Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hortikultura merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang

budidaya tanaman yang produknya digunakan manusia sebagai bahan pangan,

bahan obat, bahan bumbu, bahan penyegar atau penyedap dan sebagai pelindung

serta penyaman lingkungan. Hortikultura mencakup bidang ilmu buah-buahan,

sayuran, bunga dan tanaman hias, serta pertanaman (Ashari, 1995). Hortikultura

mempunyai peranan memperbaiki dan memenuhi gizi masyarakat. Untuk itu,

produk hortikultura dibutuhkan oleh manusia. Indonesia sendiri merupakan negara

yang berpotensi mengembangkan tanaman hortikultura karena sebagai negara

agraris dan merupakan negara dengan iklim tropis yang memiliki variasi agroklimat

yang tinggi. Akan tetapi, produksi hortikultura di Indonesia masih rendah terbukti

dengan tingginya nilai impor yang mencapai 10,29% pada tahun 2014 (Respati et

al, 2015).

Menurut Adjid (1993) faktor penyebab rendahnya pengembangan

hortikultura ialah pola usahatani yang kecil, mutu bibit yang rendah yang ditunjang

oleh keragaman jenis/varietas, serta rendahnya penerapan teknologi budidaya.

Rendahnya penerapan teknologi budidaya tanaman hortikultura merupakan timbal

balik dari rendahnya pengetahuan petani tentang cara dan teknik budidaya tanaman

hortikultura yang sesuai sehingga dalam proses budidaya lebih efektif, efisien, dan

terorganisir.
Pada penerapan teknologi budidaya hortikultura, salah satu faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan yakni ketersediaan air. Menurut Soedharoedjian

(1993), kebanyakan tanaman hortikultura seperti komoditas sayuran termasuk jenis

mesofit yakni tanaman yang memerlukan air cukup. Ketersediaan air yang cukup

memberikan hasil yang optimal dan terhindar dari cekaman air. Cekaman air terjadi

karena adanya kelebihan air maupun kekurangan air. Menurut Islami dan Utomo

(1995) menyatakan bahwa cekaman air berpengaruh secara langsung yang dapat

menurunkan turgor tanaman. Tekanan turgor berperan dalam menentukan ukuran

tanaman seperti pembesaran dan perbanyakan sel tanaman, perkembangan daun,

pembentukan dan perkembangan bunga serta membuka dan menutupnya stomata.

Untuk itu dalam budidaya sayuran yang intensif dikehendaki agar tersedia

air irigasi sepanjang waktu yang memperhatikan kebutuhan air setiap tanaman.

Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang diperlukan untuk

memenuhi kehilangan air melalui proses evapotranspirasi satu tanaman sehat, pada

tanah yang menjamin ketersediaan air, kesuburan dan lingkungan hidup tanaman

cukup baik sehingga tanaman dapat berproduksi maksimal (Doorenbos dan Pruit,

1977). Penggunaan air irigasi yang efektif dan efisien akan menjamin adanya

penggunaan air yang tepat dan sesuai sehingga memberikan manfaat bagi petani

berupa meningkatnya produksi dan pendapatan serta terlaksananya konservasi air.

Grabag merupakan daerah yang terjangkau oleh infrastruktur irigasi akan

tetapi aliran air dari sumber air tidak mengalir pada saat MT III. Disisi lain, Grabag

memiliki potensi air tanah dangkal yang dapat dimanfaatkan untuk suplai air irigasi.
Menurut data BPS (2013), Grabag merupakan wilayah yang beriklim tropis basah

dengan suhu antara 19oC – 28oC, kelembaban udara 70% - 90%, serta curah hujan

2000 – 3500 mm/tahun dan jenis tanah aluvial. Kondisi tersebut sesuai dengan

syarat tumbuh tanaman hortikultura. Akan tetapi, minat petani dalam budidaya

tanaman hortikultura masih rendah.

Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan minat petani dalam

budidaya hortikultura ialah mengadakan uji demplot irigasi terpadu oleh

Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Satuan Kerja

Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak bekerjasama dengan UGM. Konsep

sistem irigasi terpadu adalah mensinergikan antara irigasi, pertanian, peternakan,

perikanan, ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan penerapan beranekaragam

teknik untuk menciptakan kondisi yang cocok guna melindungi lingkungan juga

membantu petani menjaga produktivitas lahan dan meningkatkan pendapatan

mereka dengan adanya diversifikasi usahatani di pesisir selatan pantai jawa.

Kesimpulan dari penilaian kuantitatif kinerja Irigasi-Pertanian Terpadu dari

demplot tersebut menurut Pertiwi (2016) ialah integrasi pertanian hortikultura-

perikanan-peternakan diperoleh peningkatan penghasilan 15,47%. Hal ini berarti

budidaya tanaman hortikultura pada MT 3 berhasil meningkatkan pendapatan

petani.

Sistem irigasi yang dilakukan pada demplot guna mencukupi kebutuhan air

tanaman yakni irigasi pompa dengan memanfaatkan air tanah. Irigasi yang dialirkan

selama proses budidaya belum memperhatikan kebutuhan air tanaman sehingga


penggunaan air kurang efisien dan efektif. Penggunaan air yang kurang efektif dan

efisien akan berdampak pada produktivitas tanaman. Untuk itu pemberian air irigasi

sebaiknya memperhatikan nilai kebutuhan tanaman sehingga dicapai penggunaan

air yang efektif dan efisien.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa kebutuhan air irigasi tanaman

hortikultura pada demplot irigasi terpadu. Sehingga diharapkan dengan penelitian

ini dapat memberikan informasi terkhusus bagi petani daerah lokasi sebagai acuan

pertimbangan pemberian air irigasi pada tanaman hortikultura agar penggunaan air

lebih efektif dan efisien serta informasi kepada pemerintah, peneliti, petani, dan

pihak-pihak yang membutuhkan untuk digunakan sebagai bahan kajian dan dasar

pemberian irigasi di tempat lain.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas dapat dirumuskan

suatu permasalahan yaitu sebagai berikut:

1. Berapa nilai kebutuhan air tanaman hortikultura yang dibudidayakan?

2. Apakah nilai pemberian kebutuhan air yang sesuai dibandingkan irigasi

aktual akan berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman hortikultura?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Analisis kebutuhan air irigasi tanaman hortikultura di Desa

Harjobinangun.

2. Mengetahui kegiatan budidaya tanaman hortikultura khususnya

pemberian air pada masa tanam III di Desa Harjobinangun.

3. Mengetahui pengaruh pemberian air yang tidak sesuai dengan kebutuhan

air tanaman terhadap budidaya tanaman hortikultura dilihat dari

produktivitas.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah mengetahui perbandingan pemberian air irigasi

aktual dengan pemberian air irigasi potensial terhadap hasil produksi. Analisa ini

dapat dipakai sebagai acuan pemberian irigasi pada tanaman hortikultura tertentu

di daerah lokasi penelitian dan di sekitarnya, serta keberhasilan penelitian ini dapat

meningkatkan intensitas tanam serta produktivitas tanaman hortikultura dalam

negeri.

1.5. Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Komoditas hortikultura yang dibudidayakan adalah bawang merah,

cabai, dan kacang panjang.

2. Kondisi iklim lokasi penelitian diasumsikan sama dengan stasiun

klimatologi Keradenan Purworejo.


3. Nilai Koefisien tanaman (Kc) kacang panjang diasumsikan sama dengan

nilai Kc bean green.

Anda mungkin juga menyukai