Manusia

akan bebas dan merdeka untuk menentukan pilihannya secara bertanggung jawab,

serta menimbulkan inovasi-inovasi yang kreatif untuk menunjang kemandirian

tersebut.

e. Gaya Hidup Hedonis

Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk mencari

kesenangan , seperti lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah, lebih

banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang mahal

yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk dari suatu gaya hidup dapat

berupa gaya hidup dari suatu penampilan, melalui media iklan, modeling dari artis

yang di idola kan, gaya hidup yang hanya mengejar kenikmatan semata sampai

dengan gaya hidup mandiri yang menuntut penalaran dan tanggung jawab dalam

pola perilakunya.

2.2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup


Menurut pendapat Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) gaya hidup

seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti

kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan

jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan

kegiatan-kegiatan tersebut.Lebih lanjut Amstrong (dalam Nugraheni, 2003)

menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2

faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang

berasal dari luar (eksternal).

Faktor internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep diri,

motif, dan persepsi (Nugraheni, 2003) dengan penjelasannya sebagai berikut :

a.Sikap. Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan

untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui

pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa

tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan

sosialnya.

b.Pengalaman dan pengamatan. Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan

sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya

dimasa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh

pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan

terhadap suatu objek.


c.Kepribadian. Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara

berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.

d.Konsep diri. Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep

diri. Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk

menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan image merek.

Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap

suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan

perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri

merupakan frame of reference yang menjadi awal perilaku.

e. Motif. Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa

aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif.

Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan

membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.

f. Persepsi. Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan

menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti

mengenai dunia.

Adapun faktor eksternal dijelaskan oleh Nugraheni (2003) sebagai berikut :

a. Kelompok referensi. Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan

pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang.

Kelompok yang memberikan pengaruh langsung adalah kelompok dimana

individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan

kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana


individu tidak menjadi anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh

tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu.

b. Keluarga. Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam

pembentukan sikap dan perilaku individu.Hal ini karena pola asuh orang tua akan

membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola

hidupnya.

c. Kelas sosial. Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan

bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan

jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan

tingkah laku yang sama. Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian

kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial

artinya tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta

kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha

yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan merupakan aspek yang

dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak dan kewajibannya

sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan.

d. Kebudayaan. Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,

moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu

sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang

dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir,

merasakan dan bertindak.


Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi gaya hidup berasal dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal).

Faktor internal meliputi sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep

diri, motif , dan persepsi. Adapun faktor eksternal meliputi kelompok referensi,

keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan.

Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerjaan

yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup adalah pola

hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya.

Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi

dengan lingkungannya. Pemasar mencari hubungan antara produknya dengan

kelompok gaya hidup konsumen. Contohnya, perusahaan penghasil komputer

mungkin menemukan bahwa sebagian besar pembeli komputer berorientasi pada

pencapaian prestasi. Dengan demikian, pemasar dapat dengan lebih jelas

mengarahkan mereknya ke gaya hidup orang yang berprestasi.

Terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga

gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata

orang lain, berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk

merefleksikan image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat

berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya.

2.2.2.3 Gaya Hidup AIO (Activity, Interest, Opinion)


Psikografik (Psychographic) adalah ilmu tentang pengukuran dan

pengelompokkan gaya hidup konsumen (Kotler, 2002, p. 193). Sedangkan

psikografik menurut Sumarwan (2003, p. 58), adalah suatu instrumen untuk

mengukur gaya hidup, yang memberikan pengukuran kuantitatif dan bisa dipakai

untuk menganalisis data yang sangat besar. Analisis psikografik biasanya dipakai

untuk melihat segmen pasar. Analisis psikografik sering juga diartikan sebagai

suatu riset konsumen yang menggambarkan segmen konsumen dalam hal

kehidupan, pekerjaan dan aktivitas lainnya. Psikografik berarti menggambarkan

(graph) psikologis konsumen (psyco).

Psikografik adalah pengukuran kuantitatifgaya hidup, kepribadian dan demografik

konsumen. Psikografik sering diartikan

sebagai pengukuran AIO (activity, interest, opinions), yaitu pengukuran kegiatan,

minat dan pendapat konsumen. Psikografik memuat beberapa pernyataan yang

menggambarkan kegiatan, minat dan pendapat konsumen. Pendekatan psikografik

sering dipakai produsen dalam mempromosikan produknya, seperti yang

dinyatakan oleh Kotler bahwa psikografik senantiasa menjadi metodologi yang

valid dan bernilai bagi banyak pemasar (2002, p. 193). Solomon dalam Sumarwan

(2003, p. 59) menjelaskan studi psikografik dalam beberapa bentuk seperti

diuraikan berikut :

1. Profil gaya hidup (a lifestyle profile), yang menganalisis beberapa karakteristik

yang membedakan antara pemakai dan bukan pemakai suatu produk.


2. Profil produk spesifik (a product-specific profile) yang mengidentifikasi

kelompok sasaran kemudian membuat profil konsumen tersebut berdasarkan

dimensi produk yang relevan.

3. Studi yang menggunakan kepribadian ciri sebagai faktor yang menjelaskan,

menganalisis kaitan beberapa variabel dengan kepribadian ciri, misalnya

kepribadian ciri yang mana yang sangat terkait dengan konsumen yang sangat

memperhatikan masalah lingkungan.

4. Segmentasi gaya hidup (a general lifestyle segmentation), membuat

pengelompokkan responden berdasarkan kesamaan preferensinya.

5. Segmentasi produk spesifik, adalah studi yang mengelompokkan konsumen

berdasarkan kesamaan produk yang dikonsumsinya.

2.2.3 Penjualan

2.2.3.1 Pengertian Penjualan

Penjualan merupakan salah satu fungsi pemasaran yang sangat penting dan

menentukan bagi perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu

memperoleh laba untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Sebenarnya

pengertian penjualan sangat luas, beberapa para ahli mengemukakan tentang

definisi penjualan antara lain : Menurut Moekijat (2000:488) menyatakan bahwa:

“Selling : melakukan penjualan adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk


mencari pembeli, mempengaruhi dan memberikan petunjuk agar pembeli dapat

menyesuaikan kebutuhannya dengan produk yang ditawarkan serta mengadakan

perjanjian mengenai harga yang menguntungkan bagi kedua belah pihak”

Menurut Basu Swastha (1998:8), adalah “Menjual adalah ilmu dan seni

mempengaruhi pribadi yang dilakukan oleh penjual, untuk mengajak orang lain

bersedia membeli barang atau jasa yang ditawarkan” Menurut Philip Kotler

(2000:8) pengertian penjualan adalah: ”Penjualan adalah proses sosial manajerial

dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

inginkan, menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai

dengan pihak lain” Menurut Kusnadi (2000:19) yang menjelaskan bahwa

“Penjualan (sales) adalah sejumlah uang yang dibebankan kepada pembeli atas

barang atau jasa yang dijual”.

Menurut Soemarso (1995:253) menyatakan bahwa “Penjualan bersih (net

sales) adalah penjualan dikurangi dengan pengembalian, pengurangan harga biaya

transpor yang dibayar untuk langganan dan potongan penjualan yang diambil”.

2.2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penjualan Dalam

praktek, kegiatan penjualan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Kondisi dan Kemampuan Penjual Disini penjual harus dapat

meyakinkan pembeli agar berhasil mencapai sasaran penjualan yang diharapkan

untuk maksud tertentu


2. Kondisi Pasar Hal yang harus diperhatikan pada kondisi pasar antara

lain: a. Jenis pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar pemerintah

atau pasar Internasional

b. Kelompok pembeli dan segmen pasarnya

c. Daya beli

d. Frekuensi pembeliannya

e. Keinginan dan kebutuhan

3.Modal : Kemampuan membeli bahan mentah untuk dapat memenuhi

target penjualan.

4. Kondisi Organisasi Perusahaan Pada perusahaan besar, biasanya

masalah penjualan ditangani oleh bagian penjualan. Lain halnya dengan

perusahaan kecil, dimana masalah penjualan ditangani oleh orang yang juga

melakukan fungsi-fungsi lain

2.2.3.3 Volume Penjualan

Pengertian Volume Penjualan Dari penjelasan mengenai penjualan,

penjualan selalu dihubungkan dengan istilah volume penjualan. Volume penjualan

merupakan salah satu bentuk baku dari kinerja perusahaan. Berhasil tidaknya

suatu perusahaan dapat dilihat dari kondisi volume penjualan secara keseluruhan.
Volume penjualan disini juga sebagai salah satu bentuk kinerja perusahaan dalam

menjalankan kegiatan usahanya, tujuan utama dari perusahaan adalah untuk

memperoleh keuntungan. Salah satunya ialah dengan meningkatkan volume

penjualan yang dihasilkan oleh perusahaan. Volume penjualan menurut pendapat

yang dikemukakan oleh John Downes dan Jordan Elliot Goodman yang dikutip

oleh Susanto Budidharmo (2000:646), yaitu : “Volume penjualan adalah total

penjualan yang didapat dari komoditas yang diperdagangkan dalam suatu masa

tertentu”. Menurut Winardi (2001:359), Menurut Philip Kotler yang dikutip

Swastha dan Irawan (2003:404), menyimpulkan bahwa ada beberapa indikator

dari volume penjualan adalah sebagai berikut: 1. Mencapai Volume Penjualan

Volume penjualan menurut Kotler (2008: 179) menyebutkan bahwa menunjukkan

jumlah barang yang dijual dalam jangka waktu tertentu. Menurut Basu Swasta

(2002: 403) penjualan adalah interaksi antara individu yang saling bertemu muka

yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, atau mempertahankan

hubungan pertukaran sehingga menguntungkan bagi pihak lain. Perusahaan harus

memperhatikan bauran pemasaran dan memiliki strategi pemasaran yang baik

untuk memasarkan produknya untuk mencapai penjualan yang tinggi.

Kemampuan perusahaan dalam menjual produknya menentukan keberhasilan

dalam mencari keuntungan, apabila perusahaan tidak mampu menjual maka

perusahaan akan mengalami kerugian. 2. Mendapatkan Laba Menurut pendapat

yang dikemukakan oleh J Wild, KR Subramanyan (2003:407), bahwa : “Laba

merupakan selisih pendapatan dan keuntungan setelah dikurangi beban dan

kerugian. Laba merupakan salah satu pengukuran aktivitas operasi dan dihitung
berdasarkan atas dasar akuntansi akural”. Menurut pendapat yang dikemukakan

oleh Hendrikson yang diterjemahkan oleh Suwarjono (2000:242), bahwa : “Laba

adalah selisih dari pendapatan dan biaya, dimana jumah pendapatan lebih besar

dari pada biaya”. Sedangkan Pengertian laba usaha menurut pendapat yang

dikemukakan oleh Soemarso S.R (2002:227), menyatakan bahwa : “Laba usaha

adalah laba yang diperoleh semata-mata dari kegiatan utama perusahaan”.

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para

investor untuk menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya

tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para investor menarik

dananya. 3. Menunjang Pertumbuhan Perusahaan. Kallapur dan Trombley

(2001:58) menjelaskan bahwa pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan

perusahaan untuk meningkatkan ukuran perusahaan melalui peningkatan aktiva.

Kemampuan perusahaan untuk menjual produknya akan meningkatkan volume

penjualan bagi perusahaan yang dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan

untuk menunjang pertumbuhan perusahaan dan perusahaan akan tetap bertahan di

tengah persaingan yang semakin ketat antar perusahaan. 2.5.3 Usaha Untuk

Meningkatkan Volume Penjualan Menurut Kotler (2006) usaha untuk

meningkatkan volume penjualan adalah sebagai berikut:

a. Menjajakan produk dengan sedemikian rupa sehingga konsumen

melihatnya

b. Menempatkan dan pengaturan yang teratur sehingga produk tersebut

akan menarik perhatian konsumen


c. Mengadakan analisa pasar

d. Menentukan calon pembeli atau konsumen yang potensial

e. Mengadakan pameran

f. Mengadakan discount atau potongan harga

2.3 Kerangka Konseptual

Perkembangan
E-Commerce
Peningkatan
Penjualan

Lifestyle

2.4 Hipotesis
Dari penelitian dengan judul Pengaruh Perkembangan E-Commerce dan
Lifestyle terhadap Peningkatan Penjualan Restoran The Cornelia’s Surabaya maka,
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Perkembangan E-Commerce (X1) berpengaruh positif terhadap Peningkatan
Penjualan Restoran The Cornelia’s
2. Lifestyle (X2) berpengaruh positif terhadap Peningkatan Penjualan Restoran
The Cornelia’s
3. Perkembangan E-Commerce (X1) dan Lifestyle (X2) secara simultan
berpengaruh positif terhadap Peningkatan Penjualan Restoran The Cornelia’s
2.4.1 Hipotesis Operasional
1. Ho : Variabel X1 (Perkembangan E-Commerce) dan X2 (Lifestyle) tidak
berpengaruh terhadap Y (Peningkatan Penjualan)
2. Ha : Variabel X1 (Perkembangan E-Commerce) dan X2 (Lifestyle)
berpengaruh terhadap Y (Peningkatan Penjualan)
3. Ho : Variabel X1 (Perkembangan E-Commerce) dan X2 (Lifestyle) secara
parsial tidak berpengaruh terhadap Y (Peningkatan Penjualan)
4. Ha : Variabel X1 (Perkembangan E-Commerce) dan X2 (Lifestyle) secara
parsial berpengaruh terhadap Y
DAFTAR PUSTAKA

Danang Sunyoto. 2013. Dasar-dasar Manajemen Pemasaran.Yogyakarta

Ervin Reynaldi. (2013). Pengaruh Biaya Promosi dan Harga Jual Terhadap

Volume Penjualan.,PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.diakses 21 Mei 2014).

Ericson Damanik. (2013). Pengertian Volume PenjualanPT. Indeks Kelompok

Gramedia, Jakarta.(diakses 12 Juni 2014).

Hakim Simanjuntak. (2013). Faktorfaktor yang Mempengaruhi Volume

Penjualan.PT. Indeks Kelompok Gramedia

Damodar N.Gujarati, Dawn C. Porter. Dasar-dasar Ekonometrika (Jilid 1)

(Jilid 3) (2003), Jakarta :PT. Indeks Kelompok Gramedia.

http://mahasiswa.dinus.ac.id/docs/skripsi/jurnal/14496.pdf

Anda mungkin juga menyukai