2019
0
DAFTAR ISI
4.1 Kondisi Saat Ini tentang Sistem Tenaga Listrik di Nusa Tenggara
Timur (NTT) .......................................................................................... 37
2
DAFTAR GAMBAR
3
DAFTAR TABEL
4
BAB I. PENDAHULUAN
5
Kawasan di luar Jawa memiliki rasio elektrifikasi sekitar 95%. Angka ini
relatif lebih rendah dibandingkan rasio elektrifikasi di wilayah Jawa yang
mencapai rata-rata 99% khususnya Provinsi Papua (81.66%) dan Nusa
Tenggara Timur (61,21%) (lihat Gambar 1.1). Pertumbuhan akses listrik
untuk Nusa Tenggara Timur adalah yang paling rendah di Indonesia.
Dimana Papua bertumbuh sekitar 20% dalam kurun waktu 1 tahun (61,21%
pada 2017- 81,66% pada 2018), sedangkan Nusa Tenggara Timur hanya
memiliki tingkat pertumbuhan kurang dari 1%.
6
1.2 Energi Baru Terbarukan
Energi baru terbarukan adalah energi yang berasal dan dihasilkan dari
proses alam yang berkelanjutan. Sumber daya alami yang dapat digunakan
untuk membangkitkan energi baru terbarukan antara lain, panas bumi,
angin, bionergi, aliran dan terjunan air, gerakan perbedaan suhu lapisan
laut, serta sinar matahari.
Dilihat dari laporan yang dibuat oleh ASEAN Centre for Energy ini,
Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan sumber daya
energi yang beraneka ragam dan melimpah. Potensi EBT yang dimiliki oleh
Indonesia adalah
7
Gambar 1.0.1 Potensi Energi Terbarukan di ASEAN
(ASEAN Centre for Energy, 2016)
Sayangnya eksplorasi dan eksploitasi energi terbarukan saat ini relatif jauh
lebih kecil dibanding dengan masifnya pengggunaan energi fosil yang tak
terbarukan. Padahal ekonomi Indonesia tahun 2018 tumbuh 5,17% lebih
tinggi dibanding capaian tahun 2017 sebesar 5,07% (BPS, 2018),
kebutuhan energi tetap tinggi. Di antara tarik menarik meningkatnya
kebutuhan energi dan upaya menurunkan emisi, energi terbarukan bisa
menjadi alternative bagi persoalan tersebut. Lebih dari itu, pengelolaan
energi terbarukan relatif sesuai dengan sumber daya alam dan kondisi
geografis ketika diterapkan dengan skala dan kesesuaian lingkungan
spesifik beragam daerah di Indonesia.
8
1.3 Gambaran Umum Kondisi Sektor Energi Provinsi NTT
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki pulau sebanyak 1.192 dan
baru 432 pulau yang memiliki nama, sementara jumlah pulau yang
berpenghuni sebanyak 44 (BPS, 2018). Provinsi NTT memiliki 20
kabupaten dan satu kota yang terletak di tujuh pulau besar, yaitu Pulau
Sumba, Pulau Timor, Pulau Flores, Pulau Alor, Pulau Lembata, Pulau Rote,
dan Pulau Sabu (BPS, 2018). Kondisi Provinsi NTT yang bersifat kepulauan
memberikan tantangan tersendiri dalam hal penyediaan pasokan listrik bagi
masyarakat. Dapat dipastikan pola akses yang bersifat of grid dengan
sumber energi terbarukan akan banyak dikembangkan, khususnya untuk
menyediakan pasokan listrik di pulau-pulau kecil. Laju pertumbuhan
penduduk dan pertumbuhan ekonomi telah mendorong peningkatan
permintaan energi di NTT.
Selama kurun waktu 2009 hingga 2013, jumlah penduduk NTT bertambah
rata-rata 1,800 dan diperkirakan akan terus meningkat. Pada 2009, jumlah
penduduk NTT sekitar 4,6 juta jiwa, sementara pada 2013 jumlahnya
meningkat menjadi sekitar 4,9 juta jiwa (BPS, 2018). Berdasarkan
perhitungan Kebijakan Energi Nasional (KEN), kebutuhan energi di NTT
diperkirakan jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan jumlah
penduduknya. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin besar
konsumsi energi yang dibutuhkan. Saat ini, tingkat konsumsi energi per
kapita Provinsi NTT berada di bawah rata-rata konsumsi energi nasional.
Oleh karena itu, pembangunan sektor energi di NTT menjadi hal yang
mendesak.
9
1.4 Potensi Energi Provinsi NTT
Di sisi lain, batu bara merupakan salah satu sumber energi yang terdapat di
NTT. Terkait batu bara, Pemerintah Provinsi NTT telah mengeluarkan
Perda No. 8 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pertambangan Batu Bara
dan Mineral (Provinsi NTT, 2010). Perda tersebut memperjelas berbagai
aspek terkait ruang lingkup pengelolaan, kewenangan, penggolongan
bahan tambang, perencanaan wilayah pertambangan, pengusulan wilayah
pertambangan, perubahan wilayah pertambangan, dan berbagai aspek
10
teknis lainnya. Saat ini, PLN NTT masih mengandalkan pasokan dari PLTU
(Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang ada di Ende 2 X 7 MW dan PLTU 2
yang ada di Kupang sebesar 2 X 165 MW.
Potensi sumber daya surya di NTT sangat besar karena intensitas dan
lama penyinaran sekitar delapan bulan dengan intensitas per hari
diperkirakan mencapai 5,1 kWh/mz. Potensi ini sangat besar dan dapat
memenuhi seluruh kebutuhan energi listrik masyarakat NTT (Likadja, 2014).
Tenaga surya bisa dimanfaatkan untuk menambah kapasitas pembangkit
bertenaga diesel saat beban puncak. Pembangunan pembangkit listrik
tenaga surya sendiri telah ada dalam rencana Pemda NTT. Pada 2016,
pemerintah akan membangun PLTS 1x400 kW di Kabupaten Sumba Barat
Daya, PLTS 1x300 kW di Kabupaten Sumba Timur, PLTS 1x75 kW dan
1x50 kW di Kabupaten Rote Ndao, PLTS 1x75 kW di Kabupaten Manggarai
Barat, serta PLTS dengan total kapasi sebesar 330 kW di Kabupaten Alor
(ESDM, 2018). Pengembangan pembangkit listrik bertenaga surya
merupakan satu alternatif untuk mempercepat peningkatan rasio
elektrifikasi di NTT.
12
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
13
2.2 Solar Photovoltaic (PV)
Beberapa negara di dunia saat ini sangat bergantung pada batu bara,
minyak, dan gas alam sebagai sumber energi. Bahan bakar fosil tidak dapat
diperbarui, karena jumlahnya terbatas maka dapat berdampak pada faktor
ekonomi dan lingkungan. Menurut EIA, energi terbarukan merupakan
energi yang diproduksi dari sumber yang tidak akan habis. Dalam hal ini
mereka tidak akan habis namun jumlah energi yang tersedia terbatas per
unit waktu. Salah satu contoh dari energi terbarukan adalah angin, solar,
geotermal, biomassa, hidropower.
14
dapat digunakan untuk menggerakkan turbin angin. Kemudian, angin dan
panas matahari menyebabkan air menguap. Ketika uap air ini berubah
menjadi hujan atau salju dan mengalir menuruni bukit ke sungai atau aliran
air, energinya dapat ditangkap dengan menggunakan tenaga listrik tenaga
air.
15
1. Ground Mounted Solar PV
Sistem PV yang dipasang di tanah biasanya merupakan pembangkit
tenaga photovoltaic skala utilitas yang besar. Array PV terdiri dari
modul surya yang dipegang oleh rak atau bingkai yang terpasang
pada pendukung pemasangan di darat. Pemasangan berbasis-tanah
bisanya didukung oleh peralatan:
a. Dudukan tiang, yang didorong langsung ke tanah atau tertanam
di beton.
b. Pemasangan fondasi, seperti lempengan beton atau pondasi
tuang
c. Pemasangan pijakan ballasted, seperti beton atau pangkalan
baja yang menggunakan berat untuk mengamankan sistem
modul surya pada posisi dan tidak memerlukan penetrasi ke
tanah. Jenis sistem pemasangan ini sangat cocok untuk lokasi di
mana penggalian tidak dimungkinkan seperti tempat
pembuangan akhir yang tertutup dan menyederhanakan
penonaktifan atau relokasi sistem modul surya.
2. Rooftop Solar PV
17
3. Canal top Solar PV
Dalam sistem kanal atas, panel PV ditempatkan di atas saluran
airyang menghemat area instalasi dan mengurangi kehilangan
penguapan. Di India sedang dijalankan proyek pembuatan solar PV
canal top dengan reflektor sepanjang 19000 km dalam jarak antar
array dipelajari. Untuk mendapatkan ketersediaan cahaya yang
seragam dan untuk menghindari naungan pada panel, sudut
kemiringan panel, jarak antar susunan, dan orientasi reflektor
dihitung secara optimal.
18
Gambar 2.7. Grafik global installation of FPV
19
Gambar 2.8. Contoh Floating Solar PV
Tingkat produksi modul PV tergantung pada suhu operasi dan radiasi pada
sel. Dampak perendaman pada kedua dengan mengurangi dan
menstabilkan suhu modul PV dan dengan mengurangi radiasi, sehingga
hasil energi dari modul PV yang terendam dapat lebih besar atau lebih kecil
tergantung pada kedalaman air, suhu air dan teknologi PV. Jika lapisan air
tipis (1-2 cm) dan suhu air sekitar 15 °C, kenaikan karena suhu yang lebih
rendah sebagian besar mengatasi kehilangan kecil karena penyerapan
radiasi.
20
Pada gambar 2.9. merupakan salah satu contoh dari FPV plant dari 200
kWp di Suverto (menggunakan tracking system). Platform ini dibuat grid-
connected sejak tahun 2011 dan tracking system dipasang sejak 2014.
Gambar 2.10. menunjukkan detail rakit yang digunakan oleh penulis
dalam proyek Korea bekerja sama dengan Techwin, berdasarkan konsep
yang sama yang diadopsi di Suvereto. Pabrik telah terealisasi pada
tahun 2012.
21
Gambar 2.11. Tiengeh Basin di Singapore
Baru-baru ini Kepala Menteri Sarawak Datuk Patinggi Abang Johari Tun
Openg telah mengajukan proposal kepada Longi Group of China
(pangkalan manufaktur fotovoltaik terintegrasi pertama di satu lokasi
yang memproduksi ingot silikon Mono Crystalline, wafer, sel dan modul)
untuk mengeksplorasi kemungkinan pengembangan mengambang.
taman surya di bendungan dan sungai di negara bagian.
22
Listrik adalah teknologi dan sektor yang terlalu besar untuk gagal di
dunia modern ini karena kita bergantung pada listrik untuk menjalankan
sebagian besar utilitas kota, transportasi, rutinitas harian, dan gadget
pribadi. Mari kita cari tahu bagaimana pertanian surya terapung bisa
menjadi alternatif berikutnya dalam pencarian kita untuk energi yang
lebih hijau.
Sebelum 2014, hanya ada tiga peternakan surya terapung yang telah
online, namun dalam tiga tahun terakhir jumlah instalasi dan kapasitas
yang berhasil meningkat di seluruh dunia dengan lebih dari 100 pabrik
sedang online. Sekitar 80% dari 70 peternakan surya terapung terletak
di Jepang.
Pertanian surya terapung saat ini masih jauh lebih rendah dibandingkan
dengan pertanian berbasis lahan surya yang lebih besar. Ladang surya
berbasis lahan terbesar di dunia jatuh ke Tengger Desert Solar Park di
Cina dengan kapasitas terpasang 1.547 MW di atas lahan 43 Kilometer
persegi.
23
2.6 Konsenvasi Coral Reefs dan Seaweed Farm
a. Hama seperti lumut halus yang tumbuh pada rumput laut yang
tumbuh pada pertengahan tahun setiap tahunnya (Bulan Juni –
Agustus).
b. Sarana prasarana dalam budidaya rumput laut yang kurang
memadai.
c. Bibit rumput laut yang terbatas.
d. Berkurangnya minat dan lemahnya manajemen budidaya rumput
laut.
Hal ini dapat diatasi dengan pemanfaatan lahan yang optimal dengan
pengelolaan budidaya rumput laut lebih ke arah peningkatan
produktivitas. Di dalam teknik budidaya ada dua hal yang perlu
24
diperhatikan, yaitu pemilihan bibit dan metoda budidaya.
Dikenal lima metode budidaya rumput laut, yaitu: metode lepas
dasar, metode rakit apung, metode long line, metode jalur danmetode
keranjang (kantung) (Direktorat Produksi Dirjen Perikanan Budidaya,
2006).
25
Mineral Accretion Technology adalah teknologi restorasi terumbu karang
yang menggunakan listrik bertegangan rendah untuk meningkatkan
kesehatan dan tingkat pertumbuhan karang dan organisme laut lainnya.
Ketika listrik mengalir ke struktur logam yang ditempatkan di bawah air,
mineral, hampir sama dengan yang digunakan karang untuk membuat
kerangka mereka, jatuh keluar dari air dan berakumulasi ke dalam
struktur, sehingga memberi nama teknologi tersebut. Karang yang
tumbuh di terumbu buatan buatan ini cenderung tumbuh 3-4 kali lebih
cepat, dan bertahan hidup jauh lebih baik selama peristiwa pemutihan,
wabah penyakit, dan gangguan lainnya. Meskipun ditemukan pada
tahun 1970-an, teknologi ini belum meluas, sebagian besar karena
perlindungan paten dan biaya instalasi dan pemeliharaan yang tinggi.
Namun, hambatan ini dengan cepat diatasi, karena paten asli pada
teknologi telah kedaluwarsa, dan sekarang dimungkinkan untuk
mengembangkan metode baru, sumber terbuka yang mudah dibangun
dan jauh lebih murah untuk dipasang dan dirawat. Untuk pertama
kalinya dalam 40 tahun sejak teknologi ini telah ada, akhirnya tampak
bahwa teknologi yang mengasyikkan ini bisa menjadi alat utama yang
digunakan oleh para pelestari lingkungan di seluruh dunia. Faktor-faktor
yang menjadi pertimbangan pembangunan proyek Mineral Accretion
meliputi:
1. Penentuan kedalaman air
2. Evaluasi Struktur dasar laut
3. Penentuan jarak dari pantai
4. Penentuan sumber listrik
5. Penyediaan pecahan Coral yang sudah rusak untuk
dipulihkan.
6. Dedikasi dari operator untuk merawat bio coral yang dibangun
7. Struktur pendanaan
26
Metode ini menggunakan proses yang terkenal yang disebut elektrolisis,
yang juga digunakan untuk aplikasi lain seperti pelapisan logam,
menghilangkan karat, membuat baterai hidrogen, dan banyak lagi.
Dalam proses ini, tegangan rendah, arus searah diterapkan pada dua
potong logam yang terendam air. Di salah satu ujung rangkaian, yang
disebut Anoda, elektron mengalir dari kawat ke air dan menyebabkan
H2O pecah dan oksigen terbentuk. Air di sekitar daerah ini menjadi
sangat asam, dan dengan demikian anoda disimpan kecil dan
tersuspensi di dalam air. Di ujung lain sirkuit, yang dikenal sebagai
Katoda, elektron mengalir kembali dari air ke logam, menyebabkan H2O
pecah dan melepaskan gelembung hidrogen ke dalam air. Di Cathode,
air di sekitarnya menjadi cukup basa, dan dalam kondisi ini kalsium dan
mineral lainnya tidak lagi larut dalam air dan mengendap untuk
menumpuk ke logam. Untuk restorasi karang, karang dan organisme
lain ditanam di katoda, yang biasanya terbuat dari baja rebar dan dapat
dibentuk menjadi desain apa pun yang bisa dibayangkan.
27
Accretion di Gili Trawangan memiliki 62 struktur yang ditargetkan
mencapai 100 struktur. Trawangan adalah salah satu dari tiga
karang atol di lepas pantai Lombok, Indonesia dan menjadi salah
satu tujuan wisata terkenal di dunia selain Bali, wilayah ini memiliki
pantai yang putih, area snorkeling dan menyelam dan aman dari
anjing dan kendaraan bermotor. Namun, terumbu karang murni,
sangat sulit ditemui.
Dalam proses desain struktur ada beberapa hal yang patut kita
perhatikan antara lain: kedalaman air laut lokasi struktur akan
ditempatkan, arus air, karakteristik dasar laut, dan estetika atau
bentuk dari bangunan mineral accretion. Salah satu keuntungan lain
dari sistem bio rock adalah bangunannya mudah dibuat dengan
material dan tenaga kerja yang ada di daerah (lokal). Selain
merangsang keanekaragaman hayati, struktur mineral accretion juga
memerangi erosi, yang menjadi masalah serius dengan kehancuran
terumbu karang alami.
28
Terdapat puluhan situs Mineral Accretion di seluruh dunia, yang
tersebar di Karibia, Samudera Hindia, Samudera Pasifik dan Asia
Tenggara. Namun diakui, situs Mineral Accretion yang ada di
Pemuteran merupakan yang terbesar dari semuanya, bahkan masih
lebih besar dibandingkan dengan jika keseluruhan situs-situs Mineral
Accretion yang lainnya dijadikan satu. Indonesia bisa berbangga hati
dengan prestasi ini. Adapun sebagai Benchmark, konservasi
terumbu karang dengan menggunakan bio rock telah dilakukan di
beberapa negara antara lain:
1. Indonesia, Bali
2. Jamaica
4. Mexico, Yucatan
29
2.7 Benchmarking Budidaya Ikan dalam Solar Panel
30
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi yang diajukan pada penelitian ini terdiri atas pengumpulan data,
perhitungan energi untuk desain floating solar PV dan perhitungan
kelayakan ekonomi pengembangan Solar PV. Skematik metodologi
penelitian yang diajukan adalah seperti pada gambar di bawah ini
Pengumpulan Data
(Studi Pustaka)
Perhitungan Energi
untuk Desain
Floating Solar PV
Perhitungan
Kelayakan Ekonomi
Pengembangan
Floating Solar PV
𝑘𝑊ℎ
Jumlah energi yang dihasilkan (𝐸) oleh Solar PV dalam dapat
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Luas area yang dibutuhkan (𝐴) dalam m2 untuk menempatkan solar PV (𝐴)
dapat dihitung dengan persamaan berikut:
𝐸
𝐴=
𝐼 × 𝜂
Dimana 𝜂 adalah besar efisiensi dari Solar PV tersebut.
32
Dimana 𝜂𝑆𝑇𝐶 adalah efisiensi pada kondisi standar (STC), 𝜇 adalah
koefisien temperatur pada saat daya dikeluarkan, 𝑇𝑎 adalah temperatur
ambien, 𝑇𝑆𝑇𝐶 adalah temperatur pada kondisi standar (STC) yaitu sekitar
25oC 𝑁𝑂𝐶𝑇 adalah temperatur nominal operasi sel (national operation cell
temperature) yaitu sekitar 45oC.
𝜇 𝜇 𝑁𝑂𝐶𝑇 − 20
𝜂 = 𝜂𝑆𝑇𝐶 (1 + (𝑇𝑎 − 𝑇𝑆𝑇𝐶 ) + ( ) (1 − 𝜂𝑆𝑇𝐶 ))
𝜂 𝜂𝑆𝑇𝐶 800
𝑁𝑃𝑉 = 𝐴/𝐴𝑃𝑉
Besar kapasitas baterai (𝑃𝑆 ) yang dibutuhkan untuk menyimpan daya listrik
dapat ditentukan dengan:
𝑃𝑆 = Ω𝑏 × 𝑉𝑏
𝑃𝑆,𝑡𝑜𝑡
𝑁𝑏𝑎𝑡 =
𝑃𝑆
Dimana 𝑃𝑆,𝑡𝑜𝑡 adalah jumlah daya listrik yang ingin disimpan di baterai.
Biaya baterai yang dibutuhkan untuk menyimpan daya listrik yang berasal
dari solar PV dapat ditentukan dengan:
𝐶𝐵 = 𝑁𝑏𝑎𝑡 × 𝑏𝐵
34
3.3.2 Indikator Keekonomian Proyek
NPV merupakan selisih antara nilai sekarang dari cashflow dengan nilai
sekarang dari investasi. Untuk menghitung NPV menggunakan present
value cashflow dengan discount rate tertentu, kemudian dibandingkan
dengan present value dari investasi. Jika selisih antara PV dari cashflow
lebih besar berarti NPV positif, artinya proyek investasi layak sedangkan
bila NPV bernilai negatif maka proyek tidak layak.
𝑛
𝐶𝐹
𝑁𝑃𝑉 = ∑
(1 + 𝑟)𝑡
𝑡=0
Keterangan :
r : Discount rate
n : Umur proyek
Pay Out Time (POT) adalah jangka waktu yang diperlukan untuk
pengembalian investasi floating solar PV. Semakin pendek waktu yang
dibutuhkan maka semakin layak. Perhitungan payback period belum
mempertimbangkan time value of money atau nilai uang pada masa
sekarang dan masa yang akan datang.
investasi
𝑃𝑎𝑦 𝑜𝑓 𝑇𝑖𝑚𝑒 = 𝑥 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
cashflow
Keterangan :
35
3.3.2.3 Internal Rate of Return (IRR)
Keterangan
𝑝𝑟𝑜𝑐𝑒𝑒𝑑𝑠
𝑃𝐼 =
𝑜𝑢𝑡𝑙𝑎𝑦𝑠
Keterangan :
ARR adalah rasio financial yang digunakan dalam capital budgeting. Rasio
ini tidak mempertimbangkan mengenai time value of money. ARR dapat
dikatakan sebagai persentase dari return yang dihasilkan capital investasi
yang dilakukan. Project akan diterima apabila ARR lebih besar dari rate of
return yang diharapkan.
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡
𝐴𝑅𝑅 =
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡
Cash flow adalah laporan keuangan berisikan pengaruh kas dari kegiatan
operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi
pembiayaan/pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas
suatu perusahaan selama satu periode.
4.1 Kondisi Saat Ini tentang Sistem Tenaga Listrik di Nusa Tenggara
Timur (NTT)
37
Di Provinsi NTT terdapat 63 sistem tenaga listrik PLN yang menyuplai listrik
di beberapa pulau dari yang terbesar sampai pulau-pulau kecil, termasuk di
daerah perbatasan dengan negara tetangga Timor Leste. Sistem tenaga
listrik tersebut mendapatkan pasokan data dari PLTU, PLTMG, PLTM dan
beberapa PLTD.
Realisasi penjualan tenaga listrik (GWh) tahun 2011 – 2017 serta estimasi
tahun 2018 ditunjukkan pada tabel dibawah ini:
No Kelompok
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018*
Pelanggan
4 Industri 5 6 7 25 42 42 35 39
Pertumbuhan (%) 13,40 16,51 12,74 9,80 6,76 10,65 3,09 7,69
38
Realisasi jumlah pelanggan (ribu) tahun 2011 – 2017 serta estimasi tahun
2018 ditunjukkan pada tabel dibawah ini:
No Kelompok
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018*
Pelanggan
Pertumbuhan (%) 37,01 39,36 7,6 9,66 1,63 2,38 4,22 5,63
*Estimasi realisasi
39
Saat ini pembangkit di NTT masih di dominasi oleh PLTD terutama di
sistem yang masih isolated, sehingga biaya pokok produksi listrik masih
tinggi. Selain PLTD, terdapat unit PLTU, PLTM serta PLTP dengan rincian
kapasitas pembangkit di Provinsi NTT ditunjukkan pada tabel dibawah ini:
Pembangkit Sistem Tenaga Listrik Total Kapasitas (MW)
PLN
Sumba 11,0
NTT 35,6
NTT 0,9
40
Pembangkit Sistem Tenaga Listrik Total Kapasitas (MW)
Sumba 3,0
NTT 2,0
IPP
Sumba 1,5
Sewa
Sumba 10,5
NTT 131,0
Jumlah 412,8
41
4.2 Proyeksi Kebutuhan Listrik di NTT
42
2025 5.75 1.682 1.842 1.173.224
44
4.4 Analisis Tekno-Ekonomi Proyek Floating Soalr PV Terintegrasi
dengan Pengembangan Seaweed farm
Sudut Optimum 14 o
Azimuth Sistem 0 o
PV
DIF/GHI 74,9 %
Keterangan:
PVOUT adalah besar energi listrik pada panel Fixed-Mounted Modules
Solar PV pada sudut yang optimum ; GHI adalah Global Horizontal
45
Irradiation; GTI adalah Global Tilted Irradiation; DNI adalah Direct Normal
Irradiation; DIF/GHI adalah perbandingan diffuse/global horizontal
Solar PV System
Baterai
Tesla - - 398.000
PowerPack USD/MWh
46
Kala Hidup Proyek dan Masing-Masing Komponen
47
4.4.2.1 Menghitung Jumlah Energi yang Dihasilkan dari Floating Solar
PV
𝑊×𝐼
𝐸=
𝐴𝑀1,5
Dengan mengasumsikan kapasitas sistem solar PV sebesar 100 kWp,
maka:
𝑘𝑊ℎ
100.000 𝑊𝑝 × 5,8 𝑚2 .ℎ𝑎𝑟𝑖
𝐸= 𝑊
1000 𝑚2
𝑘𝑊ℎ
𝐸 = 580
ℎ𝑎𝑟𝑖
𝐴𝑡𝑜𝑡
𝐸𝑡𝑜𝑡 = ×𝐸
𝐴
4.500 𝑚2 𝑘𝑊ℎ
𝐸𝑡𝑜𝑡 = 2
× 580
523,56 𝑚 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑊ℎ
𝐸𝑡𝑜𝑡 = 4.985,102
ℎ𝑎𝑟𝑖
48
𝑘𝑊ℎ 3600 𝑘𝐽 1 𝑗𝑎𝑚 1 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝐸𝑡𝑜𝑡 = 4.985,102 × × ×
ℎ𝑎𝑟𝑖 1 𝑘𝑊ℎ 3600 𝑠 24 𝑗𝑎𝑚
𝑘𝑊ℎ
𝐸𝑡𝑜𝑡 = 4985,088
ℎ𝑎𝑟𝑖
𝒌𝑾𝒉
𝑬𝒕𝒐𝒕 = 𝟏. 𝟖𝟏𝟗. 𝟓𝟓𝟕, 𝟏𝟐
𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏
49
50
4.5.1 Biaya Capex Energi Solar PV
Levelized Cost of Electricity (LCOE), yang dirilis oleh Irena untuk tahun
2016 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5.1.2 Tabel trend harga capex solar PV pada tahun 2016
51
Sumber : NREL 2018
Dari data tersebut, breadown untuk capex (USD/kw) nya adalah sebagai
berikut :
HARDWARE
Module 1,527
Inverter 127
Cabling/wiring 207
Grid connection 207
Monitoring and control 207
Racking and mounting 207
Safety and security 64
INSTALLATION
Electrical installation 95
Inspection 32
Mechanical installation 286
SOFT COSTS
Customer acquisition 111
Financing costs 111
Incentive application 80
Margin 80
Permitting 80
System design 80
3,500
52
4.5.2. Biaya Capex Seaweed Farm
Investasi awal untuk seaweed farm adalah Rumput laut atau alga (see
weed) merupakan salah satu potensi sumberdaya perairan yang sudah
sejak lama dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan pangan dan obat-
obatan. Saat ini pemanfaatan rumput laut telah mengalami kemajuan yang
sangat pesat yaitu dijadikan agar-agar, algin, karaginan (carrageenan) dan
furselaran (furcellaran) yang merupakan bahan baku penting dalam industri
makanan, farmasi, kosmetik dan lain-lain (Khordi, 2010).
Investment on Culture Lines, Infrastructure, and Equipment for 30-km Floating Lines Seaweed Farm in Indonesia
Item Units Quantity USD/ unit Total cost (USD) Useful life (Years)
Investment per km of line
1 km (13.6 kg) of 5-mm PP line km 1 34 34 2
0.2 km (11 kg) of 10-mm PP line km 0.2 136 27.2 2
0.2 km (9 kg) of 8-mm PP line km 0.2 114 22.8 2
1 km of 1-mm PP line (for loops)km 1 1 1 2
Sandbag anchors piece 50 0.15 7.5 2
Plastic bottles as floats piece 500 0.03 15 2
Total investment for 1 km of line
Farm equipment and facilities
9-m canoe with 5.5-hp motor unit 2 500 1000 5
6-m canoe with no motor unit 2 150 300 5
Miscellaneous tools and equipment set 2 150 300 5
Drying structures set 4 150 600 5
Shelters for shade set 2 800 1600 5
Sacks pieces 800 0.08 64 2
Total farm equipment and facilities 3864
Propagules for initial planting 960 10
Total farm investment 8049
4.6.1 Internal Rate Return (IRR) dan Net Present Value (NPV)
Untuk menghitung IRR dan NPV digunakan asumsi sebagai berikut :
harga
komponen biaya Nilai satuan keterangan
pajak 25% margin
kapasitas PV
solar 207,00 KW
mw 24 jam 1000 Kw/h
RENEWABLE ENERGY
TECHNOLOGIES: COST ANALYSIS
Capex PV solar 3500 usd/kw SERIES (irena)
the economic of kappaphycus seaweed(
OPEX seeweed 200.123 Researchgate)
sen USD
Permen ESDM No.19/2016
harga pembelian 23 Per KWH
the economic of kappaphycus seaweed(
Capex seeweed 8.004.900 Usd Researchgate)
O&M cost Solar 2,5% capex NREL 2018
total capex PV
solar 724.500,00 usd
54
ribu 8.729,40
Masa Manfaat
b ELA
Ekonomis, (Thn) 30,00
Risk Free
c Rf Data Share BPH Migas
Rate,(%) 2,55%
Rata-rata 5 Tahun Base
Base Premium
Premium for mature equity
for Mature
d MEM 5,96% market
Equity
(www.stern.nyu.edu/~adamoda
Market,(%)
r/pc/datasets/ctryprem.xls)
Indonesia
e Country Risk ICRP 4,30%
Premium
f Beta β 101,91% Data Share BPH Migas
Cost of
g Coe Coe = Rf + β * (MEM + ICRP)
Equity,(%) 13,01%
Debt Funding,
h DB 0,00%
US$ ribu 0,00%
Equity Funding,
i EQ 100,00%
US$ ribu 8.729,40
Interest Of Ketentuan tingkat pinjaman di
j Indebt
Debt,(%) 5,01% Pertamina Korporat
Ketentuan Pemerintah untuk
k Income Tax,(%) IT
25,00% Pajak Badan Usaha
Interest of Debt x ( 1 - Income
l Cost of Debt,(%) Cod
3,75% Tax )
WACC = (DB/RAB) * Cod +
m WACC,(%) WACC
13,01% (EQ/RAB) * Coe
n Insentif (%)
http://www.usinflationcalculator
o O&M Esc 1,96% .com/inflation/current-inflation-
rates/
55
IRR (%) 13,01%
56
Berdasarkan table 4.5.3 di dapatkan hasil IRR dan POT dari rencana
proyek tersebut dengan nilai IRR 14,26 % dan POT 7,40 tahun dan NPV
US$ (Ribu) 1212,99
57
Sumber : Majalah Info Risiko Fiskal edisi 2 tahun 2017, DJPPR Kementrian
Keuangan
58
%CAPEX PEMERINTAH VS IRR
40.00% 37.35%
35.00%
30.00%
25.00% 21.79%
20.00%
15.65%
15.00% 12.27%
10.20%
10.00% 8.38%
6.10% 7.12%
4.55% 5.26%
5.00%
0.00%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%
59
5 40% 60% 8,38% $ -723,93
6 50% 50% 10,20% $ 7,31
7 60% 40% 12,27% $ 738,55
8 70% 30% 15,65% $ 1.469,79
9 80% 20% 21,79% $ 2.201,0
10 90% 10% 37,35% $ 2.932,27
4.7.1.2 Sharing Biaya Operasional dan Pemeliharaan (O&M
Sharing)
Simulasi selanjutnya untuk membuat skenario skema pembiayaan berbasis
PPP adalah dengan persentase membagi biaya yang diperlukan untuk
pemeliharaan dan operasi aset selama masa operasi (30 tahun).
4.69%
4.68%
4.66%
4.65%
4.63%
4.62%
4.60%
4.58%
4.56%
4.55%
62
Skema revenue sharing dijalankan untuk pendapatan selama 30 tahun.
Skema ini akan menurunkan laju pengembalian proyek (IRR) dan
menurunkan keuntungan bersih (NPV). Hal ini disebabkan keuntungan
tahunan yang diperoleh swasta akan berkurang karena adanya pembagian
pendapatan kepada pemerintah.
63
Tabel 4.7.3 Simulasi Skenario Sharing Revenue
4.7.2.1 Skenario 1
Skenario ini merupakan sharing antara pemerintah dan swasta hanya pada
biaya kontruksi (Capex) sebesar US$ (Ribu) 8,729.40. Dari scenario ini
diperoleh nilai optimum dengan porsi pemerintah menanggung 60% biaya
Capex, sementara swasta menanggung 40%. Dari skema sharing skenario
64
1, didapatkan IRR sebesar 12.3% dengan NPV sebesar US$ (Ribu) 738,55
dan PBP 8,5 tahun. Hasil Simulasi Cashflow Skenario 2 detail terlampir.
4.7.2.2 Skenario 2
Skenario ini merupakan sharing antara pemerintah dan swasta pada biaya
kontruksi (Capex) dan O&M (Opex), scenario optimum pada biaya Capex
dimana pemerintah menanggung 60%, sementara swasta menanggung
40%. Untuk Opex pemerintah dan swasta menanggung sama besar yaitu
50%. Revenue 100% pihak swasta. Dari skema sharing skenario 2,
didapatkan IRR sebesar 12,5% dengan NPV US$(ribu) 806,19 dan PBP 8,3
tahun. Hasil Simulasi Cashflow Skenario 2 detail terlampir
65
66
4.7.2.3 Skenario 3
Skenario ini merupakan sharing optimum antara pemerintah dan swasta
pada biaya kontruksi (Capex) dan pendapatan (revenue), pada biaya
Capex pemerintah menanggung 80%, sementara swasta menanggung
20%. Sementara untuk revenue porsi pemerintah dan swasta yaitu 30%
untuk pemerintah dan 70% untuk swasta. Untuk Opex nya sendiri
ditanggung 100% oleh pihak swasta. Dari skema sharing skenario 3,
didapatkan IRR sebesar 15,99% dengan NPV US$(ribu) 1061,40 dan PBP
6,73 tahun. Hasil Simulasi Cashflow Skenario 3 detail terlampir
67
4.7.2.4 Skenario 4
Skenario ini merupakan sharing antara pemerintah dan swasta pada biaya
kontruksi (Capex), Opex, dan revenue. Sharing Capex antara pemerintah
dan swasta yaitu sebesar 75% dan 25%, sharing Opex pemerintah dan
swasta yaitu 90% dan 10%, sedangkan sharing revenue 30% pemerintah
dan 70% swasta. Hasil Simulasi Cashflow Skenario 3 detail terlampir. Dari
hasil simulasi yang dilakukan didapatkan nilai IRR yang optimum di 14.93%
dan NPV sebesar US$ (ribu) 817,52 serta PBP 7,5 tahun.
68
4.7.2.5 Analisa Perbandingan Simulasi
Dari skenario 1,2,3, dan 4 yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pada bagian ini akan dilakukan
analisis perbandingan tiap skenario. Berikut adalah perbandingan antar
skenario dalam komponen sharing Life Cycle Cost (LCC).
Skenario 3 dapat menarik pihak swasta, karena IRR yang tinggi yaitu
15.99% dengan NPV US$ (ribu) 1061,40, namun beban yang ditanggung
pemerintah sangat tinggi yaitu 80% dari Capex
69
BAB V. KESIMPULAN
70
DAFTAR PUSTAKA
72
LAMPIRAN
73